Anda di halaman 1dari 15

“Inkontinensia urine”

6. Titin Suhartini
1. Anne oktarina
(1714201018) (1714201038)
2. Cut tiara sungkar 7. Maryati
(1714201022) (1714201041)
3. Ryan Nur Febriana 8. Kartika NurLutvia
(1714201035) (1714201042)
4. Adhe Tri Putri 9. RiaVinola Anggarani
(1714201036) (1714201043)
5. Zainal Arifin 10. Hafni Yulfizar
(1714201037)
(1714201044)
Definisi
Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari
kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar
keinginan. Jika Inkontinensia urin terjadi akibat kelainan
inflamasi ( sistitis ), mungkin sifatnya hanya sementara.
Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi
yang serius ( paraplegia ), kemungkinan besar sifatnya akan
permanent (Brunner & Suddarth, 2002. hal: 1471). Variasi dari
inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin
saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga
disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).
Inkontinensia urine lebih sering terjadi pada wanita yang
sudah pernah melahirkan daripada yang belum pernah
melahirkan (nulipara). Hal ini terjadi karena adanya
perubahan otot dan fasia di dasar panggul.
Ada beberapa jenis inkontinensia urine, yaitu :
1) Inkontinensia Urgensi
Pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada
peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot
destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak
terkontrol.
2) Inkontinensia Tekanan
Pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang
meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk,
bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang
dapat menyebabkan inkontinensia urine.
3) Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )
Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu
penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada
umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi
bagian luar kandung kemih. (Charlene J.Reeves at all)
Etiologi
Etiologi umum yang terjadi pada pasien inkontinensia adalah :
• Gejala infeksi saluran kemih
• Atrofi vaginitis
• Efek samping
• Konsumsi kopi dan alkohol
• Inkontinensia urin biasanya berhubungan degan penyakit
fisik yang mendasari.
• Hypoestrogenic states, penuaan, dan kelainan jaringan ikat
dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot-otot dasar
panggul.
• Gejala sisa kehamilan dan masa nifas
Etiologi berdasar pada faktor tertentu diantaranya :
• Penyebab inkontinensia stress
Terjadi ketika tekanan di dalam kandung kemih terisi air
kencing lebih besar dari kekutatan uretra untuk tetap
tertutup.
• Penyebab urge inkontinensia
Masalah dengan otot detrusor pada dinding kandung kemih.
• Penyebab inkontnensia overflow
Disebut rentensi urin kronis, disebabkan oleh penyumbatan
atau obstruksi kandung kemih.
• Penyebab inkontinensia total
Terjadi ketika kandung kemih tidak dapat
menyimpan urin sama sekali.
Klasifikasi
• Inkontinensia stress
• Inkontinensia mendesak (urge incontinence)
• Inkontinensia overflow
• Inkontinensia reflex
• Inkontinensia fungsional
Manifestasi Klinis
• Inkontinensia urgensi
ketidakmampuan menahan keluarnya urin
dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk
berkemih. Kontraksi otot detusor yang tidak
terkontrol menyebabkan kebocoran urine, kandung
kemih yang hiperaktif, atau ketidakstabilan
destrusor.
 disfungsi neurologis
 sistisis
 obtruksi
• Inkontenesia stress
Keluarnya urine selama batuk, mengedan, dan
sebagainya. Urine keluar tanpa kontraksi detrusor
Tonus otot panggul yang buruk
Defisiensi sfreingter uretra, congenital atau didapat
Kelebihan berat badan
• Inkontenensia kombinasi
Kombinasi poin a dan b diatas.
• Inkontinensia overflow
Urine menetes saat kandung kemih penuh
 Disfungsi neutrologis
 Penyakit endokrin
 Penurunan kelenturan dinding kandung kemih
 Obstruksi pintu keluar kandung kemih
• Enuresis noktural 10 % anak usia 5 tahun dan 5
% anak usia 10 tahun mengompol selama tidur.
Mengompol pada anak yang tua merupakan
sesuatu yang abnormal dan menunjukan
adsanya kandung kemih yang tidak setabil.
• Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nukturia),
obstruksi (pancaran lemah, menetes),
trauma(termasuk pembedahan, misalnya reseksi
abdominoperineal), fistula (menetes terus-
menerus ), penyakit neurologis (disfungsi seksual
atau usus besar) atau penyakit sistemik
(misalnya diabetes) dapat menunjukkan
penyakit yang mendasari.
Pemeriksaan Diagnostik
• Kultur urine
• IVU
• Sistoskopi
• Pemeriksaan speculum vagina
• Uji uro dinamik
• Q-tip test
• Marshall test (marshall – bonney test)
• Pad test
• Standing pelvic examination
Penatalaksaan medis
a. Penatalaksaan menurut Grace. A Pierce 2006
– Inkontinensia urgensi
• Terapi medikamentosa
• Terapi pembedahan sistoskopi
– Inkontinensia stress
• Terapi medikamentosa
• Terapi pembedahan
- Inkontinensia overflow
•Jika terdapat obstruksi
Obati penyebab obstruksi, misalnya TURP.
• Jika tidak terdapat obstruksi
Drainase jangka pendek dengan kateter untuk
memungkinkan otot detrusor pulih dari
peregangan berlebihan, kemudian penggunaan
stimulan otot detrusor jangka pendek
(bethanekol ; distigmin). Jika semuanya gagal,
katerisasi interminten yang dilakukan sendiri
(inkontensia overflow neurogenik).
b. Penatalaksanaan INKONTINENSIA
 Latihan Otot Dasar Pinggul (pelvic floor
exercises)
Langkah langkah LKK (Latihan Kandung Kemih)
• Tentukan tipe kandung kemih neurologic
• Tiap waktu miksi dimulai dengan stimulasi
 tipe UMN
 Tipe LMN
 Obat – obatan
 Stimulasi Elektrik
Komplikasi
• Ruam kuliat atau iritasi
• Infeksi saluran kemih
• Prolapse
• Perubahan dalam kegiatan sehari-hari
• Perubahan dalam kehidupan pribadi pasien
• Komplikasi terapi bedah inkontinensia stress
terutama terdiri dari pembentukan sisa urine
segera dalam fase pascabedah

Anda mungkin juga menyukai