Disusun oleh :
Alvionita Naomy Agustina Letelay
NIM. 2018-84-007
Konsulen :
dr. Ony. W. Angkejaya, Sp. An
dr. Fahmi Maruapey, Sp. An
Kegagalan intubasi
DIAGNOSA
• Neck deformity
Leher yang baik dapat fleksi dan ekstensi dengan
bebas ketika laringoskopi atau intubasi, Ektensi leher
normalnya adalah 35° (The atlanto-oksipital/ A-O joint)
Pem.Fisik(Metode 4MS)
A. Klasifikasi Klinis
Mallampati
B. Klasifikasi Klinis
Samsoon
Young
Kelas I Visualisasi seluruh
bukaan laring
Kelas II Visualisasi hanya
komisura posterior
dari bukaan laring
• Pilihan teknik untuk mencegah bahaya aspirasi pada kasus trauma berat pada muka, leher,
perdarahan, usus, serta kesulitan jalan napas
• Obat penenang seperti diazepam, fentanyl atau petidin untuk mempermudah kooperasi
pasien tanpa harus menghilangkan refleks jalan napas atas (yang harus mencegah aspirasi)
• Midazolam dalam dosis 20 sampai 40 mg / kg iv, diulang setiap 5 menit yang diperlukan,
yang digunakan untuk mencapai tingkat yang diinginkan sedasi (dosis maksimal 100 sampai
200 mg / kg).
• Intubasi sadar pada pasien yang menderita kesulitan jalan napas memberikan hasil yang
memuaskan 88-100%
2. Laringoskopi dengan bantuan video
Kematian ,
Kerusakan otak,
Cardiac arrest,
Pasien harus pulih sepenuhnya dari pengaruh obat pelemas otot pada saat sebelum ekstubasi
Pasien teranestesi dalam atau sudah sadar, faring pasien juga sebaiknya disuction terlebih
dahulu sebelum ekstubasi untuk mengurangi risiko aspirasi atau laringospasme.
sebelum ekstubasi, TT dilepas dari plester dan balon dikempiskan. Pemberian sedikit tekanan
positif pada jalan napas pada kantong anestesia yang dihubungkan dengan TT dapat membantu
meniup sekret yang terkumpul pada ujung balon supaya ke luar ke arah atas, menuju faring,
yang kemudian dapat disuction.
TT dicabut dengan satu gerakan yang halus, dan sungkup wajah biasanya digunakan untuk
menghantarkan oksigen 100% sampai pasien menjadi cukup stabil untuk diantar ke ruang
pemulihan.
Terima Kasih