Anda di halaman 1dari 24

Sindrom Nefrotik

Maharani Tasya Sunaryo


1461050092
maharani.tasya@gmail.com

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 23 Juli – 29 September 2018
RSU UKI

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia


2018
Pendahuluan
Proteinuria
Massive

Edema Sindrom Nefrotik Hiperlipidemia

Hipoalbuminemia
Anatomi Ginjal
Anatomi Ginjal

Sherwood L. Sistem Kemih dalam : Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2014. 539.
Mikroskopis Nefron

Sherwood L. Sistem Kemih dalam : Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2014. 539.
Fisiologi Ginjal
Fisiologi

Sherwood L. Sistem Kemih dalam : Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2014. 539.
Definisi

• Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh


peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema.
• Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang
ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas
permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia (kurang dari 3 g/dl),
edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas.
Pada anak-anak (< 16
Pada orang dewasa
tahun) paling sering
paling banyak nefropati
ditemukan nefropati lesi Perbandingan laki- Perbandingan laki-laki
membranosa (30%-50%)
minimal (75%-85%) laki dan wanita 2 : 1. dan wanita 2 : 1.
umur rata-rata 30-50
dengan umur rata-rata
tahun
2,5 tahun

Epidemiologi

Kejadian SN idiopatik 2-3


kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa
3/1.000.000 /tahun.
Klasifikasi
1.Sindrom Nefrotik Bawaan

Sindrom Nefrotik Sekunder

Sindrom Nefrotik Idiopatik


Kelainan minimal
Nefropati membranosa
Glomerulonefritis proliferatif
Glomelurosklerosis Fokal Segmental
-GN lesi minimal (GNLM)

-Glomerulosklerosis fokal
(GSF)

a.Glomerulonefritis (GN) -GN membranosa


primer: (GNMN)

-GN membranoproliferatif
(GNMP)

Etiologi
-GN proliferatif lain

-Infeksi

Keganasan

GN sekunder akibat
Penyakit jaringan
penghubung

-efek obat dan toksin


Patofisiologi
Sindrom Nefrotik
Diagnosis
Anamnesis :
• Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza, bengkak
periorbital, dan oliguria.
• Edema semakin jelas dan menjadi edema anasarka, asites.
• Bila edema berat dapat timbul dispnoe akibat efusi pleura.
• Anoreksia dan hilangnya protein di dalam urin mengakibatkan malnutrisi berat.
Pemeriksaan fisik :
• Hepatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, mungkin disebabkan
sintesis albumin yang meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
Darah :
- Hipoalbuminemia (< 3,5 g/dl)
- Kolesterol meningkat (>200 mg% , TG > 300mg%)
- Kalsium menurun
- Ureum Normal
- Hb menurun, LED meningkat
Urin :
- Proteinuria masif (>29gr / 24 jam)
- Glikosuria akibat disfungsi tubulus proksimal
- Sedimen : silinder hialin, silinder berbutir, silinder lemak, oval fat bodies, leukosit normal sampai meningkat.
Tatalaksana
Pengobatan SN terdiri dari :
• Pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap penyakit dasar
• Pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol
edema dan mengobati komplikasi.
Edema
• Diuretik : Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten dapat
dikombinasi dengan tiazid, metalazon dan atau asetazolamid.
• Disertai diet rendah garam (2 gram natrium perhari)
• Tirah baring dapat membantu mengontrol edema
Diuretik

Katzung B. Obat Diuretik dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed 12. Vol 1. Jakarta: EGC. 282.
Proteinuria & Hipoalbuminemia
• Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia dan
mengurangi risiko komplikasi yang ditimbulkan.
• Pembatasan asupan protein 0.8-1.0 g/kg BB/hari dapat mengurangi
proteinuria.
• ACE inhibitor (captopril, lamipril) dan ARB dapat menurunkan tekanan
darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam
menurunkan proteinuria.
Kortikosteroid
• Prednison 1 - 1.5 mg/kg/hari PO 6 - 8 minggu pada dewasa.
• Obat-obat tersebut harus diperhatikan selama pemberian karena
dapat menekan hormon gonad (terutama pada remaja prepubertas),
dapat terjadi sistitis hemoragik dan menekan produksi sel sumsum
tulang.
Komplikasi
1. Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis. Dua mekanisme kelainan
hemostasis pada sindrom nefrotik:
- Peningkatan permeabilitas glomerulus
- Aktivasi sistem hemostatik didalam ginjal
2. Infeksi sekunder terutama infeksi kulit oleh streptococcus,
staphylococcus, bronkopneumonia, TBC.
3. Gangguan tubulus renalis
4. Gagal ginjal akut.
5. Anemia
6. Peritonitis
Prognosis
• Prognosis makin baik jika dapat di diagnosis segera
• Pengobatan segera dapat mengurangi kerusakan glomerolus lebih
lanjut akibat mekanisme kompensasi ginjal maupun proses autoimun.
• Prognosis juga baik bila penyakit memberikan respons yang baik
terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps.
Prognosis
1. Kelainan minimal (minimal lesion)
Prognosis lebih baik daripada golongan lainnya; sangat baik untuk anak-anak dan orang
dewasa, bahkan bagi mereka yang tergantung steroid.

2. Nefropati membranosa (glomrolunefritis membranosa)


Prognosis kurang baik 95% pasien mengalami azotemia dan meninggal akibat uremia
dalam waktu 10-20 tahun.

3. Glomerulosklerosis fokal segmental


Lebih jarang menyebabkan sindroma nefrotik. Prognosis buruk.

4. Glomerolunefritis proliferatif membranosa (MPGN)


Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis setelah infeksi streptococcus yang progresif
dan pada sindrom nefrotik.
Daftar Pustaka
1. Lydia A, Marbun M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Sindrom Nefrotik. Keenam. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. 2080-86.
2. Prabowo A. Nephrotic Syndrome In Children. Medula. 2014: 2(4); 9-14.
3. Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC. 1995; 929-33.
4. Guyton.A.C. et al. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelpia: Elsevier saunders. 1996.
5. Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New York: Mcgraw-hill. 2001.
6. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company. 2007.
7. Carta A. Gunawan. Sindrom Nefrotik: Patogenesis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran. 2010.
8. Price, Braunwald, Kasper, et al. Nephrotic Syndrome. Harrison’s Manual Of Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill.
2008. Page: 803-806.
9. Hull PR. Goldsmith DJ. Nephrotic syndrome in Adult [clinical review]. 2008: 336. Website: BMJ.
10. Sherwood L. Sistem Kemih dalam : Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2014. 538-544.
11. Katzung B. Obat Diuretik dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed 12. Vol 1. Jakarta: EGC. 282.

Anda mungkin juga menyukai