Anda di halaman 1dari 30

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PACITAN
Manajemen Pengelolaan Limbah Fasyankes

• Upaya merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,


mengkoordinasi serta memonitor dan memantau
kegiatan pengelolaan limbah di Fasyankes sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan ketentuan dan tujuan yang
telah ditetapkan.

2
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah tajam Termometer &


1% tabung rusak
1%

Limbah kimia &


farmasi
3%

Limbah infeksius
& patologi Limbah domestik
15% 80%

Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi
DASAR HUKUM TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 WAJIB


melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan
kepada pihak lain.
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 163
Lingkungan sehat berarti bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan
gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi
DUKUNGAN PENGELOLAAN LIMBAH Manajemen Fasilitas dan Keamanan
MFK 1
DALAM AKREDITASI FASYANKES Izin-izin (Izin Lingkungan, IPLC, Izin TPS Limbah
(khusus RUMAH SAKIT) B3, Izin Pengolahan Limbah B3)
MFK 2
Program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan (B3 dan Limbah B3)
MFK 5
Identifikasi dan Pengendalian secara aman B3
dan Limbah B3
MFK 5.1.
Penyimpanan dan pengolahan Limbah B3
MFK 9.3
Pemeriksaan kualitas air bersih dan air Limbah
secara berkala
PENGELOLAAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
LIMBAH PPI 7.4
Pengendalian risiko infeksi dari kegiatan
pengelolaan Limbah infeksius
PPI 7.5
Pengendalian risiko infeksi dari benda tajam
dan jarum
PERMEN LHK Nomor: P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk


memberikan panduan bagi Penghasil Limbah
B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam
mengelola Limbah B3 yang dihasilkan.
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK/
Sekjen/2015
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis PP No. 47 tahun 2016 tentang
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES Fasyankes :
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Meliputi: Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat;
1. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis; 2. pusat kesehatan masyarakat;
Dan
3. klinik;
c. Rumah Sakit 4. rumah sakit;
5. apotek;
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah: Dengan 6. unit transfusi darah;
Karakteristik Infeksius; Benda Tajam, Patologis, 7. laboratorium kesehatan;
Bahan Kimia Kedaluwarsa, Tumpahan, Atau Sisa 8. optikal;
Kemasan, Radioaktif, Farmasi, Sitotoksik, Peralatan 9. fasilitas pelayanan kedokteran untuk
Medis Yang Memiliki Kandungan Logam Berat kepentingan hukum; dan
Tinggi; Dan Tabung Gas Atau Kontainer
10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
Bertekanan.
Sesuai dengan PermenLHK No. P56 tahun 2015 tentang
KONDISI SAAT INI Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3 dari FASYANKES

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES


Penghasil

 Memilah : RS A
DENGAN INSENERATOR
BERIZIN KLHK
- Limbah Domestik
- Limbah Medis Penghasil PENGOLAH
 Limbah Infeksius LIMBAH MEDIS
SWASTA DENGAN
Puskesmas
Patologis INSENERATOR ABU
BERIZIN KLHK
 Limbah Tajam LIMBAH
Landfill
 Limbah Penghasil MEDIS
Limbah B3
Fasyankes
Plastik/Kaca Klinik
STRATEGI PENYELENGGARAN

Kebijakan Dana

PLM

SDM Sarana, prasarana


Proses Pengelolaan Limbah B3

pengurangan penyimpanan pengumpulan pengangkutan

penimbunan pengolahan pemanfaatan


PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pengurangan Pada Sumber (Reduce)


 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
apabila terdapat pilihan yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk
menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pemilahan
Mudah
1. Memisahkan Limbah berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau menyala
karakteristik Limbah B3; dan
2. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok limbah Infeksius
Mudah
meledak

Kategori Limbah B3 Fasyankes KARAKTERISTIK


LIMBAH B3
Infeksius Tajam Patologis
Beracun Reaktif
Kimia Farmasi Sitotoksik
Korosif
Kontainer
Logam berat Radioaktif
bertekanan
Pemilahan dan Pewadahan
 Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh penghasil
limbah (mis: perawat). Di setiap sumber/ ruangan MERAH
ditempatkan wadah yang sesuai dengan limbah yang
dihasilkan.
KUNING
 Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok limbah dan
diberikan kantong plastik sesuai warna.
KUNING
 Jarum suntik bisa disediakan safety box di tempat
dilakukan tindakan. Setelah menyuntik, suntik langsung
dimasukan ke dalam safety box tanpa menutup kembali.
UNGU
 Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter atau
needle destroyer untuk memisahkan siringe dengan
spoitnya. COKLAT

Sumber: KEPMENKES 1204/2004 tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit dan Permen LHK no. P56 th. 2015
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Penyimpanan

Patologis • Paling lama:


Infeksius • 2 hari, pada suhu > 0oC
Tajam • 90 hari, pada suhu < 0oC

Kimia • Paling lama:


Farmasi • 90 hari, yang dihasilkan > 50 kg per hari atau
Sitotoksik lebih;
Tabung bertekanan • 180 hari, yang dihasilkan < 50 kg per hari
Logam berat
16
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pengangkutan
1. Di dalam lingkungan Fasyankes (Internal)
2. Keluar lingkungan Fasyankes (Eksternal)

INTERNAL EKSTERNAL

PT. EDELWEIS
TRANSPORTASI
Untuk pengangkutan: HALWA
1. Dari penghasil ke Depo
2. Dari penghasil ke pengolah
Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota
PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

PENGURANGAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN

Pengolahan
2. Skenario pengolahan Limbah Fasyankes
PENGOLAHAN
LIMBAH
FASYANKES

Berbasis WILAYAH
Off-site On-site

Pihak ke-3
Fasyankes Pemda (BUMD) Mandiri
(swasta)
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN DALAM
KONDISI DARURAT LIMBAH MEDIS
RENCANA KEGIATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
BERBASIS WILAYAH
Mendorong pengembangan pengolahan Limbah medis berbasis wilayah, baik oleh
Pemerintah Daerah maupun swasta dengan langkah-langkah:

1. Menyiapkan regulasi tentang pedoman pengolahan Limbah berbasis wilayah


2. Mengkoordinasi pelaksanaan pengolahan Limbah berbasis wilayah dengan
Kementerian LHK dan Kemendagri
3. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan TOT pengelolaan Limbah Fasyankes
berbasis wilayah
4. Melaksanakan peningkatan kapasitas berupa sosialisasi dan advokasi serta
pelatihan
5. Mengembangkan konsep model pengelolaan LM berbasis wilayah berkoordinasi
dengan pemerintah daerah
PRINSIP KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

• Mencegah risiko kesehatan thd petugas, pengunjung, masyarakat dan


lingkungan
• Mendukung upaya global untuk mereduksi jumlah pembuangan emisi NOx
ke atmosfir
• Mendukung Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs)
• Mendukung Basel Convention atas limbah berbahaya dan limbah lain
• Mendukung Minamata Convention on Mercury
ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

• Mengembangkan koordinasi Lintas Sektor dan Lintas Program terkait


pengelolaan limbah sarana pelayanan kesehatan dan reduksi risiko kesehatan
dari pencemaran logam berat
• Mendorong pembinaaan terpadu oleh instansi kesehatan dan lingkungan pada
setiap level pemerintahan
• Mengembangkan jejaring melalui kelompok kerja di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.
• Mendorong pengembangan pengelolaan limbah terpusat regional untuk
mereduksi risiko kesehatan dan lingkungan yang disebabkan oleh limbah medis
• Mendorong pengembangan teknologi alternatif non insinerasi yang efektif dan
efisien khususnya untuk wilayah pedesaan dan terpencil.
Kenapa PIHAK KETIGA?
Pengolahan oleh Pihak Ketiga, KARENA:
• Terjangkau pihak ketiga
• Lebih efisien

MASALAH Pihak Ketiga:


• Tidak dapat mengolah limbah medis
• Armada pengangkutan terbatas, baik jumlah maupun
menjangkau lokasi
• Pengumpul/Pengolah?
• Tidak dapat mengambil limbah infeksius sesuai waktu
penyimpanan dalam regulasi (Kepmenkes 1204/2004) dan
Permen lhk 56/2015
• Nakal?
24
KENDALA INTERNAL FASYANKES
Kurangnya tenaga yg kompeten
Sarana dan prasarana terbatas
Ketidaktahuan akan ptgnya penanganan limbah yg adekuat
Kurangnya penguasaan teknologi reduksi limbah medis
Keterbatasan biaya yg tersedia
Blm semua RS maupun sarana pelayanan lainnya memiliki
organisasi yg menangani limbah.
Ketidakjelasan sumber dana untuk pengelolaan limbah;
Belum memadai advokasi kepada pemerintah daerah untuk
alokasi dana.
REKOMENDASI

• Untuk Fasyankes Swasta dihrskan ada alokasi dana khusus unt


pengolahan limbah
• Pemda hrs menyediakan dana pengelolaan limbah unt fasyankes
pemerintah
• Kita mengharapkan filosofi “pembinaan” bukan pembinasaan dan
sasaran target operasi
• Kelonggaran opsi pengelolaan  sepanjang tidak membahayakan
REKOMENDASI

• Ijin operasional Incenerator cukup di LH Provinsi, bukan ke pusat/kemn LH..??


Impian kita...

• Pemilihan teknologi yang tepat guna dan dapat diterapkan di kondisi setempat

( mis. Biofilter dan TTG lainnya )

• Pelatihan

• Monev, pelaporan rutin;


SIKAP PETUGAS YANKES

UNIVERSAL PRECAUTION
( KEWASPADAAN UNIVERSAL )

MENCEGAH/MEMINIMALKAN PENULARAN KARENA


AKTIFITAS PELAYANAN KESEHATAN

PRINSIP :
• MENJAGA HYGIENE PRIBADI / INDIVIDU
• MENJAGA SANITASI YANKES
• STERILISASI PERALATAN

KEGIATAN :
• CUCI TANGAN MENCEGAH INFEKSI/KONTAMINASI
• PEMAKAIAN SARUNG TANGAN & APD LAINNYA
• PENGELOLAN BENDA TAJAM YANG MENGAKIBATKAN LUKA
• PENATALAKSANAAN PERALATAN
• PENGELOLAAN LIMBAH + SANITASI YANKES
KAMI BENAR-BENAR DALAM POSISI TERJEPIT LHO
MAS...ANTARA HARUS MELAYANI MASYARAKAT DG RESIKO
DIJADIKAN TERSANGKA...

KALAU ADA APA-APA.. KOK SAYA YG


DISALAHKAN..?? SAYA KAN CUMA PETUGAS,
YG HARUS MENYEDIAKAN SARANA KAN
BUKAN SAYA, THO MAS.. KALAU BEGINI
TERUS... APA SEBAIKNYA KITA MOGOK KERJA
SAJA YA..?
DARIPADA Mundur Kena, Maju Kena
Click to edit
TERIMA
Master title style
KASIH
FPPT.com

Anda mungkin juga menyukai