Anda di halaman 1dari 11

GAYA dan HUBUNGANNYA PADA

BATUAN

KELOMPOK 1:

MUH. FARID WAJEDY (H061171008)


MELSI REATA (H061171016)
KARMILA (H061171019)
REFSINAWATI M NUR (H061171508)
ANDI FIRMAN (H061171513)
ANDIKA (H0611715)
PENDAHULUAN

Translasi, rotasi, distorsi, dan dilation adalah reaksi batuan terhadap stress yang dihasilkan
oleh gaya. Gaya secara klasik didefinisikan sebagai sesuatu yang merubah, atau cenderung
untuk merubah, keadaan diam atau keadaan bergerak sebuah benda. Sir Isaac Newton,
melalui hukum gerak pertama, menggambarkan konsep gaya sebagai berikut : sebuah benda
dalam keadaan diam akan tetap diam dan sebuah benda yang bergerak akan tetap bergerak
dengan kecepatan konstan kecuali bila benda tersebut mengalami perubahan gaya (net
force), di mana perubahan gaya ini akan menyebabkan benda mengalami percepatan (atau
perlambatan). Perubahan gaya timbul jika gaya-gaya yang bekerja tidak setimbang.
Di dalam hukum gerak kedua, Sir Isaac Newton mendefinisikan gaya (F) sebagai :
F=m.a
GAYA SEBAGAI VEKTOR

Gaya merupakan besaran vektor sehingga mendeskripsikan gaya tidaklah


cukup hanya dengan besarnya saja (dalam N datau dyne). Arah dari gaya
juga harus diperikan. Karena gaya merupakan besaran vektor, maka gaya
dapat dijumlahkan dan dikurangkan dengan menggunakan aljabar vektor.
Penggunaan aljabar vektor memungkinkan kita untuk mengevaluasi apakah
gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda setimbang atau tidak.
JENIS JENIS GAYA

Terdapat dua jenis batuan dalam geologi (Means, 1976), yaitu :


Body force

Body force bekerja pada massa suatu benda, dan tergantung dari jumlah material di dalam benda

tersebut. Body force pada suatu benda tidak dipengaruhi oleh gaya-gaya yang terdapat pada

material di sekeliling benda tersebut.

Surface force

Surface force adalah dorongan atau tarikan pada permukaan kontak.


STRAIN PADA BATUAN
^ ^ ^
S2 < 1 S2 = 1 S2 >1
^
S1

^
S 1
perpendicular ^
S3 ^
to layer S2

Pendekatan dengan menggunakan geometri A. B. C.

lingkaran dan elips dalam menggambarkan ^


S1
^
keadaan strain pada batuan didasarkan pada S2
perpendicular
^
S3 ^
S2
to layer
kenyataan bahwa struktur yang pada asalnya
D.
memiliki geometri lingkaran atau bola cukup
sering dijumpai pada tipe batuan tertentu. ^
S
^
S 1
3
Beberapa struktur tertentu, seperti lipatan dan perpendicular
to layer
^
S3 ^
S2

boudin, juga merekam komponen-komponen


E. F.
strain. Sebagai contoh, sebuah lapisan
kompeten yang berada di dalam matriks
inkompeten akan membentuk berbagai Gambar 2.11. Struktur-struktur yang dapat berkembang
bentuk struktur tergantung dari orientasi pada sebuah lapisan kompeten di dalam lapisan
inkompeten (Twiss dan Moores, 1992).
lapisan tersebut terhadap sumbu stretch utama
dan juga dari besarnya S2
Terdapat tiga metoda untuk memecahkan permasalahan
dalam mengkuantifikasi strain:
Metoda pertama adalah dengan menentukan strain ellipsoid untuk setiap bentuk-bentuk khusus

strain yang dapat dikenali (strain markers), untuk kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh

area yang dicari.

Metoda kedua adalah dengan mengestimasi total shortening dan elongation berdasarkan

evaluasi terhadap geometri lipatan dan sesar, akan tetapi metoda ini sukar untuk diterapkan

secara tiga dimensi

Metoda yang ketiga adalah dengan mengasumsikan bahwa secara statistik strain untuk area yang

luas bersifat homogen, sehingga deformasi dari semua elemen struktur planar dan linear pada

keseluruhan area bersifat teratur dan merefleksikan orientasi dan besar finite strain total.
A B
S im p l e S h e a r P u re S h e a r
( N o n c o a x ia l S t r a i n ) ( C o a x ia l S tr a in )
Deformasi Pure Shear dan
L O
Simple Shear M
N

2 5 % F l a tte r in g
S3 M S3
+ 22º S1
Selama proses distorsi, sumbu strain ellipsoid
S1
biasanya mengalami perubahan orientasi dan dapat
berotasi (Gambar 2.12.a). Rotasi sumbu strain
ellipsoid selama deformasi disebut sebagai rotasi
3 0 % F l a tte r in g
eksternal, dan hal ini berbeda dengan rotasi internal + 31º S1 S3
S3
yang merupakan rotasi relatif garis terhadap sumbu
strain ellipsoid (Gambar 2.6). S1

Jika orientasi sumbu-sumbu utama strain ellipsoid


berubah selama proses deformasi, deformasi tersebut
dinamakan noncoaxial strain, dan sering juga disebut S1
4 0 % F l a tte r in g
S3
S3
sebagai deformasi simple shear (Gambar 2.12.a). Jika + 45º

S1
orientasi sumbu-sumbu utama strain ellipsoid tidak
berubah selama proses deformasi, deformasi tersebut
dinamakan coaxial strain, dan sering juga disebut
sebagai deformasi pure shear (Gambar 2.12.b).
Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahwa pure
shear dan simple shear merupakan dua jenis Gambar 2.12.Deformasi progresif garis L dan M melalui
noncoaxial strain (A) (simple shear) dan deformasi
(anggota) yang khusus dari plane strain.
progresif garis N dan O melalui coaxial strain (A) (pure
shear) (Davis dan Reynolds, 1996).
Z

Strain Homogen

Terdapat tiga kasus khusus dalam strain homogen yang dapat dikenali Y
X
berdasarkan perbandingan sumbu-sumbu utama strain ellipsoid-nya (S1,
S2, S3). Pada umumnya, sumbu-sumbu utama ini tidak sama besar, di mana A

Z
S1 > S2 > S3 . Bentuk ketiga strain homogen yang dimaksud dapat dilihat
pada Gambar 2.13, dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Extension pada sumbu simetri (S1 > S2 =S3), di mana strain jenis ini
melibatkan elongation pada sumbu S1 dan shortening yang sama Y
besar pada semua arah yang tegak lurus S1. Bentuk strain jenis ini X

dinamakan prolate atau constrictional (Gambar 2.13.a). B

2. Shortening pada sumbu simetri (S1 = S2 >S3), di mana strain jenis ini Z

melibatkan shortening pada sumbu S3 dan elongation yang sama


besar pada semua arah yang tegak lurus S3. Bentuk strain jenis ini
dinamakan oblate atau flattening (Gambar 2.13.b).
3. Plane strain (S1 > S2 = 1>=S3), di mana sumbu strain tidak berubah, Y
elongation pada arah , dan shortening pada arah S3 (Gambar 2.13.c).
X
Keadaan khusus ini menjadikan plane strain sebagai jenis istimewa
dari triaxial ellipsoid.

Gambar 2.13. Bentuk elipsoid dalam


strain homogen (Park, 1989).
Penggambaran Keadaan Strain dan Sejarah Strain

k=

Cara yang paling umum dan mudah untuk menggambarkan dan membandingkan K=1

variasi keadaan strain adalah dengan menggunakan diagram Flinn (Gambar 2.14),
di mana ordinat a dan absis b merupakan perbandingan antara stretch-stretch

Simple Extension
Constrictional
utama yang didefinisikan sebagai berikut : Strain
^
S 1
a=
^
S2

in
Titik pangkal sumbu-sumbu koordinat diagram Flinn ditentukan pada (1, 1) karena

ra
St
e
a dan b tidak dapat bernilai kurang dari 1, sebagaimana dapat diturunkan dari

an
Flattering

Pl
Persamaan 2-15 dan 2-22. Setiap strain ellipsoid akan terplot sebagai sebuah titik Strain

pada diagram Flinn, untuk kemudian sebuah garis ditarik dari titik pangkal (1, 1) ke
titik strain ellipsoid tersebut. Garis ini memiliki gradien k yang didefinisikan Simple Flattering
1
sebagai berikut : 1 ^
K=0
S 2
b=
^3
S

Nilai k berguna untuk mengklasifikasikan jenis-jenis strain ellipsoid dengan volume Gambar 2.14. Diagram Flinn untuk
menggambarkan strain homogen (Twiss dan
konstan. Moores, 1992).
Deformasi Homogen dan A. Regional scale

Inhomogen
100 m

B. Outcrop scale

Penggambaran apakah sebuah deformasi bersifat homogen atau


inhomogen tergantung pada skala pengamatan. Sebagai contoh, 10 mm

deformasi yang terjadi dalam pembentukan lipatan pada prinsipnya


bersifat inhomogen. Namun kita dapat membagi batuan yang
mengalami lipatan tersebut ke dalam banyak bagian yang volumenya
cukup kecil sehingga deformasi pada setiap bagian tersebut dapat
dianggap homogen. Variasi dari strain lokal homogen ini pada seluruh C. Hand sample scale

tubuh batuan yang terlipat akan memberikan gambaran distribusi strain 100 m

yang inhomogen.

D. Microscope scale
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai