FRAKTUR DAN DISLOKASI Violita Mellania
FRAKTUR DAN DISLOKASI Violita Mellania
Dislokasi
Violita Mellania
6411418124
FRAKTUR
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural dari tulang. Hal ini dapat saja
hanya berupa retakan atau serpihan dari kortex, namun lebih sering putusnya
kontinuitas ini komplit dan fragmen tulang berpindah. Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan
menurut Carpenito (1999), menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas Jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis,
biasanya dialami pada usia dewasa, dan dapat juga disebabkan karena
kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur Fisiologis
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah
suatu keadaan
keluarnya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang
membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang di dekat sendi atau
mengenai
sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah
terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi)
Epidemiologi
Anamnesis
Perlu ditanyakan tentang :
• Rasa nyeri
• Adanya riwayat trauma
• Mekanisme trauma
• Ada rasa sendi yang keluar
• Bila trauma minimal dan kejadian yang berulang, hal ini dapat terjadi pada dislokasi
rekurrens
Pemeriksaan klinis
Deformitas
• Hilangnya penonjolan tulang yang normal
• Pemendekan
• Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu
Bengkak
Terbatasnya gerakan atau gerakan yang abnormal
.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi
dan
apakah disertai fraktur.Pemeriksaan diagnostik dengan
cara
pemeriksaan sinar –X (pemeriksaan X-Rays).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
Lakukan reposisi segera.
• Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa
anestesi, misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada
fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan
anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.
• Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi
umum.
• Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
• Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
• Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari
sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
• Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
Dislokasi Sendi Siku
Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi
sendi
siku ke arah posterior.Reposisi dilanjutkan dengan
membatasi gerakan dalam sling atau gips selama
tiga minggu untuk memberikan kesembuhan
pada
sumpai sendi.
Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)
Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, yaitu
sendi sternoklavikular, sendi akromioklavikular, dan sendi glenohumoral. Hubungan skapulothorakal
bukan merupakan sendi melainkan suatu hubungan muskuler antara dinding thoraks dan skapula.
Melalui keempat hubungan ini yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini
terjadi gerakan ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan
50% kasus dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu
anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi
bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Oleh
karena itu pada sendi glenohumoral sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat
serangan epilepsi.
Melihat lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior
dan lebih
jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama mengalami
kerusakan atau
avulasi dari fibrocarltilage antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan
inferior.
Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi ulang
bila
mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi.
Tanda-tanda korban yang mengalami dislokasi sendi bahu yaitu:
• Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
• Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
• Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
• Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
Dislokasi Acromioclavicularis
Kekuatan sendi akromioklavikular disebabkan oleh simpai sendi dan ligament
korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa disertai rupturnya ligament
korakoklavikuar, biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke cranial dan
dapat diterapi secara konservatif dengan mitela yang disertai latihan dan gerakan otot
bahu. Bila tidak berhasil atau adanya robekan ligament korakoklavikula kadang
dilakukan operasi reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna.
Dislokasi Sternoclavicular
Dislokasi sternoklavikular ini jarang terjadi dan bisa terjadi akibat trauma langsung
klavikula kearah dorsal yang menyebabkan dislokasi posterior atau retrosternal. Atau
bisa terjadi akibat tumbukan pada bagian depan bahu sehingga bagian medial dari
klavikula tertarik kearah depan dan menyebabkan lepasnya sendi sternoklavikular
kearah anterior. Pengobatan konserfatif dengan reposisi dan imobilisasi bisa berhasil
dan bila gagal perlu dilakukan operasi. Yang terpenting ialah latihan otot supaya tidak
terjadi hipotrofik pada otot bahu.
Dislokasi bahu anterior
Sering terjadi pada usia dewasa muda, kecelakaan lalu
lintas ataupun cedera olah raga. Dislokasi terjadi karena
kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi ekstern
(puntiran keluar) dan ekstensi sendi bahu. Posisi lengan
atas dalam posisi abduksi. Kaput humerus didorong ke
depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi bagian bawah
dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian
anterior. Lesi ini disebut bankart lesion. Karena terjadi
robekan kapsul, kepala humerus akan keluar dari cekungan
glenoid ke arah depan dan medial, kebanyakan tertahan di
bawah coracoideus. Mekanisme lain terjadinya disloksi
adalah trauma langsung. Pederita jatuh, pundak bagian
belakang terbentur lantai atau tanah. Gaya akan mendorong
permukaan belakang humerus bagian proksimal ke depan.
Dislokasi bahu posterior
Dislokasi ini jarang terjadi, mekanisme biasanya
penderita jatuh dimana posisi lengan atas
dalamkedudukan adduksi atau internal rotasi.
Dislokasi bahu inferior (Luxatio Erecta)
Kaput humerus terperangkap dibawah kavitas
glenoidale sehingga terkunci dalam posisi abduksi.
Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding
kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus
ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek lubang
kancing (Button hole effect)”
Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)
Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu
atau siku. Mekanisme terjadinya dislokasi yaitu saat kaput
yangterletak di belakang asetabulum, kemudian segera
berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera
serius misalnya trauma benturan depan mobil akibat tabrakan
mobil frontal. Penderita mungkin mengalami syok berat dan
tidak dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam posisi tinggi yang
sesuai dengan paha difleksikan, dan dirotasikan ke interna.
Tungkai pada sisi yang cedera lebih pendek daripada sisi yang
normal. Lututnya bersandar pada paha yang berlawanan dan
trokantor mayor dan pantat menonjol secara abnormal.Dislokasi
hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa menyakitkan di mana
komponen peluru/bola/caput humeri tulang paha keluar dari
tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita mengalami rasa
nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada
tempatnya lagi.
Dislokasi panggul posterior
Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis longitudinal pada
femur saat femur dala keadaan fleksi 90 0 dan sedikit adduksi. Pemeriksaan pada penderita
dislokasi posterior hip joint akan menunjukkan tanda yang abnormal. Paha (pada bagian yang
mengalami dislokasi) diposisikan sedikit
fleksi, internal rotasi dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci
pada bagian posterior asetabulum. Salah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa
kemampuan sensorik dan motorik ekstremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang
mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu
komplikasi masalah yang tidak lazim pada kasus dislokasi hip joint. Dislokasi panggul posterior
biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis longitudinal pada femur saat femur dalam
keadaan fleksi 90o dan sedikit adduksi.
Dislokasi panggul anterior
Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan
menggeserkan kaput femur di depan asetabulum. Pemeriksaan dislokasi
anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi
adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak
fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas berada
di depan triangle femur.
Dislokasi panggul central / obturator
Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator
disebabkan karena gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari
panggul yang normal yang disebabkan karena trokantor mayor bergerak
berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur keluar dari
asetabulum.
Dislokasi Sendi Lutut
Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang
berat,yang langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi
secara sekunder pada penyakit degeneratif ataupun pada penyakit
infeksi yang sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat
menjadi dislokasi ke ventral , dorsal ataupun ke setiap sisi . Dapat juga
terjadi rotasi yang abnormal pada
femur.Mekanisme terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya
melalui hiperekstensi dan torsi pada sendi lutut.Dislokasi akut pada
sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah
ataupun persarafan pada popliteal space.Gambaran klinis dijumpai
adanya trauma pada daerah lutut disertai pembengkakan, nyeri dan
hamartrosis serta deformitas. Pengobatan, tindakan reposisi dengan
pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan dilakukan aspirasi
hemartrosis dan setelahnya dipasang bidai gips posisi 10 o-l5o selama 1
minggu kemudian dipasang gips sirkuler d iatas lutut selama 7-8
minggu, bila ternyata lutut tetap tak stabil (varus ataupun valgus) maka
harus dilakukan operasi untuk erbaikan pada ligamen.
MANIFESTASI KLINIS
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek
samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul,
anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik
termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6
jam.
b Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan
meliputi:
• Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
• Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku
dan pin logam.
• Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Non medis
a Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)
KOMPLIKASI
Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.
TERIMAKASIH