Recti di RUANG
BAOUGENVILLE C
RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO
KELOMPOK 6
BUNJAMIN DANTE MASEPIA I4B019037
WINDA INDRIANI I4B019011
SURIANTY I4B019051
KARINA DENGGANI R.C I4B019024
NUROHMAH NADIA A I4B019024
18/02/2019 1
Latar Belakang
Perubahan pola hidup masyarakat menyebabkan pola penyakit pun
mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat sekarang
tidak hanya penyakit infeksi tetapi ke penyakit degeneratif dan keganasan.
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia berada pada urutan ke 8 di
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia mengalami peningkatan
dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk
pada tahun 2018.
Kanker kolorektal atau disebut dengan kanker usus besar yang merupakan
tumor ganas yang terdapat di colon atau rektum. Rektum adalah bagian dari
usus besar pada system pencernaan yang juga traktus gastrointestinal yang
berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat
yang tidak berguna. Kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab
kematian tertinggi di dunia setelah kanker payudara dan kanker paru-paru.
10/7/2019 2
Tujuan
10/7/2019 3
Pengkajian
10/7/2019 5
Lanjutan
Pemeriksaan Abdomen
fisik
Inspeksi :
Tidak terlihat asites
Tidak terlihat masa
Terdapat stoma kolostomi (warna: seperti warna
kulit, bersih dan tidak tanda inflamasi)
warna kulit tidak kemerahan.
Auskultasi :
Peristaltik usus 9 kalix/menit
10/7/2019 6
Lanjutan
Palpasi :
Teraba nyeri di seluruh lapang perut
P : Saat ditekan
Q : Nyeri tekan
R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S:7
T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-
6 jam setelah diberikan injeksi analgesik
Tidak terdapat hepatomegaly dan splenomegali
Perkusi :
timpani
10/7/2019 7
Lanjutan
10/7/2019 8
Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium
10/7/2019 9
Analisis Data
No Data Problem Etiologi
1. DO : Nyeri Agen injuri
P : Saat ditekan Kronis (Ca. Recti)
Q : Nyeri tekan
R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S:7
T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-6 jam setelah
diberikan injeksi analgesik
Nyeri karena kanker Ca. Recti.
DS = Pasien mengatakan nyeri dari pantat menjalar hingga ke
perut. Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada saat tumor
tumbuh kembali.
10
2. DO = Terdapat stoma kolostomi (warna: seperti warna kulit, Risiko Prosedur
bersih dan tidak ada tanda inflamasi) Infeksi invansif
(Pembuatan
10/7/2019 kolostomi)
Lanjutan
10/7/2019 11
Prioritas Masalah
1. Nyeri Kronis b.d agen injuri fisik (Ca. Recti)
ditandai dengan pengkajian nyeri (P : Saat ditekan Q :
Nyeri tekan R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S : 7 T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-6
jam setelah diberikan injeksi analgesik), terdapat Ca.
Recti dan pasien mengatakan nyeri saat perut tertekan
dan menjalar sampai pantat, dimulai sejak pasien tahu
tumor tumbuh kembali.
10/7/2019 13
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan
Nyeri Kronis NOC: Kontrol Nyeri
b.d agens injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
biologis: Ca. jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan indikator
Recti sebagai berikut:
10/7/2019 14
Indikator
No Indikator Awal Tujuan
1. Mengenali kapan terjadi nyeri 2 3
2. Menggunakan tindakan 2 4
3. pencegahan
Menggunakan tindakan 2 4
4. pengurangan nyeri tanpa analgesik 1 3
Menggunakan asam mefenamat
Keterangan:
5. 50 mg untuk mengurangi nyeri 2 4 1: Sangat berat
6. Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 4 2: Berat
3: Cukup
7. Panjang episode nyeri 2 4 4: Ringan
Ekspresi Nyeri 5: Tidak ada masalah
10/7/2019 15
Etika Penelitian
Intervensi Rasional
NIC: Manajemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif 1. Mengkaji keparahan nyeri dan faktor pencetus
yang meliputi lokasi nyeri, karakteristik, onset, nyeri.
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya 2. Menilai keparahan nyeri yang ditampilkan dari
nyeri dan intensitas atau beratnya nyeri dan faktor respon non verbal.
pencetus nyeri. 3. Meningkatkan kenyamanan Pasien dan menggali
2. Observasi reaksi non verbal terhadap nyeri dan teknik yang dilakukan saat mengalami nyeri
ketidaknyamanan. sebelumnya.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk 4. Meningkatkan kenyamanan Pasien dan
mengetahui pengalaman nyeri pasien. mengurangi nyeri.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang 5. Mengajarkan teknik mengurangi nyeri non
mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan. farmakologi dengan pemijatan punggung.
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi. 6. Mengurangi rasa nyeri dengan pemberian obat
6. Kolaborasi pemberian analgesik untuk anti nyeri pada Pasien.
mengurangi nyeri (ketorolak 2x30 mg) 7. Keluarga dilibatkan dalam usaha penurunan
7. Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri yang dialami pasien.
10/7/2019 16
nyeri.
Implementasi
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
1 Selasa, 24 1. Mengkaji nyeri klien S : Klien mengatakan nyeri
Sept 2019 P : Penekanan
09.00 Q : nyeri tekan
WIB
R : seluruh lapang perut hingga ke pantat
11.00 2. Mengobservasi raut wajah S:7
WIB klien saat nyeri T : sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-5 jam
setelah diberikan injeksi analgesik
12.00 3. Mengurangi suara bising O : Klien tampak menahan sakit dan wajah meringis
WIB yang berada disekitar klien S: Klien mengatakan kadang terganggu dengan suara
percakapan banyak orang disekitarnya
14.00 4. Mengajarkan teknik
O : Klien mau mencoba cara melakukan distraksi bila
WIB distrasksi dan relaksasi
terasa sangat sakit. Klien juga diberikan terapi injeksi
15. WIB 5. Memberikan injeksi S : Klien menyatakan sedikit lebih nyaman setelah
ketorolac 2x30mg. disuntik obat
10/7/2019 17
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
1 Rabu, 25 1. Mengkaji nyeri klien S : Klien mengatakan nyeri
Sept 2019 P : adanya luka pada daerah abdomen
09.00 WIB Q : nyeri tekan
R : seluruh lapang perut hingga ke
11.00 WIB
2. Mengobservasi raut wajah pantat
12.00 WIB klien saat nyeri S:6
T : sering, bahkan muncul kembali
14.00 3. Mengurangi suara bising sekitar 4-5 jam setelah diberikan
WIB yang berada disekitar klien injeksi analgesik
O : Klien tampak menahan sakit dan wajah
15.00 4. Mengajarkan teknik
meringis
WIB distrasksi dan relaksasi
S: Klien mengatakan kadang terganggu
5. Memberikan injeksi dengan suara percakapan banyak orang
ketorolac 2x30 mg. disekitarnya
O : Klien mau mencoba cara melakukan
distraksi bila terasa sangat sakit. Klien
juga diberikan terapi injeksi
S : Klien menyatakan sedikit lebih
nyaman setelah disuntik obat
10/7/2019 18
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON
DX
15.00 WIB 4. Memberikan injeksi ketorolac 2 x O : Klien mau mencoba cara melakukan distraksi
30mg.
bila terasa sangat sakit. Klien juga diberikan terapi
injeksi
S: Klien menyatakan sedikit lebih nyaman setelah
disuntik obat
10/7/2019 19
Evaluasi
10/7/2019 22
Indikator Awal Tujuan Akhir
Lanjutan 1.Melaporkan 2 4 3
adanya nyeri
Keterangan:
1: keluhan ekstrem 2. Frekuensi 2 4 3
2: keluhan berat nyeri
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
4. Pilih dan implementasikan tindakan nonfarmakologi.
5. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
secara tepat.
10/7/2019 23
Lanjutan evaluasi
Tgl/jam Dx Evaluasi Paraf
26 september 2019 Nyeri kronis) S: Klien mengatakan masih nyeri.
(20.00 WIB) berhubungan dengan P : Penekanan
agen injury biologis : Q : nyeri tekan
Ca.recti R : seluruh lapang perut hingga ke
pantat
S:5
T : sering, bahkan muncul kembali
sekitar 4-5 jam setelah diberikan
injeksi analgesik
O :Klien Nampak sedikit tenang
setelah mendapatkan terapi analgesik
ketorolac
A: Masalah nyeri kronis telah teratasi
sebagian
10/7/2019 24
Lanjutan Indikator Awal Tujuan Akhir
1.Melaporkan 2 4 3
Keterangan: adanya nyeri
1: keluhan ekstrem
2: keluhan berat 2. Frekuensi 2 4 3
3: keluhan sedang nyeri
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
4. Pilih dan implementasikan tindakan nonfarmakologi.
5. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
secara tepat.
10/7/2019 25
Kesimpulan
10/7/2019 26
Terima Kasih