Anda di halaman 1dari 30

By : Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.

Kep
 Demensia dapat diartikan sebagai
gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu
(non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C.,
Mahoney, E. 1998).

Pengertian Demensia
 Grayson (2004) menyebutkan bahwa
demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi
perubahan kepribadian dan tingkah laku.
 Demensia adalah satu penyakit yang
melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang
digunakan untuk menerangkan penyakit
otak degeneratif yang progresif.
 Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan
emosi terjejas bila mengalami demensia.
 Penyakit ini boleh dialami oleh semua
orang dari berbagai latarbelakang
pendidikan maupun kebudayaan.
 Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998,
populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 %
(populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta).
 Peningkatan angka kejadian kasus demensia
berbanding lurus dengan meningkatnya harapan
hidup suatu populasi .
 Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun
menderita demensia dan meningkat dua kali lipat
setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia
diatas 85 tahun.
 Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 %
dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut
10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Epidemiologi
 Memori baru (kemampuan untuk
mempelajari dan mengulang informasi)
 Bahasa (kemampuan untuk menulis,
berbicara, memahami tulisan atau ucapan)
 Fungsi visuospasial (kemampuan untuk
meniru atau menggambar berbagai macam
bentuk dan menyusun kubus-kubus)
 Fungsi eksekutif (kemampuan untuk
merencanakan, memberi alasan,
menyelesaikan masalah, dan fokus pada
suatu pekerjaan)

Gejala Demensia
Demensia terbagi menjadi dua yakni
1. Demensia Alzheimer
2. Demensia Vaskuler.
 Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf
pada otak mengalami kematian sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di
transmisikan sebagaimana mestinya .
 Penderita Alzheimer mengalami gangguan
memori, kemampuan membuat
keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
 Sekitar 50-60% penderita demensia
disebabkan karena penyakit Alzheimer.

Demensia jenis alzheimer


 Penurunan fungsi kognitif dengan onset
bertahap dan progresif,
 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya
: afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
 Tidak mampu mempelajari / mengingat
informasi baru,
 Perubahan kepribadian (depresi,
obsesitive, kecurigaan),
 Kehilangan inisiatif.

Demensia ini ditandai dengan gejala


Stadium I (amnesia)
 Berlangsung 2-4 tahun
 Amnesia menonjol
 Perubahan emosi ringan
 Memori jangka panjang baik
 Keluarga biasanya tidak terganggu

Penyakit Alzheimer dibagi atas 3


stadium berdasarkan beratnya
deteorisasi intelektual
Stadium II (Bingung)
 Berlangsung 2 – 10 tahun
 Episode psikotik
 Agresif
 Salah mengenali keluarga
Stadium III (Akhir)
 Setelah 6 - 12 tahun
 Memori dan intelektual lebih terganggu
 Membisu dan gangguan berjalan
 Inkontinensia urin
 Demensia tipe vascular disebabkan oleh
gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke
dapat berakibat terjadinya demensia.
Depresi bisa disebabkan karena lesi
tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi dapat
diduga sebagai demensia vaskular.

Demensia Vascular
 Peningkatan reflek tendon dalam
 Kelainan gaya berjalan
 Kelemahan anggota gerak

Tanda-tanda neurologis fokal seperti :


1. Menurut Umur:
 Demensia senilis (>65th)
 Demensia prasenilis (<65th)
2. Menurut perjalanan penyakit:
 Reversibel (mengalami perbaikan)
 Ireversibel (Normal pressure
hydrocephalus )

Klasifikasi
 Tipe non-Alzheimer
 Demensia vaskular
 Demensia Jisim Lewy (Lewy Body
dementia)
 Demensia Lobus frontal-temporal
 Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
 Morbus Parkinson
 Morbus Huntington

Menurut kerusakan struktur otak


Tipe Alzheimer
 Morbus Pick
 Morbus Jakob-Creutzfeldt
 Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
 Prion disease
 Palsi Supranuklear progresif
 Multiple sklerosis
 Neurosifilis
 Tipe campuran

Menurut kerusakan struktur otak


Tipe Alzheimer
Etiologi Demensia
 Lansia di usia >65 tahun adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-
hari.
 Tidak ada gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia
pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif

Patofisiologi
 Lansia sulit untuk mengingat dan sering
lupa jika meletakkan suatu barang,
menjadi semakin menurun dalam
mengingat.
 Gejala demensia berikutnya yang muncul
biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan
dan lebih sensitif
 Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh
munculnya penyakit lain dan biasanya
akan memperparah kondisi Lansia.
 Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi
sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi.
 Derajat keparahan dan perjalanan penyakit
demensia dapat dipengaruhi oleh faktor
psikososial.
 Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan
pasien sebelum sakit maka semakin tinggi
juga kemampuan untuk mengkompensasi
deficit intelektual.
 Pasien dengan awitan demensia yang cepat
(rapid onset) menggunakan pertahanan diri
yang lebih sedikit daripada pasien yang
mengalami awitan yang bertahap.

Faktor Psikososial Demensia


 Kecemasan dan depresi dapat
memperkuat dan memperburuk gejala.
 Pseudodemensia dapat terjadi pada
individu yang mengalami depresi dan
mengeluhkan gangguan memori, akan
tetapi pada kenyataannya ia mengalami
gangguan depresi. Ketika depresinya
berhasil ditanggulangi, maka defek
kognitifnya akan menghilang.
 Farmakoterapi
 Dukungan atau Peran Keluarga
 Terapi Simtomatik

PENATALAKSANAAN
 Mempertahankan lingkungan yang familiar
akan membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka
yang besar atau radio juga bisa membantu
penderita tetap memiliki orientasi.
 Menyembunyikan kunci mobil dan memasang
detektor pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada
penderita yang senang berjalan-jalan.

Dukungan atau Peran Keluarga


 Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur
dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada
penderita.
 Memarahi atau menghukum penderita
tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
 Meminta bantuan organisasi yang
memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.

Dukungan atau Peran Keluarga


 Diet
 Latihan fisik yang sesuai
 Terapi rekreasional dan aktifitas
 Penanganan terhadap masalah-masalah

Terapi Simtomatik
 Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel
otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
 Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknya dilakukan setiap hari.
 Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita
sehat dan aktif :
 a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul
dengan teman yang memiliki persamaan minat atau
hobi
 Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk
tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat
membuat otak kita tetap sehat.

PENCEGAHAN DAN PERAWATAN


DEMENSIA
TERIMA KASIH SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai