Anda di halaman 1dari 27

IMMOBILISASI

MIKROKAPSUL MINYAK
JERUK NIPIS (Citrus
aurantifolia) PADA KAIN
KELOMPOK 10 KAPAS

1. Monica Coryana (16612050)


2. Aliffudin Yusuf (17612020)
3. Rina Widiastuti (17612022)
4. Devi Wahyu Sri Sundari
(176120..)
0 Metode
01 Abstract 3
OUTLINE 04 Hasil

02Pendahuluan 05 Kesimpulan
1
Abstrak

Immobilisasi mikrokapsul pada kain kapas dilakukan dengan metode pad-dry dengan
menggunakan binderpoliakrilat dan crosslinking agent N-methylol dihydroxyethylene
urea
Sebagai bahan pembanding,metode immobilisasi yang sama dilakukan pula pada
mikrokapsul minyak jeruk nipis berbasis kulit etil selulosa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrokapsul hasil sintesis terkarakterisasi


mempunyai bentuk sperik dengan ukuran partikel 0,44 – 2,10 µm

Immobilisasi mikrokapsul berbasis melamin formaldehid memperlihatkan hasil optimum


menggunakan binder poliakrilat, sedangkan mikrokapsul berbasis etilselulosa memperlihatkan
hasil optimummenggunakan crosslinking agent N-methylol dihydroxyethylene urea.Kedua sampel
kain dengan teknik immobilisasi optimummemperlihatkan ketahanan terhadap pencucian cukup
baik hingga setara 5 kali pencucian rumah tangga.
2
INTRODUCTION
Teknologi mikroenkapsulasi dalam
proses penyempurnaan tekstil
Mikroenkapsulas pada saat ini telah menjadi target
i komersial yang penting dan
tantangan engineering tersendiri
embuatan mikrokapsul aroma,
dalam menghasilkan tekstil dan
beberapa zat aktif natural dalam
produk tekstil fungsional dengan
bentuk minyak atsiri dapat diisolasi
nilai tambah tertentu
dari kulit buah Jeruk. Minyak atsiri
merupakan kompleks senyawa polar
dan non polaryang secara kimia Minyak Atsiri Mikrokapsul
tersusun atas senyawa mono dan
seskuiterpen serta polipropanoid
Kulit Jeruk Tekstil
aromatik. penerapan mikrokapsul pada kain/tekstil
yang menjadi tantangannya antara lain
dalam hal bagaimana mendapatkan
kekuatan mekanis mikrokapsul yang
memadai agar bertahan cukup lama pada
kain. Selain itu mikrokapsul yang
digunakan juga harus memiliki mekanisme
dan kecepatan pelepasan (release) zat
aktif terenkapsulasi tertentu yang
diinginkan, mempunyai kestabilan dan
bersifat non-toksik.
3 Metode
1. Minyak Atsiri Kulit Jeruk

Dipotong kecil-
Kulit Jeruk Dicuci dan dibilas
kecil

Sebanyak 200 g
disuling selama 8
jam

Minyak Atsiri
Kulit Jeruk
Pembuatan mikrokapsul minyak jeruk nipis berbasis
kulit melamin formaldehid

Prinsip pembuatan mikrokapsul minyak jeruk nipis dilakukan dengan metode polimerisasi in-situ yang dilakukan oleh pe
neliti sebelumnya. Tahapan diawali dengan :
1. prepolimerisasi melaminformalin, yaitu dengan mencampurkan 1,5 gram melamin, 4,8 mL formaldehid 37% dan 50
mL air,
2. penambahan air hingga volume 100 mL, pada pH 8,5-9. Campuran diaduk pada temperatur 70 °C selama 10 hingga 3
0 menit hingga larutan menjadi bening.
3. emulsi minyak jeruk, dengan mencampurkan2 gr Tween 20 dan 75 mL air kemudian diaduk hingga larut. Pada campu
ran ini ditambahkan 1-10 mL minyak jeruk pada temperatur kamar, sambil diaduk pada kecepatan 1000 rpm.Emulsi
minyak jeruk dimasukkan ke dalam larutan prepolimer melamin-formalin, kemudian diaduk dan diatur hingga pH 5.
4. Dalam campuran ini lalu ditambahkan larutan PVA melalui pengadukan pada temperatur 70°C selama 30 menit. Slurr
y kemudian didekantasi dan dikeringkan dalam desikator.
Immobilisasi mikrokapsul pada kain kapas

Immobilisasi mikrokapsul pada kain kapas diawali dengan penyiapan sampel kain kapas siap celup d
engan gramasi 0,01 gram/cm2berukuran 7 cm x 35 cm.
1.Larutan mikrokapsul disiapkan dengan variasi jenis mikrokapsul (EC dan MF) dan binder/crosslinki
ng agent. Volume larutan mikrokapsul yang diimmobilisasikan ditentukan sebesar 100 mL dengan
masing-masing kadar sebagai berikut:
a.mikrokapsul minyak jeruk EC 1,4%, mikrokapsul melamin formaldehid (MF) 1,25%, binder poliakr
ilat 4%, crosslinking agent N- methylol dihydroxyethylene urea 3%.
2.Larutan mikrokapsul dan binder/crosslinking diaduk sampaihomogen, kemudian kain kapas dimas
ukkan ke dalam larutan mikrokapsul selama 5-10 menit sambil diaduk dengan batang pengaduk.
3.Sampel kain selanjutnya dikeringkan pada mesin drying selama 3 menit. Proses perendaman kain
dengan larutan mikrokapsul dan pengeringannya diulang sebanyak 2 hingga 3 kali.
4.Sampel kain kapas yang telah mengalami perlakuan dengan mikrokapsul diamati menggunakan SE
M dan diuji daya tahan cucinya sesuai standar uji SNI ISO 105-C06:2010
Pengujian dan karakterisasi

FTIR

PSA

SEM
4
Hasil
1. Karakteristik mikrokapsul
Pembentukan shell mikrokapsul melaminf ormaldehid via polimerisasi in-situ diawali dengan pembu
atan preparat prepolimer melamin formaldehid (MF prepolimer) dengan cara mereaksikan melamin
dengan formaldehid pada pH basa

Melamin Formaldehid Melamin formaldehid prepolimer


FTIR Mikrokapsul

Hasil FTIR memberikan


Vibrasi streching C-O
pada 1101 cm-1, ikatan C-
N pada 1352 cm-1, dan
vibrasi bending N-H pada
1566 cm-1.
PSA Mikrokapsul

Hasil pngukuran distribusi


partikel mikrokapsul minyak
jeruk dengan PSA
memperlihatkan dua puncak
kurva disribusi yang
menggambarkan berukura 2,10
mikrometer berkisar <90%.
Ukuran partikel mikrokapsul
rata-rata adalah 0,998
mikromter.
SEM Mikrokapsul

Hasil gambar SEM dengan


perbesaran 640x (a) tampak
mikrokapsul minyak jeruk
terlihat jelas dan terang dengan
bentuk sperik. Hasil gambar (b)
dengan perbesaran 10.000x
terlihat tampak jelas bahwa
mikrokapsul bersifat sperik.
Evaluasi sampel Kain hasil immobilisasi dengan mikrokapsul

Hasil evaluasi terhadap mikrokapsul pada kain kapas setelah pencucian tampak terjadi penurunan jumlah
mikrokapsul baik secara setelah pencucian 1x maupun 5x. Kemungkinan terjadi adalah mikrokapsul yang tidak
teriksasi pada kain kapas. Mikrokapsul berbasis kulit etil selulosa lebih cocok dengan binder dihdroksietilen
urea, sedangkan binder poliakrilat cocok untuk mikrokapsul berbasis kulit melamin formaldehid. Immobilisasi
mikrokapsul melamin formaldhid pada kain kapas, memperlihatkan ketahanan terhadap pencucian hingga 5x
pencucian.
SEM Kapas yang trimmobilisasi
5
Kesimpulan
Mikrokapsul minyak jeruk nipis dalam kapsul melamin formaldehid berhasil disintesis de
ngan metode polimerisasi in-situ. Mikrokapsul terkarakterisasi dengan menggunakan SE
M berbentuk sperik. Mikrokapsul minyak jeruk dengan basis kulit melamin formaldehid y
ang disintesis pada kecepatan pengadukan 1000 rpm memiliki ukuran partikel 0,44 – 2,10
µm.Immobilisasi mikrokapsul melamin formaldehid pada kain kapas memperlihatkan ket
ahanan terhadap pencucian hingga setara 5 kali pencucian rumah tangga.Penurunan tahan
cuci terbaik untuk mikrokapsul etil selulosa/binder dihidroksi etilen urea dan mikrokapsul
melamin formaldehid/binder poliakrilat masing-masing berturut-turut 23% dan 22%.
Teknologi Pemanfaatan
Serat Daun Nanas Sebagai
Alternatif
Bahan Baku Tekstil

KELOMPOK 10
0 Metode
01 Abstract 3
OUTLINE 04 Hasil

02Pendahuluan
05 Kesimpulan
1
Abstrak

Nanas adalah tanaman endemik Indonesia

Serat daun nanas bisa digunakan sebagai tekstil

Sintesis dengan menggunakan metode decortication dan degumming process


2
INTRODUCTION Serat alam (natural fibre) adalah
jenis-jenis serat sebagai bahan
baku industri tekstil atau lainnya,
yang diperoleh langsung dari alam.
Serat Alam Berdasarkan asal usulnya, serat
alam dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok, yaitu
serat yang berasal dari binatang
(animal fibre), bahan tambang
(mineral fibre) dan tumbuhan
(vegetable fibre)
Pemanfaata
n serat Serat Nanas
nanas
3 Metode
1. Ekstraksi serat daun nanas Manual dengan menggunakan tangan

Peralatan decorticator

1. Manual : Water retting


Water retting adalah proses yang dilakukan oleh micro-organism
(bacterial action) untuk memisahkan atau membuat busuk zat-zat
perekat (gummy substances) yang berada disekitar serat daun nanas,
sehingga serat akan mudah terpisah dan terurai satu dengan lainnya.
Daun-daun nanas yang telah mengalami proses water retting kemudian
dilakukan proses pengikisan atau pengerokan (scraping) dengan
menggunakan plat atau pisau yang tidak tajam untuk menghilangkan zat-
zat yang masih menempel atau tersisa pada serat, sehingga serat-serat
daun nanas akan lebih terurai satu dengan lainnya. Serat-serat tersebut
kemudian dicuci dan dikeringkan.
2. Extraction : Decorticor
Decorticator, prosesnya disebut dengan dekortikasi. Mesin decorticator
terdiri dari suatu cylinder atau drum yang dapat berputar pada
porosnya. Pada permukaan cylinder terpasang beberapa plat atau
jarum-jarum halus (blades) yang akan menimbulkan proses pemukulan
(beating action) pada daun nanas, saat cylinder berputar Daun-daun
nanas yang telah mengalami proses dekortikasi, kemudian dicuci dan
dikeringkan melalui sinar matahari, atau dapat dilakukan dengan cara-
cara yang lain.
Perbedaan proses mempengaruhi terhadap physical maupun mechanical properties serat (terutama
berat, kekuatan tarik dan mulur serat), penelitian menunjukkan bahwa treatment yang dilakukan pa
da serat daun nanas tersebut, hasil dari proses decorticasi ataupun water retting, dengan bahan kim
ia misal NaOH, H2SO4 atau bahan-bahan kimia lainnya dengan konsentrasi tertentu, akan memudahk
an dalam penguraian atau pemisahan antar serat dari ikatannya (bundle of fibres).

Lignin
4
Hasil
Komposisi Kimia
Hampir semua jenis serat mengandung selulosa. Sama halnya dengan serat-serat alam lainnya yang
berasal dari daun (leaf fibres), secara morphology jumlah serat dalam daun nanas terdiri dari bebera
pa ikatan serat (bundle of fibres) dan masing-masing ikatan terdiri dari beberapa serat (multi-celluler
fibre) dan secara umum sifat atau karakteristik serat daun nanas dapat ditunjukkan pada tabel :
Hal ini menunjukkan bahwa serat yang sudah mengalami proses treatment mempunyai
kemampuan daya serap yang tinggi pada proses pewarnaan. Namun demikian, sifat-sifat flexural
rigidty dan torsional rigidity pada serat daun nanas relatif lebih tinggi dibanding serat kapas. Hal
ini menyebabkan resistensi yang besar terhadap twisting ataupun bending dan serat cenderung
untwist (melawan puntiran) segera setelah twist diberikan, menyebabkan kesulitan untuk
mendapatkan kekompakan benang yang diinginkan.
Sangat memungkinkan bahwa serat daun nanas dapat dijadikan sebagai benang. mengingat
physical properties serat daun nanas, khususnya sifat elasticity, torsional dan flexural rigidity, yang
sangat berbeda dengan serat cotton, maka diperlukan modifikasi peralatan pemintalan yang
digunanakan, baik menggunakan sistem cotton, rotor ataupun dengan sistem spinning yang lain.
Tabel 7, menunjukkan bahwa pemintalan dapat dilakukan dengan 100% terdiri dari serat daun
nanas maupun dengan cara blending (campuran dengan serat lain), misal polyester, cotton,
ataupun serat wool. Untuk mengurangi sifat flexural rigidty dan torsional rigidity pada serat daun
nanas yang relatif cukup tinggi, penambahan bahan-bahan softener, misal oil-water emulsion,
pada serat sebelum diproses menjadi sangat diperlukan.
4
Kesimpulan
dengan beberapa kelebihan properties yang dimiliki oleh serat daun nanas, dis
amping pemanfaatan utama untuk industri tekstil, misal pembuatan kain vertical
blind (tirai penutup jendela) ataupun digunakan sebagai wall paper (kain pelapis
dinding), serat dari daun nenas dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai keperl
uan, misal sebagai bahan baku kertas (pulp), dikembangkan sebagai bahan co
mposite sebagai reinforced plastics ataupun roofing (eternit). Sebagai bahan ba
ku pembuat kertas yang cocok untuk tissue, filter rokok dan pembersih lensa, k
ertas dari serat daun nenas memiliki kualitas yang baik dengan permukaan yan
g halus.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai