ANGGOTA : Agni Hadieta Cahyanti (1102018113) Ifadha Kemala Hadi (1102018152) Anjani Wahyunitias (1102018079) Rima Dara Ninggar (1102018091) Nurul Atika Haviz (1102018112) Hana Khansa Ramakurnia (1102018057) Rania Reiza Faris Balfas (1102018099) TULANG MENONJOL AKIBAT TERJATUH Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan tidak bisa berjalan akibat terjatuh 1 jam yang lalu dari pohon kelapa setinggi 3 meter. Pada pemeriksaan didapatkan tungkai bawah kanan dengan luka terbuka sepanjang 5 Cm dengan tulang menonjol keluar. Arteri dorsalis pedis teraba. 1. Luka Terbuka = Luka dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak 2. Arteri Dorsalis Pedis = Arteri lanjutan dari arteri tibia anterior bercabang ke lateral dan medial tarsal. Arteri dorsalis pedis bercabang ke arteri plantaris profunda dan arteri arivate. 1. Bagaimana penanganan luka tersebut? 2. Mengapa arteri dorsalis pedis yang diraba? 3. Apakah gejala yang dapat dilihat dari kasus tersebut? 4. Apa saja contoh luka terbuka? 5. Bagaimana pertolongan pertama ketika terjadi luka terbuka dan tulang menonjol? 6. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan? 7. Bagaimana cara pasien tersebut shalat? 8. Klasifikasi fraktur terbuka? 9. Pemeriksaan penunjang apakah yang perlu dilakukan? 10. Apa saja penyebab luka terbuka? 11. Bagian anatomis apa saja yang terlibat dalam kasus ini? 12. Bagaimana pencegahan untuk menghindari fraktur? 13. Jenis-jenis fraktur? 1. - Tindakan Orif, yaitu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang fraktur atau patah sedapat mungkin kembali seperti asalnya. - Tindakan Oref, yaitu dikhususkan untuk tipe 2 dan 3. Tindakannya reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana tulang ditranfiksasikan diatas dan dibawah fraktur. Kawat ditransfiksasikan dari bagian proximal dan distal. Kemudiandihubungkan satu sama lain. 2. Karena arteri dorsalis pedis tersebut yang memperdarahi bagian celah inu jari dan kaki serta untuk menentukan tingkat keparahan fraktur. 3. Adanya nyeri tekan, gerakan terbatas, krepitasi tulang, pemendekan ekstremitas, vital sign meningkat, dan terlihat tulang menonjol keluar. 4. - Luka Lecet : dapat terjadi akibat terjatuh bergeser pada permukaan yang keras dan kasar. Paling sering karena terjatuh terseret atau terkena percikan api. - Luka Iris : disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan kaca. Bentuk lukanya memanjang dan jaringan kulit disekitar luka tidak mengalami kerusakan. - Luka Robek : terjadi karena trauma. Lukanya tidak beraturan dan jaringan kulit disekitar luka jika diikat akan mengalami kerusakan. - Luka Avulsi : kulit atau organ dibawahnya lepas. - Luka Bakar : luka akibat cairan panas, matahari dan bahan kimia. 5. - Luka Terbuka, dengan cara mengentikan pendarahan, mencegah infeksi, profilaksi tetanus dan menutup luka. - Tulang menonjol keluar, dengan cara imlobilisasi, RICE, balut bidai 6. Dapat terjadi pendarahan, terdapat infeksi, tetanus, nonunion, delayed union, osteomyelitis kronis, kekakuan sendi, efiserasi dan hematom. 7. Dengan cara duduk, berbaring, terlentang dan bisa juga menggunakan gerak mata. 8. - Tipe I = Fraktur terbuka dengan luka kulit < 1 cm. - Tipe II =Fraktur terbuka dengan luka kulit > 1cm, tidak ada kerusakan jaringan lunak - Tipe III = Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang luas. Tipe III dibagi menjadi 3: a. Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang dengan jaringan lunak cukup adekuat. b. Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup luas c. Fraktur terbuka disertai kerusakan pembuluh darah. 9. MRI, Rontgen, CT Scan 10. - Tusukan benda tajam atau irisan benda tajam - bergesekan dengan permukaan yang kasar - regangan kulit diluar batas maksimal dan terbakar 11. Diantara metatarsal, M ekstensor hallucis longus, Tibi dan fibula 12. Tidak bergerak yang berlebihan, memastikan asupan kalsium, vitamin D tercukupi, nutrisi yang cukup dan jika berolahraga berat memakai pelindung tulang. 13. - Fraktur Terbuka = Fraktur dengan luka pada kulit atau integritas kulit rusak dan ujung menonjol sampai menembus kulit. - Fraktur Tertutup = Tidak tedapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Bisa disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa komplikasi. Fraktur berdasarkan garis patahan : Fraktur Incomplete : Green Stake Fracture (terjadi pada anak kecil), Fraktur kompresi (terjadi pada tulang belakang) Fraktur Complete : Patah tulang. Ada beberapa bentuk yaitu melintang atau transverse, miring atau obliq, comminoted (serpihan) Fraktur dibedakan menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe dan bisa menyebabkan luka terbuka. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya nyeri tekan, gerakan terbatas, krepitasi tulang, pemendekan ekstremitas, vital sign meningkat, dan terlihat tulang menonjol keluar dan dapat ditangani dengan mengentikan pendarahan, mencegah infeksi, profilaksi tetanus, menutup luka, meraba arteri dorsalis pedis dan pemeriksaan MRI, Rontgen, CT Scan. Fraktur dapat dicegah dengan Tidak bergerak yang berlebihan, memastikan asupan kalsium, vitamin D tercukupi, nutrisi yang cukup dan jika berolahraga berat memakai pelindung tulang. Dan bagi pasien yang mengalami fraktur mendapat rukshah dalam beribadah. 1. Memahami dan Menjelaskan Tungkai Bawah 1.1 Anatomi Makro tungkai bawah 1.2 Anatomi Mikro tungkai bawah 1.3 Kinesiologi tungkai bawah 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur 2.1. Definisi 2.2. Etiologi 2.3. Klasifikasi 2.4. Patofisiologi 2.5. Gejala 2.6. Pemeriksaan fisik 2.7. Pemeriksaan penunjang 2.8. Tata laksana 2.9. Pencegahan 2.10. Komplikasi 2.11. diagnosis banding 2.12 epidemiologi 3. Memahami dan Menjelaskan keringanan sholat bagi orang sakit Femur Femur merupakan tulang paha, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar. Tibia Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial. Fibula Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal. Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi interselular yang mengapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel: osteosit (terdapat dalam lakuna di dalam matriks), osteoblas (yang membentuk komponen organik dan matriks), dan osteoklas (sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi dan pembentukan kembali jaringan tulang). Osteoblas Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein). Penambahan unsur anorganik dari tulang bergantung pada adanya osteoblas yang hidup. Mereka terutama terletak pada permukaan jaringan tulang, berdampingan, seperti pada epitel selapis. Osteosit Osteosit, yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di antara lamel-lamel. Di dalam satu lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam kanalikuli silindris halus terdapat juluran sitoplasma dari osteosit. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit gepeng berbentuk kenari itu memiliki jauh lebih sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi dan kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat dalam mempertahankan matriks tulang. Matinya osteosit ini akan diikuti dengan resorpi dari matriks ini. Osteoklas Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 atau lebih inti. Cabang-cabangnya tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam lekukan, yang terbentuk secara enzimatik, dalam matriks yang disebut Lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan beberapa monosit darah, sehingga termasuk bagian dari sistem fagosit mononukleus. Mikrograf elektron menampakkan bahwa permukaan osteoklas aktif yang menghadap matriks tulang ternyata berlipat-lipat tidak beraturan, sering terdapat tonjolan yang terbagi, membentuk batas tidak beraturan. Daerah ini merupakan tempat perlekatan osteoklas pada matriks tulang dan membentuk suatu lingkungan mikro untuk proses resorpsi tulang. Terdapat beberapa retikulum endoplasma kasar, banyak mitokondria, dan sebuah kompleks Golgi yang berkembang baik, selain banyak lisosom di dalam sel. Matriks Tulang Materi anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang. Kalsium dan fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan natrium juga ada. Kajian difraksi sinar-X telah menunjukkan bahwa kalsium dan fosfor membentuk kristal hidroksi apatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH)2. Juga terdapat cukup banyak kalsium fosfat amorf (non- kristal). Mereka terletak sepanjang serat kolagen namun dikelilingi oleh substansi dasar amorf. Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi, dan selapis air dan ion-ion terbentuk di sekeliling kristal. Lapisan ini, yaitu kerang hidrasi, memudahkan pertukaran ion-ion antara kristal dan cairan tubuh. Materi organik adalah 95% kolagen tipe I dan substansi dasar amorf, yang mengandung proteoglikan. Sialoprotein tulang (kaya akan asam sialat) dan osteokalsin mengandung beberapa residu asam γ-karboksiglutamat; keadaan inilah yang membuat ia suka sekali bergabung dengan kalsium dan bertanggung jawab untuk memudahkan perkapuran matriks tulang. Jenis-Jenis Tulang Tulang Rawan (Kartilago) Tulang rawan (kartilago) adalah tulang yang mengandung sel-sel (fibroblas, kondroblas, dan kondrosit), serat (kolagen dan elastis), dan substansi dasar yang amorf (kondroitin sulfat dan hialuronat). Kartilago mempunyai banyak unsur aselular dan tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf. Fungsinya adalah khas membentuk jaringan skelet untuk janin, kebanyakan tulang orang dewasa sebagai model tulang rawan selama kehidupan fetal.4 Ada 3 jenis tulang rawan, yakni: Tulang rawan hialin, adalah jaringan opak Tulang keras sebagai suatu jaringan terdiri kebiruan dan seperti susu. Mengandung serat- dari sel-sel tulang, osteosit, substansi dasar, serat kolagen dan jala-jala elastin yang serabut kolagen, substansi semen, dan berbagai macam garam. Substansi dasar terpisah-pisah di dalam substansi intraselular. dan serabut-serabut kolagen membentuk Tulang rawan hialin ada pada ujung ventral substansi interselular, osteoid. Serabut- iga; pada laring, trakea, dan bronki; dan serabut merupakan bagian zat organik, pada permukaan sendi tulang. Juga terdapat sedangkan garam-garam merupakan pada lempeng epifisis di tulang janin dan unsur organik.5 Tulang keras dibagi anak yang sedang tumbuh. menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuknya,6 yakni: Tulang rawan elastin, sangat berbeda Tulang panjang, terdapat pada lengan dengan hialin maka kartilago elastin ini dan kaki. Tulang panjang bekerja seperti berwarna kuning dan tidak mengandung tuas dan bisa digunakan untuk endapan kalsifikasi. Substansi interselular ini menggerakkan tubuh. banyak mengandung serabut-serabut elastin Tulang pendek, yang berbentuk dan sedikit serat kolagen. Besarnya seperti kotak. Terletak pada pegelangan perbandingan serabut elastis ini membuat tangan dan kaki. jenis tulang rawan ini lentur dan elastis. Tulang pipih, terletak pada tulang Ditemukan pada telinga, epiglotis, dan belikat berbentuk datar pada tengkorak. Berguna untuk memberikan wadah sebagian laring. perlindungan bagi otak. Tulang rawan fibrokartilago, terdiri atas Tulang dengan bentuk tidak beberapa serat kolagen yang tersusun beraturan, untuk membantunya teratur, banyak seperti tendo dan karena itu menopang bagian-bagian tubuh tertentu. tampak seperti sejenis jaringan antara tendo Contohnya tulang belakang, yang tersusun dan tulang rawan (jaringan penyambung). berangkai melingkari seluruh urat saraf Lebih banyak mengandung berkas serabut tulang belakang kolagen. Ditemukan terutama pada bagian diskus intervertebralis dan simfisis pubis. Gerak sendi : Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectinus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata Ekstensi : M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M. semimembranosus, M. biceps femoris caput longum, M.abductor magnus pars posterior Abduksi : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae latae Adduksi : M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectineus, M. obturator externus, M. quadratus femoris Rotasi Medialis : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars posterior) Rotasi lateralis : M. piriformis, M. obturator internus, Mm gamelli, M. obturator externus, M. quadratus femoris, M. gluteus maximus, dan Mmm adductors (Syamsir, 2019) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Fraktur Terbuka (Open/Compound), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak Ekstensif. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis
patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
Fraktur Displaced (bergeser):
terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping). Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh). Berdasarkan Berdasarkan atas posisifraktur : sudut inklinasi leher 1/3 proksimal femur: 1/3 medial Tipe I : fraktur dengan 1/3 distal garis fraktur 30 derajat Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50 derajat Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70 derajat Tingkat I : fraktur impaksi yang tidak total Tingkat II : fraktur total tetapi tidak bergeser Tingakt III : fraktur total isertai dengan sedikit pergesekan Tingkat IV : fraktur disertai dengan pergeseran yang hebat Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu: 1. Cidera atau benturan 2. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis. 3. Fraktur beban Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari. Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment. Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2007). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006). Manifestasi klinis fraktur adalah 3. Pada fraktur panjang, terjadi nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan tulang yang sebenarnya pemendekan ekstrimitas, krepitus, karena kontraksi otot yang melekat pembengkakan local, dan diatas dan dibawah tempat fraktur. perubahan warna. 4. Saat ekstrimitas di periksa dengan 1. Nyeri terus menerus dan bertambah tangan, teraba adanya derik tulang beratnya sampai fragmen tulang di yang dinamakan krepitus yang teraba imobilisasi, spasme otot yang akibat gesekan antara fragmen satu menyertai fraktur merupakan bentuk dengan yang lainya. bidai alamiah yang di rancang untuk 5. Pembengkakan dan perubahan meminimalkan gerakan antar fragmen warna local pada kulit terjadi sebagai tulang. akibat dari trauma dan perdarahan 2. Setelah terjadi fraktur, bagian- yang mengikuti fraktur. Tanda ini bagian tak dapat digunakan dan biasanya baru terjadi setelah beberapa cenderung bergerak tidak alamiah jam atau hari setelah cedera bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. Hal yang perlu di Cara Pemeriksaan Fisik: evaluasi: LOOK: menilai warna kulit yang melindungi dan perfusi, luka, pasien dari deformitas, kehilangan cairan pembengkakan, dan dan infeksi, memar fungsi neuromuskular FEEL: menggunakan status sirkulasi, palpasi untuk integritas ligamentum memeriksa daerah dan tulang. nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi MOVE: memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal Pemeriksaan rontgen : Kreatinin : untuk menentukan lokasi, luas Trauma otot meningkatkan dan jenis fraktur . beban kreatinin untuk klirens Scan tulang, tomogram, ginjal CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan Profil koagulasi : mengidentifikasi kerusakan perubahan dapat terjadi jaringan lunak pada kehilangan darah, Pemeriksaan darah transfuse multiple, atau lengkap : cedera hati Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi 1. Rekognisi (Pengenalan ) Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka. 2. Reduksi (manipulasi/ reposisi) Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002). 3. Retensi (Immobilisasi) Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000). 4. Rehabilitasi Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer, 2000). TINDAKAN PEMBEDAHAN 1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION) - Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur - Fraktur diperiksa dan diteliti - Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka - Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali - Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku Keuntungan: Kerugian Reduksi akurat - Kemungkinan terjadi Stabilitas reduksi tinggi infeksi Pemeriksaan struktu - Osteomielitis neurovaskuler Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat Rawat inap lebih singkat Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal EKSTERNAL FIKSASI Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain: Obsevasi letak pen dan area Observasi kemerahan, basah dan rembes Observasi status neurovaskuler distal fraktur Osteitis pubis Yaitu terdapat peradangan pada tulang kemaluan kanan dan kiri bertemu dibagian depan bawah panggul. Slipped capital femorah epiphysis Adalah gangguan pinggul yang di akibatkan peningkatan peningkatan/penurunan efifisis. Snapping hip syndrom Adalah kondisi yang di tandai dengan suara sensasi gertakan ‘’pop’’. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KERINGANAN SHOLAT BAGI ORANG SAKIT Daftar pustaka : Manajemen fraktur pada trauma muskuloskeleteal, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl- nurhidayah-6731-2-babii.pdf Diktat muskulo skeletal dr.Syamsir, Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019