PITIRIASIS
VERSIKOLOR
Penguji:
dr. Thiantia Sylviningrum, M.Pd.Ked, M.Sc, Sp.KK.
Disusun Oleh:
Kemal Muhammad Ghazali
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 91x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36.6⁰C
Status Generalis
Kepala : Mesochepal, rambut terdistribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-) deformitas (-/-)
Telinga : Deformitas (-/-) discharge (-/-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas :Akral hangat, edema (-/-/-/- ), sianosis (-/-/-/- )
Status Lokalis (Dermatologis)
Gambar 1. Efloresensi di
regio thoracalis posterior
Efloresensi :
Makula
hipopigmentasi
bentuk polimorfik
disertai skuama
halus diatas lesi,
berbatas tegas.
Pemeriksaan Penunjang
Eritrasma
Vitiligo
Pitiriasis Rosea
Medikamentosa
Miconazole crean 2% dioleska 1-x/ hariselaam2-3 mingu.
EDUKASI
• Memberitahu pasien bahwa repigmentasi memerlukan
waktu yang lama bahkan sampai setelah sembuh.
• Menjaga agar kulit tetap kering.
• Mengurangi aktivitas yang membuat keringat berlebihan.
• Hindari penggunaan handuk atau pakaian bersama
dengan orang lain.
• Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap
keringat
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanasionam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionan : ad bonam
Quo ad cosmeticam : ad bonam
Vitiligo
Effloresensi makula hipopigmentasi tidak disertai
rasa gatal pada regio facialis, interdigitalis. Pada
pemeriksaan KOH (-), penunjang menggunakan
histopatologi tidak ditemukan melanosit.
Sedangkan, pada kasus PV, lesi berupa makula
hipopigmentasi dan eritema bentuk polimorfik
disertai skuama yang terletak pada punggung dan
dada, disertai rasa gatal. Pemeriksaan KOH (+)
hifa pendek dan yeast.
Sehingga, diagnosis Vitiligo dapat disingkirkan.
Pitiriasis Rosea
Effloresensi : lesi herald-patch berbentuk
eritema, oval dan skuama halus. Beberapa hari
kemudian, tiba-tiba bisa timbul erupsi berupa
bercak berwarna merah muda berbentuk oval
pada badan, lengan atas dan paha.
Sedangkan, pada pasien PV, ditemukan makula
hipopigmentasi eritematosa dengan bentuk
polimorfik disertai skuama halus diatasnya,
tidak ada erupsi kulit berbentuk oval
setelahnya. Pemeriksaan KOH 10% ditemukan
hifa pendek dan yeast, pemeriksaan lampu
wood (+) warna kuning keemasan
Sehingga, diagnosis Pitiriasis Rosea dapat
disingkirkan.
Eritrasma
Effloresensi makula eritematosa dan skuama halus pada
regio inguinalis dan axillaris. Hasil pemeriksaan lampu
wood didapatkan pendaran coral red dan pada
pemeriksaan KOH 10% tidak ditemukan hifa panjang
bersepta. Pada pewarnaan Gram adanya bakteri Gram
(+) Corynebacterium minutissimum.
Sedangkan pada kasus PV, effloresensi makula
hipopigmentasi dan eritematosa bentuk polimorfik
disertai skuama halus diatasnya. Pada pemeriksaan KOH
10% ditemukan hifa pendek dan yeast dan pada
pemeriksaan lampu Wood didapatkan kuning keemasan.
Sehingga, diagnosis eritrasma dapat disingkirkan.
P. Versicolor Vitiligo Pitiriasis Rosea ERITRASMA
GEJALA Gatal yang Bercak putih tidak Bercak merah Gatal disertai
KLINIS memberat bila gatal berbentuk oval, rasa panas dan
berkeringat, bertambah ada gejala
bercak merah banyak prodormal seperti
atau putih demam.
P. Versicolor Vitiligo Pitiriasis Rosea ERITRASMA
Malassezia furfur
(Tan & • 50% pada beberapa negara tropis
Gabriela, • Tingginya temperatur dan
2015) kelembapan
(Behzadi, 2014)
Malassezia sp.
Sebagai flora Sinar UV, Variasi Suhu dan
Immunocompremize normal kulit Kelembapan
(Gaitanis, 2012).
Aktivasi cAMP serta cGMP berubah dari sel yeast
menjadi bentuk mycelial
merangsang sel mast
mitosis epidermis yang patogenik basofil
Fattah, M. 2000. Infeksi jamur kulit. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Hipokrates, Harahap Marwali.
Gaitanis G, Magiatis P, Hantschke M, Bassukas ID, Valegraki A. 2012. The Malassezia genus in skin and
systemic disease. Clin Microbiol Rev; 25(1).
Graham-Brown, R., Burns, T. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta: Erlangga.
Locke, T., et al. 2012. Microbiology and Infectious Diseases on the move. Jakarta: Indeks.
Madani, A. F., 2015. Infeksi Jamur Kulit. Dalam : Marwali, H., (ed). Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta :
Hipokrates.
Murtiastutik, D. 2009. Atlas HIV&AIDS dengan Kelainan Kulit. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya: Airlangga University Press.
Radiono, S., 2001. Pitirasis Versicolor. In : Budimulja, U., et al, Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI, 19-22.
Schalock PC, Hsu JT, Arndt KA. 2011. Lippincott’s primary care dermatology. Philadelphia: Lippincott William
and Wilkins.
Soleha, T.U. 2016. Pitiriasis Versicolor Ditinjau dari Aspek Klinis Mikrobiologis. Jurnal Kesehatan Unila, 1: 432-
435.
Tan, S.K., Reginata, G. 2016. Uji Provokasi Skuama pada Pitiriasis Versikolor. CDK-299, 42: 471-474.