Anda di halaman 1dari 72

PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN
HEPATITIS & INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN (HISP)

Oleh:
SEKSI P2PM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
P2 HEPATITIS & ISP
 P2 HEPATITIS untuk Hepatitis virus yang ditularkan
secara parenteral meliputi Hepatitis B dan C
 P2 ISP untuk kelompok penyakit saluran cerna
yang ditularkan secara orofecal antara lain
Hepatitis A, E, Diare, Tifoid, dll sesuai perkembangan
situasi penyakit menimbulkan dampak kesmas secara
luas
PENGENDALIAN HEPATITIS & ISP
PENY- BESARAN SPESIFIC DX DINI &
PROMOT TATALAKSANA
CARA MASALAH IF PREVENTI PROTECTIO
PENULAR F N
FECAL
AN
ORAL SKD KLB
HEP A - MASY DG - IPP dg IMM HEP A PD OBATI
HIEGIENE SOSIALISAS PX SCR POP RISTI;
SANITASI, I GEJALA
HEP E BERKALA PD POK RISTI
LINGK KIE
KUALITAS SAAT KLB
BURUK - PHBS CTPS
- SETIAP - AIR &
BALITA 3-4 PENULARA MAK
KALI/ THN N,
DIARE TERKENA PENCEGAH LROA REHIDRASI
(ORALIT) &
DIARE AN ZINC
TYPHOID - 180/100.000 SURV IMM TYPH
PENGOBATA
PEND KARIER PD POK
N KARIER
PARENTER TERKENA TIFOID PD RISTI
TYPHOID (BPJS)
PENJAMAH
AL
MAKANAN
HEP B HBIG PD
- 18 JTA IPP dg SOS, CUP; HR IMM HEP B
KIE (PHBS DD POK IMM HEP B BAYI & PEP;
HEP B (<5 BPJS
TAHUN A, B, C, D RISTI PD POK
CARA TTL KASUS; RISTI PENGOBATA
4,2%; > 15 UP N
PENULARAN
TH 7,1%) & (LIFELONG)
- 3 JT HEP C BPJS (+)
HEP C PENCEGAHA
(> 15 TH TX DG
N)
1,01%) DAA
P2
HEPATITIS
PENDAHULUAN

 Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan


masyarakat di negara-negara berkembang di dunia
termasuk Indonesia
 Upaya penanggulangan Hepatitis dilakukan al :

- Penggalangan komitmen ditingkat global melalui


resolusi WHA tahun 2010 dan 2014 serta resolusi
regional tahun 2014
- Pengendalian Hepatitis masuk program di Subdit
HPISP mulai 2011
LANJUTAN PENDAHULUAN
- Target global
 Eliminasi Penularan Hep B dari Ibu ke anak
(PPIA/EMTCT Hepatitis) tahun 2020
 Eliminasi Hep B dan C tahun 2030

 Pencapaian SDGs : indikator menurunkan


Insidens Hep B per 100.000 penduduk
- Eliminasi Hepatitis C 2030  walau imunisasi Hep
C blm ada, tetapi ada obat baru Hepatitis C yaitu
Direct Acting Antiviral ( DAA) dgn tingkat
kesembuhan tinggi
DI DUNIA :
2 milyar pernah terinfeksi Hepatitis
240 juta hidup pengidap Hepatitis B Kronik
686 ribu meninggal setiap tahun karena sirosis dan kanker hati

150 juta hidup pengidap Hepatitis C Kronik


700 rb meninggal karena hepatitis C

1 orang meninggal setiap 45 detik

INDONESIA 20 juta orang terinfeksi HBV dan HCV


http://www.hepb.org/hepb/statistics.htm. Accessed June 21, 2011
10 PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS) INDONESIA, 2014

No. PENYEBAB KEMATIAN %


1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran cerna lain (A09) 1.9

Penyakit Hati masuk urutan ke-7 penyebab kematian utama di Indonesia


PREVALENSI HEPATITIS B KRONIK DI DUNIA

Center for Disease Control, 2010


9
17.5 juta
jiwa

Courtesy of Dr. Pretty Muharini, World Hepatitis Day, Surabaya, 30-08-2015


CARA PENULARAN

Vertikal

Horizontal
SECARA VERTIKAL (95% )

Dari ibu pengidap


virus Hepatitis B
ke bayi yang
dikandung atau
dilahirkan
Pasien bedah
umum/tindakan Bayi dari
Hemodialisis Ibu Hep C
gigi Ibu
Hamil
ODHA
Petugas Kes

POPULASI
BERISIKO
Penderita IMS
DDHBC
Mahasiswa
Kesehatan

Keluarga
penderita
Hepatitis WPS/WPSTL

WBP
Napza
LSL/Gay Waria Suntik
KASUS BARU HEPATITIS B /TAHUN
 VERTIKAL  Setiap
tahun terdapat 5,3 juta
bumil, HBsAg reaktif
pada bumil rata – rata
3% maka setiap tahun
terdapat sebanyak
150.000 orang yang 95% TULARI KAMI
potensial mengalami
Hepatitis kronis
 HORIZONTAL  5%
dari kelompok risti SAYANGI KAMI
GENERASI PENERUS BANGSA
BEBAN BARU BAGI NEGARA AKIBAT HEPATITIS B
/TAHUN

 Setiap tahun terdapat 5,3 juta bumil, HBsAg reaktif


pada bumil rata – rata 3% maka setiap tahun
terdapat sebanyak 150.000 orang yang 95%
potensial mengalami Hepatitis B kronis
 Biaya pengobaan sirosis 1 M transplantasi hati
4-5 M.
 30% bayi yang tertular pada 30 tahun kedepan akan
menjadi sirosis
biaya yg dibutuhkan

45.000 x 1 M = 45 T
Worldwide HCV infection
• 2007: 150 million people
• 2016: 115 million people
Highest: Asia Pacific and
Africa

WHO. Guidelines for the screening care and treatment of persons with
chronic hepatitis C infection. Updated version, April 2016
WHO. Guidelines for the screening care and treatment of
persons with chronic hepatitis C infection. Updated version,
April 2016
Courtesy of Dr. Pretty Muharini, World Hepatitis Day, Surabaya, 30-08-2015
PROPORSI (%) FAKTOR RISIKO KASUS HEPATITIS C
POSITIF
( DATA HASIL SURVEILANS DITJEN P2PL 2007-2012)

1. Pengguna Narkoba Suntik (27,52%)


2. Hemodialisa ( 15,16%)
3. Keluarga Pengidap Hepatitis C (13,83%)
4. Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C (9,93%)
5. Pasca Operasi ( 8,54%)
6. Hubungan Seks tidak aman ( 7,51%)
7. Tranfusi Darah (6,84%)
8. Tato/Tindik ( 5,89%)
9. Tenaga Kesehatan (4,42%)
10. Transplantasi Organ (0,37%)
KEBIJAKAN
TUJUAN PENGENDALIAN &
PENCEGAHAN
TUJUAN UMUM
Melaksanakan kegiatan pengendalian Hepatitis, secara
berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal

TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

• Mencegah terjadinya penularan

• Menurunkan angka kesakitan dan kematian

• Meningkatkan kualitas hidup orang dengan hepatitis


SASARAN STRATEGIS HEPATITIS
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi tentang Hepatitis
sebesar 90% pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
Deteksi Dini Hepatitis B dan C pada kelompok
populasi berisiko sebesar 80% pada tahun 2019.
3. Meningkatnya Propinsi yang melaksanakan
pengamatan Hepatitis pada kelompok paling
bersiko sebesar 100% pada tahun 2019
INDIKATOR KEGIATAN HEPATITIS 2015 - 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN 2020,
ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang Melakukan 3 10 20 40 80 90
Sosialisasi dan atau Advokasi
tentang Hepatitis.
2 % Kab/kota yang Melakukan 3 10 20 30 60 90
Deteksi Dini Hepatitis B pada
Bumil
3 % Kab/kota yang Melakukan NA 10 20 30 60 80
Deteksi Dini Hepatitis B dan C
pada Populasi Berisiko
4 % Orang yang Terdeteksi dg NA 2,5 5 10 20 30
HBsAg Positif yang Mendapatkan
Akses Perawatan/Upaya Lanjutan
5 % Orang dengan Hepatitis C NA 5 10 20 40 60
Mendapatkan Akses Perawatan/
Layanan Lanjutan
UPAYA PENGENDALIAN
HEPATITIS

• Pemberdayaan
Meningkatnya
masyarakat PENGENDALIAN HEPATITIS Surveilans
• Keterlibatan
lintas sektor epidemiologi

Meningkatkan Meningkatkan
Meningkatkan
Upaya promotif dan Akses & Mutu
Deteksi dini
preventif Fasyankes

Meningkatkan Kemandirian,
Meningkatkan Jumlah, Jenis,
Akses & Mutu Sediaan Farmasi
Kualitas, dan Pemerataan (Obat, Vaksin, Biosimilar) &
Tenaga Kesehatan Alkes

MONITORING DAN EVALUASI


ROADMAP PENGENDALIAN HEPATITIS DI INDONESIA

2030
Eliminasi
2019 Hepatitis B
90% Kab/Kota dan C
melakukan DDHBC

2017 2022
30%Kab/kota Eliminasi Hep B
melakukan Pemutusan
DDHBC 2018 Penularan
60% Kab/Kota Ibu ke Anak
melakukan DDHBC

Kab/kota yang melaksanakan


DDHB pada > 90% Bumil
- Target global
 Eliminasi Penularan Hep B dari Ibu ke
anak (PPIA/EMTCT Hepatitis) tahun
2022
 Eliminasi Hep B dan C tahun 2030

 Target Triple Eliminasi : indikator infeksi


baru (HIV, Sifilis dan Hepatitis B) pada
anak ≤ 50 per 100.000 kelahiran hidup
- Eliminasi Hepatitis C 2030 :
 imunisasi Hep C blm ada, tetapi ada obat
baru Hepatitis C yaitu Direct Acting
Antivirus ( DAA) dg tkt kesembuhan tinggi
 Upaya pencegahan yang diperlukan:
 Peningkatan cakupan imunisasi HBO sesegera mungkin < 24 jam
 Melakukan deteksi dini pada ibu hamil  untuk penurunan infeksi baru dg
pemberian HBIG dan Imunisasi HBO < 24 jam  95% efektif.

Permenkes RI No 53 Tahun 2015 tentang


Penanggulangan Hepatitis Virus

Permenkes RI No 12 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Imunisasi
 Deteksi dini merupakan  suatu
upaya pencegahan penularan baru
dan upaya untuk melakukan upaya
– upaya lanjut bagi yg terinfeksi
Permenkes RI No 52 Tahun 2017
TRIPLE tentang
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan
ELIMINASI
Hepatitis B dari Ibu ke Anak
KEBIJAKAN
1. Eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak
dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota Indonesia dengan
pendekatan standar pelayanan minimal bidang kesehatan
2. Pelayanan Antenatal di setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
terpadu ‘triple’ Eliminasi
3. Penerapan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Antenatal
Terpadu untuk Eliminasi sebagai MAKLUMAT PELAYANAN
4. Daerah menetapkan penugasan, pelimpahan wewenang dan task
shifting
5. Ketersediaan sumber daya, sistem informasi dan logistik dalam
sistem kesehatan
6. Layanan Komprehensif Berkesinambungan berkualitas bagi
perempuan, bayi baru lahir, anak dan keluarganya
7. Peran serta masyarakat, tidak terbatas pada swasta, LSM, warga
peduli dan kelompok dukungan
STRATEGI
1. meningkatkan akses dan kualitas layanan
bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi /
anak sesuai standar program;
2. meningkatkan peran fasilitas pelayanan
kesehatan dalam sistem kesehatan, deteksi
dan penatalaksanaan yang diperlukan
untuk Eliminasi Penularan;
3. meningkatkan penyediaan sumber daya di
bidang kesehatan;
4. meningkatkan jaringan kerja, jejaring
kerja, dan kemitraan serta kerja sama lintas
program dan lintas sektor;
5. meningkatkan manajemen program yang
akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna.
6. meningkatkan peran serta masyarakat
ROADMAP
ELIMINASI PENULARAN
2018 - •Akses Terbuka
HIV, SIFILIS & HEPATITIS B
DARI IBU KE ANAK
2019 Di INDONESIA

2020- •Pra Eliminasi


2021

2022 •Eliminasi

2023- • Pemeliharaan
2025
INTEGRASI DALAM LAYANAN KIA
Tes Kehamilan,
Gol. Darah
Hemoglobin
GlukoProteinur
ANAMNESI Tentu sTatus in
S kan Imunisas Sifilis,
Tablet
TFU DJJ i HIV,
Fe Hep B,
sTatu
s gizi Test Malaria (pada
daerah
endemis),,
Tata
Tensi laksana
Sputum BTA
(bila ada
indikasi
TB & ANC Temu
BB TERINTEGRASI
wicara
konseling

TINDAK
LANJUT
TARGET
a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru
HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
anaknya
b. Menurunkan hingga meniadakan masalah
kesehatan terkait HIV, Sifilis dan Hepatitis B;
c. Mendorong perilaku hidup bersih dan sehat
bebas risiko kesehatan
d. Meningkatkan kualitas pengetahuan,
kebiasaan dan praktik petugas pelaksana,
institusi, dan manajemen pelayanan
kesehatan berorientasi pada standar prosedur
e. Menghilangkan dampak sosial ekonomi pada
individu, keluarga dan masyarakat.
INDIKATOR DAN TARGET IBU HAMIL DALAM
‘TRIPLE’ ELIMINASI PENULARAN
Indikator HIV Sifilis Hepatitis B
Ibu hamil Cakupan 2018 : 60% dari ibu hamil K1
diperiksa, dites, Cakupan 2019 : 70% dari ibu hamil K1
dideteksi dini Cakupan 2020 : 80% dari ibu hamil K1
Cakupan 2021 : 90% dari ibu hamil K1
ANC 10T lengkap
Cakupan 2022 : 100% dari ibu hamil K1
berkualitas

Penanganan bagi 100% ibu hamil diobati 100% ibu hamil diobati 100% kasus
ibu hamil dengan ARV, berupa Kombinasi dengan Benzatin hepatitis B pada
hasil positif Dosis Tetap (KDT) Penicilin G 2,4 juta IU ibu hamil dalam
(Tenofovir 300mg + IM sebagai program pengawasan,
Lamivudin 300mg + dosis tunggal pada fase dirujuk ke rumah
Efavirens 600mg) setiap dini, diulang 2 kali sakit yang mampu
hari sekali (tiap 24jam) dgn selang waktu 1 tatalaksana
seumur hidup minggu atau dirujuk hepatitis B
Ibu bersalin di
fasyankes 100% bersalin di fasyankes oleh nakes
INDIKATOR DAN TARGET IBU HAMIL DALAM
‘TRIPLE’ ELIMINASI PENULARAN
Indikator HIV Sifilis Hepatitis B
Penanganan anak 100% mendapat 100% mendapat 100% mendapat
dari ibu positif pelayanan standar pelayanan standar pelayanan standar
profilaksis ARV dalam pengobatan Benzatin imunisasi HB0 <24
24 jam, pemeriksaan Penicilin G 50.000 jam dan
EID (virologis kualitatif IU/kgBB IM dosis HBIg <24 jam;
dgn DBS) saat mulai 6 tunggal, pemeriksaan pemeriksaan
minggu, dilanjutkan titer RPR usia 3 bulan serologis HBsAg
dengan dibandingkan titer dan atau virologis
kotrimoksazol profilaksis ibunya, atau Hepatitis B saat
atau pemeriksaan pemeriksaan lain atau bayi usia 9-12
serologis pada usia 18 pemantauan klinis bulan.
bulan sampai 2 tahun

Anak negatif 100% hasil DBS EID 100% titer RPR negatif 100% pemeriksaan
(keberhasilan negatif, anak sehat atau sama dengan titer serologis HBsAg
program 3E) tanpa ARV ibu anak sehat, tanpa negatif.
cacat atau kematian
SASARAN YANG DIHARAPKAN
 Setiap ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
terpenuhi hak kesehatannya, terlindungi dan
tidak seorangpun terlewatkan untuk
menghentikan penularan dari ibu ke anak
 Mengimplementasikan program eliminasi sejak
dari perencanaan, pelaksanaan, pencatatan-
pelaporan, diseminasi informasi, advokasi,
pemantauan, evaluasi, pembinaan dan
pengawasan.
 Menjadi tim teaching pelatihan di jenjang di
provinsi masing-masing bersama tim
berikutnya.
 Memperkuat berbagai subsistem kesehatan
nasional dan daerah yang terintegrasi
STRATEGI PPIA (HEPATITIS B)

DETEKSI
DINI IBU
HAMIL
Bayi IBU Bayi
Ibu

HB0<24 jam Tatalaksana


HBIG<24 sesuai HB 1,2,3
jam Indikasi KIE
Vit K Medis

HBsAg (+)
PRIORITAS PROGRAM
• Melakukan upaya pemutusan penularan Hep B dan C
berdasarkan karakteristik penyakitnya Hep B (fokus
pada penularan ibu dan anak dan pengendalian FR),
Hepatits C (fokus pemutusan penularan, tatalaksana &
mencegah relaps terutama pd kelompok risti)
• Melakukan Screening Hepatitis B&C pada populasi
berisiko :
o Pengguna Narkoba Suntik
o Hemodialisa
o Keluarga Pengidap Hepatitis C
o Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C
o Tranfusi Darah
o Tato/Tindik
o Tenaga Kesehatan, dll
DDHB IBU HAMIL
DAN
KELOMPOK RISTI
JAWA TIMUR
PERKEMBANGAN UPAYA PENGENDALIAN HEPATITIS VIRUS
DI JAWA TIMUR DALAM DETEKSI DINI

• JAWA TIMUR (Surabaya) • Pengembangan 8 kab/kota


• Pemeriksaan dengan CLIA/ (Lamongan, Gresik, Surabaya,
ELISA Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto
(k), Malang, Malang (k))
• Alokasi sampel 5.500 sampel
• Pemeriksaan dengan rapid test
• Alokasi sampel 36.700 sampel

2014 2016

2015 2017 2018

• Pengembangan 11 kab/kota
(Lamongan, Gresik, Surabaya,
• Surabaya Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto • Pengembangan 23
• Pemeriksaan (k), Malang, Malang (k), kab/kota
dengan CLIA/ Jombang, Kediri dan Pasuruan • Pemeriksaan
ELISA (k) dengan rapid test
• Alokasi sampel • Pemeriksaan dengan rapid test
22.000 sampel • Alokasi sampel 55.800 sampel
CAPAIAN DDHB SURABAYA
2014 & 2015

TARGET
DIPERIKSA
HEPATITIS B

DIPERIKSA HBsAg

REAKTIF

BAYI LAHIR
DIBERI
IMUNOGLOBULIN
DDHB REAKTIF JAWA
TIMUR
2014 - 2016

IBU
HAMIL

KELOMP
RISTI
CAPAIAN DDHB JAWA TIMUR
2016 (DANA DEKONSENTRASI)
HBsAg Reaktif (%)
TARGET
DIPERIKSA MOJOKERTO 2.38
HEPATITIS
B GRESIK 8.83

LAMONGAN 5.25

DIPERIKSA SURABAYA 3.21

HBsAg
SIDOARJO 2.95

MOJOKERTO (K) 2.92

MALANG (K) 2.13

REAKTIF
MALANG 1.80

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00


HBSAG REAKTIF 2016
IBU HAMIL (%) KELOMP RISIKO (%)

MOJOKERTO 2.38
MOJOKERTO

MALANG 1.72 1.95


MALANG

MALANG (K) 1.78 MALANG (K) 2.52

SIDOARJO 2.69 MOJOKERTO (K) 2.71

SURABAYA 2.94 LAMONGAN 3.47

MOJOKERTO (K) 3.33 JAWA TIMUR 3.55

JAWA TIMUR 3.68 SIDOARJO 3.66

LAMONGAN 6.62 SURABAYA 6.53

9.34 GRESIK 7.08


GRESIK

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 - 5.00 10.00


• Target 30% Kab/Kota :
 11 Kab/Kota
 Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto
(k), Malang, Malang (k),
Pasuruan (k), Jombang, Kediri
• Pemeriksaan dengan RDT
 tanpa pemeriksaan
konfirmasi
• Sasaran :
 Ibu Hamil melalui ANC
Terpadu (80% dari target
bumil)
 Kelompok Berisiko terbatas
• RDT dan HBIG dari Kemenkes
• RR melalui aplikasi SIHEPI
• Jejaring dengan RS Rujukan (saat
• Target 60% Kab/Kota :
 23 Kab/Kota
 Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto (k),
Malang, Malang (k), Pasuruan (k),
Jombang, Kediri, dst.
• Pemeriksaan dengan RDT
 tanpa pemeriksaan konfirmasi
• Sasaran :
 Ibu Hamil melalui ANC Terpadu
(100% dari target bumil)
 Kelompok Berisiko terbatas
• RDT dan HBIG dari Kemenkes
• RR melalui aplikasi SIHEPI
• Jejaring dengan RS Rujukan (saat
persalinan)
D D H B C 2018
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C
SASARAN SASARAN
PRIORITAS : KELOMPOK BERISIKO :
• Ibu Hamil (Semua Umur Bayi dari ibu dengan Hepatitis B
Kehamilan) Petugas kesehatan
Mahasiswa kesehatan
Dan lainnya (lihat Juknis)
SKEMA LAYANAN

Poli Tes
Pendaftaran Reaktif Rujuk
KIA/Poli Hep B
FKTP Hep RS
lainnya dan/ C

PKM, BPM, • INFORMED “METODE TANPA MAMPU TATA


BP, DPS CONSENT RAPID” KONFIRMASI LAKSANA
• WAWANCARA HEP
DDHC
KELOMPOK RISTI
Upaya yg telah dilakukan
Hepatitis C
• Memasukkan DAA Sofosbuvir, Simeprevir, Ribavirin) ke
dalam Formularium Nasional

• Pelayanan dan akses Obat Hepatitis C akan didorong


ke layanan BPJS, termasuk pemeriksaan diagnostik
dan juga evaluasi terapi

• Penyediaan Obat – obat Hepatitis C (2016) :


- Sofosbuvir : 18.000 botol (504.000 tab)
- Simeprevir : 1.029 botol (28.812 tab)
- Ribavirin : 37.800 botol (1.512.000 cap)
Pendistribusian dilakukan pada provinsi dengan jumlah
penasun terbanyak & memiliki KGEH
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN..(3)
Estimasi jumlah penasun terbesar (Data Subdit HIV AIDS) :
1. Jawa Timur : 5.067
2. DKI Jakarta : 4.585
3. Jawa Barat : 4.532
4. Sumatera Utara : 1.471
5. Sulawesi Selatan : 1.464
6. Jawa Tengah : 1.453

• Untuk monitoring terapi Kasus Hepatitis C, akan dilakukan


dengan Alat Test Cepat Molekular
 Pemeriksaan terintegrasi dengan program P2TB dan
HIV.
SISTEM RUJUKAN DALAM

TATALAKSANA KASUS
HEPATITIS C
• PEMERIKSAAN HEPATITIS C
 FKTP : Rapid Test Anti HCV
 RS RUJUKAN : HCV VL dg TCM
• PENGOBATAN HEPATITIS C
 Obat baru Hepatitis C yaitu
Direct Acting Antivirus ( DAA)
dg tkt kesembuhan tinggi
 Sofosbuvir , Simeprevir dan
Ribavirin
 Ko-Infeksi : Daclastavir

RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
RSUD Dr. SOEDONO MADIUN
P2 PISP
WHO DAN UNICEF :

 2 MILYAR KASUS DIARE SETIAP TAHUN DI


DUNIA

 1,9 JUTA ANAK BALITA MENINGGAL KARENA


PENYAKIT DIARE
 78% TERJADI DI WILAYAH AFRIKA
DAN ASIA TENGGARA

 80% KEMATIAN AKIBAT DIARE DAPAT


DICEGAH DENGAN ORALIT DAN ZINC
PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA
ASIA – WHO SEAR
GLOBAL
Other
10% ARI
Others 22%
Neonatal 25%
36%
Diarrhea
Diarrhea 15%
Pneumo Neonatal
17% 32%
nia
19%
Bryce J, et.al., 2005

Others
22%
Neonatal
38%

Pneumonia
14%
INDONESIA
Diarrhea YR 2000 - 2003
18% WHO,2006
DIARE PENYEBAB KEMATIAN NO. 1
PADA BAYI DAN BALITA
(RISKESDAS 2007)

29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun


DIARE PENYEBAB KEMATIAN NO. 2
PADA BAYI DAN BALITA
(HASIL KAJIAN MASALAH KESEHATAN
OLEH LITBANGKES TAHUN 2011)

29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun

Malnutrisi, TB; Measles, Malaria; 2,9


Leukemia,
2.3 1,2 1.2 2.9
Tetanus; 2,9 TB; 3,9
Sepsis; 4,1
Tenggelam,
4.9
Kel.jantung
cong; 5,8
measles, 5.8
Pnemonia
Pneumonia 20,5
23,3
Kel sal
cerna; 6,4
DHF 6.8

Meningitis/
Encephalitis,
Meningitis, Diare
9.3 Diare 13.3
8.8
17,4
NEC; 10,7
PERNYATAAN BERSAMA WHO/UNICEF
Banyak penderita Diare dapat
diselamatkan dengan melakukan :
- Penanganan yang efektif di Rumah
Tangga
- Tatalaksana yang tepat di Sarana
Kesehatan

“Rekomendasi ini akan efektif bila


menjadi hal rutin yang dilakukan di
Rumah Tangga dan Sarana
Kesehatan

Sumber :Pernyataan bersama WHO/UNICEF dalam


penanganan klinis Diare akut,2004
REKOMENDASI WHO/UNICEF

 Mencegah dan mengatasi


dehidrasi dengan Oralit osmolaritas
rendah atau cairan rumah tangga
 Pemberian ASI
 Teruskan pemberian makan
 Antibiotika yang selektif
 Pemberian Zinc selama 10-14 hari
PRINSIP TATALAKSANA
1. ORALIT
osmolaritas rendah
2. ZINC selama 10
hari
3. ASI dan Makanan
sesuai umur
4. Antibiotika selektif
5. Nasihat pada
ibu/pengasuh
 Angka kesakitan diare semua
umur : 214/1.000 penduduk
 Angka kesakitan diare pada balita
: 900/1.000 balita
 Kematian diare pada balita 75,3
per 100.000 balita dan semua umur
23,2 per 100.000 penduduk semua
umur 64
 Angka kesakitan diare semua umur :
997/1.000 penduduk

65
INCIDENCE RATE
2000 301/1.000 penduduk
2003 374/1.000 penduduk
2006 423/1.000 penduduk
2010 411/1.000 penduduk
2014 214/1.000 penduduk
2016 270/1.000 penduduk
843/1.000 penduduk balita
SASARAN STRATEGIS PISP
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi sebesar 90%
pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang mempunyai
LROA menjadi 90% pada tahun 2019.
3. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
SKD KLB sebesar 90% pada tahun 2019
4. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
kegiatan pencegahan Tifoid sebesar 30% pada
tahun 2019
5. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
pengamatan Tifoid pada populasi berisiko
sebesar 30% pada tahun 2019
INDIKATOR KEGIATAN ISP 2015 - 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Menurunnya Angka Kematian Balita Akibat Diare sebesar 50% dari kondisi saat ini
Menurunnya Angka Kesakitan Demam Tifoid pada Anak Sekolah sebesar 30% dari
kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang Melaksanakan NA 10 20 40 80 90
Sosialisasi dan atau Advokasi tentang
Diare, Tifoid dan Hepatitis A & E

2 % Kab/kota yg melakukan Layanan NA 10 20 40 80 90


Rehidrasi Oral Aktif

3 % Kab/kota yang Melaksanakan SKD NA 10 20 40 80 90


KLB
4 % Kab/kota yang Melakukan Kegiatan NA 2,5 5 10 20 30
Surveilans Tifoid pada Kelompok
Masyarakat Paling Berisiko

5. % Kelompok Anak Sekolah yang NA 2,5 5 10 20 30


Melakukan Upaya Pencegahan Demam
Tifoid
INDIKATOR DAN TARGET KEGIATAN PROGRAM DIARE
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1 % Kab/kota yang Sosialisasi dan atau advokasi dilakukan pada masyarakat dan atau Jumlah kab/kota yang
melaksanakan pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan. melaksanakan sosialisasi
advokasi dan atau Suatu kab/kota melakukan sosialisasi apabila kab/kota paling tidak dan atau advokasi
sosialisasi dalam 1 tahun melakukan kegiatan : tentang diare dibagi
pengendalian diare Sosialisasi dan atau advokasi tentang diare ke masyarakat dan jumlah kab/kota yang
atau pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan ada di Indonesia dikali
a. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara langsung dengan 100 %
melakukan penyuluhan atau diseminasi atau
b. Dengan radio spot, running text di TV, TV spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk dll media
c. Materi yang disampaikan tentang diare, cara penularan,
pencegahan, tatalaksana diare yang dapat dilakukan

2 % kab/kota yang LAYANAN REHIDRASI ORAL adalah merupakan salah satu layanan Jumlah kab/kota dengan
mempunyai yang ada di puskesmas, pustu, posyandu, poskesdes yang LROA, dibagi jumlah
layanan rehidrasi memberikan: 1) layanan rehidrasi oral pada masyarakat/balita yang kab/kota yg ada di
oral aktif mengalami diare, 2) memberikan konseling rehidrasi, 3)memberikan Indonesia, dikalikan
penyuluhan tg diare, upaya pencegahan dan pertolongannya. 100%
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF adalah layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK memberikan layanan 2 layanan yaitu 1. layanan
rehidrasi oral dan
2) atau 3)
KAB/KOTA LROA aktif, apabila di kab/kota tersebut paling tidak
terdapat 60% dari jumlah puskesmas + pustu + posyandu/poskesdes
melakukan LROA
INDIKATOR DAN TARGET KEGIATAN PROGRAM DIARE
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
3 % Kab/kota Yaitu prosentase kab/kota yang menerima data data Jumlah kab/kota yg
yang diare secara tepat waktu. KAB/KOTA MAMPU Menerima data diare
melaksanakan melakukan SKD KLB Diare adalah Kab/kota 90% secara tepat waktu,
SKD KLB diare Puskesmas yg ada diwilayahnya mengirimkan data diare dibagi jumlah
secara tepat waktu. kab/kota yg ada di
KETERANGAN: Indonesia, dikalikan
1. SKD KLB, adalah merupakan Sistem Keswaspadaan 100%
Dini, untuk mencegah terjadinya KLB, mencegah
meluasnya KLB yang terjadi, dan mengurangi akibat
terjadinya KLB.
2. SKD KLB dilakukan dg melakukan analisa data atau
informasi terkait dg penyakit sebagai indikator awal akan
terjadinyan KLB
3. Kab/Kota yg menerima data dari Puskesmas yg ada
diwilayah, dianalisa sebagai early warning dalam
memantau ada tidaknya SKD KLB diare.
KEGIATAN

1. Review dan memperkuat aspek


2. Advokasi, sosialisasi, KIE
3. Melaksanakan deteksi dini Hepatitis
4. Pemberian perlindungan khusus
5. Tatalaksana penyakit
6. SKD dan penanggulangan KLB
7. Pengamatan penyakit
8. Penguatan SDM
9. Pengelolaan logistik
10. Monev
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai