Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK

5
1.Diana Chyntia Debi
2.Roza Sri Susanti
3.Fitriatun
4.Ratih Ayuning Chyntya
5.Nur Annisa
6.Sutriati
FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP
BIMBINGAN DAN KONSELING

Ada empat fungsi bimbingan dan konseling,


yaitu :
Fungsi pemahaman
Fungsi pencegahan
Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Konsep-konsep Pokok yang perlu dipahami dan
didalami, yaitu :
 Fungsi pemahaman diagnosis
 Ruang lingkup fungsi  Pengentasan berdasarkan teori
pemahaman konseling
 Instrumentasi bimbingan  Fungsi pemeliharaan dan
konseling pengembangan
 Peamahaman dan kerahasiaan  Pemeliharaan dan
 Fungsi pencegahan pengembangan sebagai tujuan
 Kondisi bermasalah
umum
 Prinsip bimbingan konseling
 Upaya pencegahan
berkenaan dengan sasaran
 Fungsi pengembangan
 Program pelayanan
 Langkah-langkah
 Pelaksanaan program
pengembangan
pelayanan
 Fungsi pengentasan
 Prinsip bimbingan dan
 Langkah-langkah pengentasan konseling
 Pengentasan berdasarkan
A. FUNGSI BIMBINGAN DAN
KONSELING

1. Fungsi Pemahaman
Berkenaan dengan pemahaman, pelayanan bimbingan dan
konseling, yaitu klien dengan berbagai permasalahannya.
Pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh
klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien,
serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.
a. Pemahaman Tentang Klien

Merupakan titik tolak upaya pemberian


bantuan terhadap klien. Sebelum seorang
konselor atau pihak pihak lain dapat
memberikan layanan tertentu kepada klien,
maka mereka perlu terlebih dahulu
memahami individu yang akan dibantu itu.
Tidak hanya sekedar mengenal diri klien
melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman
yang menyangkut latar belakang pribadi
klien, kekuatan dan kelemahannya serta
kondisi lingkungannya.
Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan kedalam berbagai data tentang :
 Identitias individu (klien) : nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua, status
dalam keluarga, dan tempat tinggal.
 Pendidikan
 Status perkawinan (bagi klien dewasa)
 Status sosial-ekonomi dan pekerjaan
 Kemampuan dosen (intelegensi) bakat, minat, hobi
 Kesehatan
 Kecendrungan sikap dan kebiasaan
 Cita-cita pendidikan dan pekerjaan
 Keadaan lingkungan dan tempat tinggal
 Kedudkan dan prestasi yang pernah di capai
 Kegiatan sosial kemasyarakatan
 Jurusan/Program studi yang diikuti
 Mata pelajaran yang di ambil, nilai-nilai yang di peroleh dan prestasi-prestasi menonjol yang
pernah di capai
 Kegiatan ekstrakulikuler
 Sikap dan kebiasaan belajar
 Hubungan dengan teman sebaya.
b. Pemahaman tentang Masalah klien

Masalah klien itu terutama menyangkut jenis


masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya,
sebab-sebabnya, dan kemungkinan
berkembangnya (kalau tidak segera diatasi).
Pemahamn masalah oleh individu (klien) sendiri
merupakan modal besar bagi pemecahan
masalah tersebut.
b. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih
luas”

Secara sempit lingkungan diartikan sebagai


kondisi sekitar individu yang secara langsung
mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan
rumah tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi
dan sosial emosional keluarga, keadaan
hubungan antar tetangga dan teman sebaya dan
sebagainya.
2. Fungsi Pencegahan
a. Pengertian Pencegahan
Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefenisikan sebagai
upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang
dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian
itu benar-benar terjadi (Horner & McElhaney, 1993).
Berkenaan dengan upaya pencegahan, George Albee (dalam Horner &
McElhaney,1993) mengemukakan sebagai berikut :

KM = O + S/1+2+3
Keterangan :
KM = Kondisi bermasalah
O = Faktor Organik
S = Stres
1 = Kemampuan memecahkan masalah
2 = Penilaian positif terhadap diri sendiri (self-esteem)
3 = Dukungan kelompok
Secara verbal rumusan masalah tersebut
mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan
kondisi faktor organik dan stres akan
menungkatkan kondisi bermasalah pada diri
individu, apabila faktor kemampuan memecahkan
masalah, self-esteem, dan dukungan kelompok
konstan (tetap). Sebaliknya kondisi bermasalah pada
diri klien akan berkurang apabila gabungan
kondisi.faktor organik dan stres tetap, sedangkan
kemampuan memcahakan masalah, self esteem, dan
dukungan kelopmpok bertambah, aplikasi rumus
tersebut terhadap upaya pencegahan adalah bahwa :
Mencegah adalah menghindari timbulnya atau
meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien.
Mencegh adalah mempunyai dan menurunkan
faktor organik dan stres, serta
Mencegah adalah meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri
sendiri dan dukungan kelompok.
b. Upaya Pencegahan
Sejak lama telah timbul dua sikap yang
berbeda terhadap upaya pencegahan, khususnya
dalam bidang kesehatan mental yaitu sikap skeptik
dan optimistik (Hornet & McElhaney, 1973). Sikap
skeptik, meskipun menerima konsep pencegahan
sebagai suatu yang bagus, namun meragukan
apakah upaya pencegahan memang dapat
dilakukan. Mereka yang bersikap skeptik itu
menganggap bahwa gangguan mental emosional
itu tidak dapat dicegah. Sebaliknya golongan yang
bersikap optimistik menganggap bahwa upaya
pencegahan itu sangat penting dan
pelaksanaannya mesti diusahakan. Mereka sangat
menekankan pengaruh hubungan timbal balik
antara lingungan dan organisme (individu)
Upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor
adalah :
 Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau
diberikan akan berdampak negatif terhadap individu
yang bersangkutan.
 Mendorong perbaikan kondisi diri pada klien.
 Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal
yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan
dan kehidupannya.
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam
rangka fungsi pencegahan. Secara garis besar, program-program
tersebut dikembangkan, disusun dan diselenggarakan melalui
tahap-tahap :

 Identifikasi
permasalahan yang mungkin timbul
 Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab
timbulnya masalah-masalah.
 Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu
pencegahan masalah tersebut
 Menyusun rencana program pencegahan
 Pelaksanaan dan monitoring
 Evaluasi dan laporan.
Fungsi Pengentasan
 Langkah-langkah pengentasan masalah
Upaya pengentasan maslah pada dasarnya dilakukan secara
perorangan, sebab setiap masalah adalah unik, masalah-masalah
yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh
dismaratakan. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan
sebagai bahan yang dan keterampilan untuk menangani berbagai
maslah yang beraneka ragam itu.
 Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
Pengertian diagnsotik yang dipakai oleh bordin itu lebih lanjut
dikenal sebagai “diagnostik pengklasifikasian”. Dalam upaya
diagnostik itu masalah-masalah diklasifikasi, dilihat sebab-
sebabnya, dan tentukan cara pengentasannya.
Klasifikasi Masalah Sebab Cara Pengentasan
Sikap tergantung Klien belum belajar untuk bertanggung Konselor membantu klien agar merasa
jawab dalam pemecahan masalah sendiri sanggup menghadapi masalah dalam
hidupnya sehari-hari dan memperoleh
pengalaman langsung untuk
memungkinkan nya tidak lagi tegantung
pada orang lain.

Kekurangan informasi Pengalaman yang dimilikiklien selama Konselor memberikan informasi yang
ini tidak memadai lagi untuk mengatasi diperlukan klien atau langsung
permasalahan yang dihadapi. membawa klien ke sumber informasi
yang dimaksud.

Terjadi konflik dalam diri sendiri Dua atau lebih perasaan dan keinginan Konselor membantu klien untuk klien
yang berlainan arah mendorong konflik untuk mengenali dan menerima
dalam diri klien. perasaan-perasaan dan keinginan-
keinginannya yang berlainan arah itu
sehingga konflik itu teratasi.

Kecemasan dalam memilih Klien tidak mampu menghadapi dan Konselor membantu klien menyadari
menerima suasana berat (dalam dan menerima masalah yang
memilih) yang tak terelakan. dihadapinya itu dan selanjutnya
membuat suatu keputusan.

Tidak ada masalah Klien membutuhkan dukungan terhadap Konselor memberikan dorongan dan
keputusan yang telah diambilnya, atau dukungan kepada klien.
ingin mengecek apakah ia bertindak
dijalur yang benar.
Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk
terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, disini
dicatatkan tiga dimensi diagnosis, yaitu :

Diagnosis mental/psikologis
Diagnosis sosio-emosional
Diagnosis instrumental
Diagnosis mental/psikologis mengarah
kepada pemahaman tentang kondisi mental /psikologis
klien, seperti kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat
dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan
harapan-harapannya, temperamen dan kematangan
emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. Diagnosis
sosio-emosinal mengacu kepada hubungan sosial klien
dengan orang-orang yang amat besar pengaruhny
terhadap klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya
(bagi siswa), suami/istri, mertua (bagi pasangan suami-
istri), pejabat yang menjadi atasan langsung (bagi
karyawan), serta suasana hubungan antara klien
dengan orang-orang penting. Diagnosis instrumental
itu meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan),
fisik lingkungan (seperti keasaan sandang, pangan,
papan). Sarana kegiatan (seperti buku-buku pelajaran
bagi siswa, alat-alat kantor bagi karyawan), dan
pemahaman situasi (misalnya untuk dapat bertindak
secara disiplin, seseorang harus memahami terlebih
dahulu peraturan yang berlaku; untuk dapat memilih
yang tepat, seseorang perlu memahami kondisi dari
setiap pilihan yang ada.
c. Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling

Masing-masing teori konseling itu dilengkapi dengan


teori tentang kepribadian individu, perkembangan
tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah,
tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus
konseling. Tujuan teori tersebut tidak lain adalah
mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan
cara yang paling cepat, cermat dan tepat. Namun dari
segi teori prinsip-prinsip dan unsur-unsur teknis
operasional rasional masing-masing teori konseling itu
sering kali tidak sama, bahkan ada yang saling bertolak
belakang.
B. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN
KONSELING
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling pada umunya berkenaan dengan sasaran
pelayanan, maslah klien, tujuan dan proses penangan
masalah, program pelayanan, penyelenggaraan
pelayanan, berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip
bimbingan dan konseling yang diramu dari sejumlah
sumber ( Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow &
Crow, 1960; Miller & Fruehling, 1978).
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

 Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur,


jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
 Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu
yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang komplek dan unik ; oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan
kekomplekan pribadi individu.
 Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami kenikan setiap
individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
 Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung
faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola tikah laku
yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang
bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang
pengalaman haru mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
 Meskipun individu satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagaihal,
perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya
yang betujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu
tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

 Meskipun pelayan bimbingan dan konseling menjangakau


setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu,
namun bidang bimbingan pada umunya dibatasi hanya pada
hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik
individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah, serta
dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan
sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu.

 Keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang kurang


menguntungkan merupakan faktor salah satu dari individu dan
hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor
dalam mengentaskan masalah klien.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan

 Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses


pendidikan dan pengembangan ; oleh karena itu program bimbingan
dan konseling harus disusun dan diapadukan sejalan dengan program
pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
 Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kondisi lembaga (misalnya sekolah ), kebutuhan individu dan
masyarakat.
 Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan
diselenggrakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai
dengan orang dewasa; disekolah misalnya dari jenjang pendidikan
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
 Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan
penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan
manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program
yang direncanakan dan pelaksanaannya.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

 Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu;


oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
 Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari konselor.
 Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani
oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
 Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan prosfesional; oleh karena itu
dilaksanakan tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
 Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerja sama antara
konselor dengan guru dan orang tua amat diperlukan.
Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena
itu keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi kebodohan dan hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan
individu/siswa.
Untuk mengelola pelyanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian
terhdap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat
hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
baik. Dengan pengadministrasian instrumen yang benar-benar dipilih dengan
baik, data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat,
dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan
dipergunakan sesuai dengan keperluan.
Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu dengan lingkungannya.
Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya
diletakkan dipundak seorang pemimpin program yang terlatih dan terdidik
secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama
dengan staf dan profesional, lembaga ditempat ia bertugas dan lembaga-
lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
Penilaian periodik perlu dilakukan terhdapa program yang sedang berjalan.
Kesuksesan pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka
yang berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak
yang melayani maupun dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka yang
pernah dilayani.
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
disekolah
Konselor harus memulai kariernya sejak
awal dengan program kerja yang jelas, dan
memiliki kesiapan yang tinggi untuk
melaksanaka program teersebut.
Konselor harus selalu mempertahankan
sikap profesional tanpa mengaggu
keharmonisan hubungan antara konselor
dengan personal sekolah lainnya dan
siswa.
Konselor bertanggung jawab untuk
memahami perannya sebagai konselor

Anda mungkin juga menyukai