Anda di halaman 1dari 29

PRINSIP-PRINSIP

ANTI KORUPSI
Disampaikan oleh: Dyah Widodo, SKp., M.Kes

51
Kompetensi Dasar POKOK BAHASAN :
Prinsip-prinsip
antikorupsi.
Peserta didik mampu menjelaskan
prinsip-prinsip antikorupsi untuk
SUB POKOK BAHASAN :
mengatasi faktor eksternal penyebab
Prinsip-prinsip antikorupsi,
terjadinya korupsi dan contohnya
meliputi;
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Kewajaran
4. Kebijakan
5. Kontrol kebijakan

2
53
Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan


pelaksanaan kerja
Prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat
pendukung baik berupa:
- Perundang-undangan (de jure) &
- Komitmen & dukungan masyarakat (de facto)
baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga.
54
Bagaimana mengukur akuntabilitas?

1. Akuntabilitas harus dapat diukur dan


dipertanggungjawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan
semua kegiatan.
2. Evaluasi atas kinerja administrasi,
proses pelaksanaan, dampak dan
manfaat yang diperoleh masyarakat
baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.
55
Contoh kegiatan sipenmaru di Poltekkes.
Prinsip akuntabilitas diwujudkan dengan
membuat pelaporan & pertanggungjawa-
ban, yang tidak hanya diserahkan kepada
Direktur Poltekkes dan Badan PPSDM
Kesehatan, melainkan juga kepada semua
pihak, khususnya kepada lembaga-
lembaga kontrol seperti ItJen Kemenkes
yang membidanginya serta kepada
masyarakat.
Dan Poltekkes juga mengadakan evaluasi bukan hanya terhadap
pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan tersebut, tetapi juga dievaluasi
dampak terhadap kelangsungan PBM, kelulusan, dan masa tunggu bekerja.
◦ 56
◦Prinsip akuntabilitas harus mulai diterapkan oleh
mahasiswa dalam program kegiatan
kemahasiswaan


◦Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian
antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri
mahasiswa dapat semakin ditingkatkan

57
Transparansi
Transparansi: prinsip yang mengharuskan semua
proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga
segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.

Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus


kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan.

 Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi


mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust )
58
Perlunya keterlibatan masyarakat dalam proses
transparansi:

Proses penganggaran yang bersifat bottom up,


mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap
kinerja anggaran.
Proses penyusunan kegiatan. Hal ini terkait pula
dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber
pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
59
Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan
dana, mekanisme pengelolaan kegiatan mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial
dan pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus
lagi adalah kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap out put kegiatan.

60
Kontrol masyarakat sangat diperlukan
Proses Perencanaan
Program Pembangunan,
Anggaran Pendapatan
dan Anggaran Belanja Negara
atau Daerah

Evaluasi dan Penilaian Implementasi


Kinerja Anggaran
Kontrol Alokasi Sektor,
Out Come Jangka Pendek Masyarakat Pelaksanaan,
& Jangka Panjang serta Pengawasan Format

Laporan Pertanggungjawaban
Out Put
(Teknisi Fisik dan Administrasi)

61
Contoh: sipenmaru di Poltekkes dilaksanakan
dengan memperhatikan 5 proses transparansi.
Proses pengganggaran melibatkan peran aktif
jurusan dengan memperhatikan kuota, daya
tampung dan anggaran yang tersedia, baru
dirapatkan untuk verifikasi tingkat Direktorat
sebagai bahan penyusunan kegiatan, kemudian
dibahas biaya apa saja yang boleh dipungut oleh
masing-masing jurusan dengan mengacu pada
kebijakan yang berlaku,
Penentuan kelulusan ditetapkan mengacu pada kebijakan yang berlaku.
Hasil kegiatan tersebut dibuat laporan serta dipertanggungjawabkan
oleh Direktur Poltekkes kepada Kepala PPSDM Kesehatan serta diperiksa
oleh ItJen Kemenkes dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
62
Dalam bentuk yg paling sederhana, keterikatan interaksi
antar dua individu atau lebih mengharuskan adanya
transparansi mengacu pd keterbukaan & kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan karena
kepercayaan, keterbukaan, & kejujuran mrpk modal awal
yg sangat berharga bagi mhs untuk dapat melanjutkan
tanggungjawabnya pd masa kini dan masa mendatang
(Kurniawan, 2010)

Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan ke 5 proses


transparansi tsb dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat,
organisasi, atau institusi.
63
Kewajaran (Fairness)

Prinsip fairness ditujukan untuk


mencegah terjadinya manipulasi
dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya

64
lima langkah penegakan prinsip fairness

1.Komprehensif dan disiplin: mempertimbangkan


keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip
pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off
budget).
2. Fleksibilitas: adanya kebijakan tertentu untuk efisiensi
dan efektifitas.
3. Terprediksi: ketetapan dalam perencanaan atas dasar
asas value for money dan menghindari defisit dalam tahun
anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan
cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan.
65
4. Kejujuran : adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja, yang
berasal dari pertimbangan teknis maupun
politis. Kejujuran bagian pokok dari prinsip
fairness.
5. Informatif : adanya sistem informasi
pelaporan yang teratur dan informatif sebagai
dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses
pengambilan keputusan. Sifat informatif ciri
khas dari kejujuran.
66
Contoh: dalam sipenmaru dilaksanakan
sesuai usulan dari jurusan, dilakukan
verifikasi oleh direktorat dan seleksi
sesuai kriteria. Penentuan kuota mhs
baru yg diterima sesuai ketentuan, tetapi
bila pendaftar menurun pada saat daftar
ulang atau tidak mencapai kuota yang
sudah ditentukan akan dirapatkan kembali
untuk pengisian kuota yang belum
terpenuhi melalui jalur lain.
Kuota yang belum tercapai diisi dengan pemanggilan calon mahasiswa
cadangan yang sudah disiapkan dari kuota yang tersedia. Calon
mahasiswa yang diterima termasuk cadangan yang sesuai kriteria,
diumumkan secara on line maupun tidak.
67
◦Prinsip kewajaran bertujuan untuk mencegah praktek
ketidakwajaran/penyimpangan dalam segala level
kehidupan  prinsip kewajaran dapat menggiring setiap
kegiatan khususnya yg berkaitan dengan penganggaran
agar berjalan secara wajar, jujur, dan sesuai dengan
prosedur yg telah disepakati bersama

◦Dapat diterapkan oleh mahasiswa agar dapat bersikap


lebih waspada dalam mengatur beberapa aspek
kehidupannya seperti: penganggaran, perkuliahan,
sistem belajar, maupun dalam organisasi & memiliki
kualitas moral yg lebih baik
68
Kebijakan Antikorupsi

 Mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan


yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
 Tidak selalu identik dengan undang-undang (UU) antikorupsi,
namun bisa berupa UU kebebasan mengakses informasi, UU
desentralisasi, UU anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh
para pejabat negara.

69
4 Aspek Kebijakan Anti-Korupsi

Pembuat
Isi

Kebijakan Antikorupsi

Kultur Pelaksana

70
4 Aspek Kebijakan ….
• Isi kebijakan: Kebijakan antikorupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.

• Pembuat kebijakan: Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas


dan integritas pembuatnya.

• Pelaksana kebijakan: Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi


apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan; yaitu kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.

• Kultur kebijakan: Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilai-


nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang antikorupsi. Lebih jauh kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
71
◦Contoh: sipenmaru di Poltekkes, kebijakan/aturan
penerimaan mahasiswa baru yang isinya tergambar
dalam aturan-aturan seleksi penerimaan mahasiswa baru
dilaksanakan sesuai dengan buku pedoman, dimana
pembuat kebijakan penerimaan mahasiswa baru tersebut
adalah Badan PPSDM Kesehatan, dan apabila
penyelenggaraan tidak sesuai aturan yang ditetapkan, hal
tersebut akan menjadi temuan ItJen Kemenkes. Seluruh
perangkat pelaksana sipenmaru di Direktorat
menjalankan sesuai dengan aturan-aturan yang sudah
ditentukan.
72
Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan


yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi
semua bentuk korupsi.

73
3 Model Kontrol Kebijakan

Evolusi

KEBIJAKAN

Reformasi

74
3 Model Kontrol Kebijakan

 Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
 Evolusi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan
baru yang dianggap lebih layak.
 Reformasi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.
75
Contoh reformasi: jika pelaksanaan ujian
seleksi penerimaan mahasiswa baru aturan
yang berlaku belum efisien. Misalnya uji tulis
menggunakan paper base test masih terdapat
kecurangan, maka penyelenggaraan
selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk
computer base test atau one day service.

76
Perbedaan kontrol terhadap
kebijakan tergantung pada
sistem yang terbangun.
Dalam sistem demokrasi
yang sudah mapan
(established), kontrol
kebijakan tersebut dapat
dilakukan melalui
partisipasi, evolusi, &
reformasi.
77
78
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai