SIRS mengacu pada respons peradangan host yang tidak teratur dan sistemik yang disebabkan
oleh infeksi menular atau tidak menular. Dibutukan minimal 2 atau lebih untuk menegakkan
diagnosis sepsis.
MAP DA NE Epi
(mmHg) (mcg/kg/min) (mcg/kg/min) (mcg/kg/min)
Syok septik <60 >5 <0,25 <0,25
Refractory syok <60 >15 >0,25 >0,25
septik
DEFINISI SEPSIS - 3
Definisi Sepsis Disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
disebabkan oleh respon host yang tidak
teratur terhadap infeksi
Definisi syok septik Dimana kelainan sirkulasi dan
seluler/metabolik yang mendasarinya cukup
dalam untuk secara substansial meningkatkan
mortalitas
Kriteria klinis sepsis Suspek/pasti infeksi + Skor SOFA >2 atau
qSOFA positif ddefinisikan sebagai 2 atau lebih
kriteria berikut (HAT):
- Hipotensi
- Status mental yang diubah (GCS <13)
- Takipnea
• Pseudomonas aeruginosa
• Klebsiella, Enterobacter, dan serratia species
• Acinetobacter species
Sering pada pasien
• Methicillin resistant staphylococcus aureus (MRSA) nosokomial
• Vancomycin resistant Enterococcus (VRE)
Infeksi bakteri gram negatif memiliki risiko yang tinggi untuk menjadi
syok sepsis dibandingkan bakteri gram positif
ETIOLOGI SIRS (NONINFEKSIUS)
• Pancreatitis
• Trauma yang luas
• Luka Bakar
• Anafilaksis
• Trombosis
• Autoimmune disesases
• Vaskulitis
• Pasca Operasi
• Jarisch-Herxheimer
“MIMICKERS” SIRS DAN SEPSIS
• Emboli Paru
• Miokardium Infark
• Insufisiensi Adrenal
• Ketoasidosis Diabetik
• Aspirasi Masif/ Atelektasis
• Overdosis
• Syok (Syok hemoragik, syok kardiogenik, syok neurogenik, syok
anafilaktik)
RIWAYAT DAN
PEMERIKSAAN FISIK
RIWAYAT PENYAKIT
RIWAYAT PENYAKIT
• Onset
• Durasi
• Keparahan
• Diabetes
• Adrenal
• Kardiovaskular
• Ginjal
• GIT
• Liver
• Gallbladder
GEJALA UTAMA
• Riwayat operasi
• Obat-obatan
• Beta blockers, PDE, inhibitor, obat-obatan hipertensi, insulin, diuretic, kortikosteroid
• Riwayat kebiasaan
• Tempat tinggal, penggunaan obat-obatan terlarang, STD, konsumsi alcohol, merokok
• Temparatur
• Hear rate
• Tekanan darah
• Respiratory rate
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
• Kulit -> edema, ptekie, mottling
• Pulmoner -> konsolidasi, pemeriksaan sputum
• Abdomen -> kualitas, intensitas dan lokasi nyeri. Nyeri tekan, Rovsing sign, Murphy sign
• Genitourinaria -> nyeri CVA, RT (pemeriksaan prostat)
• CNS -> perubahan status mental, pemeriksaan meningan
• Ekstremitas -> pitting edema, ptekie, purpura, gangrene, ulserasi, arthritis, dan lain-lain
DEMAM PADA SEPSIS
POLA DEMAM PADA SEPSIS
• Meskipun sebagian besar (90%) pasien dengan sepsis demam, banyak dari sisanya (10%)
datang dengan hipotermia (T: <35,5 C/ 95,9 F).
• Sepsis dengan hipotermia telah ditemukan memiliki prognosis yang jauh lebih buruk,
dengan mortalitas 2x lebih tinggi daripada sepsis dengan demam
OUTCOMES SEPSIS HIPOTERMI DAN SEPSIS
DENGAN DEMAMHypothermic sepsis Febrile sepsis
CNS dysfunction 88% 60%
Increased serum bilirubin 35% 15%
Prolonged PT 50% 23%
Shock 94% 61%
Failure to recover from shock 66% 26%
Death 62% 26%
DEMAM PADA LANSIA IMUNOCOMPROMISED
• Respon demam pada pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan sistem imun
umumnya tertunda, atau bahkan tidak ada.
• Suatu studi menemukan bahwa 20-30% pasien lansia memiliki respons demam yang tidak
ada atau tumpul terhadap infeksi
• Terhambatnya respon demam dapat disebabkan oleh hal dibawah ini:
• Usia lanjut
• Disfungsi sistem imun
• Kanker dan keganasan
• Obat: corticosteroid, immunosupresan
• Menurunnya respon demam terhadap sepsis telah dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk dan
peningkatan mortalitas
• Efek fisiologis dari demam
• Denyut jantung meningkat sekitar 10 bmp untuk setiap 1 F (18 bmp per 1 C)
• Konsumsi O2 meningkat sekitar 6% untuk setiap 1 F (10% per 1 0C)
• Peningkatan metabolisme
• Efek pada pemulihan dan hasil
• Efek langsung demam pada fungsi sistem kekebalan tubuh, dan manfaat atau kerugiannya bagi pemulihan
adalah topik kontroversial
• Bukti yang cukup menunjukkan bahwa demam meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dapat memainkan
peran pelindung (melalui aktivasi protein heat-shock), membantu pemulihan, dan mengurangi kematian
pada pasien sepsis.
• Sebaliknya penelitian lain menunjukkan beberapa manfaat untuk mengendalikan demam dan induksi
hipotermia
• Uji coba di Selandia Baru tidak menemukan perbedaan pada lama rawat inap di ICU atau kematian 90
hari pada pasien yang demamnya yang dikontrol dengan asetaminofen dengan kelompok kontrol.
• Efek yang berpotensi berbahaya:
• Demam hingga kira-kira 41 C umumnya tidak dianggap berbahaya, tetapi hati-hati pada pasien dengan
disfungsi kardiopulmoner yang berat atau trauma otak
• Suhu yang sangat tinggi melebihi 41,1 C (106 F) bisa menjadi tanda hipertermia (misalnya reaksi obat, stroke
panas) dapat menimbulkan perdarahan intrakranial, rhabdomyolisis, dan kerusakan organ.
FEVER VS HIPERTERMIA
• Demam dan hipertermia memiliki penyebab, mekanisme fisiologis, gejala, dan perawatan
yang sangat berbeda
• Oleh karena itu penting untuk membedakan keduanya di awal penilaian pasien septik
demam
FEVER HIPERTERMIA
• Peningkatan suhu disebabkan oleh pengaturan set • Disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk
point hipotalamus sebagai respons terhadap melepaskan panas yang cukup untuk
inflamasi endogen atau eksogen mempertahankan suhu set point
• Suhu biasanya <41,1 C • Dapat menyebabkan suhu tinggi >41,1 C karena
• Ada 2 jenis demam: demam infeksi, dan demam non terputus dari pengaturan suhu normal
infeksi • Dianggap darurat medis karena dapat
• Respon terhadap anti piretik menyebabkan: perdarahan intrakranial,
kerusakan otak, rhabdomyolisis kegagalan organ
• Tidak respon terhadap antipiretik
DIAGNOSIS BANDING DEMAM NON INFEKSI DAN
HIPERTERMIA.
• Demam non infeksi
• Thrombosis: DVT, PE
• Inflammatory or auto-immune disease: SLE, vasculitis
• CNS injury
• Infusion reaction
• Aspiration
• Kanker dan keganasan
• Intra-abdominal inflamatory conditions: acalculous, cholecystitis, pancreatitis.
• Hipertermia
• Heat stroke
• Endocrine condition
• Reaksi obat:
• Malignan hipertermia
• Neuroleptic malignan syndrom
• Serotonin syndrom
LABORATORY TEST
OTHER PROCEDURES
pH
ANALISA GAS
DARAH (AGD)
Base Deficit
PH
Alkalosis respiratori (PCO2 rendah) akibat takipnea dan kompensasi awal asidosis laktat
Asidosis metabolik akibat produksi asam terus menerus yang disebabkan oleh
hipoperfusi jaringan
BASE DEFICIT
• Defisit basa dengan peningkatan anion gap menunjukan adanya penambahan asam seperti
asam laktat
• Defisit basa dengan anion gap normal menunjukan hilangnya bikarbonat melalui diare
(karena HCO3- ditukar dengan Cl-)
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
• Jumlah neutrofil absolut (ANC) < 500 neutropenia berat; sehingga berisiko tinggi
untuk infeksi oportunistik (terutama jamur)
• Trombosit rendah merupakan tanda sepsis berat dan dapat menunjukan komplikasi
koagulasi yang lebih serius (misalnya DIC)
• Pemeriksaan darah lengkap memiliki spesifisitas dan sensitivitas rendah untuk mendeteksi
sepsis
ANALISIS MORFOMETRI LEUKOSIT
• Analisis morfometri leukosit adalah penilaian ukuan, volume, konduktivitas dan sifat hamburan cahaya
leukosit untuk mengelompokan perbedaan dalam ukuran dan komposisi sel yang mungkin
mengindikasikan penyakit tertentu
• Parameter morfometrik dapat ditentukan untuk semua jenis leukosit dan parameter lainnya seperti Mea
Neutrophil Volume (MNV), Mean Monocyte Volume (MMV), Neutrophil Distribution Width (NDW), dan
Monocyte Distribution Width (MDW)
• Sejumlah parameter morfometrik ini ditemukan secara signifikan berubah pada sepsis dan dapat berfungsi
sebagai biomarker yang bermanfaat
MONOCYTE DISTRIBUTION WIDTH (MDW)
• Identifikasi patogen infeksius dengan cepat dalam 1 jam (hasil kultur 48 – 72 jam)
• Peningkatan laktat {>4 mmol/L (36 mg/dL) atau 1,5 – 2 kali dari batas atas normal)
merupakan indikasi hipoperfusi jaringan
• Laktat dapat meningkat tanpa hipotensi atau gejala lain (sepsis okultisme)
• CRP adalah reaktan fase akut non spesifik yang kadarnya meningkat pada inflamasi, infeksi,
rheumatoid artritis, Crohn’s disease, AMI, pankreatitis dan kondisi lain
• CRP > 2SD menunjukan cahaya inflamasi yang menandakan sepsis (Pedoman SSC 2012)
• Nilai cut-off CRP yang paling umum digunakan pada sepsis neonatal biasanya 10mg/L, terlepas dari
usia kehamilan
• Secara fisiologi, CRP meningkat 3 hari setelah lahir, dan dapat meningkat secara signifikan oleh
faktor lain seperti aspirasi mekonium atau berisiko terhadap ibu perinatal
COMPREHENSIVE METABOLIC PANEL
(CMP)
• Elektrolit
Amati kelainan berbahaya (kadar K dan Na ekstrem). Anion gap yang tinggi (Na, Cl, HCO3)
dapat menandakan asidosis laktat metabolik (pada sepsis lanjut dan berat serta syok sepsis
• Glukosa
Albumin serum rendah ditemukan pada sirosis atau sindrom nefrotik dan merupakan predisposisi asites dan peritonitis
spontan
• ALP, bilirubin
Peningkatan kadar menunjukan kerusakan hati akut atau pertanda gagal jantung
• BUN, kreatinin
• Tekanan vena sentral harus dijaga antara 8 – 12 mmHg (12-15 mmHg jika ventilasi mekanik)
Kadar amilase dan lipase harus diuji untuk menyingkirkan pankreatitis sebagai penyebab SIRS yang
tidak menular, jika gejala dan riwayatnya memungkinkan.
ENZIM JANTUNG
• Sepsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan infark miokard pada pasien dengan riwayat
penyakit kardiovaskular atau faktor risiko lainnya
• Pemeriksaan enzim jantung (troponin, CK-MB, mioglobin) harus dilakukan untuk menyingkirkan
MI.
• Miokard infark yang disebabkan oleh sepsis sering terjadi pada manula, pasien dengan pembedahan,
dan penderita diabetes
KOAGULASI
• Menilai PT, aPTT, INR. Prolonged PT sering terjadi pada sepsis karena kelainan koagulasi
• Periksa urin secara visual untuk melihat adanya clodiness dan/atau darah pada semua pasien
dengan gejala sepsis
• Leukosit esterase positif dan nitrit positif pada pemeriksaan culture urin
• Adanya WBCs dan RBCs dapat dicurigai adanya ISK, khususnya WBCs sangat dicurigai adanya
pyelonephritis
• Urin output < 0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 2 jam meskipun resusitasi cairan yang memadai
mungkin merupakan tanda sepsis berat
• Pengumpulan urin 24 jam mungkin diperlukan untuk menentukan GFR dan menilai perkembangan
fungsi ginjal
URIN ANTIGEN
• Rapid urine antigen test (UATs) dapat digunakan pada sejumlah patogen termasuk spesies
legionella, streptococcus pneumoniae dan histoplasma
• Pneumococcus UAT harus dilakukan pada semua pasien dengan community acquired pneumonia
(CAP) derajat sedang-berat dan legionella UAT harus dilakukan pada pasien dengan tingkat
keparahan tinggi CAP
UJI CANDIDIASIS INVASIVE
• Sepsis jamur, biasanya disebabkan oleh candida, dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi.
Pedoman SSC 2012 merekomendasikan penggunaan salah satu tes skrining kandidiasis invasif
berikut jika sepsis jamur adalah suatu kemungkinan
• 1,3 beta-D-Glucan assay (Fungitell)
• Rasio ang-2 / ang-1 > 5.0 telah ditemukan sebagai faktor risiko independen untuk pengembangan
syok septik dan mortalitas terkait sepsis pada pasien dengan neutropenia febrile
BIOMARKER SEPSIS LAIN
IL-6 IL-10
• Sitokin pro-inflamasi yang meningkat • Kunci sitokin anti-inflamasi yang
cepat sebagai respon agen infeksi bertanggung jawab pada mediasi respon
imun dan kontrol homeostatik dari
• Kegunaan diagnosis : sama seperti CRP
hiperinflamasi
dan PCT
• Sepsis berat : meningkat signifikan
• Sensitivitas 80% dan spesifisitas 85%
SITOKIN
• Sitoplasmik dan protein nuklear yang pada keadaan normal tidak terdeteksi namun akan
meningkat sampai terdeteksi setelah 18-32 jam pada sepsis
• Sensitivitas 66% dan spesifitas 67%
MACROPHAGE MIGRATION INH. FACTOR
EKG
PARASENTESIS
PUNGSI LUMBAL
BAL (BRONCHOALVEOLAR LAVAGE)
DRAINASE
IMAGING TEST
CHEST X-RAY
DRUG INDUCE REACTION PULMONARY EMBOLI
PULMONARY HEMORRHAGE PRIMARY OR METASTATIC TUMORS
LYMPHANGITIC SPREAD OF
MALIGNANCIES LARGE PLEURA EFFUSIONS
PNEUMOTHORAX HYDROTHORAX
FLUID OVERLOAD CONGESTIVE HEART FAILURE
ARDS (MAY OCCUR WITH INTRA-
ABDOMINAL INFECTIONS,
ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION PANCREATITIS)
SPIRAL CT PULMONARY EMBOLISM
ULTRASOUND
• USG abdomen dapat digunakan untuk menampilkan vena cava inferior dan
menilai kolapsibilitas dari IVC untuk menilai tekanan vena central dan
kemungkinan shock. Secara normal IVC dapat kolaps 50% pada saat
inspirasi, namun jika lebih atau hingga 100% dapat menanadkan penurunan
volume atau shock. Sebaliknya jika kolapsibilitas mendekati 0% pada saat
inspirasi dapat menandakan overload volume atau kongesti yang
disebabkan oleh gagal jantung kanan. Metode ini dapat dijadikan untuk
diagnosis segera pada penurunan tekanan vena sentral.
• USG abdomen pada kandung empedu adalah test terbaik untuk mendeteksi batu kandung
empedu dan infeksi saluran empedu. Batu empedu atau kolesistisis ditandai dengan
penebalan dinding pada kandung empedu dan terlihat adanya batu. Infeksi saluran empedu
atau colngitis ditandai dengan dilatasi/obstruksi pada saluran empedu.
• Pengguanaan USG pada abses intra abdomen atau infeksi internal akibat sepsis tidak
direkomndasikan/tidak diindikasikan namun dapat digunakan CT Scan dan MRI.
CT SCAN ATAU MRI
• Merupakan tes terbaik untuk mendeteksi infeksi internal non bilier (seperti abses dan
patologi ginjal).
HOSPITAL-ACQUIRED
PNEUMONIA
• Hospital acquired pneumonia (HAP), Healthcare associated pneumonia(HCAP), dan
Ventilator associated pneumonia (VAP) sangat terkait dengan severe sepsi, syok septik,
dan kematian
• Statistik HAP
Peritonitis Chlamydia
Peritonitis Tuberculosis
Peritonitis terkait AIDS
CLINICAL SCORE