Anda di halaman 1dari 75

Disusun oleh kelompok 3

Putri Kurnia Sari 1814901005


Setia Rahmawati 1814901017
Desy Rahmadani 1814901013
M.Rifky Feri Fernando 1814901037
Farid Hidayat 1814901023
 Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada
jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).
 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Etiologi
 Virus.
 Bakteri (salmonella typhi).
 Obat-obatan.
 Racun (hepatotoxic).
 Alcohol.
Manifestasi klinik
Terdapat tiga stadium :
 Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri
perut kanan atas, urine lebih coklat.
 Stadium ikterik
yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan
berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah,
tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar
dan nyeri tekan.
 Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
 Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi.
Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat daripada orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab yang
biasa berbeda.
Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu
RNA (Ribo Nucleic Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
 HepatitisA/Hepatitis infeksius
 HepatitisB/hepatitis serum
 Hepatitis C
 Hepatitis D
 Hepatitis E
Komlikasi
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul
sebagai komplikasi leptospirosis, sifilis, tuberculosis,
toksoplasmosis, dan amebiasis, yang kesemuanya peka
terhadap pengobatan khusus. Penyebab noninfeksiosa
meliputi penyumbatan empedu, sirosis empedu primer,
keracunan obat, dan reaksi hipersensitivitas obat.
Komplikasi akibat hepatitis A hampir tidak ada, keculai
pada para lansia atau seseorang yang memang sudah
mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Pemeriksaan diagnosis 3. Waktu protombin
1. Pemeriksaan pigmen  Respon waktu protombin
terhadap vitamin K
 Urobilirubin direk  Pemeriksaan serum transferase
 bilirubun serum total dan transaminase
 AST atau SGOT
 bilirubin urine  ALT atau SGPT
 urobilinogen urine  LDH
 Amonia serum
 urobilinogen feses 4. Radiologi
2. Pemeriksaan protein  foto rontgen abdomen
pemindahan hati denagn
 protein totel serum preparat technetium, emas, atau
rose bengal yang berlabel
 albumin serum
radioaktif
 globulin serum  kolestogram dan kalangiogram
 arteriografi pembuluh darah
 HbsAG
seliaka
 I. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah
dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan,
umur, dan pendidikan terakhir
c. Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan
klien.
 2. keluahan utama
Keluhan utama Keluhan dapat berupa nafsu makan
menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit
perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia,
mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit
yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang
pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-
saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat
penyakit menular khususnya berkaitan dengan
penyakit pencernaan.
4. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit
Hepatitis e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
a. Aktifitas Letargi
 Kelemahan Asteriksis
 Kelelahan f. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
 Malaise
Nyeri tekan pada kuadran
b. Sirkulasi kanan
 Bradikardi ( hiperbilirubin
Mialgia
berat ) Atralgia
 Ikterik pada sklera kulit, Sakit kepala
membran mukosa Gatal ( pruritus )
c.Eliminasi g. Keamanan
 Urine gelap Demam
 Diare feses warna tanah liat Urtikaria
d. Makanan dan cairan Lesi makulopopuler
 Anoreksia Eritema
 Berat badan menurun
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal
 Mual dan muntah
posterior
 Peningkatan oedema
h. Seksualitas
 Asites Pola hidup / perilaku
meningkat resiko terpajan
 Defisit nutrisi berhubungan dengan, kurangnya
asupan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
 Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
 Hypertermi berhubungan dengan infeksi agent
dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
 Resiko gangguan integritas kulit dan jaringan
berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
 Diagnosa pertama
Defisit nutrisi berhubungan dengan, kurangnya
asupan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam nutrisi pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi Rasional

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, adanya pembesaran hepar dapat


tawarkan makan sedikit tapi sering dan menekan saluran gastro intestinal dan
tawarkan pagi paling sering menurunkan kapasitasnya.

Lakukan oral hygine sebelum makan akumulasi partikel makanan di mulut


dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.

Anjurkan makan pada posisi duduk menurunkan rasa penuh pada


tegak abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan

Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak glukosa dalam karbohidrat cukup
efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam nyeri pasien berkurang atau
teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik
dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi Rasional
Berikan teknik nonfarmakologis untuk nyeri yang berhubungan dengan
mengurangi rasa nyeri. ( terapi pijat, hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
aromaterapi, terapi musik, terapi karena terdapat peregangan secara
bermain) kapsula hati, melalui teknik
nonfarmakologi diharapkan dapat
mengurangi nyeri secara efektif)

Berikan informasi akurat dan jelaskan klien yang disiapkan untuk mengalami
penyebab nyeri, priode nyeri, dan nyeri melalui penjelasan nyeri yang
pemicu nyeri sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)

Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa


analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.
Kontrol lingkungan yang memperberat Nyeri juga bisa berasal dari lingkungan
nyeri (mis;suhu ruangan, pencahayan, sekitar klien yang tidaknyaman.dengan
dan kebisingan) mengontrol lingkungan sekitar klien
dapat mengurangi nyeri
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent
dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam suhu badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi Rasional

Monitor tanda vital : suhu badan sebagai indikator untuk mengetahui


status hypertermi

Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi


mempertahankan cairan yang adekuat peningkatan evaporasi yang memicu
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk timbulnya dehidrasi
mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.

Basahi dan kipasi permukaan tubuh. menghambat pusat simpatis di


hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan

Ganti linen setiap hari atau lebih sering kondisi kulit yang mengalami lembab
jika mengalami hiperhidrosis memicu timbulnya pertumbuhan
(kaeringat brlebihan) jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.
Resiko gangguan integritas kulit dan jaringan
berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam tidak terjadi kerusakan intergritas
kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan
pruritus.
Intervensi Rasional

Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas


menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf

Cegah penghangatan yang berlebihan penghangatan yang berlebih


dengan pertahankan suhu ruangan menambah pruritus dengan
dingin dan kelembaban rendah, hindari meningkatkan sensitivitas melalui
pakaian terlalu tebal vasodilatasi

Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan


instruksikan klien untuk memberikan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
tekanan kuat pada area pruritus untuk pruritus
tujuan menggaruk

Pertahankan kelembaban ruangan pendinginan akan menurunkan


pada 30%-40% dan dingin vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
 IV. Implementasi
Imlementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat
V.Evaluasi
 Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas
dari tanda-tanda mal nutrisi.
 Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis
intensitas dan lokasinya)
 Tidak terjadi peningkatan suhu
 Tidak terjadi keletihan
 Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
 Pola nafas adekuat
 Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Pengertian
 Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun
dimana secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan
pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis. Sirosis hepatis
adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Etiologi
 Malnutrisi
 Alkoholisme
 Virus hepatitis
 Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatika
 Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan
bawaan)
 Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
 Zat toksik Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam
hati
3. Patofisologi
sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang
ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai
nodul dimana terjadi pembengkakan hati. Patofisiologi
sirosis hepatis sendiri dimulai dengan proses
peradangan, lalu nekrosis hati yang meluas yang
akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikat
yang disertai nodul (Sujono, 2002).
4. Klasifikasi
Secara makroskopik sirosis dibagi atas:
 Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di
dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus
dan kecil merata tersebut di seluruh lobul.
 Makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga
bervariasi ada nodul besar di dalamnya ada daerah
luasdengan parenkim yang masih baik atau terjadi
regenerasi parenkim.
5. Manifestasi klinik
1. Pembesaran Hati Pada awal perjalanan sirosis
hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui
melalui palpasi.
2. Obstruksi Portal dan Asites Manifestasi lanjut
sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati
yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi
sirkulasi portal.
3.Varises Gastrointestinal Obstruksi aliran darah
lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
juga mengakibatkan pembentukan pembuluh
darah kolateral dalam sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal
ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang
lebih rendah.
6. pemeriksaan penunjang
 Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih
menurun (leukopenia), dan trombositopenia.
 Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari
sel-sel yang rusak. Namun, tidak meningkat pada sirosis
inaktif.
 Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati
menurun.
 Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi
kerusakan sel hati.
 masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan
fungsi hati.
 pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi
menandakan ketidakmampuan sel hati membentuk
glikogen.
 Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk
menentukan penyebab sirosis hati seperti HBsAg, HBeAg,
HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
 Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila AFP terus meninggi
atau >500-1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah
keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
 I. Pengkajian
 1. identitas klien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
 Riwayat Kesehatan Sekarang:
 Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
 Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
 Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain
yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit
Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka
waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status
jasmani serta rohani pasien. Selain itu apakah pasien memiliki penyakit
hepatitis, obstruksi empedu, atau bahkan pernah mengalami gagal jantung
kanan.
 Riwayat Kesehatan Keluarga:
 Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak
berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan
sakit DM, hipertensi,ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting
dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.
 Riwayat tumbuh kembang
 Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari
perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang dapat
mempengaruhi keadaan penyakit, seperti ada riwayat
pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature,
kelengkapan imunisasi, pada form yang tersedia
tidak terdapat isian yang berkaitan dengan riwayat
tumbuh kembang.
• Riwayat Sosial Ekonomi:
 Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang
sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis,
berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya
mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol,
karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.
• Riwayat Psikologi:
 Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini
apakah pasien dapat menerima, ada tekanan psikologis
berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian,karena pada pasien dengan sirosis hepatis
dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan
kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi.
 3. pemeriksaan fisik
 Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala –
kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang
merupakan tolak ukur dari keadaan umumpasien /
kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari
kepala sampai kaki dan lebihfocus pada
pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa
dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan
LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB
karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga
untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yang
terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi
yang dibutuhkan.
 Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan (edema)
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
 Gangguan intregitas kulit/jaringan berhubungan
dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
 Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
pertahanan tubuh.
◦ Diagnosa pertama
Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan (edema)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
 Menunjukkan volume cairan stabil dengan
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran.
 Berat badan stabil.
 Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada
edema.
Intervensi Rasional

Monitor intake dan output cairan. Menunjukkan status volume sirkulasi

Auskultasi paru, catat penurunan/ Peningkatan kongesti pulmonal dapat


tidak adanya bunyi napas dan mengakibatkan konsolidasi, gangguan
terjadinya bunyi tambahan. pertukaran gas, dan komplikasi

Dorong untuk tirah baring bila ada Dapat meningkatkan posisi rekumben
asites. untuk dieresis

Awasi TD dan CVP Peningkatan TD biasanya berhubungan


dengan kelebihan volume cairan

Batasi asupan cairan dan garam Dengan membatasi cairan dan garam
dapat mengurangi terjadinya edema.
Diagnosa kedua
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24
jam klien toleran terhadap aktivitas.
Kriteria hasil :
 Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan
klien.
 Merencanakan aktivitas untuk memberikan
kesempatan istirahat yang cukup.
 Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan
dengan bertambahnya kekuatan.
Intervensi Rasional

Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi Memberikan kalori bagi tenaga dan
protein (TKTP) protein bagi proses penyembuhan

Berikan suplemen vitamin (A, B Memberikan nutrien tambahan


kompleks, C dan K)

Motivasi klien untuk melakukan latihan Menghemat tenaga klien sambil


yang diselingi istirahat mendorong klien untuk melakukan
latihan dalam batas toleransi klien

Motivasi dan bantu klien untuk Memperbaiki perasaan sehat secara


melakukan latihan dengan periode umum dan percaya diri
waktu yang ditingkatkan secara
bertahap
Diagnosa ketiga
Gangguan intregitas kulit/jaringan berhubungan
dengan akumulasi garam empedu pada kulit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam integritas kulit terjaga.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada
ekstremitas dan batang tubuh.
 Tidak memperlihatkan luka pada tubuh.
 Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala
eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu
didaerah tonjolan tulang.
Intervensi Rasional

Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas


menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf

Cegah penghangatan yang berlebihan penghangatan yang berlebih


dengan pertahankan suhu ruangan menambah pruritus dengan
dingin dan kelembaban rendah, hindari meningkatkan sensitivitas melalui
pakaian terlalu tebal vasodilatasi

Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan


instruksikan klien untuk memberikan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
tekanan kuat pada area pruritus untuk pruritus
tujuan menggaruk

Pertahankan kelembaban ruangan pendinginan akan menurunkan


pada 30%-40% dan dingin vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
Diagnosa keempat
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
pertahanan tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
◦ Tanda-tanda vital dalam batas normal.
◦ Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup
untuk menghindari infeksi ulang
Intervensi Rasional

Kaji tanda vital dengan sering Tanda adanya syok septik

Lakukan teknik isolasi untuk infeksi, Mencegah transmisi penyakit virus ke


terutama cuci tangan efektif orang lain

Awasi/ batasi pengunjung sesuai Klien terpajan terhadap proses infeksi


indikasi potensial resiko komplikasi sekunde

Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik Pengobatan untuk mencegah/


membatasi infeksi sekunder
IV.mplementasi
 Implementasi sesuai yang akan direncanakan
V. Evaluasi
 Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana
keperawatan dilakukan sedangkan cara melakukan
evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada
tujuan rencana keparawatan.
A. DEFINISI
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan
inflamasi akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan
atas, nyeri tekan dan panas badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu
akut dan kronis (Brooker, 2001).

 Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung


empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus
sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.

 Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding


kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang
tajam dan hebat.
Klasifikasi :
1. Kolesistitis Kalkulus
2. Kolesistitis Akalkulus
Beberapa faktor resiko yang lain sebagai
berikut:
1. adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
2. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar
dibanding laki-laki)
3. Usia lebih dari 40 tahun .
4. Kegemukan (obesitas).
5. Faktor keturunan
6. Aktivitas fisik
7. Kehamilan (resiko meningkat pada
kehamilan)
8. Hiperlipidemia
9. Diet tinggi lemak dan rendah serat
 Statis cairan empedu
 Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella,
Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
 Iskemik dinding kandung empedu.
 Kepekatan cairan empedu.
 Kolesterol.
 Lisolesitin.
 Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa
dinding kandung empedu diikuti reaksi
supurasi dan inflamasi
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
 Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus
tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan
akhirnya infeksi.
 Pasien akan menderita panas,
 teraba massa padat pada abdomen,
 rasa nyeri disertai mual dan muntah
 Perubahan warna urine tampak gelap dan
feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke
kandung empedu pada saat
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan
empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya
diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan
susunan kimia dan pengendapan unsur
tersebut. Perubahan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung
empedu.
Komplikasi yag dapat terjadi pada pasien
kolesistitis:
1. Empiema
2. Ileus batu kandung empedu
3. Kolesistitis emfisematous
 1. pengkajian
 Identitas pasien dan penanggung jawab
 Keluhan utama: pasien merasa nyeri kolik bilier di kudran
kanan atas yang
menjalar sampai ke punggung
 Riwayat kesehatan dahulu: DM, kolektiasis
 Riwayat penggunaan obat-obatan: pil kontrasepsi, ekstrogen
 Jenis kelamin
 Pernafasan: dispea, bunyi nafas abnormal.
 Cardiovascular: takikardia
 Persyarafan: demam
 Musculoskeletal: kelemahan
 Kulit/integument: terasa gatal dan berwarna kuning.
 Pola Nutrisi: mual muntah, tidak
 Nyeri akut
 Pola nafas tidak efektif
 Defisit cairan
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
 Hipertermia
 Gangguan integritas kulit
 Resiko pendarahan
 Nyeri akut berhubungan dengan
proses inflamasi
 Hipovolemia berhubungan dengan
kekurangan intake cairan
 Hipertermia berhubungan dengan
proses inflamasi
 Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan arus balik getah
empedu ke aliran darah
Intervensi keperawatan
Diagnosa pertama
Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi
 Tujuan: Klien melaporkan nyeri
berkurang/hilang, nyeri terkontrol dan teratasi,
klien dapat mengkompensasi nyeri dengan
baik
 Kriteria Hasil:
 Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangu nyeri, mencari bantuan)
 Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
 Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri)
 Tanda vital dalam rentang normal
 Pasien tidak mengalami gangguan tidur intervensi
No Intervensi Rasional
1 Berikan teknik nonfarmakologis nyeri yang berhubungan dengan
untuk mengurangi rasa nyeri. ( hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
terapi pijat, aromaterapi, terapi karena terdapat peregangan secara
musik, terapi bermain) kapsula hati, melalui teknik
nonfarmakologi diharapkan dapat
mengurangi nyeri secara efektif)
2 Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk
jelaskan penyebab nyeri, priode mengalami nyeri melalui penjelasan
nyeri, dan pemicu nyeri nyeri yang sesungguhnya akan
dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
3 Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung dibatasi dengan teknik untuk
efek hepatotoksi mengurangi nyeri.
4 Kontrol lingkungan yang Nyeri juga bisa berasal dari
memperberat nyeri (mis;suhu lingkungan sekitar klien yang
ruangan, pencahayan, dan tidaknyaman.dengan mengontrol
kebisingan) lingkungan sekitar klien dapat
mengurangi nyeri
Diagnosa kedua
Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan
intake cairan
 Tujuan: Keseimbangan cairan, hidrasi, dan
status nutrisi: intake makanan dan minuman
 Kriteria Hasil: Defisit volume cairan teratasi
dengan kriteria hasil:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan
usia dan BB
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
normal
 Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membrane mukosa lembap
 Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
No Intervensi Rasional

1 Catat intake- output dan Agar mengetahui cairan yang


hitung blans cairan keluar dan masuk

2 Berikan asupan cairan sesuai Memenuhi kebutuhan cairan yang


kebutuhan diperlukan

3 Berikan cairan intravena jika Memenuhi kebutuhan cairan pada


perlu saat pasien tidak mau makan dan
minum

4 Kolaborasi dengan dokter Memenuhui kebutuhan yang


untuk pemberian diuretik diperlukan jika sudah berlebihan
jika perlu
Diagnosa ketiga
Hipertermia berhubungan dengan proses
inflamasi
 Tujuan: Thermoregulasi
 Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam batas
normal denga kriteria hasil
 Suhu 36-37oC
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan kulit, tidak ada
pusing, merasa nyaman
No Intervensi Rasional

1 Monitor tanda vital : suhu sebagai indikator untuk mengetahui


badan status hypertermi

2 Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi


mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang memicu
adekuat (sedikitnya 2000 timbulnya dehidrasi
l/hari) untuk mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.

3 Basahi dan kipasi permukaan menghambat pusat simpatis di


tubuh. hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan

4 Ganti linen setiap hari atau kondisi kulit yang mengalami lembab
lebih sering jika mengalami memicu timbulnya pertumbuhan
hiperhidrosis (kaeringat jamur. Juga akan mengurangi
brlebihan) kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.
Diagnosa keempat
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
arus balik getah empedu ke aliran darah
 Tujuan: integritas jaringan: kulit dan
membrane mukosa
 Kriteria Hasil: kerusakahn integritas kulit
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
 Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan
(sensasi)=, elastisitas, temperature, hidrasi)
 Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembapan kulit dan perawatan alami
No Intervensi Rasional
1 Pertahankan kebersihan kekeringan meningkatkan
tanpa menyebabkan kulit sensitifitas kulit dengan
kering merangsang ujung syaraf

2 Cegah penghangatan yang penghangatan yang berlebih


berlebihan dengan menambah pruritus dengan
pertahankan suhu ruangan meningkatkan sensitivitas melalui
dingin dan kelembaban vasodilatasi
rendah, hindari pakaian
terlalu tebal

3 Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang


instruksikan klien untuk pelepasan hidtamin, menghasilkan
memberikan tekanan kuat lebih banyak pruritus
pada area pruritus untuk
tujuan menggaruk

4 Pertahankan kelembaban pendinginan akan menurunkan


ruangan pada 30%-40% dan vasodilatasi dan kelembaban
dingin kekeringan
Implementasi
 Implementasi sesuai yang akan
direncanakan

Evaluasi
 Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah
rencana keperawatan dilakukan sedangkan
cara melakukan evaluasi sesuai dengan
criteria keberhasilan pada tujuan rencana
keparawatan.
A. DEFINISI
Batu empedu adalah timbunan kristal
didalam kandung empedu atau dalam
saluran empedu. Kholelitiasis berasal dari
kata “kole” yang artinya empedu, “lithia”
yang artinya batu, dan “sis” yang berarti
proses. Sebuah ukuran batu empedu dapat
bervariasi dan dapat sekecil butiran pasir
atau seperti bola golf.
 Perubahan komposisi empedu
Faktor tersebut merupakan faktor
terpenting dalam pembentukan batu empedu
karena hati penderita batu empedu kolesterol
mengekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
ini mengendap dalam kandung empedu
untuk membentuk batu empedu
 Statis empedu
 Infeksi kandung empedu
 Gejala akut
Tanda : epigastrium kanan terasa nyeri dan
spasme, saat akan melakukan inspirasi pada
pernafasan ketika di raba akan terdapat nyeri tekan,
kandung empedu membesar dan nyeri, ikterus
ringan.
 Gejala kronis
Tanda : biasanya tak tampak gambaran pada
abdomen, kadang terdapat nyeri di kuadran kanan
atas.
Gejala : rasa nyeri (kolik empedu), tempat :
abdomen bagian atas (mid epigastrium), sifat :
terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula
kanan, mual dan muntah, intoleransi dengan
makanan berlemak, flatulensi, eruktasi (bersendawa).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat
suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol.
Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
klesterol keluar dari larutan membentuk suatu
nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah,
mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel
yang lepas, atau partikel debris yang lain
diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan
 Radiologi
 Radiografi: Kolesistografi
 Sonogram
 ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancre
atografi)
 Radiologi
 Radiografi: Kolesistografi
 Sonogram
 ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancre
atografi)
 Kenaikan serum kolesterol
 Kenaikan fosfolipid
 Penurunan ester kolesterol
 Kenaikan protrombin serum time
 Kenaikan bilirubin total, transaminase (Normal <
0,4 mg/dl)
 Penurunan urobilirubin
 Peningkatan sel darah putih: 12.000 -
15.000/iu (Normal : 5000 - 10.000/iu)
 Peningkatan serum amilase, bila pankreas terliba
t atau bila ada batu di
duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml).
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
koleitiasis :
 Asimtomatik
 Obstruksi duktus sistikus
 Kolik bilier
 Kolesistitis akut
 Perikolesistitis
 Peradangan pankreas (pankreatitis)
 Perforasi
 Kolesistitis kronis
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
koleitiasis :
 Asimtomatik
 Obstruksi duktus sistikus
 Kolik bilier
 Kolesistitis akut
 Perikolesistitis
 Peradangan pankreas (pankreatitis)
 Perforasi
 Kolesistitis kronis
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
 1. Pengkajian
 Identitas
 Berisi tentang identitas pasien dan penaggung jawab
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
 Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan
oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang
klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan
atas, dan mual muntah.
Riwayat kesehatan sekarang
 Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu
focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri/gatal tersebut.
◦ Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien
pernah menderita penyakit kolelitiasis.
3.Pemeriksaan umum
◦ Keadaan Umum
 Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan :
 Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
 Auskultasi : peristaltik (+)
 Perkusi : timpani
 Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran
kanan atas, hepar-lien tidak teraba, massa (-)
 Sistem endokrin
 Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung
empedu.
 Pemeriksaan pola
 Aktivitas/istirahat
 Gejala : kelemahan
 Tanda : gelisah
◦ Sirkulasi
 Tanda : takikardi, berkeringat
◦ Eliminasi
 Gejala : perubahan warna urine dan feses
 Tanda : distensi abdomen
 Terba masssa pada kuadran atas
 Urine pekat, gelap
 Feses warna tanah liat, steatorea
◦ Makanan/cairan
 Gejiala : anereksia, mual/muntah
◦ Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis: obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
◦ Resiko hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
◦ Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
kurang dari kebutuhan tubuh,
mual/muntah
intervensi keperawatan

Diagnosa pertama
Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis: obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
 Tujuan : setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 24 jam nyeri pasien
berkurang atau teratasi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda
nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas
dan lokasinya)
No Intervensi Rasional

1 Berikan teknik nonfarmakologis nyeri yang berhubungan dengan


untuk mengurangi rasa nyeri. ( hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
terapi pijat, aromaterapi, terapi karena terdapat peregangan secara
musik, terapi bermain) kapsula hati, melalui teknik
nonfarmakologi diharapkan dapat
mengurangi nyeri secara efektif)

2 Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk mengalami


jelaskan penyebab nyeri, priode nyeri melalui penjelasan nyeri yang
nyeri, dan pemicu nyeri sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)

3 Bahas dengan dokter kemungkinan nyeri sudah tak bisa


penggunaan analgetik yang tak dibatasi dengan teknik untuk
mengandung efek hepatotoksi mengurangi nyeri.

4 Kontrol lingkungan yang Nyeri juga bisa berasal dari lingkungan


memperberat nyeri (mis;suhu sekitar klien yang tidaknyaman.dengan
ruangan, pencahayan, dan mengontrol lingkungan sekitar klien
kebisingan) dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa kedua
Resiko hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam terjadi
balance cairan.
 Kriteria hasil :
 Menunjukkan volume cairan stabil dengan
keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran.
 Berat badan stabil.
 Tanda vital dalam rentang normal dan tidak
ada edema.
No Intervensi Rasional

1. Catat intake- output dan Agar mengetahui cairan yang


hitung blans cairan keluar dan masuk

2. Berikan asupan cairan sesuai Memenuhi kebutuhan cairan yang


kebutuhan diperlukan

3. Berikan cairan intravena jika Memenuhi kebutuhan cairan pada


perlu saat pasien tidak mau makan dan
minum

4. Kolaborasi dengan dokter Memenuhui kebutuhan yang


untuk pemberian diuretik diperlukan jika sudah berlebihan
jika perlu
 Diagnosa ketiga
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurang
dari kebutuhan tubuh, mual/muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam nutrisi pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
No Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukan diet/jumlah adanya pembesaran hepar dapat


kalori, tawarkan makan sedikit menekan saluran gastro intestinal dan
tapi sering dan tawarkan pagi menurunkan kapasitasnya
paling sering

2. Lakukan oral hygine sebelum akumulasi partikel makanan di mulut


makan dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.

3. Anjurkan makan pada posisi menurunkan rasa penuh pada abdomen


duduk tegak dan dapat meningkatkan pemasukan

4. Berikan diit tinggi kalori, glukosa dalam karbohidrat cukup


rendah lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
 Implementasi
 Implementasi sesuai yang akan direncanakan
 Evaluasi
 Pasien malaporkan bahwa nyeri
hilang/terkontrol
 Pasien menunjukkan keseimbangan cairan
adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital
stabil, memberan mukosa lembab, turgor kulit
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
baik, secara individu mengeluarkan cukup
urine, dan tidak ada muntah
 Pasien menunjukkan kemajuan berat badan
atau mempertahankan berat badan individu
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai