Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 2

A. RIZAL FADLY (170103001)


ABDUR ROSIDI (170103002)
INGGAR PERMANA P. (170103039)
NURAINI HABIBAH (170103067)
SYUBBAN AFIF K. (170103089)
WAHYU DWI R. (170103096)
Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

(Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


2
Kekerasan dalam Rumah Tangga)
EPIDEMOLOGI

Data kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat setiap tahun secaradrastis. Pada
tahun 2012 lebih dari 600 kasus, tahun 2013 tercatat lebih 992 kasus. (komisi nasional anti
kekerasan terhadap perempuan, 2013)

Selama tahun 2011 tercatat kejadian KDRT sebanyak 139.000 kasus, dan antara Januari-Maret
2013, kasus KDRT dilaporkan sebanyak 919 kasus. (KPAI)

Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004 menunjukkan peningkatan
serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender yang menimpaperempuan. Pada tahun 2001
terdapat 3.169 kasus yang dilaporkan ke lembagalayanan tersebut. Pada tahun 2002 angka itu
meningkat menjadi 5.163 kasus dantahun 2003 terdapat 5.934 kasus. Sedangkan tahun 2006,
catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kamala Chandrakirana,
menunjukkankekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512
kasus, dan kasus terbanyak adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga sebanyak 16.709 kasusatau
76%. 3
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan psikologis /
emosional
3. Kekerasan seksual

ADD A FOOTER 4
Strauss A. Murray mengidentifikasi hal
dominasi pria dalam konteks struktur
masyarakat dan keluarga, yang
memungkinkan terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga (marital violence) sebagai
berikut :

1. Pembelaan atas kekuasaan laki-


laki
2. Diskriminasi dan pembatasan
dibidang ekonomi
3. Beban pengasuhan anak
4. Wanita sebagai anak-anak
5. Orientasi peradilan pidana pada
laki-laki 5
• Cemas
• Rendah Diri
• Penuh rasa takut
• Sedih
• Putus asa
• Terlihat lebih tua dari usia
• Sering sakit kepala
• Susah tidur
• Mengeluh nyeri tanpa ada
penyebabnya
• Kesemutan
• Bersikap agresif 6
 Pencegahan Primer
 Pencegahan Sekunder
 Pencegahan Tersier
 Menyelenggarakan pendidikan orang tua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan
memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
 Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-
waktu terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
 Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
 Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat yang
ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga.
7
• Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin, kondisi,dan
potensinya.
• Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena kekerasan
dalam rumah tangga, tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga.
• Perlu nya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik juga berpegang teguh pada
agamanya masing-masing, sehingg kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi.
• Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku kekerasan
dalam rumah tangga.

ADD A FOOTER 8

Anda mungkin juga menyukai