Anda di halaman 1dari 60

Cardiotocography (CTG)

Tri Furqanawanti 1840312219


Dilla Aryani 1840312209

Pembimbing : dr. H. Defrin, SpOG(K)


BAB 1
PENDAHULUAN
 Cardiotocography (CTG) 
mengidentifikasi janin yang mempunyai
resiko mengalami hipoksia dan kematian
intrauterin atau mengalami kerusakan
neurologic dengan menilai denyut jantung
janin pemantauan kesejahteraan janin

 Angka mortalitas perinatal Indonesia masih


jauh diatas rata-rata negara maju, yaitu 60-
170 berbanding <10 per 1.000 kelahiran
hidup
 >> hipoksia intra uterin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cardiotocography (CTG)
  metode pemeriksaan untuk menilai kondisi
bayi dalam kandungan  mendeteksi kecepatan
denyut jantung janin (KDJ) secara serentak dan
mengukur intensitas dan lama nya kontraksi
uterus (KU)
Indikasi : Ibu
 Pre-eklampsia-eklampsia  Induksi atau akselerasi
 Ketuban pecah persalinan
 Diabetes mellitus  Persalinan preterm
 Kehamilan > 40 minggu  Hipotensi
 Vitium cordis  Perdarahan antepartum
 Asthma bronkhiale  Ibu perokok
 Inkompatibilitas Rhesus atau  Ibu berusia lanjut
ABO  Lain-lain : sickle cell, penyakit
 Infeksi TORCH kolagen, anemia, penyakit
ginjal, penyakit paru, penyakit
 Bekas SC
jantung, dan penyakit tiroid
Indikasi : Janin
 Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
 Gerakan janin berkurang
 Suspek lilitan tali pusat
 Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
 Hidrops fetalis
 Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
 Mekoneum dalam cairan ketuban
 Riwayat lahir mati
 Kehamilan ganda
Syarat – syarat CTG:
 Usia kehamilan > 28 minggu.
 Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara
lisan).
 Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ)
diketahui.
 Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada
komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi)
sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Prosedur Pemeriksaan
 Persiapan Pasien
 Informed ConsentKosongkan kandung kencing.
 Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
 Ibu tidur terlentang
 Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak,
presentasi dan punctum maksimum DJJ
 Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum
dan segera setelah kontraksi berakhir..
 Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri
dan DJJ di daerah punktum maksimum.
 Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin
terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan
hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama
perekaman cardiotokografi.
 Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
 Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan
janin dan hasil yang ingin dicapai).
 Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
 Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data
untuk rumah sakit).
 Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan
dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
 Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
 Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter
penanggung jawab atau paramedik membantu
membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap
kepada dokter
Pembacaan Hasil Pemeriksaan
Reaktif, bila :
 Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
 Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
 Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5
gerakan atau lebih dalam 20 menit
 Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega”
pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat,
pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
 Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan
NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
Tidak reaktif, bila :
 Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
 Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20
menit
 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun
diberikan rangsangan dari luar
Sinusoidal, bila :
 Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
 Tidak ada gerakan janin
 Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila
paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini
didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH
Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik
reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
 Bradikardi
 Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau DJJ
mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Non Stress Test (NST)
 Untuk melihat kesejahteraan janin melalui
respon kardiovaskular (DJJ) terhadap
gerakan/aktivitas janin
 Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan his
yang adekuat untuk membuat bayi dalam
keadaan “stress”
 Penilaian NST dilakukan terhadap :
 Baseline
 Variabilitas
 akselerasi sesuai Fetal Activity Determination/FAD
 NST dibagi 3 yaitu :
 NST reaktif
 NST nonreaktif
 NST meragukan
NST Reaktif
 Sekurangnya 2 gerakan janin dalam 20 menit
diserrai akselerasi paling sedikit 10-15 dpm
 Baseline DJJ dalam batas normal (120-160)
 Variabilitas DJJ dalam batas normal (6-25 dpm)
NST Nonreaktif
 Tidak ada pergerakan janin selama 20 menit,
tidak ada akselerasi pada setiap gerakan janin
 Variabilitas mungkin masih
normal/berkurang/menghilang
NST Meragukan
 Terdapat gerakan janin tapi < 2x selama 20
menit, atau terdapat akselerasi <10 dpm
 Baseline DJJ normal
 Variabilitas DJJ normal

 Jika hasil NST meragukan sebaiknya diulangi


dlm 24 jam atau dilanjutkan ke CST.
 Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik
reaktif maupun nonreaktif) apabila ditemukan:
 Bradikardi
 Deselerasi 40 dpm/lebih di bawah baseline, atau DJJ
mencapai 90 dpm, dengan durasi 60 detik/lebih
 Pada keadaan ini sebaiknya dilakukan terminasi
kehamilan bila janin sudah viabel atau
pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin
belum viabel
 Hasil NST reaktif biasanya keadaan janin masih
baik hingga 1 minggu kemudian, sehingga
dianjurkan pemeriksaan ulang 1 minggu
kemudian
 Bila ada FR seperti hipertensi, DM, perdarahan
atau oligohidramnion, hasil NST reaktif tidak
menjamin keadaan janin masih baik hingga 1
minggu ke depan. Sehingga pemeriksaan ulang
harus lebih sering.
 Hasil NST nonreaktif mempunyai nilai prediksi
positif rendah <30% sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti CST atau USG
 Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter
tunggal untuk menentukan intervensi atau
terminasi kehamilan karena tingginya angka +
palsu, sehingga dianjutkan untuk menilai profil
biofisik janin yang lainnya.
Contraction Stress Test (CST)
  untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungannya
dengan kontraksi uterus
  memantau kesejahteraan janin saat proses persalinan
terjadi (inpartu)

Penilaian:
 frekuensi dasar DJJ
 variabilitas DJJ
 perubahan periodic (akselerasi ataupun deselerasi), dalam
kaitannya dengan kontraksi uterus
Interpretasi CST
 Negatif
 Positif
 Mencurigakan
 Tidak memuaskan (unsatisfactory)
 Hiperstimulasi
Negatif
 Frekuensi dasar DJJ normal
 Variabilitas DJJ normal
 Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat
 Mungkin di temukan akselerasi atau deselerasi dini
Positif
 Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya
50 % dari jumlah kontraksi
 Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun
kontraksi tidak adekuat
 Variabilitas DJJ berkurang atau menghilang
Mencurigakan
 Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50 % dari
jumlah kontraksi
 Terdapat deselerasi variable
 Frekuensi dasar DJJ abnormal

 Bila hasil CST mencurigakan, pemeriksaan harus di ulangi


dalam 24 jam
Tidak memuaskan (unsatisfactory)
 Hasil rekaman tidak representatif, misalnya oleh karena
ibu gemuk, gelisah, atau gerakan janin berlebihan
 Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat
 Dalam keadaan ini pemeriksaan harus di ulangi dalam 24
jam
Hiperstimulasi
 Kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit
 Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik ( tetania
uteri )
 Seringkali terjadi deselerasi lambat atau bradikardi
Kontraindikasi CST
 Absolut
 Adanya resiko rubtura uteri, misalnya pada bekas seksio
sesarea atau miomektomi
 Perdarahan antepartum
 Tali pusat terkemuka

 Relatif
 Ketuban pecah prematur
 Kehamilan kurang bulan
 Kehamilan ganda
 Inkompetensia serviks
 Disproporsi sevalo serviks
Karakteristik DJJ
 Karakteristik DJJ dalam CTG dibagi 2 :
 Denyut jantung janin basal (frekuensi dasar dan
variabilitas)
 Perubahan periodik ( akselerasi dan deselerasi)
DJJ basal
 Frekuensi denyut jantung janin (DJJ) : 120 – 160
dpm
 Takikardi : DJJ >160 dpm
 Bradikardi : DJJ <120 dpm
Takikardi
Bradikardi
Variabilitas denyut jantung janin
 Fluktuasi di DJJ ≥ 2 siklus tiap menit
 gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak
pada rekaman DJJ.Variabilitas DJJ terjadi akibat
interaksi dari sistem simpatis
(kardioakselerator) dan parasimpatis
(kardiodeselekator).
Variabilitas Jangka Pendek
(Short Term Variability)
 perbedaan interval antar denyut yang terlihat
pada gambaran kardiotokografi yang juga
menunjukan variasi dari frekuensi antar denyut
pada DJJ
 Rata-rata variabelitas jangka pendek DJJ yang
normal antara 2-3 dpm
Variabilitas Jangka Panjang
(Long Term Variability)
gambaran dari osilasi yang lebih kasar dan lebih
jelas tampak pada rekaman kardiotokografi
dibanding variabilitas jangka pendek
Rata-rata mempunyai siklus 3-6 kali/men it

Berdasarkan amplitudo fluktuasi osilasi, variabilitas


jangka panjang dibedakan menjadi 4, yaitu:
 Normal : bila amplitudo antara 6-25 dpm.
 Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm.
 Menghilang : bila amplitudo < 2dpm.
 Saltatori : bila amplitude > 25 dpm.
Perubahan Periodic Denyut Jantung
Janin
 perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi
oleh pengaruh rangsangan gerakan janin atau
kontraksi uterus
Akselerasi
 Merupakan respon simpatetik, di mana terjadi
peningkatan DJJ.
 Mencapai puncak kurang dari 30 detik
 Pada usia gestasi 32 minggu – seterusnya :
akselerasi ≥15 dpm, dengan durasi ≥15 detik
tapi kurang dari 2 menit
 Pada usia gestasi < 32 minggu : akselerasi ≥10
dpm dengan durasi ≥10 detik tapi kurang dari
2 menit.
 Akselerasi memanjang : 2-10 menit
 > 10 menit terjadi perubahan baseline DJJ
Perubahan periodik DJJ –
Akselerasi
Deselerasi
 Merupakan respon parasimpatis yang
menyebabkan penurunan DJJ

Deselerasi dini :
 Menghilangnya bersamaan atau sesuai dengan
kontraksi uterus
 Gambaran deselerasi seolah cerminan kontraksi
uterus,
 Penurunan amplitudo tidak lebih dari 20 dpm
 Lamanya deselerasi <90 detik
 Frekuensi dasar dan variabilitas masih normal
Deselerasi dini
Deselerasi lambat :
 Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus
dimulai
 Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus
berkurang
 Lamanya < 90 detik (rata-rata 40-60 detik )
 Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai
dengan intensitas kontraksi uterus.
 Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takhikardi
ringan, akan tetapi pada keadaan hipoksia yang berat bisa
bradikardi.
Deselerasi lambat
Deselerasi variable
 Gambaran deselerasi yang bervariasi
 Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat
 Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pradeselerasi)
atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi.
 Deselerasi variable di anggap apabila memenuhi rule of sixty
yaitu deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih di bawah frekuensi
dasar DJJ dan lamanya deselerasi > 60 detik
 Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau
deselerasi variable yang memanjang (prolonged) harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut.
Deselerasi variabel
Laporan Kasus
 IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. NH
 Usia : 20 tahun
 Alamat : Jati Padang Timur
 No. RM : 01. 06. 33. 59
 Nama Ibu Kandung : Sumami
ANAMNESIS PASIEN
 (Autoanamnesis, tanggal 8 Oktober 2019 )
 Keluhan Utama
 Seorang pasien wanita berusia 20 tahun kiriman
dari poli kebidanan RSUP Dr M Djamil Padang
dengan G1P0A0H0 gravid 35-36 minggu + susp.
anecephal + susp. Hidronefrosis ginjal janin + susp.
Atresia duodenum janin
Riwayat Penyakit Sekarang
 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
 Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
 Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
 Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
 Pasien mengaku tidak haid sejak ± 8 bulan yang lalu
 HPHT tanggal 16 Januari 2019  Taksiran Persalinan tanggal 23
Oktober 2019
 RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
 ANC : Kontrol ke SpOG teratur setiap bulan, tidak pernah
didapatkan tekanan darah tinggi.
 RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
 Riwayat menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur
1x1 bulan, lamanya 5-6 hari, banyaknya 2-3kali ganti duk/hari,
nyeri haid (-).
 Riwayat Obstetri: G1P0A0H20
 Sekarang
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal,
DM, hipertensi, dan riwayat alergi obat.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan, menular, dan kejiwaan
 Riwayat Sosial Ekonomi dan lain-lain
 Riwayat Pendidikan: SMA
 Riwayat pekerjaan: Mahasiswa
 Riwayat kebiasaan: merokok (-), minum alkohol (-),
penyalahgunaan obat (-)
 Riwayat Perkawinan: menikah 1x pada tahun 2018
 Riwayat kontrasepsi: tidak pernah menggunakan kontrasepsi
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Sedang


 Kesadaran : Komposmentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 78 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 37C
 TB : 158cm
 BB : 68 kg
 Status Gizi : Baik
 Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
 Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, tidak teraba
pembesaran kgb dan tiroid
 Thorak :
Jantung dan Paru dalam batas normal
 Jantung
 Inspeksi, iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi, iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC IV
 Perkusi, atas (RIC II), kanan (LSD), kiri (1 jari medial
LMCS RIC IV)
 Auskultasi, S1S2 reguler, murmur (-), bising (-)
 Paru
 Inspeksi, simetris kiri = kanan
 Palpasi, fremitus kiri = kanan
 Perkusi, sonor
 Auskultasi, Suara napas vesikular, Rh -/-,Wh -/-
Abdomen (Status obstetrik)
 Muka : chloasma gravidarum (-)
 Mammae : A/P hiperpigmentasi, kolustrum (-)
 Inspeksi : tampak perut membuncit
 Palpasi
 Leopold I, Fundus uteri setinggi 3 jari dibawah processus
xyphoidheus (TFU 38 cm  TBA 2752 gram), teraba massa
bulat lunak, noduler, His 2-3x/30”/Sedang
 Leopold II, teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kanan
ibu, teraba tahanan terbesar disebelah kiri ibu
 Leopold III, teraba massa sulit dinilai
 Leopold IV, Konvergen
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : Bising usus normal, DJJ 140-150
x/menit
 Genitalia : Status ginekologis
 Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
 Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat
 Laboratorium

 Hb : 10.9 g/dl (Nilai rujukan: wanita 12-16 g/dl)


 Ht : 33% (Nilai rujukan: wanita 37-43%)
 Leukosit : 9.990/mm2 (Nilai rujukan: 5000-10000)
 Trombosit : 259.000/mm2 (Nilai rujukan: 150000-400000)
 PT : 9.3 detik (Nilai rujukan: 10-13.6 detik)
 APTT : 30.8detik (Nilai rujukan: 29.2-39.4 detik)
 Total Protein: 6.3 (Nilai Rujukan: 6.6-8.7 g/dl)
 Albumin : 3.4 ( Nilai rujukan: 3.8-5.0 g/dl)
 Globulin : 2.9 g/dl (Nilai Rujukan:1.3-2.7 g/dl)
 Kesan labor: Anemia ringan, APTT dibawah nilai rujukan,
Total protein menurun, Albumin menurun, Globulin
menurun.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 USG
 Janin Hidup tunggal Intrauterin presentasi kepala
 Aktivitas gerak janin baik
 BPD 87 mm, HC 294mm AC 317 mm, FL 69 mm, HL
61mm, EFW 2752gr, AFI 12,5cm
 Kesan: Gravid 35-36 minggu, sesuai biometri janin
hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala, susp.
Encephalocele janin, susp. Atresia duodenum?, susp
hidronefrosis ginjal kanan.
 Karditokografi (CTG)
Diagnosis
 G1P0A0H0 gravid 35-36 minggu + susp. anecephal
+ susp. Hidronefrosis ginjal janin + susp. Atresia
duodenum janin + Janin Hidup Tunggal intrauterin
Presentasi kepala
Kesimpulan
 CTG atau cardiotokography sendiri adalah salah
suatu alat kedokteran yang digunakan untuk
mengetahui gangguan yang berkaitan dengan
hipoksia janin, seberapa jauh gangguan tersebut,
hingga akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil
pemantauan tersebut.
 Pemeriksaan cardiotokografi sangat penting untuk
ibu hamil. Terutama kehamilan yang disertai
komplikasi seperti pre-eklampsia, pecahnya ketuban,
kehamilan lebih dari 40 minggu, diabetes, hipertensi,
asma, tiroid, penyakit infeksi kronis dan komplikasi
penyakit lainnya.

Anda mungkin juga menyukai