Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R dengan Ca.

Recti di RUANG
BAOUGENVILLE C
RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

KELOMPOK 6
BUNJAMIN DANTE MASEPIA I4B019037
WINDA INDRIANI I4B019011
SURIANTY I4B019051
KARINA DENGGANI R.C I4B019024
NUROHMAH NADIA A I4B019024
18/02/2019 1
Latar Belakang
Perubahan pola hidup masyarakat menyebabkan pola penyakit pun
mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat sekarang
tidak hanya penyakit infeksi tetapi ke penyakit degeneratif dan keganasan.
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia berada pada urutan ke 8 di
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia mengalami peningkatan
dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk
pada tahun 2018.

Kanker kolorektal atau disebut dengan kanker usus besar yang merupakan
tumor ganas yang terdapat di colon atau rektum. Rektum adalah bagian dari
usus besar pada system pencernaan yang juga traktus gastrointestinal yang
berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat
yang tidak berguna. Kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab
kematian tertinggi di dunia setelah kanker payudara dan kanker paru-paru.
10/7/2019 2
Tujuan

Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah mahasiswa mampu


melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan tepat sesuai
dengan penyakit pasien agar keluahan yang dirasakan pasien
berkurang dan mahasiswa mengetahui penyakit dari kanker
rektum itu sendiri.

10/7/2019 3
Pengkajian

Diagnosa Medis Ca. Rection

Riwayat 1. Keluhan utama: nyeri di bagian dubur dan menjalar


Kesehatan disekitar perut bagian bawah dan merasa lemas
2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Banyumas pada tahun bulan
Desember 2018. Ketika pertama kali pasien masuk, pasien
terdiagnosa tumor recti 1/3 distal. Telah dilakukan
pengangkatan dan tumbuh kembali. Pasien mengeluh nyeri
setelah tumbuh kembali dan disarankan untuk berobat ke
Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) dan terdiagnosa
10/7/2019
Ca. Recti. 4
Lanjutan

3. Riwayat penyakit Dahulu: Pasien mengatakan pada


tahun 2018 mengalami tumor recti dan telah diangkat
melalui operasi di RSUD Banyumas.
4. Pola istirahat tidur: Pasien mengatakan sebelum sakit
pola tidurnya baik, tidur pukul 21:00 dan bangun pukul
05:00. Semenjak sakit dan masuk rumah sakit pasien
mengatakan jam tidur tidak menentu, karena nyeri yang
dirasakan pasien baru bisa tidur pukul 02:00 dan bangun
kembali pukul 05:00. Pengkajian berikutnya pasien
mengatakan susah tidur dan merintih kesakitan.

10/7/2019 5
Lanjutan
Pemeriksaan Abdomen
fisik
Inspeksi :
Tidak terlihat asites
Tidak terlihat masa
Terdapat stoma kolostomi (warna: seperti warna
kulit, bersih dan tidak tanda inflamasi)
warna kulit tidak kemerahan.
Auskultasi :
Peristaltik usus 9 kalix/menit
10/7/2019 6
Lanjutan

Palpasi :
Teraba nyeri di seluruh lapang perut
P : Saat ditekan
Q : Nyeri tekan
R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S:7
T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-
6 jam setelah diberikan injeksi analgesik
Tidak terdapat hepatomegaly dan splenomegali
Perkusi :
timpani
10/7/2019 7
Lanjutan

Kelamin dan Anus


Inspeksi:
Jenis : perempuan
Terpasang kateter : tidak terpasang
Produksi urin : sedikit tapi sering (sampai 8 kali dalam
sehari)

10/7/2019 8
Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 9,8 g/dL 13,2 – 17,3

Leukosit 6,2 10^3/uL 3,8 – 10,6

Trombosit 214 10^3/Ul 150 – 440

10/7/2019 9
Analisis Data
No Data Problem Etiologi
1. DO : Nyeri Agen injuri
P : Saat ditekan Kronis (Ca. Recti)
Q : Nyeri tekan
R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S:7
T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-6 jam setelah
diberikan injeksi analgesik
Nyeri karena kanker Ca. Recti.
DS = Pasien mengatakan nyeri dari pantat menjalar hingga ke
perut. Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada saat tumor
tumbuh kembali.

10
2. DO = Terdapat stoma kolostomi (warna: seperti warna kulit, Risiko Prosedur
bersih dan tidak ada tanda inflamasi) Infeksi invansif
(Pembuatan
10/7/2019 kolostomi)
Lanjutan

3. DO = Pasien Kurang Rasa


merintih kesakitan tidur ketidaknyamanan
pada malam hari. yang
berkelanjutan
1. Melakukan analisis data
DS = Pasien meliputi univariat, dan
anaisis bivariat
mengatakan sulit 2. Membuat laporan hasil
penelitian
tidur dan tidur pukul 3. Seminar hasil penelitan
02:00-05:00 pagi.

10/7/2019 11
Prioritas Masalah
1. Nyeri Kronis b.d agen injuri fisik (Ca. Recti)
ditandai dengan pengkajian nyeri (P : Saat ditekan Q :
Nyeri tekan R : Seluruh lapang perut hingga ke pantat
S : 7 T : Sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-6
jam setelah diberikan injeksi analgesik), terdapat Ca.
Recti dan pasien mengatakan nyeri saat perut tertekan
dan menjalar sampai pantat, dimulai sejak pasien tahu
tumor tumbuh kembali.

2. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (Pembuatan


kolostomi ) ditandai dengan terdapat stoma kolostomi
(warna: seperti warna kulit, bersih dan tidak ada tanda
inflamasi).
10/7/2019 12
Lanjutan

3. Kurang tidur b.d rasa tidak nyaman


berpekepanjangan (agen fisik: Ca recti)
ditandai dengan sensitivitas tinggi terhadap
nyeri.

10/7/2019 13
Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan
Nyeri Kronis NOC: Kontrol Nyeri
b.d agens injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
biologis: Ca. jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan indikator
Recti sebagai berikut:

10/7/2019 14
Indikator
No Indikator Awal Tujuan
1. Mengenali kapan terjadi nyeri 2 3
2. Menggunakan tindakan 2 4
3. pencegahan
Menggunakan tindakan 2 4
4. pengurangan nyeri tanpa analgesik 1 3
Menggunakan asam mefenamat
Keterangan:
5. 50 mg untuk mengurangi nyeri 2 4 1: Sangat berat
6. Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 4 2: Berat
3: Cukup
7. Panjang episode nyeri 2 4 4: Ringan
Ekspresi Nyeri 5: Tidak ada masalah

10/7/2019 15
Etika Penelitian
Intervensi Rasional
NIC: Manajemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif 1. Mengkaji keparahan nyeri dan faktor pencetus
yang meliputi lokasi nyeri, karakteristik, onset, nyeri.
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya 2. Menilai keparahan nyeri yang ditampilkan dari
nyeri dan intensitas atau beratnya nyeri dan faktor respon non verbal.
pencetus nyeri. 3. Meningkatkan kenyamanan Pasien dan menggali
2. Observasi reaksi non verbal terhadap nyeri dan teknik yang dilakukan saat mengalami nyeri
ketidaknyamanan. sebelumnya.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk 4. Meningkatkan kenyamanan Pasien dan
mengetahui pengalaman nyeri pasien. mengurangi nyeri.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang 5. Mengajarkan teknik mengurangi nyeri non
mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan. farmakologi dengan pemijatan punggung.
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi. 6. Mengurangi rasa nyeri dengan pemberian obat
6. Kolaborasi pemberian analgesik untuk anti nyeri pada Pasien.
mengurangi nyeri (ketorolak 2x30 mg) 7. Keluarga dilibatkan dalam usaha penurunan
7. Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri yang dialami pasien.
10/7/2019 16
nyeri.
Implementasi
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
1 Selasa, 24 1. Mengkaji nyeri klien S : Klien mengatakan nyeri
Sept 2019 P : Penekanan
09.00 Q : nyeri tekan
WIB
R : seluruh lapang perut hingga ke pantat
11.00 2. Mengobservasi raut wajah S:7
WIB klien saat nyeri T : sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-5 jam
setelah diberikan injeksi analgesik
12.00 3. Mengurangi suara bising O : Klien tampak menahan sakit dan wajah meringis
WIB yang berada disekitar klien S: Klien mengatakan kadang terganggu dengan suara
percakapan banyak orang disekitarnya
14.00 4. Mengajarkan teknik
O : Klien mau mencoba cara melakukan distraksi bila
WIB distrasksi dan relaksasi
terasa sangat sakit. Klien juga diberikan terapi injeksi
15. WIB 5. Memberikan injeksi S : Klien menyatakan sedikit lebih nyaman setelah
ketorolac 2x30mg. disuntik obat

10/7/2019 17
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
1 Rabu, 25 1. Mengkaji nyeri klien S : Klien mengatakan nyeri
Sept 2019 P : adanya luka pada daerah abdomen
09.00 WIB Q : nyeri tekan
R : seluruh lapang perut hingga ke
11.00 WIB
2. Mengobservasi raut wajah pantat
12.00 WIB klien saat nyeri S:6
T : sering, bahkan muncul kembali
14.00 3. Mengurangi suara bising sekitar 4-5 jam setelah diberikan
WIB yang berada disekitar klien injeksi analgesik
O : Klien tampak menahan sakit dan wajah
15.00 4. Mengajarkan teknik
meringis
WIB distrasksi dan relaksasi
S: Klien mengatakan kadang terganggu
5. Memberikan injeksi dengan suara percakapan banyak orang
ketorolac 2x30 mg. disekitarnya
O : Klien mau mencoba cara melakukan
distraksi bila terasa sangat sakit. Klien
juga diberikan terapi injeksi
S : Klien menyatakan sedikit lebih
nyaman setelah disuntik obat
10/7/2019 18
NO WAKTU IMPLEMENTASI RESPON
DX

1 Rabu, 26 Sept 1. Mengkaji nyeri klien S: Klien mengatakan nyeri


2019 P : adanya luka pada daerah abdomen
09.00 WIB Q : nyeri tekan
R : seluruh lapang perut hingga ke pantat
11.00 WIB 2. Mengobservasi raut wajah klien saat
nyeri S:6
T : sering, bahkan muncul kembali sekitar 4-5
14. WIB 3. Mengajarkan teknik distrasksi dan jam setelah diberikan injeksi analgesik
relaksasi O : Klien tampak menahan sakit dan wajah meringis

15.00 WIB 4. Memberikan injeksi ketorolac 2 x O : Klien mau mencoba cara melakukan distraksi
30mg.
bila terasa sangat sakit. Klien juga diberikan terapi
injeksi
S: Klien menyatakan sedikit lebih nyaman setelah
disuntik obat

10/7/2019 19
Evaluasi

Tgl/jam Dx Evaluasi Paraf


24 september 2019 Nyeri kronis) S: Klien mengatakan masih nyeri.
(20.00 WIB) berhubungan dengan P : Penekanan
agen injury biologis : Q : nyeri tekan
Ca.recti R : seluruh lapang perut hingga ke
pantat
S:7
T : sering, bahkan muncul kembali
sekitar 4-5 jam setelah diberikan
injeksi analgesik
O :Klien Nampak sedikit tenang
setelah mendapatkan terapi analgesik
ketorolac
A: Masalah nyeri kronis telah teratasi
sebagian
NOC: Pain level
Lanjutan Indikator Awal Tujuan Akhir
1. 2 4 2
Melaporkan
Keterangan: adanya nyeri
1: keluhan ekstrem 2. Frekuensi 2 4 2
nyeri
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan pemantauan yang
ketat.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
4. Pilih dan implementasikan tindakan nonfarmakologi.
5. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri secara tepat.
10/7/2019 21
Lanjutan evaluasi
Tgl/jam Dx Evaluasi Paraf
25 september 2019 Nyeri kronis) S: Klien mengatakan masih nyeri.
(20.00 WIB) berhubungan dengan P : Penekanan
agen injury biologis : Q : nyeri tekan
Ca.recti R : seluruh lapang perut hingga ke
pantat
S:6
T : sering, bahkan muncul kembali
sekitar 4-5 jam setelah diberikan
injeksi analgesik
O :Klien Nampak sedikit tenang
setelah mendapatkan terapi analgesik
ketorolac
A: Masalah nyeri kronis telah teratasi
sebagian

10/7/2019 22
Indikator Awal Tujuan Akhir
Lanjutan 1.Melaporkan 2 4 3
adanya nyeri
Keterangan:
1: keluhan ekstrem 2. Frekuensi 2 4 3
2: keluhan berat nyeri
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
4. Pilih dan implementasikan tindakan nonfarmakologi.
5. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
secara tepat.
10/7/2019 23
Lanjutan evaluasi
Tgl/jam Dx Evaluasi Paraf
26 september 2019 Nyeri kronis) S: Klien mengatakan masih nyeri.
(20.00 WIB) berhubungan dengan P : Penekanan
agen injury biologis : Q : nyeri tekan
Ca.recti R : seluruh lapang perut hingga ke
pantat
S:5
T : sering, bahkan muncul kembali
sekitar 4-5 jam setelah diberikan
injeksi analgesik
O :Klien Nampak sedikit tenang
setelah mendapatkan terapi analgesik
ketorolac
A: Masalah nyeri kronis telah teratasi
sebagian

10/7/2019 24
Lanjutan Indikator Awal Tujuan Akhir
1.Melaporkan 2 4 3
Keterangan: adanya nyeri
1: keluhan ekstrem
2: keluhan berat 2. Frekuensi 2 4 3
3: keluhan sedang nyeri
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi klien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
4. Pilih dan implementasikan tindakan nonfarmakologi.
5. Dorong klien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
secara tepat.

10/7/2019 25
Kesimpulan

10/7/2019 26
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai