Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR

NUSANTARA
KAMPUNG ADAT
(ACEH)

NAMA : GILANG PUTRA PERSADA


NIM : 052.017.060
DOSEN : IR. ENNY SUPRIYATI SARDIYARSO, MS
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam.
Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah
lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu kebudayaan tersebut
adalah kebudayaan Aceh. Sejarah dan perkembangan suku bangsa Aceh juga menarik
perhatian para antropolog seperti Snouck Hurgronje. Dilihat dari sisi kebudayaannya, Aceh
memiliki budaya yang unik dan beraneka ragam. Kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi oleh
budaya-budaya melayu, karena letak Aceh yang strategis karena merupakan jalur perdagangan
maka masuklah kebudayaan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang adalah hasil
dari akulturasi antara budaya melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah
hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di
lain wilayah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata pencaharian sebagian besar
masyarakat Aceh adalah bertani namun tidak sedikit juga yang berdagang. Sistem kekerabatan
masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem
kekerabatan.
Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu Aceh mendapat
julukan ”Serambi Mekah”. Dari struktur masyarakat Aceh dikenal gampong, mukim, nanggroe
dan sebagainya. Tetapi pada saat-saat sekarang ini upacara ceremonial yang besar-besaran
hanya sebagai simbol sehingga inti dari upacara tersebut tidak tercapai. Pergeseran nilai
kebudayaan tersebut terjadi karena penjajahan dan fakttorlainnya.
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu:
Aceh, Gayo, Aneuk, Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pak
pak, Haloban, Lekon dan Nias.
Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut: Aceh
(50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%), Singkil
(2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%), Lain-lain
(10,09%)
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam
budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan.
Di Provinsi Aceh terdapat empat suku utama yaitu:

Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh.
Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat
sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya
kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang
pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan
Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana. Suku Gayo
dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan
Aceh Tengah dan Aceh Tenggara Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan
pemeluk agama Islam yang kuat. Setiap suku tersebut memiliki kekhasan
tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian, musik dan adat istiadat.
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami
ujung utara Sumatra. Mereka beragama Islam.
Bahasa yang dipertuturkan oleh mereka adalah
bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa
Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh
merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polinesia
barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia.
Suku Aceh memiliki sejarah panjang tentang
kegemilangan sebuah kerajaan Islam hingga
perjuangan atas penaklukan kolonial Hindia Belanda.
Banyak dari budaya Aceh yang menyerap budaya
Hindu India, dimana kosakata bahasa Aceh banyak
yang berbahasa Sanskerta. Suku Aceh merupakan di
suku Indonesia yang pertama memeluk agama dan
Islam mendirikan kerajaan Islam. Masyarakat
Aceh mayoritas bekerja sebagai petani, pekerja
Bahasa yang digunakan orang Aceh
Bahasa Gayo
termasuk dalam rumpun bahasa Bahasa ini diyakini sebagai suatu
Austronesia yang terdiri dari beberapa bahasa yang erat kaitannya dengan
dialek, antara lain dialek Pidie, Aceh bahasa Melayu kuno, meskipun kini
Besar, Meulaboh, serta Matang. cukup banyak kosakata bahasa Gayo
yang telah bercampur dengan bahasa
Aceh. Bahasa Gayo merupakan Bahasa Tamiang
Bahasa Aceh bahasa ibu bagi masyarakat Aceh Bahasa Tamiang (dalam bahasa
Diantara bahasa-bahasa daerah yang mendiami kabupaten Aceh Aceh disebut bahasa Teumieng)
yang terdapat di provinsi Tengah, sebagian kecil wilayah Aceh merupakan variant atau dialek
NAD, bahasa Aceh merupakan Tenggara, dan wilayah Lokop di bahasa Melayu yang digunakan oleh
bahasa daerah terbesar dan yang kabupaten Aceh Timur. Bagi masyarakat kabupaten Aceh
paling banyak penuturnya, yakni kebanyakan orang di luar masyarakat Tamiang (dulu wilayah kabupaten
sekitar 70 % dari total penduduk Gayo, bahasa ini mengingatkan Aceh Timur), kecuali di kecamatan
provinsi NAD. Penutur bahasa Aceh mereka akan alunan-alunan merdu Manyak Payed (yang merupakan
tersebar di wilayah pantai Timur dari syair-syair kesenian didong. wilayah bahasa Aceh) dan kota
dan Barat provinsi NAD. Penutur Kuala Simpang (wilayah bahasa
asli bahasa Aceh adalah mereka Bahasa Alas campuran, yakni bahasa
yang mendiami kabupaten Aceh Bahasa ini kedengarannya lebih Indonesia, bahasa Aceh dan bahasa
Besar, kota Banda Aceh, kabupaten mirip dengan bahasa yang Tamiang). Hingga kini cita rasa
Pidie, kabupaten Aceh digunakan oleh masyarakat etnis Melayu masih terasa sangat kental
Jeumpa, kabupaten Aceh Karo di Sumatera Utara.
dalam bahasa Tamiang.
Utara, kabupaten Aceh Masyarakat yang mendiami
Timur, kabupaten Aceh Barat dan kabupaten Aceh Tenggara, di
kota Sabang. Penutur bahasa Aceh sepanjang wilayah kaki gunung
juga terdapat di beberapa wilayah Leuser, dan penduduk di sekitar
dalam kabupaten Aceh hulu sungai Singkil di kabupaten
Selatan, terutama di wilayah Kuala Singkil, merupakan masyarakat
Batee, Blang penutur asli dari bahasa Alas.
Pidie, Manggeng, Sawang, Tangan- Penduduk kabupaten Aceh
tangan, Meukek, Trumon dan Tenggara yang menggunakan
Bakongan. Bahkan di kabupaten bahasa ini adalah mereka yang
Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan berdomisili di lima
Simeulue, kita dapati juga kecamatan, yaitu kecamatan
sebahagian kecil masyarakatnya Lawe Sigala-Gala, Lawe
Alas, Bambel, Babussalam, dan
Bahasa Aneuk Jamee Bahasa Kluet
Bahasa ini sering juga disebut (terutama Bahasa Kluet merupakan bahasa ibu bagi masyarakat
oleh penutur bahasa Aceh) dengan bahasa yang mendiami daerah kecamatan Kluet Utara dan
Jamee atau bahasa Baiko. Di Kabupaten Kluet Selatan di kabupaten Aceh Selatan. Informasi
Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya bahasa tentang bahasa Kluet, terutama kajian-kajian yang
ini merupakan bahasa ibu bagi penduduk bersifat akademik, masih sangat terbatas. Masyarakat
yang mendiami wilayah-wilayah kantung Aceh secara luas, terkecuali penutur bahasa Kluet
suku Aneuk Jamee. Di Kabupaten Aceh Barat sendiri, tidak banyak mengetahui tentang seluk-beluk
Daya bahasa ini terutama dituturkan di bahasa ini. Barangkali masyarakat penutur bahasa
Susoh, sebagian Blang Pidie dan Manggeng. Kluet dapat mengambil semangat dari PKA-4 ini
Kabupaten Aceh Selatan merupakan daerah untuk mulai menuliskan sesuatu dalam bahasa daerah
yang paling banyak dituturkan sebagai lingua Kluet, sehingga suatu saat nanti masyarakat dapat
franca, antara lain Labuhan dengan mudah mendapatkan buku-buku dalam
Haji, Samadua, Tapaktuan, dan Kluet bahasa Kluet baik dalam bentuk buku pelajaran
Selatan. Di luar wilayah Aceh Selatan dan bahasa, cerita-cerita pendek, dan bahkan puisi.
Aceh Barat Daya, bahasa ini juga digunakan
oleh kelompok-kelompok kecil masyarakat
Bahasa Singkil
Seperti halnya bahasa Kluet, informasi tentang bahasa Singkil,
di kabupaten Singkil dan Aceh
terutama sekali dalam bentuk penerbitan, masih sangat terbatas.
Barat, khususnya di kecamatan Meureubo
Bahasa ini merupakan bahasa ibu bagi sebagian masyarakat di
(Desa Peunaga Rayek, Ranto
kabupaten Singkil. Dikatakan sebahagian karena kita dapati ada
Panyang, Meureubo, Pasi Meugat, dan
sebagian lain masyarakat di kabupaten Singkil yang menggunakan
Gunong Kleng), serta di kecamatan Johan
bahasa Aceh, bahasa Aneuk Jamee, ada yang menggunakan
Pahlawan (khususnya di desa Padang
bahasa Minang, dan ada juga yang menggunakan bahasa Dairi
Seurahet). Bahasa Aneuk Jamee adalah
(atau disebut juga bahasa Pakpak) khususnya di kalangan
bahasa yang lahir dari asimilasi bahasa
pedagang dan pelaku bisnis di wilayah Subulussalam. Selain itu
sekelompok masyarakat Minang yang datang
masyarakat Singkil yang mendiami Kepulauan Banyak, mereka
ke wilayah pantai barat-selatan Aceh
menggunakan bahasa Haloban. Jadi sekurang-kurangnya ada enam
dengan bahasa daerah masyarakat
bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa komunisasi sehari-
tempatan, yakni bahasa Aceh. Sebutan
hari diantara sesama anggota masyarakat Singkil selain bahasa
Aneuk Jamee (yang secara harfiah bermakna
Indonesia. Dari sudut pandang ilmu linguistik, masyarakat Singkil
‘anak tamu’, atau ‘bangsa pendatang’) yang
adalah satu-satunya kelompok masyarakat di provinsi NAD yang
dinisbahkan pada suku/bahasa ini adalah
refleksi dari sikap keterbukaan dan budaya paling pluralistik dalam hal penggunaan bahasa.
memuliakan tamu masyarakat aceh
setempat. Bahasa ini dapat disebut sebagai
variant dari bahasa Minang.
Suku Aceh adalah pemeluk agama islam dan mereka tidak mengenal dewa-dewa. Kepercayaan
agama lainnya hanya berkembang di kalangan para pedagang.Aceh termasuk salah satu daerah
yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan
"Serambi Mekah", maksudnya "pintugerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat
dari mana agamatersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli suku Aceh tidak hilang
begitusaja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur
dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasitersebut melahirkan corak
kebudayaan Islam-Aceh yang khas.Simbol yang digunakan pada suku aceh adalah rencong, karena
gagangnyayang melelekuk kemudian menebal pada bagian sikunya merupakan huruf
hijaiyah”BA”, gagang tempat genggaman berbentuk huruf hijaiyah ”SIN”, bentuk lancipyang
menurun kebawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan huruf hijaiyah ”MIM”, lajur besi
dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakanhuruf hijaiyah ”LAM”, dan ujung yang
runcing sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit melekuk ke atas merupakan huruf
hijaiyah ”HA”. Dengandemikian rangkaian dari huruf tersebut mewujudkan kalimat ”BISMILLAH”.
Ini berkaitan dengan jiwa kepahlawanan dalam bentuk senjata perang untuk mempertahankan
agama Islam dari penjajahan orang yang anti Islam.Mitos yang terdapat di dalam suku aceh adalah
memelihara burung hantu.Karena orang-orang suku aceh meyakini bahwa jika salah satu diantara
merekamemelihara burung hantu, berarti orang tersebut sedang menyekutukan Allah
SWT.Sebab, suara kukukan burung hantu adalah pertanda untuk memanggil makhluk-makhluk
gaib.Di dalam suku aceh terdapat beberapa ritual agama, yaitu intat bupada saatibu sedang
hamil,peutron aneuk pada saat bayi sudah lahir, dan peusijuek. Masyarakat suku aceh sangat
mempercayai dan meyakini akan ajaran agama Islam. Mereka memegang teguh keyakinan
tersebut. Di samping itu, mereka sangat menghormati dan menghargai para Ulama sebagai pewaris
para Nabi. Sehingga ketundukan ulama melebihi ketundukan pada pararaja.
Gampong: Kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu, dipimpin oleh
Keuchik dan yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.
Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong (Qanun, No.5 Tahun 2003)
Mukim: kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu
dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Camat yang dipimpin
oleh Imeum Mukim. Imeum Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim (Qanun No.4
Tahun 2003)
Nanggroë merupakan suatu sistem pemerintahan setingkat kabupaten Sagoë yang
dalam bahasa Melayu disebut Sagi, setingkat dengan provinsi
PAKAIAN ADAT

RUMAH ADAT

SENJATA
TRADISIONAL
Seni tari tradisional aceh dapat disajikan sebagai sebuah paket
wisata dengan tersedianya tenaga kreatif yang benar-benar
memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada didamping itu
juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi
mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian
paket wisata budaya.

•Seni budaya yang dimiliki menjadi


paket-paket yang sangat menarik
karena memperlihatkan ke khasannya
tersendiri,proses pengolahannya
menuntut kemampuan estetika dan
pandangan kedepan yang sesuai
dengan landasan ideal masyarakat dan
tidak meyimpang dari ciri-ciri
kepribadian masyarakat aceh.yang
islami dan tidak menyimpan dari spirit
keislaman dan ini terlihat jelas dalam
berbagai tarian, baik sedati
saman,debus,ranup lampuan dan
taraian tradisional lainnya.
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan
untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian
Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian
ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan
oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari
Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda
Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan
Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011
Makna dan Fungsi
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah).
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan dan kebersamaan. Sebelum saman dimulai yaitu sebagai
mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka
adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang
berguna kepada para pemain dan penonton. Lagu dan syair pengungkapannya
secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-
muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga
dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua
grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam
mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Penari
Pada umumnya,Tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki,
tetapi jumlahnya harus ganjil.Pendapat Lain mengatakan Tarian ini ditarikan
kurang lebih dari 10 orang,dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi
aba-aba sambil bernyanyi.Namun, dalam perkembangan di era modern yang
menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan
oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai
gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur
gerakan para penari,Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman.
yaitu ganit.
Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi
Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti
saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain
Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari
Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan
semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan
penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada
zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini
diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional
Indonesia.
Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah
berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai
dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang
berasal kata dari bahasa Arab yang berarti delapan.
Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari
delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya
berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau
putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para
penari memakai tangkulo
Tari Tarek Pukat berarti sebuah aktivitas laut
yang dilakukan secara bersama-sama atau
bergotong royong dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Tari ini menggambarkan masyarakat
nelayan tradisional dalam mengerjakan usaha
nelayannya. Tari ini juga menceritakan tentang
aktivitas masyarakat pesisir dalam menjalani
keseharian sebagai nelayan dalam usaha mencari
rezeki. Di dalamnya terasa sangat kental dengan
nilai kekompakan, semangat dan kebersamaan.
Rapa'i adalah salah satu alat tabuh seni dari Aceh. Rapa'i terbagi kepada
beberapa jenis permainan, rapai geleng salah satunya. Rapai Geleng
dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapa'i
Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap
keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuhkekompakan
dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi
masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan, kostum dan gerak
dasar dari unsur tari Meuseukat
Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada
masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam
masyarakat sosial. Rapa'i geleng pertama kali dikembangkan pada tahun
1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian Rapa'i Geleng dibawakan pada saat
mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini
dijadikan sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang
sangat banyak.
Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan
tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yangdibawakan
adalah sosialisasi kepada mayarakat tentang bagaimana hidup
bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
Pada dasarnya, ritme gerak pada tarian rapai geleng hanya terdiri dalam
empat tingkatan; lambat, cepat, sangat cepat dan diam. Keempat
tingkatan gerak tersebut merupakan miniatur karakteristik masyarakat
yang mendiami posisi paling ujung pulau Sumatera, berisikanpesan-pesan
pola perlawanan terhadap segala bentuk penyerangan pada eksistensi
kehidupan Agama, politik, sosial dan budayamereka.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau yang lebih dikenal dengan
Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi
oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda
Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan
namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak
Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll. Penting bagi kita untuk
mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan Provisni Nanggroe
Aceh Darussalam ini termasuk baju adat daerahnya. Berikut ini akan
dijelaskan Baju adat daerahAceh
BAJU ADAT TRADISIONAL PRIA ACEH :
Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup.Ada sulaman
keemasan menghiasi krah baju.
Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut CEKAKMUSANG.
Kain sarung (IJA LAMGUGAP) dilipat di pinggang berkesan gagah.Kain
sarung ini terbuat dari sutra yangdisongket.
Sebilah rencong atau SIWAH berkepala emas / perak danberhiaskan
permata diselipkan di ikat pinggang.
Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP.
Tutup kepala ini dililit oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas.
TANGKULOK ini terbuat dari kain tenunan. TOMPOK ialah hiasan bintang
persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia
BAJU ADAT WANITA ACEH :
Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah
bajunya sangat unik menyerupai krah baju khaschina.
Celana cekak musang dan sarung (IJA PINGGANG) bercorak yangdilipat
sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti
: Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING)
berwarna emas.
Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan
kecil bercorak bunga
Rumah adat Aceh
Rumah adat Aceh sangat besar sekali. Rumah ini
berbentuk panggung, artinya rumah adat Aceh
tidak berdiri lansung diatas tanah, tapi diatas tiang-
tiang penyangga. Begitu kuatnya rumah adat Aceh
ini bisa mencapai usia 200 tahun lebih.
Rumah Aceh secara garis besar terdiri dari 3 macam 3. Ruang belakang disebut Seuramo likot
yaitu : lantainya sama tinggi dengan seuramo
rengeun, dan ruangan ini pun tak berbilik.
1.Ruang depan yang disebut Seuramo reungeun karena disini Fungsi ruangan ini sebagian dipergunakan
terdapat bungeun atau tangga. Ruangan ini tidak berkamar-kamar untuk dapur dan tempat makan,dan
dan pintu masuk biasanya terdapat di ujung lantai di sebelah kanan. biasanya terletak di bagian Timur ruangan.
Tapi ada pula yang membuat pintu menghadap ke halaman, dan Selain itu juga dipergunakan untuk
tangganya di pinggir lantai. Dalam kehidupan sehari-hari ruangan ini berbincang-bincang para wanita serta
berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur-tiduran anak laki- melakukan kegiatan sehari-hari seperti
laki/dan tempat anak-anak belajar mengaji. Pada saat-saat tertentu menenun, menyulam dan sebagainya.
misalnya pada waktu ada upacara perkawinan atau upacara
kenduri, maka ruangan ini dipergunakan untuk makan bersama. Tiang-tiang penyangga yang menompang
2.Ruang tengah yang disebut rumah inong, lantainya lebih tinggi dan rumah terbaut dari kayu-kayu pilihan yang
ruangan ini dianggap suci dan sifatnya sangat pribadi.Di ruangan ini kuat. Dindingnya terbuat dari papan yang
terdapat dua buah bilik atau kamar tidur yang terletak di kanan kiri keras dan diukirdengan ukiran khas Aceh.
dan biasanya menghadap Utara atau Selatan dengan pintu Atap rumah terbuat dari rumbia. Hampir
menghadap ke belakang. Kamar tersebut disebut rumah inong dan sama dari semua rumah adat, rumah adat
anjong, di tengahnya terdapat gang yang disebut rambut. Fungsi Aceh ini semua terbuat dari alam, tidak
rumah inong adalah untuk tidur kepala keluarga, dan anjong untuk menggunakan paku, tapi menggunakan
tempat tidur anak gadis. Bila anak perempuannya kawin, maka dia pasak dan ikatan rotan.
akan menempati rumah inong sedang orang tuanya pindah ke
anjong.Bila anak permpuannya yang kawin dua orang, orang tua akan
pindah ke serambi atau seuramo likot, selama belum dapat membuat
rumah baru atau menambah/memperlebar rumahnya. Disaat ada
perkawinan, mempelai dipersandingkan di rumah inong, begitu pula
bila ada kematian rumah inong di pergunakan sebagai tempat untuk
memandikan mayat.
Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih
dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger
atau belati (bukan pisau ataupunpedang).
Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti Sikin Panjang,
Perisai Awe, PerisakiTeumaga, siwah, geuliwang dan peudeueng.
Sikin Panyang adalah pedang yang berasal dari Sumatera Indonesia. Sikin Panyang adalah senjata
pertempuran paling populer di yang digunakan penduduk Sumatera bagian Utara. Pada tahun-
tahun awal Perang Aceh melawan Belanda (1873-1900) banyak Sikin Panyang dibuat, terutama
sebelum tahun 1879 ketika belum ada perlucutan senjata penduduk. Penyebaran Sikin Panyang
terbatas di Aceh dan Gayo (dengan nama lain luju naru), tetapi juga di Alas (dengan nama
andar).
Perisai Awe atau Peurise Awe adalah perisai yang berasal dari Aceh Indonesia. Perisai ini adalah
perisai yang digunakan oleh pasukan aceh waktu berperang melawan belanda dalam perang aceh.
Perisai Teumaga atau Peurise Teumaga adalah perisai yang berasal dari aceh Indonesia. Sama
seperti PerisaiAwe, Perisai Teumaga adalah perisai yang juga digunakan prajurit aceh saat perang
melawan Belanda dalam perang aceh pada abad ke 19. Perisai ini lebih kuat daripada perisai awe
karena perisai teumaga dibuat dari bahan logam.

Perisai rencong Sikin panyang


Perisai awe
teumaga

Anda mungkin juga menyukai