Anda di halaman 1dari 14

MANAGEMENT OF TRAUMATIC

NEURALGIA IN A PATIENT WITH


THE EXTRACTED TEETH AND
ALVEOLOPLASTY: A CASE REPORT

Haritsa Budiman drg. Bambang nuriyadi

Departemen Bedah Mulut Program Studi Profesi Dokter Gigi


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
PENDAHULUAN
Fungsi dapat kembali,
Saraf Pernah
perlahan menyisakan
Sensorik Mengalami
sensasi sakit yang
Perifer Wajah Cedera
terkendali

Anastesi dolorosa
Efek buruk
Patologis
cedera Neuralgia Penderitaan dan
Rasa Sakit
jangka ketidakpuasan pasien
berlebihan Causalgia
panjang
Phantom Pain

Journal ini berisi:


Penatalaksanaan Konservatif neuralgia dan neuritis akibat post-traumatic pain syndromes
pada pasien geriatric yang pernah dilakukan pencabutan gigi dan alveoloplasti
CASE REPORT
Riwayat dan pemeriksaan pasien
Pasien pria (74 th)
Dengan penyakit stroke infark serebral terkontrol
Pemeriksaan lengkap  tindakan operasi dapat dilaksanakan

Temuan intra-oral :
1. periodontitis progresif gigi 15, 17, 25  ekstraksi
2. Terdapat margin sisa alveolar tajam disekitar gigi 12, 15, 27  alveoloplasti

Tindakan Pencabutan 3 gigi dan alveoloplasti : 17 Agustus 2015


Bahan anastesi : Lidokain HCL 2%, 1:100.000 epinefrin
POST-OPERATIVE
Pasca 7 hari :
• Proses penutupan luka tidak berjalan baik,
jahitan dilepas hari ke-7 post-operative

Pasca 10 hari:
• Pasien mengeluh muncul rasa sakit berdenyut
paroxysmal pada region 12, 13, 14, 15, 17,
yang merupakan lokasi ekstraksi gigi dan
alveoloplasti
• Pemeriksaan: vital sign, intra-oral, dan
radiografi tidak ada kelainan
• Pemeriksaan Hematologis : RBC dibawah
normal  anemia

Di diagnosa :
Neuritis akibat melemahnya sistemik, nyeri di kategorikan sebagai nyeri neuralgia trigeminal
HASIL PEMERIKSAAN HITUNG DARAH LENGKAP
TERAPI
Terapi awal : Diberikan Infus I.V. (saline normal 1.000 cc, Clindamycin 600 mg
I.V, diazepam [setengah ampul dicampur dengan 10 cc air suling]
Hasil terapi awal : Hari ke empat rasa sakitnya berkurang tetapi tidak
menghilang sepenuhnya.
Terapi lanjut : ab. sefalosporin, antiinflamasi (streptokinase, asetaminofen),
obat anti-kejang (carbamazepine 300 mg / hari), dan obat pencernaan
(simetikon) tiga kali sehari selama satu minggu.
Hasil terapi lanjut : Rasa sakit berkurang dan dapat ditoleransi pada 31
Agustus 2015, dan dosis obat-obatan  dua kali sehari
Kemudian, pasien pulih sepenuhnya pada 14 September 2015, setelah dua
minggu perawatan,
Pemasangan gigi tiruan penuh lepasan
DISKUSI – PART 1
Informasi Penting
Diagnosis Patologis
Diagnosa Kasus
tentatif
Neurologis Maksilofasial

Infeksi
1. Riwayat Penyakit
Sistemik

2. Lingkungan yang Degeneratif


mungkin berpengaruh

Demielinasi
3. Riwayat neurologis

4. Deskripsi lesi oleh Etiologi tentative : Post-


pasien traumatic, odontogenik,
diabetes, psikogenik
DISKUSI-PART II
Sebagai paroxysmal, nyeri hebat, dan
Gejala, patologi, lokasi, intermitten pada cabang saraf kepala
Skill diagnosa secara
etiologi dan leher
detail sumber lokal
neuritis
Membedakan jenis
penyakit saraf (neuropati
Inspeksi post-traumatic) Histopatologi: gangguan isolasi antara
akson tanpa adanya
kerusakan/hancurnya akson
Palpitasi Trigeminal neuralgia

Radiografi Myofasial Terjadi pada: cabang saraf perifer,


jaringan ganglion, atau akar posterior

Elektrodiagnosis Neuropati sistemik


TUJUAN TERAPI OBAT
Obat Oral : Carbamazepine  mengurangi rasa sakit pada neuralgia post-
traumatic, bersamaan
Obat Infus I.V. disertai antibiotic, anti-inflamasi, dan obat penenanf  memperbaiki
gejala sistemik dan kondisi neuritis (peradangan saraf yang masih reversibel)

Alasan terapi : Neuirits ini adalah tanda adanya patologis akut  bila diabaikan 
induksi neuropati degenerative ireversibel.
KESIMPULAN
Dalam proses pencabutan gigi maupun alveoloplasti, berkemungkinan terjadi
neuritis pada saraf trigeminal, seperti post-traumatic pain syndromes (trigeminal
neuralgia, neuropatik, phantom pain).
Sehingga diperlukan pemantauan terus menerus sampai luka post-operatif sembuh
total.
TUGAS DASAR SISTEM
SYARAF
Input Sensorik:
Memonitor lingkungan
eksternal dan internal.
Integrasi:
Memproses informasi
dan mengintegrasikan
dg memori yg
tersimpan.
Output Motorik:
jika diperlukan,
memberi tanda pada
organ utk membuat
respon
Neuron = 1 cell Syaraf = sejumlah neuron
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel SUSUNAN
yang di dalamnya terdapat sitoplasma SEL SYARAF
dan inti sel.

Dari badan sel keluar dua macam


serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.

Dendrit : menerima dan mengirimkan


impuls ke badan sel saraf,

Akson : mengirimkan impuls dari badan


sel ke sel saraf yang lain atau ke
jaringan lain.

Sinapsis : celah antara ujung saraf


dimana neurotransmitter dilepaskan untuk
menghantar impuls ke saraf selanjutnya
atau organ yang dituju.
FAKTOR YG MENGUBAH NEURON DAN
KONEKSINYA
Kecelakaan
Narkoba
Alkohol
Penyakit

Anda mungkin juga menyukai