AKBAR MUZAKKI A
1840312767
RAHMAYUNI ELSYA
1940312020
Preseptor :
dr. Rina Gustia, Sp.KK, FINSDV, FAADV
dr. Tutty Ariani, Sp.DV
LATAR BELAKANG
Herpes zoster → Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
→ Terjadi Setelah seseorang menderita cacar air, virus
varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau
masa laten) pada satu atau lebih ganglia ( pusat saraf ) posterior
→ Penurunan Imunitas
LATAR BELAKANG
Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita
penyakit imunosupresif ( sistem imun lemah ) seperti penderita AIDS,
leukemia, lupus, limfoma dan orang berusia diatas 50 tahun
LATAR BELAKANG
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak
ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita.
Insisdensi herpes zoster meningkat sesuai dengan
pertambahan umur, dan jarang pada anak. Tingkat insidensi
herpes zoster usia 0-9 tahun 0,74/1000 kasus, usia 10-19
tahun 1,38/1000 kasus, dan usia 20-29 tahun 2,58/1000
kasus. Herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi baru lahir,
bila ibunya menderita herpes pada saat kehamilan.
LATAR BELAKANG
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri
yang persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada
usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di
atas 60 tahun
Tujuan Penulisan
• Definisi
Herpes zoster adalah infeksi viral kutaneus pada
umumnya melibatkan kulit dengan dermatom
tunggal atau yang berdekatan. Shingles adalah
nama lain dari herpes zoster. Herpes zoster
merupakan hasil dari reaktivasi virus varisela zoster
yang memasuki saraf kutaneus selama episode awal
TINJAUAN PUSTAKA
• Epidemologi
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi
musiman
kejadian herpes zoster ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan host-virus
Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua
LATAR BELAKANG
Insiden terjadinya herpes zoster 1,5 sampai 3,0 per 1.000 orang per tahun
dalam segala usia dan 7 sampai 11 per 1000 orang per tahun pada usia lebih
dari 60 tahun pada penelitian di Eropa dan Amerika Utara. Diperkirakan
bahwa ada lebih dari satu juta kasus baru herpes zoster di Amerika setiap
tahun, lebih dari setengahnya terjadi pada orang dengan usia 60 tahun atau
lebih.4 Ada peningkatan insiden dari herpes zoster pada anak yang
terkena varisela ketika berusia kurang dari 2 tahun
LATAR BELAKANG
• Patogenesis
VVZ bereplikasi dan menyebar ke seluruh tubuh selama kurang lebih 2 minggu
sebelum perkembangan kulit yang erupsi. Pasien infeksius sampai semua lesi
dari kulit menjadi krusta.
Selama terjadi kulit yang erupsi, VVZ menyebar dan menyerang saraf secara
retrograde untuk melibatkan ganglion dorsalis saraf spinalis dimana virus
tersebut menjadi laten.
Virus berjalan sepanjang saraf sensorik ke area kulit yang dipersarafinya dan
menimbulkan vesikel dengan cara yang sama dengan cacar air
LATAR BELAKANG
Terjadi reaktivasi dan replikasi VVZ pada ganglion dorsal saraf sensorik
Reaktivasi dapat diakibatkan oleh stress, immunosupresif, atau mungkin terjadi
secara spontan, menyebabkan gejala prodormal dan erupsi kutaneus
dengan karakteristik yang dermatomal
Insidensi herpes zoster berhubungan dengan menurunnya imunitas spesifik
terhadap VVZ
LATAR BELAKANG
• Manifestasi Klinis
1. Gejala prodromal ( Terjadi 2-3 hari )
berupa nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus menerus,
nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom atau
difus.Gejala lain dapat berupa rasa terbakar, malaise, demam, nyeri kepala,
dan limfadenopati, gatal, tingling
2. timbul erupsi kulit diawali dengan makula eritematosa terlokalisir yang
kemudian berkembang makulopapuler muncul secara dermatomal dan
menjadi vesikel jernih berkelompok ( Terjadi 3-5 hari )
LATAR BELAKANG
3. Isi vesikel menjadi keruh dan akhirnya pecah membentuk krusta ( 7-10 hari )
4. Keterlibatan nervus kranialis trigeminus cabang pertama dapat
menyebabkan herpes zoster oftalmikus
5. Bila virus menyerang nervus fasialis dan auditorius terjadi sindrom Ramsay-
Hunt. Sindrom ini harus dipertimbangkan pada pasien dengan kelumpuhan
nervus fasialis, hilangnya rasa pengecapan 2/3 bagian depan, dan mulut
kering dan sebagai tambahan lesi zosteriform di telinga
LATAR BELAKANG
• Pemeriksaan Penunjang
Tzanck Test
Skrinning HIV
LATAR BELAKANG
• Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan dari hasil
anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan
penunjang
• Diagnosis Banding
dermatitis venenta
dermatitis kontak
Herpes simplek
varisela
LATAR BELAKANG
• Tatalaksana
Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi.7
Pengobatan zoster akut mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit,
dan mengurangi resiko komplikasi
1. Asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800 mg sehari dan biasanya diberikan 7
hari, paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi muncul berupa regimen
yang dianjurkan
2. Pasien dengan kemungkian neuralgia pasca herpes pada fase akut dapat
diberikan gabapentin 300 mg/hari selama 4-6 minggu
LATAR BELAKANG
Edukasi dan promosi kesehatan pada herpes zoster yang dapat dilakukan
diantaranya:
• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya
• Menyarankan pasien untuk menjaga lesi kulit untuk tetap bersih, mandi 2 x
sehari, hindari menggaruk di bagian lesi, gunakan pakaian yang longgar
• Kompres basah dingin steril untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman
• Hindari penggunaan antibiotik topikal kecuali bila ada indikasi infeksi
sekunder
LATAR BELAKANG
• Pasien disarankan untuk banyak istirahat, jangan stress dan mengkonsumsi
makanan yang bergizi
• Bila erupsi kulit tidak kunjung sembuh walaupun diterapi acyclovir, maka
pasien sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena
kemungkinan adanya resistensi acyclovir.
• Merujuk ke dokter spesialis mata bila ada komplikasi pada mata.
• Merujuk ke dokter spesialis THT-KL bila ada gejala yang mengarah ke
sindrom Ramsay-Hunt.
• Untuk pencegahan disarankan untuk melakukan vaksinasi VZV hidup yang
dilemahkan terutama pada pasien usia 60 tahun ke atas. Vaksinasi ini juga
dapat bermanfaat untuk mencegah komplikasi termasuk neuralgia post
herpetic
LATAR BELAKANG
• Vaksinasi
Pemberian vaksin varisela hidup yang dilemahkan dosis tunggal telah
direkomendasikan untuk populasi yang berusia >50 tahun, baik yang sudah
memiliki riwayat varisela ataupun belum untuk meningkatkan kekebalan
spesifik terhadap VVZ
LATAR BELAKANG
• Komplikasi
1. Neuralgia paska herpetik
2. Infeksi sekunder
3. Zooster trigeminalis
4. Sindrom Ramsay Hunt
5. Paralisis Motorik
LATAR BELAKANG
• Prognosis
Infeksi primer herpes virus merupakan penyakit yang dapat sembuh
spontan ,biasanya berlangsung selama 1-2 minggu
Selain itu prognosis pada penderita herpes ini sendiri juga dipengaruhi
dengan keadaan penyerta nya atau penyulit nya seperti leukemia,
lupus, HIV, dan keadaan immunosupresan lain nya yang dapat
mempengaruhi prognosis penderita herpes zooster
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. N
Umur : 70 tahun / 12 Juni 1949
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM : 01.06.56.37
Alamat : Aur Duri, Padang
Status Perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Padang, Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Tanggal Pemeriksaan : 28 Oktober 2019
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 70 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 Oktober 2019 dan dikonsulkan ke
bagian kulit dan kelamin pada tanggal 28 Oktober 2019 dengan
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya gelembung-gelembung berkelompok berisi cairan dan
terasa nyeri yang semakin menyebar di bokong kiri, bagian belakang paha kiri, dan
lipat lutut kiri sejak 5 hari yang lalu
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya pasien mengalami penurunan kesadaran akibat hiponatremi dan sindrom dispepsia,
kemudian dirawat di bangsal penyakit dalam
Timbul bercak-bercak merah yang terasa perih dan panas di bokong kiri ± 5 hari yang lalu.
Bercak tersebut meluas hingga paha kiri bagian belakang. Beberapa jam kemudian muncul
gelembung berisi cairan yang terasa nyeri di atasnya. Semakin lama bercak dan gelembung berisi
cairan tambah lama bertambah banyak hingga bagian atas tungkai bawah kiri, pubis dan bibir
kemaluan kiri
Sekitar 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan pegal, nyeri sendi, nafsu makan turun, kurang
tidur, tidak ada kelelahan dan tidak ada demam
Tidak ada keluhan kebas, kesemutan, serta mati rasa pada kaki kiri dan kaki kanan sejak lesi
muncul
Riwayat mengoleskan obat atau ramuan tradisional kulit bagian tersebut sebelumnya tidak ada
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat varisela saat kecil ada, sembuh dengan pengobatan tradisional
Riwayat hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin control
Riwayat diabetes melitus tidak ada
Riwayat Pengobatan
Riwayat imunisasi cacar tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dan tetangga yang mengalami keluhan bercak merah
dan gelembung diserati nyeri pada tubuh seperti yang dialami pasien.
LAPORAN KASUS
Riwayat Atopi
Riwayat bersin-bersin ≥ 5X di pagi tidak ada
Riwayat asma tidak ada.
Riwayat mata merah dan gatal tidak ada
Riwayat alergi makanan tidak ada
Riwayat alergi obat tidak ada
Riwayat kaligata tidak ada
Riwayat alergi serbuk sari tidak ada
LAPORAN KASUS
Riwayat Sosioekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
LAPORAN KASUS
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Nafas : 19x/menit
Suhu : 37°C
Status gizi : BB: 50 kg
TB: 155 cm
IMT 20,8 (normoweight)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
LAPORAN KASUS
Thorax : Diharapkan dalam batas normal
Abdomen : Diharapkan dalam batas normal
Extremitas : Diharapkan dalam batas normal
LAPORAN KASUS
Status Dermatologis
Lokasi : Bokong kiri, paha kiri bagian belakang, bagian
atas tungkai bawah kiri sisi belakang, pubis dan bibir
kemaluan kiri
Distribusi: Terlokalisir, unilateral
Bentuk : Bulat hingga tidak khas
Susunan: Hepertiformis
Batas : Tegas hingga tidak tegas
Ukuran : Milier hingga plakat
Efloresensi: Plak eritem dengan vesikel dan bula-bula
berkelompok di atasnya
LAPORAN KASUS
Status Venerelogikus
Pubis : Plak eritem dengan vesikel dan bula
berkelompok diatasnya
OUE : Tidak ada kelainan
Vulva : Plak eritem dengan vesikel dan bula
berkelompok diatasnya
Vagina : Tidak ada kelainan
Perineal: Tidak ada kelainan
Perianal : Tidak ada kelainan
LAPORAN KASUS
d. Kelainan Selaput : Tidak ada keluhan
e. Kelainan Kuku : Tidak ada kelainan
f. Kelainan Rambut : Tidak ada kelainan
g. Kelainan Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran KGB
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 70 tahun dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 25 Oktober 2019 dan dikonsulkan ke bagian Kulit dan Kelamin
dengan keluhan bercak-bercak merah yang terasa gatal dan perih pada bokong kiri yang
beberapa jam kemudian muncul gelembung berisi cairan makin lama makin bertambah ke
arah tungkai bawah, pubis, dan genitalia sisi kiri sejak 5 hari yang lalu
Awalnya sekitar 1 minggu yang lalu pasien pasien mengeluh pegal-pegal, nyeri sendi, nafsu
makan turun, dan kurang tidur.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hipertensi dan tanda vital lain normal. Lokasi lesi pada
bokong kiri, paha kiri bagian belakang, bagian atas tungkai bawah kiri sisi belakang, pubis
dan bibir kemaluan kiri, distribusi terlokalisir unilateral, bentuk bulat hingga tidak khas,
susunan hepertiformis, batas tegas hingga tidak tegas, ukuran milier hingga plakat, efloresensi
Plak eritem dengan vesikel dan bula-bula berkelompok di atasnya.
LAPORAN KASUS
DIAGNOSIS KERJA
Herpes zoster lumbosakral sinistra setinggi dermatom L5-S2
DIAGNOSIS BANDING
Herpes simplek
Dermatitis Venenata
Dermatitis kontak
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG Ureum darah 32 mg/dl
Kreatinin darah 0,7 mg/dl
- Pemeriksaan Laboratorium (21/10/2019)
Kalsium 9,5 mg/dl
Hb 12,5 g/dl Natrium 129 mg/dl
Kalium 3,9 Mmol/L
Leukosit 16.560/mm3 Klorida serum 99 Mmol/L
Trombosit 373.000/mm3
Kesan: Leukopenia dengan neutrofilia relatif shift to the right,
Hematokrit 35% ureum meningkat, total protein menurun, SGOT meningkat,
GDS 143mg/dl natrium menurun.
KESIMPULAN
Pada umumnya prognosis penyakit herpes zoster baik karena dapat sembuh sendiri
(self limiting disease), tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin
lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi. Dibutuhkan anamnesa yang
baik dan benar dalam mengidentifikasi herpes zooster sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan diagnosis terhadap pasien penderita herpes zooster
KESIMPULAN