Anda di halaman 1dari 65

ALKALOIDS

PENDAHULUAN
Pendahuluan
 Kimia alkaloid : Sertuerner (1806)
 branch of Pharma Phyto Chemistry
(study alkaloid)
 Isolasi Morphine dari opium.
What is Alkaloids ?
 Alkaloids berarti Alkali likes. (seperti
basa).
 W. Meissner (Pharmacist-1819 ).
 Alkaloids (alkali = base, oid=like
sub) adalah komponen basa
nitrogen yang terdapat pada
tumbuhan dengan struktur
molekul komplek & mempunyai
aktivitas farmakologi.
 Landenberg "Alkaloid adalah komponen
alami tumbuhan yang mempunyai paling
sedikit satu atom nitrogen dalam cincin
heterosiklik dan mempunyai aktivitas
biologi."

 Karakteristik : Alkaloid dengan dasar


nitrogen yang berasal dari tumbuhan,
bersifat optiks aktif & mempunyai
nitrogen hetero siklis sebagai unit struktur
dengan kerja fisiologi.
Pengertian ini tidak sepenuhnya benar,
karena tidak mengikuti pengertian alkaloids
 Colchicine:
 Colchicine merupakan alkaloid
meskipun N tidak didalam heterosiklik
dan hampir tidak bersifat basa

Colchicine
 Thiamine: merupakan basa nitrogen
heterosiklik tetapi bukan alkaloid karena
terdistribusi secara luas di lingkungan.

Thiamine
 Nitrogen sebagai rantai samping.
 Beberapa komponen → alkaloid tidak
mengandung nitrogen didalam cincin
heterosiklik, tetapi mengandung nitrogen
didalam rantai. Contoh : ephedrine, hordenine,
betanine, muscarine, strychnine & tryptamine .

Hordenine
Muscarine
Ephedrine
 Pelletier 1983 “an alkaloids is
cyclic compounds containing
nitrogen in negative of oxidation
state. Which is of limited
distribution in Living
organisms”.
Klasifikasi Alkaloids

atropine papaverine

tropane alkaloid

isoquinoline
Klasifikasi Alkaloids
Klasifikasi Alkaloids

Secara
umum :
Alkaloids
heterosiklik
dan non
heterosiklik
Nomenklatur
 Penamaaan alkaloid dapat berdasarkan
:
1. Genus dari tanaman (nama trivial :
atropine dari Atropa belladonna).
2. Spesies dari tanaman, seperti
Cocaine dari Erythroxylon coca.
3. Nama umum dari obat, contoh
Ergotamine dari Ergot.
Nomenklatur
4. Nama peneliti (penemu) seperti
Pelletierine dari nama Pelletier.
5. Kerja fisiologi yang dihasilkan,
emetine bekerja sebagai emetika.
6. Karakter fisika, seperti Hygrine
yang higroskopis.
Awalan
 “Nor” → N-metilasi atau N-
demetoksilasi. Ex: norpseudoephedrine
dan normicotine.
 “Apo” → dehidrasi. Ex. Apomorphine.
 “Iso-”, pseudo-, neo-, dan epi-
merupakan tipe yang berbeda dari
isomers.
Akhiran..
 “dine” → isomer seperti pada
alkaloid kina, quinidine dan
cinchonidine merupakan isomer
optiks dari quinine dan cinchonine.
 “ine” → aktivitas farmakologi yang
rendah, ergotamine lebih kecil
potensi nya dari ergometrine.
EKSTRAKSI DAN ISOLASI

Isolasi dan purifikasi (pemurnian)


alkaloid dari tumbuhan merupakan
proses yang sulit karena alkaloid
didalam tumbuhan umumnya
merupakan campuran kompleks
(alkaloid dengan glikosida asam
organik)
QUALITATIVE CHEMICAL
TESTS FOR ALKALOIDS
 General tests answered by all alkaloids are as
follows:
1. Dragendorff ’s test: To 2-3 mL of the alkaloid solution
add few drops of Dragendorff’s reagent (potassium
bismuth iodide solution). An orange brown precipitate is
formed.

2. Mayer’s test: To 2–3 mL of the alkaloid solution add


few drops of Mayer’s reagent (potassium mercuric iodide
solution). White brown precipitate is formed.

3. Wagner’s test: To 2–3 mL of the alkaloid solution add


few drops of Wagner’s reagent (iodine-potassium iodide
solution). Reddish brown precipitate is formed.
4. For opium alkaloids: These alkaloids are present
as salts of meconic acid. Opium is dissolved in water,
filtered and to the filtrate, ferric chloride solution is
added by which deep reddish purple colour is
obtained. The colour persists even upon adding
hydrochloric acid.

5. For purine alkaloids (murexide colour


reaction): Caffeine is taken in a Petri dish to which
hydrochloric acid and potassium chlorate KClO3 are
added and heated to dryness. A purple colour is
obtained by exposing the residue to vapour of dilute
ammonia. The purple colour is lost upon addition of
alkali. Caffeine (and other purine alkaloids) gives
murexide colour reaction.
Pereaksi Mayer

Pada pembuatan pereaksi


Mayer, larutan merkurium (II)
klorida ditambah kalium iodida
akan berekasi membnetuk
endapan merah merkurium (II)
iodida.
Jika Kalium Iodida ditambahkan
berlebih akan terbentuk Kalium
tetraidomerkurat (II).
Pereaksi Wagner

Pada pembuatan pereaksi


wagner, Iodin bereaksi dengan
ion I- dari KI menghasilkan I3-
yang berwarna coklat.
Ion logam K+ akan membentuk
ikatan kovalen koordinat dengan
Nitrogen(alkaloid) membentuk
kompleks Kalium alkaloid yang
mengendap.
Pereaksi dragendorff

Pada pembuatan pereaksi


dragendorff, bismuth nitrat
dilarutkan dalam HCl (tidak
terjadi rx hidrolisis), ion Bi3+
berekasi dengan KI membentuk
endapan hitam Bi(III) iodid, yang
melarut dalam KI berlebihan
membentuk Klaium
tetraiodobismutar
EKSTRAKSI (UMUM)
EKSTRAKSI (UMUM)
ANALISIS GUGUS FUNGSI

a). Oksigen alami didalam gugus fungsi.


- OH (fenolik/alkohol),
- OCH3 (metoksi )
- OCOCH3 ( asetoksi)
- OCOC6H5 ( benzoil)
- COOH (karbosiklik/karboksilat)
- >C=O (karbonil)
- C-O-O (cincin lakton)
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
DEGRADASI ALKALOID
SINTETIS
BIOSINTETIS ALKALOID
BIOSINTETIS ALKALOID
Sifat basa
 Sifatbasa alkaloid karena adanya
pasangan ion dari elektron atom
Nitrogen (amino).
 Amina dan umumnya alkaloid
menghasilkan NH3 dari bentuk garam
dengan asam tanpa adanya liberasi air.
 Dalam tanaman, alkaloid dalam bentuk
basa bebas, garam atau N-oksida.
Faktor yang mempengaruhi derajat kebasaan :
 Struktur molekul seperti derajat
unsaturasi dari cincin heterosiklik.
Unsaturasi menurunkan kebasaan.
 Ex. Alkaloid piperidin lebih basa dari
alkaloid pyridine.
 Adanya dan posisi substituen dan
gugus fungsi.
 Gugus yang melepaskan elektron,
seperti gugus alkil, meningkatkan
kebasaan.
 Gugus yang menangkap elektron,
seperti gugus karbonil,
menurunkan kebasaan.
Alkaloid, menjadi netral
atau sedikit asam, dengan
adanya kemampuan
elektron pada Nitrogen
(amino) yang menurunkan
kebasaan.
Contohnya : alkaloid asam
Ricinine
Beberapa alkaloid ampoter
karena adanya gugus asam
pada molekulnya.
•Alkaloid fenol :
morphine, psycotrine.
•Alkaloid mengandung
gugus karboksilat.
narceine,.
Sifat fisika..
1. Pemerian (bentuknya).
 Volatile : nicotine dan coniine
 Non-volatile : pilocarpine dan hyoscine.
2. Warna
alkaloid tidak berwarna.
 Colchicine dan berberine : kuning
 Canadine : orange
 Garam sanguinarine : merah besi
3. Solubility
 Kelarutan alkaloid dan garamnya sangat
penting, karena :
 Sering diberikan dalam bentuk larutan
 Perbedaan kelarutan antara alkaloid dan
garamnya karena yang diisolasi dalam
bentuk “base” dan pemurnian dari bagian
yang bukan alkaloid.
 “base” alkaloid dalam alkohol dan tidak
larut dalam air.
 “base” larut dalam air : caffeine,
ephedrine, codeine, colchicines,
pilocarpine dan “base” amonium
kuartener.
 “base” tidak larut dalam pelarut organik
: morphine : ether, theobromine dan
theophylline dalam benzene.
 Garam biasanya larut dalam air, dan tidak
larut dalam pelarut organik.
 Kecuali :
 Garam tidak larut air : quinine sulphate
 Garam larut dalam pelarut organik : lobeline
dan apoatropine HCl larut dalam kloroform.
 Garam merupakan basa lemah yang mudah
terdekomposisi didalam larutan tanpa
alkalinisasi dan melepaskan basa, yang
diekstraksi dengan pelarut organik.
Sifat Optik Aktif..
 Alkaloid mempunyai sifat optiks aktif
karena adanya satu atau lebih karbon
asimetris pada molekulnya.
 Isomer optiks aktif berbeda aktivitas
fisiologisnya., l(-) isomer lebih aktif daripada
d(+) isomer.
 L-ephedrine 3, 5 x lebih aktif dari d-
ephedrine.
 L-ergotamine 3,4 x lebih aktof dari d-
ergotamine
Kecuali.....
 d-tubocurarine lebih aktif dari l-
 d-quinidine lebih aktif dari l-
 Rasemat dl-atropine mempunyai
aktivitas fisiologi.
SIFAT KIMIA
 Adanya karbon, hidrogen dan nitrogen,
alkaloid lebih banyak mengandung oksigen
didalam molekulnya. Beberapa alkaloid
bebas oksigen, ex. Nicotine dan coniine.
1. Stabilitas
 Alkaloidkurang stabil didalam
larutan dibandingkan dalam
keadaan kering.
 Efek panas :
 Alkaloid terdekomposisi oleh
panas, kecuali caffeine yang
tersublimasi tanpa terdekomposisi.
Efek panas dan cahaya karena adanya
oksigen.
 Banyak alkaloid amin tertier berubah
menjadi N-oksida ketika terkena cahaya
dan oksigen pada temperatur elevated.
 N-oksida mudah larut dalam air,
merupakan karakteristik sifat pelepasan
lambat, toksisitas rendah, dan sifat adiksi
rendah dibandingkan alkaloid tertier.
 Efek asam.
 Asam encer panas dan asam mineral
pekat dapat menyebabkan :
 Dehidrasi untuk menghasilkan anhidart
atau apo-alkaloid, ex. Dehidrasi
morphine menghasilkan apomorphine
dan atropine menghasilkan apoatropine.
 O-demetilasi alkaloid seperti quinin,
narcotine dan codeine menghasilkan
alkaloid fenolik dengan adanya HI.
ex. Konversi codeine menjadi
morphine.
 Hidrolisis ester alkaloid, seperti atropine
dan reserpine, dan gluco-alkaloid, ex.
Solanine.

Anda mungkin juga menyukai