Anda di halaman 1dari 31

Asuhan kesehatan reproduksi

pada remaja
Retno Sugesti, S.ST.,M.Kes
Pengertian Remaja
• Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan
dengan istilah lain, seperti adolescence dan
youth. Remaja atau adolescence adalah
tumbuh ke arah kematangan. Kematangan
yang dimaksud bukan kematangan fisik saja
tetapi juga kematangan sosial dan psikologi.
• Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada
masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi
reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-
perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun
peran sosial.

Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di mana
individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah
masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat.
Batasan Usia Remaja
• Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial
budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO,
masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan
dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini.
Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan
batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.
Dengan demikian dari segi program pelayanan, definisi
remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum
kawin. Sementara itu, BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah 10-21 tahun.
Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting
sekali bagi kesehatan reproduksi adalah
sebagai berikut.
• Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang
khusus dan penting karena merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas.
• Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis)
secara cepat yang tidak seimbang dengan perubahan
kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang cukup
besar ini dapat membingungkan remaja yang
mengalaminya, karena itu perlu pengertian, bimbingan,
dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dewasa yang sehat, baik jasmani, mental, maupun
psikososial.
lanjutan
• Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi
perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan
wanita. Bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat
diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja
wanita merupakan saat dimulainya segala bentuk
pembatasan. Walaupun dewasa ini praktik seperti itu
telah jarang dilakukan, namun perbedaan perlakuan
terhadap remaja laki-laki dan wanita ini dapat
menempatkan remaja wanita dalam posisi yang
dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-
laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah
kesehatan reproduksi remaja agar masalahnya dapat
ditangani secara tuntas.
Karakteristik Remaja Berdasarkan
Umur
Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah
berikut ini.
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
• Lebih dekat dengan teman sebaya.
• Ingin bebas.
• Lebih banyak memperlihatkan keadaan
tubuhnya.
• Mulai berpikir abstrak.
2. Masa remaja pertengahan (13-15
tahun)
• Mencari identitas diri.
• Timbul keinginan untuk berkencan.
• Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
• Mengembangkan kemampuan berpikir
abstrak.
• Berkhayal tentang aktivitas seks.
3. Remaja akhir (17-21 tahun)
• Pengungkapan kebebasan diri.
• Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
• Mempunyai citra tubuh (body image)
terhadap dirinya sendiri.
• Dapat mewujudkan rasa cinta.
Perkembangan Remaja dan Tugasnya
• Adapun tugas perkembangan remaja adalah sebagai
berikut.
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia
dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis.
4. Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa
sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.Ini
terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi
dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-
angsur menjadi semakin penting.
6. Mencapai kemandirian emosional.
7. Mengembangkan konsep dan keterampilan
intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
8. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai
orang dewasa dan orang tua.
9. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial
yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
10.Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan.
11.Memahami dan mempersiapkan berbagai
tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tumbuh Kembang Remaja
• Pengertian tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik atau tubuh
dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang
remaja merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari
masa kanak-kanak menjadi masa dewasa yang ditandai dengan
berbagai perubahan, di antaranya adalah sebagai berikut.

Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat badaniah, baik yang bisa dilihat
dari luar maupun yang tidak dilihat.
1. Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku.
2. Perkembangan kepribadian dimana masa ini tidak hanya dipengaruhi oleh orang
tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar sekolah.
Perubahan Fisik pada Masa Remaja
• Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan
struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Pada
masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang
ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda


sebagai berikut.
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan
organ seks. Reproduksi remaja disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja
adalah sebagai berikut.
Remaja wanita
• Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi
adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi
adalah proses peluruhan dalam atau endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini
berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika
seorang berumur sekitar 40-50 tahun.
2. Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut.
Remaja wanita
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
Pinggul lebar, bulat dan membesar.
Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina.
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu
berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar
lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir
masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,lengan dan tungkai.
Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Perkembangan Psikologis Pada
Remaja
a. Perkembangan Psikososial
• Pada usia 12-15 Tahun, pencarian identitas diri masih berada pada
tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang
sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat
dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan
orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar
kemauannya dipenuhi. Ini merupakan bentuk awal dari pencarian
“AKU” yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya.
Penyesuaian terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah
bagi remaja karena meninggalkan dunia anak-anak berarti
memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-tuntutan baru.
Bila tidak mungkin memasuki dunia barunya, sering timbul
perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam. Akibat
perkembangan kelenjar kelamin remaja, mulai timbul perhatian
pada remaja terhadap lawan jenisnya. Bahkan hal ini merupakan
tanda yang khas bahwa remaja sudah dimulai.
Proses percintaan remaja dimulai dari
tahap-tahap berikut.
1) Crush
• Ditandai oleh adanya saling membenci antara anak laki-laki
dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah
memuja orang yang lebih tua atau sejenis, bentukya
misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.
2) Hero-worshiping
• Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan
terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan.
Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.
3) Boy crazy dan girl crazy
• Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada
teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak
laki-laki dengan anak perempuan.
4) Puppy Love (Cinta Monyet)
• Cinta remaja sudah mulai tertuju pada suatu orang, tetapi
sifanya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-
ganti pasangan.
5) Romantic Love
• Cinta remaja menemukan sasarannya dan percinyaannya
sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.

b. Emosi
Emosi adalah perasaan yang mendalam yang biasanya menimbulkan perbuatan
atau perilaku. Perasaan dapat dipakai berkaitan dengan keadaan fisik atau psikis,
sedangkan emosi hanya dipakai untuk keadaan psikis. Pada masa remaja, kepekaan
emosi menjadi meningkat sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan
luapan emosi yang besar.
c. Perkembangan Kecerdasan
• Dalam masa remaja, perkembangan inlegensi masih
berlangsung sampai usia 21 tahun. Berdasarkan
perkembangan intelegensi ini, remaja lebih suka belajar
sesuatu yang mengandung logika yang dapat dimengerti
hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya.
Imajinasi remaja juga menunjukkan kemajuan. Hal ini
banyak ditandai dengan prestasi yang dicapai remaja.
Tantangan Dan Masalah Remaja
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk
bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan
serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di pihak lain, dia membutuhkan rasa
bebas karena merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar
kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orang tua.
Di pihak lain remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai
kematangan fisik, tetapi membutuhkan orang tua dalam memberikan materi guna
menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan
kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti
selain orang tuanya, biasanya teman, guru, atau pun orang dewasa lainnya dari
lingkungannya.
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai
social. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan
terjadinya kebutuhan seks yang mendesak, tetapi ajaran agama
dan nilai-nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut.
Konflik tersebut bertambah tajam apabila remaja dihadapkan
pada cara ataupun perilaku tajam yang menumbuhkan rangsangan
seks, seperti film, sandiwara dan gambar.
4. Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang
dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan
orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh
kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang
tidak tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya.
Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau
pekerjaan yang populer di masyarakat.
Perilaku Seks Bebas Di Kalangan
Remaja
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas
a. Faktor Umum
1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama
keyakinan agama dan moralitas.
2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan
kuantitas pengetahuan sosial dengan kelompok pertemanan.
3. Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Sensitivitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur
pergaulan dan seks bebas relative tinggi.
5. Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang.
6. Rendahnya kepedulian dan control social masyarakat
7. Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit
berbahaya
9. Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
10. Kesepaian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau karena
keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah
tangga.
11. Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.

b. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi adanya perilaku seks bebas, yaitu sebagai
berikut.
1. Krisis Identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku nakal. Begitu pula bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan control diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja sebagai berikut.
1. Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar-anggota kelurga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negative pada
remaja. Pendidikan yang salah dikeluarga, seperti terlalu memanjakan anak,
tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak,
bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunikasi/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal-hal di atas
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku remaja melakukan
hubungan seks pranikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja
yang sangat bervariasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan
sangat luas, yang meliputi kurangnya kasih sayang orangtua, kurangnya
pengawasan dari orangtua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Selain
itu, juga peran dari perkembangan iptek yang berdampak negative, tidak adanya
bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak
adanya media penyalur bakat dan hobinya yang berlebihan dan masalah yang
dipendam.
Pengaruh Buruk Akibat Hubungan
Seks Bebas Bagi Remaja
• Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak
mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk
melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang
dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja putri, tetapi
juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.

Berikut adalah akibat hubungan seks pranikah.


1. Bagi remaja
Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan
Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonore, sifilis, herpes
simpleks (genitalis), klamidia, kondiloma akuminata, dan HIV dan AIDS
Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang
tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena
perdarahan atau keracunan kehamilan.
Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa depan).
Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja
Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat
2. Bagi keluarga
• Menimbulkan aib keluarga
• Menambah beban ekonomi
• Memengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya
tekanan (ejekan) dari masyarakat.
3. Bagi masyarakat
• Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas
masyarakat menurun
• Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
• Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga
derajat kesehatan masyarakat menurun.
Upaya Penanggulangan Seks Bebas di
Kalangan Remaja
Berikut adalah beberapa keadaan yang
berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja
termasuk kesehatan reproduksi remaja.
1. Masalah gizi buruk
• Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
• Pertumbuhan yang terhambat pada remaja
putri, sehingga mengakibatkan panggul
sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari
2. Masalah pendidikan
• Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai
akses informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu
mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan
dirinya.
• Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang
mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika
berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap
derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan
• Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan
kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu
kesehatan remaja.
• Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat,
bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional
remaja.
4. Masalah seks dan seksualitas
• Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
• Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas.
• Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada
penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks
bebas yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan.
• Penyalahgunaan seksual
• Kehamilan remaja
• Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan
5. Masalah perkawinan dan kehamilan dini
• Ketidakmatangan secara fisik dan mental
• Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
• Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
• Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman
Pengetahuan Dasar Remaja Agar
Kesehatan Reproduksi Optimal
• Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi
(aspek tumbuh kembang remaja).
• Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merecanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan
pasangannya
• Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi.
• Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
• Pengaruh sosial dan media terhadap prilaku seksual.
• Kekerasan seksual dan bagaimana menghindariya.
• Mengembangkan kemampuan komuikasi berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang
bersifat negatif.
• Hak-hak reproduksi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
kesehatan reproduksi dalam pengambilan
keputusan.
• Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia. Menurut Todaro, 1999. Rendahnya tingkat pendidikan
perempuan turut menjadi penghambat pengambilan keputusan serta pembangunan
ekonomi, yang berarti memperburuk kesejahteraan sosial. Data empiris telah banyak
yang menunjukan bahwa pendidikan memiliki hubungan erat dengan fertilitas.
Semakin baik tingkat pendidikan yang diterima kaum perempuan, maka tingkat
fertilitas (atau kecenderungan untuk mempunyai anak) akan semakin rendah.
Pendidikan dengan demikian menjadi elemen kunci untuk menghancurkan lingkungan
yang tidak baik meliputi kesehatan anak yang buruk , kinerja pendidik yang rendah,
pendapatan yang minim, tingkat fertilitas yang tinggi, serta tingkat kematian bayi.
Tingkat pendidikan ibu yang semakin baik diyakini mempengaruhi sumber kualitas
sumber daya manusia selama beberapa generasi mendatang.

Tingkat Ekonomi. Tingkat ekonomi dalam praktiknya sangat nyata bahwa dalam
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Hal ini tampak nyata
khususnya pada saat terjadinya krisis moneter di indonesia, yang kemudian menjadi
krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis mobeter secara nyata
berpengaruh kepada merendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok
pangan.
• Budaya Patriaki. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih di
warnai budaya patriaki, yakni sistem sosial budaya yang dalam
tatanan keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, laki – laki
mendominasi keputusan – keputusan penting. Mengatakan bahwa
patriaki adalah sebuah aturan kehidupan yang hanya disandarkan
kepada nilai – nilai yang berkembang dilingkuangan bapak – bapak
(laki – laki), sesuai dengan makna kata patriaki. Sistem ini membuat
tidak berdaya tidak memiliki “kekuasaan” untuk menolak sesuatu
yang menjadi keputusan laki – laki .
•TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai