Anda di halaman 1dari 29

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BARANG DAN JASA


DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH
PENDAHULUAN

PPN merupakan pengganti dari pajak


penjualan. Alasan penggantian ini
karena pajak penjualan dirasa sudah
tidak lagi memadai untuk menampung
kegiatan masyarakat dan belum
mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, antara lain untuk
meningkatkan penerimaan negara,
mendorong eksport, dan pemerataan
pembebanan pajak.
Kelemahan pajak penjualan:

 Adanya pajak ganda


 Bermacam-macam tarif (ada 9 tarif)
 Tidak mendorong eksport
 Belum dapat mengatasi
penyelundupan
Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN):

 Menghilangkan pajak berganda


 Menggunakan tarif tunggal
 Netral dlm persaingan dalam negeri
 Netral dlm perdagangan
internasional
 Netral dlm pola konsumsi
 Dapat mendorong eksport
Pajak Pertambahan Nilai merupakan:

 Pajak tidak langsung


 Pajak atas konsumsi dalam negeri
Dasar Hukum:
UU yang mengatur PPN dan PPn BM
adalah UU No. 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terakhir diubah dengan
UU No. 42 Tahun 2009. UU ini sering
disebut UU PPN dan PPn BM berlaku
sejak 1 April 2010.
Barang Kena Pajak (BKP)
BKP adalah barang berwujud yang
menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau
barang tdk bergerak, dan brg tdk
berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN.
Jenis Barang yang tidak kena PPN

 Barang hasil pertambangan, penggalian dan


pengeboran yg diambil langsung dari sumbernya.
 Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak.
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya
meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak
termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
 Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Jasa Kena Pajak (JKP)
JKP adalah setiap kegiatan pelayanan
berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan
suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan
dan atas petunjuk dari pesanan yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN dan
PPn BM 2009.
Jenis Jasa yg tidak dikenakan PPN
 Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik.
 Jasa di bidang pelayanan sosial.
 Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
 Jasa dibidang perbankkan, asuransi, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
 Jasa dibidang keagamaan.
 Jasa dibidang pendidikan.
 Jasa dibidang kesenian dan hiburan yg tdk dikenakan pajak
tontonan termasuk jasa dibidang kesenian yg tdk bersifat
komersial.
 Jasa dibidang penyiaran yg bukan bersifat iklan.
 Jasa dibidang angkutan umum di darat dan di air.
 Jasa dibidang tenaga kerja.
 Jasa dibidang perhotelan.
 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dlm rangka
menjalankan pemerintahan secara umum meliputi jasa-jasa
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah.
Pengertian
A. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yg
dlm kegiatan usahanya atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengeskpor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar
daerah pabean.
B. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha
sebagaimana point A, yang melakukan
penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP yg
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN & PPn
BM 2009, tidak termasuk pengusaha kecil yg
batasannya ditetapkan dengan Kep Menkeu,
kecuali pengusaha kecil yg memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP.
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi
PKP
 Memungut PPN dan PPn BM yang terutang
 Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan
kena pajak.
 Membuat nota retur dalam hal terdapat
pengambilan BKP.
 Melakukan pencatatan atau pembukuan
mengenai kegiatan usahanya.
 Menyetorkan PPN dan PPn BM yang terutang.
 Menyampaikan Surat Pemneritahuan Masa PPN
Pengecualian kewajiban PKP:

 Pengusaha kecil
 Pengusaha yg semata-mata
menyerahkan barang dan atau jasa
yang tidak dikenakan PPN
Pengusaha kecil adalah pengusaha
yang selama satu tahun buku
melakukan penyerahan BKP dan atau
JKP dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih
dari Rp. 600 juta.
Beberapa hal yg perlu diketahui
sehubungan dengan pengusaha kecil.

 Dilarang membuat faktur pajak


 Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN
 Diwajibkan membuat pembukuan atau
pencatatan
 Wajib lapor utk dikukuhkan sebagai PKP,
bagi pengusaha kecil yang memperoleh
peredaran bruto di atas batas yg telah
ditentukan.
Penyerahan barang yg termasuk dalam
pengertian penyerahan BKP adalah:
 Penyerahan hak atas BKP krn suatu perjanjian.
 Pengalihan BKP oleh krn suatu perjanjian sewa beli dan
perjanjian leasing.
 Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang.
 Pemakaian sendiri dan atau pemberian Cuma-Cuma atas
BKP
 Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula
tidak utk diperjualbelikan, yg masih tersisa pada
pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan
aktiva tersebut menurut ketentuan dpt dikreditkan.
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang
 Penyerahan BKP secara konsinyasi.
Penyerahan barang yg tidak termasuk
dalam pengertian penyerahan BKP adalah:

 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana


dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang.
 Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang.
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan penyerahaan BKP antar cabang
dlm hal PKP memperoleh ijin pemusatan tempat
pajak terutang.
PPN dikenakan atas:
 Penyerahan BKP di dlm daerah pabean yg dilakukan oleh
PKP.
 Impor BKP
 Penyerahan JKP yg dilakukan di dlm daerah pabean oleh
PKP.
 Pemanfaatan BKP tdk berwujud dari luar daerah pabean di
dlm daerah pabean.
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
 Ekspor BKP oleh PKP.
 Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan tdk dlm
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yg hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak
lain.
 Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula
aktiva tsb tdk utk diperjualbelikan, sepanjang PPN yg
dibayar pada saat perolehannya dpt dikreditkan
Atas penyerahan BKP yg tergolong mewah
oleh produsen atau importir BKP yg
tergolong mewah, disamping dikenakan
PPN juga dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPn BM)
Batasan suatu barang termasuk BKP yang
tergolong mewah adalah:
 Barang tdk termasuk barang kebutuhan pokok.
 Barang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
 Pada umumnya barang tsb dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi.
 Barang tsb dikonsumsi untuk menunjukkan
status.
 Apabila dikonsumsi dpt merusak kesehatan dan
moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban
masyarakat, seperti minuman beralkohol.
PPn BM dikenakan atas:

 Penyerahan BKP yg tergolong mewah yg


dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
BKP yang tergolong mewah tersebut di dalam
daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
 Impor BKP yang tergolong mewah atau
siapapun.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk
menghitung PPN dan PPn BM

 Harga jual
 Penggantian
 Nilai impor
 Nilai ekspor
 Nilai lain yg ditetapkan dengan
Keputusan Menkeu.
Tarif
 Tarif PPN 10%, sedangkan tarif PPN atas
ekspor BKP adalah 0%. Dengan Peraturan
pemerintah dpt diubah serendah-
rendahnya 5% dan setinggi-tingginya
15%.
 Tarif PPn BM adalah 10%, 20%, 30%,
40%, 50%, 60%, dan 75%. Dengan
Peraturan pemerintah dpt diubah
serendah-rendahnya 10% dan setinggi-
tingginya 75%. Tarif PPn BM
dikelompokkan menjadi (1) kel berupa
kendaraan bermotor (2) kel selain
kendaraan bermotor.
Mekanisme pengenan PPN adalah sbb:
 Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut
PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut
oleh PKP penjual tsb merupakan pembayaran pajak di
muka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak
menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
 Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak
lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tsb
merupakan pajak keluar. Sebagai bukti telah memungut
PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.
 Apabila dalam suatu masa pajak (tahun takwim) jumlah
pajak keluar lebih besar daripada jumlah pajak masukan,
selisihnya harus disetorkan ke kas negara.
 Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluar lebih
kecil daripada jumlah pajak masukan, selisihnya dapat di
restitusi (diminta kembali) atau dikonpensasikan ke masa
pajak berikutnya.
 Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak
dengan menggunakan SPT Masa PPN.
Cara perhitungannya
Pajak Pertambahan Nilai
 PPN = Dasar pengenaan pajak x tarif

Pajak Penjualan Barang Mewah


 PPnBM = Dasar pengenaan pajak x
tarif
Saat terutangnya PPN
 Penyerahan BKP atau JKP
 Impor BKP
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean
 Ekspor BKP
 Pembayaran, dlm hal pembayaran
diterima sebelum penyerahan BKP atau
sebelum pemanfatan BKP tdk berwujud
atau JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
Tempat terutangnya PPN
 Untuk penyerahan BKP/JKP (tempat tinggal,
kedudukan atau kegiatan usaha).
 Untuk impor, ditempat BKP dimasukkan ke dlm
daerah pabean
 Untuk pemanfaatan BKP tdk berwujud dan atau
JKP dari luar daerah pabean, ditempat orang
pribadi atau badan tsb terdaftar sebagai WP.
 Utk kegiatan membangun sendiri oleh PKP yg
dilakukan tdk dlm lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya atau oleh bukan PKP, ditempat
bangunan tsb didirikan.
 Tempat lain yg ditetapkan dengan Kep Dirjen
Pajak.
Faktur Pajak
 Faktur pajak standar
 Faktur pajak gabungan
 Faktur pajak sederhana
 Dokumen-dokumen tertentu yang
ditetapkan sebagai faktur pajak
sederhana oleh Dirjen Pajak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai