Anda di halaman 1dari 18

Hubungan antara kadar serum

vitamin D dan Status Glikemik


pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2

Disusun oleh :
Iga Nuryanti – 1810221036
Pembimbing :
Dr. Pugud Samodro, Sp.PD., K-EMD
ABSTRACT
PENDAHULUAN
TUJUAN
Mengetahui hubungan antara kadar vitamin D
dan status glikemik pada pasen Diabetes mellitus
tipe 2.
PASIEN DAN METODE
Dilakukan di Departemen Biokimia, bekerja sama
dengan Fakultas Kedokteran, S. C. B. Medical
College dan Rumah Sakit Cuttack.

Kadar gula darah puasa, glikosilated hemoglobin


(GbA1c) dan serum vitamin D dinilai pada 48
paien DM tipe 2 dan dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang terdiri atas 42 subyek
sehat yang dicocokan usia dan jenis kelaminnya.
• Sebanyak 3 ml darah kelompok kasus dan
kontrol dikumpulkan setelah pasien melakukan
puasa semalaman selama 8 jam . Dilakukan
untuk penilaian profil lipid, dan kadar ureum
serta kreatinin.
• Dilakukan pencatatan data karakteristik
demografik (nama, usia, jenis kelamin), riwayat
faktor risiko (merokok, riwayat keluarga, riwayat
pengobatan, riwayat konsumsi alkohol, dll),
tekanan darah sistolik dan diastolic
KRITERIA EKSKLUSI
• Diabetes dengan komplikasi akut
• Pasien dengan suplementasi vitamin
• Pasien dengan diabetes mellitus gestasionnal
dan diabetes dalam kehamilan
• Pasien dengan kelainan endokrinopati jenis
apapun
HASIL
HASIL
HASIL
HASIL
Dalam studi ini, terpilih sebanyak 48
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Sebanyak 27
subyek merupakan kasus non-komplikata dan 21
kasus komplikata. Usia rerata adalah 56,3 ± 7,3 tahun.
Sebagian besar pasien pada kasus non-komplikata
berusia 51 – 58 tahun. Sebagian besar pasien pada
kasus komplikata berusia antara 59 – 66 thaun.
Kejadian komplikasi pada kelompok usia lebih
muda didapatkan lebih rendah (35 – 50 tahun) di
mana laki-laki merupakan yang paling dominan.
Komplikasi didapatkan lebih tinggi pada kelompok
usia yang lebih tua (59 – 74) dan sedikit lebih tinggi
pada perempuan.
PEMBAHASAN

DM Tipe 2 •Gangguan sekresi insulin


•Peningkatan produksi glukosa

DM terus meningkat dua dekade terakhir. IDF


memproyeksikan bahwa sebanyak 438 juta individu akan
mengalami DM pada tahun 2030.

Prevalensi ini meningkat secara cepat karena :


• Peningkatan obesitas
• Penurunan tingkat aktivitas karena sejumlah negara
menjadi negara industri. Hal ini benar terjadi di sejumlah
negara, karena 6 dari 10 besara negara dengan penyakit ini
adalah di Asia.
• Beberapa faktor lingkungan dan makanan berkaitan
dengan defisiensi vitamin D.
PEMBAHASAN
Penelitian pada hewan , menunjukkan bahwa
defisiensi vitamin D menurunkan sekresi insulin. Oleh
karena itu, berbagai penelitian pada manusia telah
dipublikasikan, tetapi hasilnya masih tidak seragam.
Penelitian membandingkan kadar 25(OH)D3 dan
glycosilated HB, terdapat hubungan berkebalikan antara
kadar vitamin D dan glikosilated hemoglobin pada seluruh
populasi yang diteliti, yaitu pada pasien DM tipe 2 dan
kelompok kontrol. Dapat disimpulkan,Vitamin D
berkaitan dengan pengendalian glukosa pada DM tipe 2.
Reseptor vitamin D ditemukan dalam sel beta
pankreas, mengekspresikan enzim 1 – α – hidroksilase,
yaitu enzim yang berfungsi mengaktivasi vitamin D inaktif
ke bentuk aktif. Vitamin D berfungsi meningkatkan kerja
sel Beta Pankreas dalam mensekresi insulin.
PEMBAHASAN

• Proses sekresi insulin bergantung pada


kalsium
• Vitamin D untuk berperan dalam
menormalkan kalsium ekstraseluler,
menjamin aliran normal kalsium melalui
membrane sel dan ion Ca2+ yang adekuat.

Sehingga defisiensi vitamin D berkaitan dengan


gangguan sekresi insulin pada DM tipe 2. Selain
itu, karena vitamin D menstimulasi ekspresi
reseptor insulin, defisiensi vitamin D
berhubungan dengan resistensi insulin.
PEMBAHASAN
Penelitian tersebut menyatakan, suplementasi
vitamin D berguna untuk mencapai pengendalian
glikemik yang baik. Bukti adanya hubungan antara
vitamin D dan diabetes didapatkan dari studi-studi
intervensi yang berbeda . Akan tetapi, alasan yang
tepat belum dapat ditegakkan. Hal ini juga telah
menunjukkan bahwa penambahan vitamin D
memperbaiki status glikemik dan sekresi insulin pada
pasien DM tipe 2 dengan kondisi Hipovitaminosis D
yang menetap.
Namun, hal ini masih menunjukkan hasil yang
kontra. Defisiensi Vitamin D berkaitan dengan
etnis, status ekonomi dan letak geografis.
PEMBAHASAN
Fakta lain dapat ditegakkan di dengan
menggabungkan jumlah kasus yang lebih banyak.
Pada penelitian kami, penelitian dilakukan
dengan studi cross sectional. Penelitiaan ini
hanya mengkonfirmasi efek vitamin D, namun
tidak dapat menentukan alasan.
KESIMPULAN
Oleh karena kadar vitamin D dan FBS
menunjukkan korelasi negatif bermakna, dan
kadar vitamin D menurun pada kelompok kasus
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol,
maka dapat terbukti bahwa vitamin D dapat
menyebabkan pengendalian glikemik yang baik
dan dengan demikian hipovitaminosis D dapat
menyebabkan Diabetes mellitus tipe 2
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai