KDB (Koefisien Dasar Bagunan) Apa itu Zona, Zoning dan Zoning Regulation Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik, maka zona dipastikan memiliki suatu identitas atau ciri yang berbeda dari area lain disekitarnya. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Zoning regulation dapat didefinisikan sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi, notasi dan kodifikasi zona-zona dasar, peraturan penggunaan, peraturan pembangunan dan berbagai prosedur pelaksanaan pembangunan. Zoning regulation merupakan salah satu perangkat dalam perencanaan tata ruang suatu wilayah, yang mana rencana tata ruang wilayah tersebut memiliki jenjang rencana makro hingga mikro. Zoning regulation atau sering disebut peraturan zonasi juga dapat difungsikan sebagai pengendali pelaksanaan pembangunan kota atau wilayah agar rencana tata ruang dapat diimplementasikan dengan tepat. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, pasal 20 ayat 1 huruf f bahwa arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistim nasional, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi dan pasal 36 ayat 2 bahwa peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan zonasi bersifat localized dan partial. Padahal seharusnya peraturan zonasi bersifat universal dalam arti dimungkinkan beberapa bagian wilayah kota memiliki peraturan zonasi yang sam Tujuan penyusunan peraturan zonasi antara lain Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan tanah dan menentukan tindakan atas suatu satuan ruang. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang memadai serta meningkatkan kualitas hidup Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong peran serta masyarakat. Fungsi peraturan zonasi adalah : 1. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Peraturan zonasi memuat ketentuan-ketentuan tentang perjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat meso sampai kepada rencana yang bersifat mikro (rinci). 2. Sebagai panduan teknis pemanfaatan lahan. Ketentuan-ketentuan teknis peraturan zonasi seperti ketentuan tentang penggunaan rinci, batasan-batasan pengembangan persil dan ketentuan-ketentuan lainnya menjadi dasar dalam pengembangan dan pemanfaatan lahan. Pada sebagian besar negara, peraturan zonasi ditetapkan sebagai peraturan nasional, meskipun yang diatur adalah muatan yang lebih bersifat lokal, seperti di Inggris, Perancis, Jepang , Malaysia dll. Amerika Serikat sampai sekarang juga masih menetapkan zoning sebagai peraturan nasional dan telah diadopsi oleh banyak kota didalamnya dengan memberikan kelonggaran bagi setiap kota untuk menyusun peraturan zonasinya sendiri. Demikian juga seharusnya di Indonesia agar, lebih mudah pemaduan serasian rencana tata ruang antar wilayah yang setara. Pengaturan Zoning Zebagai Pengendali Pemanfaatan ruang Determinan pertambahan penduduk kota tidakhanya natural growth, namun juga pengaliran penduduk dari bagian wilayah lain. Pengaliran penduduk danpertumbuhan penduduk/ natural growth yang berlangsunglama menyebabkan terjadinya proses densifikasi pendu-duk, pemukiman maupun non pemukiman yang tidakterkendali (Yunus2005). Kota dalam pengertian umum sebagai suatu daerah terbangun yang didominasi penggunaan ruang non pertanian dengan jumlah penduduk dan penggunaan ruang cukup tinggi. Kota dalam pengertian administratif sebagai bentuk pemerintahan daerah yang mayoritas wilayahnya merupakan daerah perkotaan (MulyonoSadyohutomo, MRCP, Manajemen Kota dan Wilayahrealita dan tantangan, Bhumi aksara, 2008 Elemen rancang Kota (Rancang Kota yaitu selama ini dianggap sebagai suatu usaha pengindahan kota, seperti misalnya penanaman pohon-poohon, penghiasjalan, trotoarisasi, dan sejenisnya, yang lebih cenderung bersifat sebagai dekorasi kota. Namun demikian, pada dasarnya Urban Design berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan fisik kota, yang melibatkan sekelompok orang dalam suatu kurun waktu tertentu, disamping juga berkaitan erat dengan rnanajemenpembangunan fisik kota, baik dalam lingkungan alarni, maupun lingkungan binaan Elemen rancang kota elemen penting yang merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi pelayanan masyarakat dimana element tersebut juga merupakan suatu identitas suatu kota yang diantaranya adalah 1.Landuse (Tata Guna Lahan) Landuse (tata guna lahan adalah salah satu elemen perancangan kota (Hamid Shirfani). Tata guna lahan menentukan perwujudan rencana rencana antara dua dimensi kedalam bentuk tiga dimensi dari perwujudan fungsi yang telah dibentuk. Tata guna lahan juga diperuntunkan bagi penggunaan lahan/ ruang pada suatu tempat yang secara langsung disesuaikan dengan masalah masalah yang terkait dan bagaimana seharusnya suatu daerah itu Pertumbuhan dan pertambahan penduduk yang pesat khususnya di daerah kota , kegiatanperekonomian yang melesat cepat tentunya membutuhkan ruang atau dalam hal ini “tanah” yang semakin hari semakin terbatas keterse-diaannya. Bertambahnya kegiatan penduduk dikota yang dipicu oleh dua hal tersebut di atasmengakibatkan meningkatnya frekuensi kegiatan penduduk, sehingga konsekuensi keruangan yaitu tuntutan akan ruang untuk mengakomodasi saranaatau struktur fisik semakin bertambah Berbagaibenturan kepentingan seperti kepentingan individu, kepentingan publik dan kepentinganpembangunan terhadap pemanfaatan ruangseringkali menimbulkan permasalahan sepertipenyimpangan terhadap tata ruang dan salahsatunya menyebabkan kekhasan serta fungsi zonadari suatu wilayah pudar dan suatu saat akan hilang.Yunus (2005) menyebutkan bahwa problematika yang dihadapi daerah kota sebagai konsekuensikebutuhan keruangan mengubah penggunaan danpemanfaatan lahan terbuka hijau untuk pem-bangunan gedung-gedung yang pada akhirnya berakibat pada kerusakan lingkungan dan timbul-nya urban heat island. Desakan berbagai kepen-tingan tersebut seringkali menimbulkan berbagai pelanggaran dalam pemanfaatan ruang berupa pelanggaran fungsi kawasan, misalnya fungsi lindung digunakan untuk budidaya. Pelangggaran yang lain dapat pula pelanggaran jenis penggunaandalam satu fungsi kawasan, misalnya kawasanbudidaya untuk perumahan digunakan untukperdagangan. Dan yang terakhir pelanggaran yang sering terjadi adalah pelanggaran teknis bangunan,misalnya pelanggaran IMB (Izin Mendirikan Bangunan), sempadan bangunan, KDB (KoefisienDasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan) dan ketinggian bangunan. Pembangunan kota yang mengatasnamakan kepentingan umum dan pemenuhan kebutuhanekonomi selain mengakibatkan disparitas kebu-tuhan pangan juga seringkali mengakibatkan ter-abaikannya sektor budaya dan arsitektur tradisio-nal. Hal inilah yang menyebabkan rusaknyakawasan konservasi budaya pada daerah perko-taan. . Terbatasnya ruang hijau pada kawasan kota dan tidak adanya tanah untuk dibangun semakinmendesak kawasan warisan budaya dijadikansebagai incaran untuk pembangunan gedungdengan arsitek modern. dengan alasan peme-nuhan kebutuhan ruang untuk alasan ekonomi.Bangunan bersejarah dan bernilai estetika tinggitentunya membutuhkan perlindungan untukmenjaga kelestarian agar kekhasan bangunan kawasan tetap terjaga. Perlindungan terhadapkawasan ini memunculkan adanya konsep konser- vasi yang bermula dari preservasi yaitu memper-tahankan bangunan sama seperti keadaan aslinya. Dalam perjalanannya konsep konservasi ini selan- jutnya bergerak lebih dinamis dan menjadi payungdalam kegiatan pelestarian lingkungan dan budaya. Pengaturan dan penataan ruang serta berbagaiupaya konservasi terhadap suatu kawasan sering-kali mengalami kendala dan hambatan, sehinggapelanggaran terhadap aspek keruangan banyakterjadi.Sadyohutomo (2009) menegaskan bahwapermasalahan penataan ruang yang terjadi di In-donesia disebabkan kurangnya sistem pengendalipenataan ruang baik berupa penyediaan prasaranafisik ( public capital investment) maupun perangkathukum (land use control ) belum dimanfaatakandan diaplikasikan secara optimal.Belum ditetap-kannya pengaturan zonasi kawasan-kawasan khu-sus/kawasan budaya juga menjadi kendala dalampemanfaatan ruang. Penyimpangan terhadap tataruang dan zonasi kawasan kota tentunya membu-tuhkan penanganan serius dan hal ini tidaklah mudah dilaksanakan. Zoning regulation sebagai acuan serta petunjuk operasional terhadap peman-faatan ruang tentunya harus ditetapkan dan dite- rapkan dengan sistem pengendalian yang optimalsehingga penyimpangan dapat dikurangi dandi cegah. Peranan pemerintah dalam mengelola kota dan wilayah dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan kebijakan antara lain a.Penyedia service dan barang publik (supplier of public goods and services); b.Mengatur dan memfasilitasi (regulating and fa-cilitating) berjalannya ekonomi pasar agar tercipta alokasi sumber daya sebaik-baiknya; c. Sebagai social engineering dalam mengarahkanmasyarakat untuk mencapai tujuan atau nilai-nilai yang diinginkan bangsa dan negara. Alokasi sumber daya diserahkan kepada pasar, namunpemerintah berkewajiban mengoreksi ketidak- seimbangan sosial ekonomi dan melindungigolongan ekonomi lemah dan minortas; d. Sebagai abiliter dalam konflik antar kelompokmasyarakat Perencanaan tata ruang merupakan upaya stra-tegis dalam mengelola ruang agar dapat diman-faatkan seoptimal mungkin sehingga terwujudruang terpadu, serasi, ruang berkualitas dan berke-lanjutan. Zonasi sebagai bagian dari perencanaantata ruang merupakan cara efektif untuk mengen-dalikan dan mengatur tentang persyaratanpemanfaatan ruang dan ketentuan pengenda- liannya yang disusun untuk setiap blok/zonaperuntukan (UU No. 26 Tahun 2007), dimana blok/zona peruntukan yang menjadi acuan ditetapkanmelalui rencana rinci tata ruang. Zoning diterapkansebagai upaya yang merujuk pada pembagianlingkungan kota ke dalam zona-zona pemanfaatanruang Dalam sistem pengendalian terha-dap tata kota dapat dilaksanakan melalui investasiprasarana umum ( public capital investment) danperaturan perundangan pemanfaatan ruang (land use control ). Peraturan pengendalian penatagunaantanah/tata ruang berbentuk petunjuk penggunaan,perizinan, dan larangan misalnya: KDB (Koefisien Dasar Bagunan) Sebelum anda membangun rumah atau gedung, ada baiknya anda harus memahami apa yang di maksud dengan KDB (Koefisien Dasar Bagunan) dan KLB (Koefisien Lantai Banguan). Terutama jika anda ingin membeli lahan untuk tujuan bisnis misalnya anda mau membangun gedung perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan dan lain lain. Sebelum membuat rencana anggaran anda terlebih dahulu harus memeriksa KDB dan KLB ke dinas tata kota setempat. Anda tidak perlu membayar untuk hal ini karena informasi ini di sediakan terbatas secara gratis. Tujuan dari KDB adalah untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang cukup di tempat anda dan untuk resapan air. KDB biasanya dinyatakan dengan % (prosentase). Rumus KDB adalah: KDB x LUAS LAHAN. Misalnya anda memiliki lahan disuatu dengan KDB 60% dengan luasnya 10.000 m2, artinya anda hanya boleh membangun di lahan tersebut seluas 60% x 10.000 m2 = 6.000 m2 dan sisanya 4000 m2 adalah sebagai lahan terbuka baik untuk penghijauan ataupun fasilitas umum. KDB hanya memperhitungkan luas bangunan yang tertutup atap. Jalan serta halaman dengan pengerasan yang tidak beratap tidak termasuk dalam aturan ini. Walaupun demikian, seharusnya lahan tersebut ditutup dengan bahan yang dapat meresap air, seperti paving blok, dan ditanami pohon. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Apa yang di maksud dengan KLB? KLB merupakan perbandingan antara luas total bangunan luas lahan. Luas bangunan yang dihitung KLB adalah seluruh luas bangunan yang ada, mulai dari lantai dasar hingga lantai atas. Lantai Mezanin atau bangunan yang dindingnya lebih tinggi dari 1.20 m yang digunakan sebagai ruangan harus dimasuk kedalam perhitungan KLB. KLB biasanya dinyatakan dalam angka. Misalnya 3,2. Tiap-tiap daerah angka KLB ini berbeda- beda, semakin padat suatu daerah maka angka KLB akan semakin tinggi pula. Bila di dalam PBS anda tertera KLB = 2, maka total luas bangunan yang boleh didirikan maksimal 2 kali luas lahan yang ada. Contoh perhitungan KLB Misalnya anda memiliki lahan lahan seluas 1000 m2, dengan KDB 40 % dan KLB = 2,4 perhitungannya sebagai berikut: 1000m x 40% maka sisa tanah yang boleh anda bangun adalah 600m. Jadi perhitungannya: 1000m x 2,4 = 2400m. Artinya di lahan seluas 1000m2 anda bisa membangun 2400m2 : 600m2 maka hasilnya adalah 2.4. Selanjutnya di lahan seluas 1000m2 persegi tersebut anda dapat membangun sebanyak 2.4 lantai dengan luas maximal perlantai adalah 600m2