Anda di halaman 1dari 32

IDENTIFIKASI KETERSEDIAN HARA MAKRO PADA UMUR

LAHAN BERBEDA

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. Ir. La Ode Safuan, M.P. Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo, M.Si.
NIP. 19651231 199103 1 024 NIP. 19630414 198803 2 001
PENDAHULUAN

Lahan sawah adalah


lahan yang dikelola
sedemikian rupa untuk
budidaya tanaman padi
sawah dan perlu adanya
penggenangan pada
masa pertumbuhan
padi.
Lahan Sawah
0,51 %

10,42
%

2015 yaitu
2014 yaitu 4,79 t.ha1
4,76t.ha-1 (BPS, 2016)
(BPS, 2015)
2013 yaitu
4,31t.ha-1
(BPS, 2014)
Lanjutan .... Kondisi
kesuburan
tanah awal
Pengolaan
tidak
diketahui Hara Makro N,
P, dan K
Yang tidak
sesuai
Rendahnya
produksi
padi Sawah Identifikasi
Ketersediaan
Hara makro
N, P dan K N, P dan K
menurun
setiap
tahunyya
Mengetahui
status hara
Makro
Bagaimanakah pengaruh waktu inkubasi
dan kedalaman tanah terhadap
ketersediaan hara makro pada umur
lahan sawah yang berbeda?

Rumusan
Masalah
Bagaimanakah korelasi atau hubungan
antara waktu inkubasi dan kedalaman
tanah terhadap ketersediaan hara makro
pada umur lahan sawah yang berbeda?
Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi dan
kedalaman tanah terhadap ketersediaan hara
makro pada umur lahan sawah yang berbeda?

Untuk mengetahui korelasi atau


hubungan antara waktu inkubasi dan
kedalaman tanah terhadap
Tujuan
ketersediaan hara makro pada umur
Penelitian lahan sawah yang berbeda.
Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini


diharapkan menjadi sumber
informasi bagi petani dan peneliti
selanjutnya, khususnya tentang
status ketersediaan hara makro
pada umur lahan sawah yang
berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DESKIPSI TEORI

Pengertian Lahan Sawah

Karakteristik Tanah pada Lahan Sawah

Nitrogen

Fosfor

Kalium
B. Kerangka Pikir
Terdapat pengaruh waktu inkubasi dan
kedalaman tanah terhadap ketersediaan hara
makro pada umur lahan sawah yang berbeda.

Terdapat korelasi atau hubungan antara


waktu inkubasi dan kedalaman tanah
Hipotesis terhadap ketersediaan hara makro
Penelitian pada umur lahan sawah yang berbeda.
III. Metode Penelitian
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di


Kecamatan Abuki, Uepai serta
Lambuya Kabupaten Konawe
dan di Laboratorium Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo pada
bulan Oktober 2017 sampai
Maret 2018.
B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, air
bebas ion, pereaksi H2O2 30 %, pereaksi H2O2 10 %, pereaksi HCl
2N, HCl 5 N, larutan Bray, larutan Na4P2O7 4 %, pereaksi KCl 1 M,
H2SO4 pekat, pereaksi K2Cr2O7 dan larutan standar 5.000 ppm C.
Sedangkan, Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa,
gergaji besi, kertas label, tissu, karet gelang, plastik tahan panas,
cangkul, pisau lapang, palu palu, pisau cutter, gunting, karung,
kantung kresek, plastik sampel, kamera digital, lackban, neraca
analitik, tabung reaksi, kertas saring, botol kocok, mesin pengocok,
botol semprot 500 ml, talang preparasi, pipet volume, labu ukur, pH
meter, piala gelas, ayakan 50 mikron, gelas ukur, erlenmeyer, oven,
pemanas listrik, mesin pengocok, pipet 20 ml, dispenser 50 ml dan
alat tulis.
C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei


yang terdiri dari 3 faktor pembeda. Faktor pertama yaitu umur
lahan yang terdiri dari 2 taraf yakni umur lahan tahun 2000 (U1) dan
umur lahan tahun 1990 (U2), faktor kedua kedalaman tanah yang
juga terdiri dari 2 taraf yakni pengambilan sampel pada kedalaman
tanah 0-15 cm (K1) dan pengambilan sampel pada kedalaman tanah
15-30 cm (K2) sedangkan faktor ketiga adalah waktu inkubasi yang
terdiri dari 3 taraf yakni pengamatan 1 hari setelah pengambilan
sampel tanah (H1), pengamatan 28 hari setelah pengambilan
sampel tanah (H1) dan pengamatan 56 hari setelah pengambilan
sampel tanah H2.

Setiap unit sampel diulang sebanyak 3 kali maka terdapat 36 unit


sampel. Unit sampel tersebut juga diulang sebanyak 5 kali
sehingga terdapat 180 total sampel tanah.
D. Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan
Melakukan survei awal
Melaksanakan studi pustaka
Mempersiapkan bahan dan alat

Tahap Penelitian Lapangan


• Pengumpulan Data Primer
• Pengumpulan data sekunder
Tahap penelitian lapangan

Pengumpulan
Data Primer

• Pada tahap ini pengambilan sampel tanah dilakukan


berdasarkan hasil survei awal yakni terdapat tiga lokasi yang
memenuhi persyaratan perlakuan pada penelitian ini yakni di
kecamatan Uepai, Lambuya dan Abuki di Kabupaten Konawe.
• Sampel tanah yang diambil dikemas agar tidak tertanggu dan
siap untuk diinkubasi secara eksitu di Laboratorium Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
Tahap penelitian lapangan

yaitu berupa
pengambilan data iklim
dilakukan di stasiun
Pangambilan Data terdekat untuk
Sekunder menentukan tipe iklim
berdasarkan sistem
klasifikasi Schmit
Ferguson (1956).
E. Varibel Pengamatan

Adapun variabel pengamatan yang diamati pada penelitian


disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Satuan dan Metode Analisis Fisisk dan Kimia Tanah pada lahan sawah
di Kabupaten Konawe.
No Jenis Analisis Satuan Metode Analisis
1 Amonium (NH4+) Ppm Spektrofotometer
2 Nitrat (NO3-) Ppm Spektrofotometer
3 P-Tersedia Ppm Olsen
4 K-Tersedia mg 100g-1 AAS
5 pH H2O - pH Meter
6 pH KCL - pH Mater
7 C-Organik % Spektrofotometer
8 Tekstur g/cm3 Pipet
F. Penyajian Hasil Penelitian

Data hasil pengamatan untuk


parameter Amonium (NH4+), Nitrat
(NO3-) P-tersedia, K-tersediaan dan
C-Organik dilanjutkan dengan
mengunakan Uji Korelasi.
Amonium Uji Korelasi

Nitrat
P-tersedia Lanjutan...

K-tersedia
C-Organik
Presentasi Pasir
Presentasi Debu
Presentasi Liat
Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian Kandungan Unsur Hara Makro


(N, P dan K), yang rendah pada beberapa sampel tanah
sawah diduga diakibatkan oleh pola tanam yang
monokultur, pH tanah yang masam, penggunaan pupuk
anorganik yang berlebihan, serta tidak ada penambahan
bahan organik kedalam tanah seperti penggunaan pupuk
organik berupa pupuk kandang dan pembenaman atau
pengembalian kembali jerami padi kedalam tanah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sutanto (2005) bahwa
membenamkan jerami dalamtanah merupakan cara paling
mudah meningkatkanhara, N, P dan K.
Rendahnya kandungan hara terutama nitrogen pada lahan sawah
lokasi penelitian terjadi karena diserap oleh tanaman, menguap
atau tercuci, seperti yang dinyatakan dalam literatur Muklis et al.
(2003) bahwa ketidak tersediaan nitrogen dari dalam tanah
dapat diakibatkan melalui proses pencucian NO3-, denitrifikasi
NO3- menjadi N2O, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh
mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara waktu inkubasi dengan
umur lahan dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan
Nitrogen (N), amonium (NH4+) rata-rata memperlihatkan
hubungan yang sangat erat dengan nilai koefisien determinasi
tertinggi R2 0,993 artinya ketersediaan NH4+ 99,3 % dipengaruhi
oleh waktu inkubasi sedangkan N-nitrat (NO3-) rata-rata
memperlihatkan keeratan hubungan yang kecil dimana nilai
koefisien tertingginya adalah sebesar 0,555 artinya ketersediaan
nitrat hanya 55,5 % dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan
sisanya dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak diketahui.
Berdasarkan hasil uji korelasi peningkatan kandungan
ketersediaan amonium tertinggi ada pada perlakuan U1K1 yaitu
terjadi peningkatan sebesar 0.030 ppm apabila waktu inkubasi
bertambah satu satuan. Hal dikarenakan umur lahan bukaan
baru lebih tinggi kandungan haranya dibadingkan umur lahan
bukaan lama serta kandungan hara lebih banyak terdapat pada
tanah lapisan atas yakni pada kedalaman 0-15 atau tanah topsoil
sehingga mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah
termaksud amonium. Menurut Hidayat et al. (2007) topsoil
merupakan tanah yang mengandung unsur hara yang tinggi,
berwarna gelap dan subur karena memiliki kandungan bahan
orgonik yang tinggi sebaliknya pada tanah lapisan subsoil atau
lapisan tanah bawah yang memiliki kandungan bahan organik
yang rendah.
Ketersediaan hara nitrogen juga mempengaruhi unsur hara makro
lainnya seperti Fosfor (P) dan Kalium (K). Di sesuaikan dengan hasil
penelitian dimana waktu inkubasi selain meningkatkan ketersediaan
hara nitrogen dalam bentuk NH4+ juga meningkatkan ketersediaan
unsur hara P dan K dalam bentuk tersedia. Hal dikarenakan dimana
peningkatan ketersediaan nitrogen akan memicu kehadiran hara lain
seperti P dan K. Menurut Horner (2008) Nitrogen merupakan
penyusun utama enzim phosphatase yang terlibat dalam proses
mineralisasi P-tersedia didalam tanah. Namun demikian sesuai
dengan hasil penelitian ketersediaan P-tersedia di dalam tanah jauh
lebih rendah dibandingkan dengan ketersediaan hara lain. Hal ini
disebabkan oleh pH tanah yang masam pada lokasi penelitian.
Tisdale et al. (1990) mengemukakan bahwa ion P dalam tanah di
temukan dalam 2 bentuk yakni H2PO4- atau HPO-2 dan kedaanya
sangat tergantung pada kondisi pH tanah. Kedua bentuk inilah yang
tersedia bagi tanaman dimana pada pH tanah masam, bereaksi
dengan Al dan Fe membentuk mineral varisit (AlPO4.2H2O).
Kemasaman tanah yang diperoleh termasuk dalam kriteria
masam. Hal ini menunjukan bahwa kemasaman tanah tidak
mengalami perubahan akibat adanya alihfungsi lahan. Namun
pada tabel 10 dapat dilihat bahwa kemasaman tanah akibat umur
lahan sawah berbeda ada meningkat pada umur lahan sawah
tahun. Hal ini terjadi karena adanya faktor penggenangan.
Semakin tergenang suatu lahan maka kemasaman tanah semakin
menuju netral atau dalam kisaran 6.6-7.5. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Prasetyo et al. (2004) bahwa penggenangan pada
tanah mineral masam mengakibatkan nilai pH tanah meningkat
dan pada tanah basa akan mengakibatkan nilai pH menurun
mendekati netral.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Interaksi waktu inkubasi dan kedalaman tanah berpengaruh terhadap
ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah yang berbeda yakni
hara maro nitrogen baik dalam bentuk amonium dan nitrat serta p-
tersedia dan k-tersedia.
Korelasi atau hubungan antara waktu inkubasi dan kedalaman tanah
terhadap ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah berbeda
berpengaruh terhadap ketersediaan nitrogen dalam bentuk amonium
perlakuan U1K1 menunjukan peningkatan jumlah ketersediaan
tertinggi yaitu sebesar 0,030 ppm. Sebaliknya dalam bentuk nitrat
perlakuan U2K1 menunjukan penurunan jumlah ketersediaan tertinggi
yaitu sebesar 0,077 ppm setiap bertambah satu satuan waktu inkubasi,
serta berpengaruh juga terhadap ketersediaan tertinggi p-tersedia
perlakuan U2K1 dan k-tersedia pada perlakuan U1K1 secara berturut
menunjukan peningkatan jumlah ketersediannya yaitu sebesar 0,003
ppm dan 0,287 mg/100g-1 setiap bertambah satu satuan waktu inkubasi
(hari).
Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa


ketersediaan unsur hara makro dipengaruhi waktu inkubasi.
Maka dari itu selanjutkan disarankan untuk menambah jangka
pengamatan waktu inkubasi pada umur lahan sawah berbeda.
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai