Anda di halaman 1dari 62

Ventilator

Di Unit Terapi Intensive


Sejarah
 1950
– Ventilator mempunyai andil sangat besar
– Pada waktu wabah poliomyelitis di Eropa
– Napas buatan sebelumnya  Ventilasi
manual
 Dgmenggunakan V. mekanik
mortalitas poliomyelitis  diturunkan
dari 80% - 40%
Di UTI
(Unit Terapi Intensif)

 Ventilator Alat Life Supporting


 Di USA  70% - 80% penderita di
UTI menggunakan ventilator
 Di Belgia  > 60%

 Di RS FKUKI  ?
 Sekarang ventilator telah demikian
canggih dengan dilengkapi komputer,
sehingga alat ini berpikir tentang
napas buatan yg paling baik untuk
penderita
 Adanya ventilator canggih di UTI
tidak akan menghasilkan sesuatu yg
maksimal bila tidak:
– Didukung personil
– Tata kerja
Berkualitas Tinggi
– Manajemen
Kapan Dipasang Ventilator
 Ventilator Alat bantu napas karena
itu dipasang pd penderita:
 Mengalami gagal napas oleh
penyebab:
– Di paru
– Di luar paru
 SSP

 Neuromuskuler

 Rongga dada
 Jalan napas

 Jantung
Kriteria untuk melakukan ventilasi
Parameter Ventilasi Nilai Normal
Mekanik
Frekuensi napas/ menit > 35 10 – 20
Tidal volume <5 5–7
Kapasitas vital (ml/KgBB) < 15 65 – 75
Kekuatan inspirasi maksimum (cmH2O) < 25 75 - 100

Oksigenasi
PaO2 (mmHg) < 60 75 – 100
(FiO2 0,6) (Udara)
P (A-a DO2) > 350

Ventilasi
PaCO2 (mmHg) > 60 35 - 45
Vd : Vt > 0,6 0,3
 Suatu gagal napas  Perjalanan
akhir dari suatu penyakit yg tdk dpt
pulih kembali  Tidak perlu
diberikan ventilasi mekanik walaupun
memenuhi kriteria.
 Ventilasi profilaktik tujuannya:
– Mempertahankan oksigenasi
– Eliminasi CO2 yg adekuat
 Ventilasi ini dilakukan pd penderita:
– Pasca bedah
– Operasi besar seperti:
 Open heart
 Operasi thorax

 Operasi abdominal

 Craniotomie
Fisiologi Ventilasi Mekanik
 Pd napas spontan ok kontraksi
diafragma & otot interkostalis 
rongga dada mengembang & terjadi
Tekanan Negatif dlm rongga dada 
maka terjadi aliran udara dari luar
masuk ke paru.
 Aliran udara ini berhenti pd akhir
inspirasi
 Fase ekspirasi  berjalan secara
pasif
 Aliran udara keluar dari paru ok:
– Elastisitas:
 Dinding thorak
 Diafragma

 Paru sendiri
Napas Buatan
(Intermitten Positive Pressure Ventilation = IPPV)
 Dialirkan udara bertekanan positip ke
paru lewat saluran napas,
menyebabkan  Tekanan rongga
dada meningkat & dada
mengembang
 Pd akhir inspirasi  tekanan rongga
dada paling positip
 Ekspirasi berjalan pasif seperti pd
napas spontan
Efek pernapasan buatan terhadap:
Kardiovaskular
 Tekanan positip pd rongga dada
menyebabkan: Venous return ↓ 
darah yg dipompa di jantung ↓
sehingga cardiac output ↓  darah
yg lewat paru ↓ (akibat tekanan
positip)  sehingga darah yg
kembali ke jantung kiri juga ↓
 Pd penderita dg hemodinamik baik,
timbul refleks Venokonstriksi 
untuk memeras darah vena kembali
ke jantung
 Refleks ini terganggu pd
– Keadaan hipovolemik
– Gangguan saraf simpatis
Efek pd Paru
 Efek IPPV yg lama & volume besar,
Tekanan inspirasi ↑, Konsentrasi
oksigen ↑ menyebabkan:
– Compliance ↓
– Atelektase
– Kerusakan membran alveoli kapiler
– Oedem paru
– Kerusakan surfaktan
– Maldistribusi gas
– Pe ↑ v/q mismatch
– ↓ FRC
Efek pd organ lain
 Efek IPPV COP ↓  Aliran darah ke
hepar, ginjal, spankhnic ↓ ↓
Pd Ginjal terjadi:
 Retensi air & garam ok pe ↑ sekresi
ADH & Aldosteron  menyebabkan
produksi urine ↓↓
Efek perubahan asam basa
 Ventilasi yg besar menyebabkan:
– Hipokarbia
– Alkalosis respiratorik  menyebabkan
 Pe↓COP
 Vasokonstriksi cerebral

 Meningkatkan afinitas oksigen Hb


Modes of Ventilation
 Pd dasarnya ada 3 golongan
1. Controlled Ventilation
2. Assist – Control
3. Support Ventilation
Controlled Ventilation
 Penderita harus tidak bernapas, dpt
krn:
– Memang tidak mampu bernapas
– Dilumpuhkan pusat napas, dng cara:
 Hiperventilasi

 Pemberian sedatif berat


 Narkotik

– Dilumpuhkan otot napasnya


 Dg pelumpuh otot
 Semua pernapasan diambil oleh
mesin dlm bentuk:
– Volume atau
– Pressure controlled
 Bila tdk ada tombol pengatur trigger,
bila penderita bernapas spontan 
tabrakan dg ventilator (tidak
sinkron)
 Bila ada pengatur trigger sistem
menjadi  Assist-Controlled
Ventilation
Assisted Controlled
 Penderita sudah ada aktivitas napas
 Bila penderita mampu mentrigger
ventilator  tiap inspirasi dibantu
oleh mesin sesuai setting sedangkan
frekuensi sesuai dg napas penderita
 Bila penderita tdk mampu men-
trigger maka ventilasi & frekuensi
dari mesin sesuai setting
Support Ventilation
 Penderita harus ada aktivitas napas g
mampu men-trigger ventilation
 Ventilator akan mensupport napas
penderita dg:
– Pressure atau
– Volume atau
– Flow
 Support umumnya diberikan waktu
inspirasi, tapi dpt juga pd seluruh siklus
 Bila penderita tidak bernapas  ventilator
tidak memberikan support ventilasi
 Pemilihan mode ventilator disesuaikan dg:
– Kondisi penderita
– Penyakit penyebab
 Sehingga terjadi nteraksi yg optimal
antara ventilator & penderita dg side
effect yg minimal, dg demikian tercapai
tujuan pemberian ventilasi mekanik yaitu
 pertkaran gas yg adekuat
Controlled Mechanical Ventilation
(CMV)
 Dpt berupa:
– Volume Controlled Ventilation (VCV)
– Pressure Controlled Ventilation (PCV)
Volume Controlled Ventilation
 Mesin memberikan:
– Volume gas yg telah ditentukan tanpa
memperhitungkan berapa besar
tekanan jalan napas yg akan menyertai.
– Setelah volume yg dikehendaki tercapai
 maka fase inspirasi berubah ke fase
ekspirasi
Pressure Controlled Ventilation
 Mesin memberikan:
– Tekanan jalan napas tertentu sesuai
setting tanpa memperhatikan berapa
besar volume yg terjadi.
– Setelah tekanan yg ditentukan tercapai
maka fase inspirasi berubah ke fase
ekspirasi
Resiko
Pd Volume Controlled Ventilation
 Pd penderita dg compliance yg rendah
& resistance yg tinggi  untuk
mencapai volume yg dikehendaki akan
menghasilkan tekanan inspirasi yg
besar  bahaya barotrauma
Pd Pressure Controlled Ventilation
 Dg batasan tekanan yg dikehendaki,
tidak menghasilkan volume tidal yg
cukup  sehingga dpt terjadi 
Hipoventilasi
 Untuk menghindari hal diatas
ventilator canggih dilengkapi
dengan:
 PRC = Pressure Regulated Volume
Control
 Yg akan memberikan volume yg
dikehendaki tanpa menghasilkan
tekanan inspirasi yg tinggi
 CMV dpt menyebabkan:
– Barotrauma
– Venous return ↓
– Cardiac output ↓
– Aliran darah ke rongga abdomen ↓
– Aliran darah ke paru ↓
– Fibrosis paru
– v/q terganggu
– Atrofi otot napas
 Indikasi CMV:
– Apnea
– Depressi SSP
– Overdosis obat
– Gangguan neuromuskuler (Guillan Barre
Syndrome, Myasthenia Gravis, Polio,
Patah Tulang Cervical)
Pressure Support Ventilation
(PSV)
 Penderita hrs bernapas & mempunyai
kekuatan inspirasi yg mampu men-trigger
ventilator  maka ventilator akan
memberikan bantuan Constan Pressure
setiap inspirasi.
 Mode ini
– Berdiri sendiri
– Kombinasi dg SIMV
 Umumnya digunakan untuk Weaning /
pasien asma
Intermitten Mandatory Ventilation
(IMV)
 Penderita bernapas spontan, mesin
memberikan mandat ventilasi sesuai
setting yg telah ditentukan
 Bila keadaan membaik, frekuensi
mandat ventilasi diturunkan sedikit
demi sedikit  shg penderita diberi
kesempatan napas spontan yg lebih
banyak sampai akhirnya lepas dari
mesin
Synchronized Intermitten
Mandatory Ventilation (SIMV)
 Modifikasi IMV dimana mesin
memberikan mandat ventilasi atas
trigger dari inspirasi penderita (jadi
sinkron dg inspirasi)
 Mode ini dipakai untuk menyapih
(weaning) dari CMV
 Keuntungan SIMV
– Tidak memerlukan sedativa maupun
pelemas otot
– Mengurangi baritrauma krn frekuensi
rendah
– Venous return & COP tidak terganggu
– Otot pernapasan terlatih
Mandatory Minute Volume
Ventilation (MMV)
 Penderita telah ada aktivitas napas spontan
 Tentukan (setting) mandat minute volume yg
sesuai dg penderita.
 Bila penderita tdk dpt mencapai minute
volume yg ditentukan  maka mesin secara
otomatis akan mengisi kekurangan tersebut.
 Bila makin lama napas penderita makin kuat
 maka bantuan mesin makin berkurang
sampai akhirnya penderita dpt mencapai
mandat minute volume yg ditentukan  Self
Weaning
Positive End Expratory Pressure
(PEEP)
 Tekanan jalan napas dipertahankan
positip pd akhir ekspirasi
 PEEP diberikan:
– Bila dengan FiO2 yg adekuat (0,6) tidak
mendapatkan PaO2 yg memadai (<60
mmHg)
 PEEP memperbaiki oksigenasi krn:
– Membuka alveoli yg kollaps
– Meningkatkan FRC
 Pd oedem paru PEEP digunakan:
– Melawan tekanan hidrostatik
– Mendorong cairan dari alveoli ke kapiler
 PEEP yg biasa digunakan: 5-15
cmH2O
 PEEP > tinggi dari itu:
– Me ↑ tekanan intrathorakal
– Me ↓ venous return
– Me ↓ COP (cardiac output)
 Hati-hati pd penderita hipovolemia
 PEEP
– Me ↓ aliran darah ginjal
– Me ↑ tekanan intrakranial
– Resiko barotrauma
Continous Positive Airway Presure
(CPAP)
 Tekanan jalan napas dipertahankan
tetap positip pd waktu inspirasi
maupun ekspirasi
 Umumnya digunakan pd penderita
napas spontan tapi juga dpt
dikombinasi dg IMV
 Kerugian CPAP mirip dg PEEP
Pengelolaan Penderita dg
Ventilator
 Penderita
harus dilakukan intubasi
endotrakheal
– Oral Dg Cuff Low Pressure
– Nasa
 Setelahpipa endotrakheal terpasang
baik  lanjutkan pemberian naas
buatan dg pompa manual dulu
sambil mengevaluasi permasalahan
 Kemudian teruskan dg CMV (Contolled
Mechanical Ventilation) dg setting:
– Tidal Volume: 10 – 15 ml/kgBB
– Volume tidal relatif lebih besar untuk:
 Membuka alveoli yg kollaps
 Mengurangi shunting

– Frekuensi : 10 – 15 x/menit
– I : E Ratio : 1:2 atau 1:3 pd COPD / Asma
– FiO2 1.0 (100%)
 Setelah berlangsung 15 – 30 menit
 periksa Gas Darah
 Dari hasil ini ditentukan:
– Mode ventilator
– Volume semenit (TV x Frekuensi)
– IE ratio
– FiO2
– Pakai PEEP atau tidak
Observasi & Monitoring
 Penderita
dg ventilasi mekanik hrs
diobservasi dg ketat lebih-2 bila
menggunakan:
– Pelumpuh otot
– Pemberian sedativa
 Apa yg diobservasi??
– Penderita
– Ventilatornya
 Penderita:
– Fungsi vitalnya
– Warna penderita
– Pergerakan dada simetri/ tidak
– Pernapasan  sinkron/ tidak dg
ventilator
– Ada/ tidak empisema kulit
– Untuk penderita sadar  komunikasi
perlu dilakukan  untuk tindakan yg
akan dilakukan padanya
 Ventilator
– Sumber listrik & gas
– Posisi endotrakhea, cuff
– Ada/ tidak kebocoran/ sumbatan
– Suhu gas inspirasi
– Kebocoran tubing
– Fungsi alarm
– Peak pressure
– Frekuensi
– Minute volume
– Mode ventilator harus diobservasi
– Alarm harus berfungsi jangan di off
Bronchial Toilet
 Penderita dg pipa endotrakheal &
ventilasi mekanik sering timbul
sekret jalan napas yg dapat
menyebabkan :
– Sumbatan jalan napas
– Atelektasis
– Ventilation-Perfusion Mismatch
– Infeksi
 Oleh karena itu pembersihan jalan
napas harus sering dilakukan.
 Caranya:
– Secara asepsis memakai sarung tangan
& kateter steril
– Lepas ventilator  lakukan hiperinflasi
manual dg 100% oksigen memakai
ambu bag selama 2 – 3 menit
– Kateter masukkan hati-hati ke trakhea
lewat endotrakhea atau trakheostomie
– Kemudian ditarik pelan-pelan sambil
diputar & dilakukan penghisapan
– Prosedur ini jangan lebih dari 15 detik
– Setelah itu dilakukan hiperinflasi manual
kembali dg 100% oksigen
– Prosedur ini lebih efektif bila disertai 
vibrasi atau perkusi dinding thorak
– Sputum dibiakkan & dilakkan test
sensitivitas antibiotik
Penderita Fighting
 Cari kemungkinan penyebab:
– Hipoksemia
– Hiperkarbia
– Pneumothorak
– Nyeri
– Kerusakan ventilator atau tubingnya
 Akibat fighting:
– Ventilasi tdk terkoordinasi
– Kebutuhan oksigen meningkat
– Resiko komplikasi meningkat
 Untuk mencari penyebabnya
dilakukan pompa manual dg 100%
oksigen, bila yakin tidak ada masalah
ventilasi dapat diberikan:
– Sedativa (diazepam, midazolam) atau
– Obat pelumpuh otot atau
– Narkotik (morphin)
Komplikasi yg hrs diwaspadai
Infeksi nosokomial
 Infeksi saluran napas

 Infeksi intravena

 Infeksi saluran kemih

 Infeksi luka operasi


 Infeksi nosokomial bakterial pneumon
adalah: 7 – 41% dg angka mortalitas
50 – 80%
 Resiko pneumoni dihubungkan dg
ventilator
– Makin meningkat dg pertambahan hari
ventilasi
– Usia lanjut lebih besar resikonya
Pneumothorak
 Tension pneumothorak
– Penderita fighting
– Batuk
– Gerak dada tidak simetris
– Suara napas kanan & kiri tidak sama
– Tensi menurun tanpa sebab yg jelas
 Memerlukan diagnosa & tindakan yg
cepat & tepat
Atelektasis
 Disebabkan:
– Sumbatan sputum
 Perlu dilakukan:
– Vibrasi
– Perkusi
– Drainase postural
– Penghisapan sputum
 Dpt
dg bronchoscop lewat pipa
endotrakhea atau trakheostomi
Luka dekubitus
 Dihindari dg sering merubah posisi
penderita & kasur anti dekubitus
Nutrisi
 Pasien
dg ventilasimekanik harus
dicukupi kebutuhan nutrisinya
– Kalori : 30 – 40 kal/kgBB
– Protein : 1 – 2 gr/kgBB/hari
 Keadaan staration menyebabkan
– Otot mengecil
– Enzym-enzym berkurang
– Immunoglobulin & fraksi protein ↓
 Hal-hal ini menyebabkan:
– Daya tahan ↓  mudah kena infeksi
– Penyembuhan terhambat
– Kesukaran pd waktu weaning karena
otot napas yg lemah
Weaning (Disapih)
 Penderitadg ventilator mekanik
secepatnya disapih (weaning)  bila
telah memungkinkan
 Pertimbangan untuk weaning:
– Penyakit penyebab telah membaik
– Otot pernapasan cukup kuat
– Memenuhi kriteria yg berlawanan dg
kriteria ntuk pemasangan ventilator
mekanik
 Pada waktu weaning:
– Harus tidak ada sisa obat pelumpuh otot
atau sedativa
 Pada umumnya weaning dilakukan
bertahap:
 Metoda yg digunakan untuk weaning:
– IMV/ SIMV yg bertahap diturunkan
frekuensi mandat ventilasi
– PSV yg bertahap diturunkan bantuan
tekanannya
– CPAP tekanan positipnya diturunkan
– T piece + humidifier
 Selama proses weaning penderita
diobservasi:
– Keluhan
– Fungsi vital
– Tanda-tanda aktivitas simpatis
 Berkeringat

 Gelisah

 Takhikardia

 Tensi naik
Penutup
 Ventilator alat life supporting sangat
diperlukan
 Mode ventilaton harus tepat  spy
pertukaran gas yg adekuat tercapai
 Harus diperlukan monitoring
 Di UTI alat yg canggih harus didukung
oleh:
– Personil
– Metode kerja
– Manajemen berkualitas tinggi agar dicapai
hasil yg maksimal

Anda mungkin juga menyukai