Anda di halaman 1dari 31

OM SWASTYASTU

NAMA KELOMPOK

1. Ida Ayu Jumpung Putri Adnyaswari (17C10086)


2. Kadek Sumiyanti Diantari (17C10091)
3. Ni Kadek Della Natalia (17C10097)
4. Ni Kadek Yully Yanthi (17C10108)
5. I Gede Eka Saputra (17C10120)
6. Luh Kadek Rya Ratna Novita (17C10123)
RISIKO BUNUH DIRI
PENGERTIAN RISIKO BUNUH DIRI
• Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri
merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku
bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006). Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan
tindakan yang sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. Dan
seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat pula beresiko melakukan bunuh
diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bunuh diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan
dan faktor internal seperti gangguan psikologi dalam dirinya.
ETIOLOGI (PENYEBAB)
A. Faktor predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai
berikut :
• Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
• Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
• Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat
penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang
dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
Lanjutan...
• Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
• Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam
otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
B. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian
hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
• Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang
ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor
social maupun budaya.
• Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri,
termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang
tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI
Menurut fitria,nita (2009) :
• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
• Impulsif.
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
• Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
• Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
• Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).
• Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
• Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
• Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
• Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
• Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
• Pekerjaan.
• Konflik interpersonal.
• Latar belakang keluarga.
• Orientasi seksual.
• Sumber-sumber personal.
RENTANG RESPON PADA RISIKO BUNUH
DIRI
A. Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang
membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri
sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal,
maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap
situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
B. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri
1. Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan
sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).
2. Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :
• Merokok
• Mengebut
• Berjudi
• Tindakan kriminal
• Penyalahgunaan zat
• Perilaku yang menyimpang secara sosial
• Prilaku yang menimbulkan stress.
• Ketidakpatuhan pada tindakan medis
JENIS-JENIS BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan
suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut
meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya
tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan
klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-
anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah.
• Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
• Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
PENATALAKSANAAN RISIKO BUNUH DIRI
• Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck,
2008), obatobat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20
mg/hari per oral), venlafaksin (75225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan
bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis. Mekanisme kerja obat
tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter ini
dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.
• Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat
bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009) :
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
Konsep Dasar Asuhan keperawatan Pada Pasien
Risiko Bunuh Diri
A. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1. Riwayat masa lalu :
a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri.
8. Symptom yang menyertainya, dibagi menjadi 2 yaitu
1. Apakah klien mengalami :
• Ide bunuh diri
• Ancaman bunuh diri
• Percobaan bunuh diri
• Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
2. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri.Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih
mendalam lagi diantaranya :
• Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanaka
• Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
• Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide
• Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko
bunuh diri :
• Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
• Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
• Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka
• Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien
• Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
• Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
• Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
• Peroleh riwayat penyakit fisik klien
• Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk dalam melakukan wawancara
dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
wawancara adalah :
1.Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi secara acak, namun demikian
perawat perlu melakukannya wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap
memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau
diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan mempengaruhi penilaian
profesional
4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun hubungan terapeutik yang saling
percaya antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur penilaian profesional.
•  Masalah keperawatan :
• Risiko bunuh diri
• Keputus asaan
• Ketidak berdayaan
• Gangguan konsep diri : HDR
• Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
• Kecemasaan.
• Berduka disfungsional
• Koping individu tak efektif.
• Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
• Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
• Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
• Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan resiko bunuh diri adalah: Resiko bunuh diri
RENCANA TINDAKAN
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan utuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga

Risiko bunuh diri SP 1 p SP 1 k


1. Menemani pasien terus-menerus 1. Menganjurkan keluarga untuk ikut
sampai dia dapat dipindahkan mengawasi pasien serta jangan
ketempat yang aman pernah meninggalkan pasien
2. Menjauhkan semua benda yang sendirian
berbahaya (misalnya pisau, silet, 2. Menganjurkan keluarga untuk
gelas, tali pinggang) membantu perawat menjauhi barang-
3. Dengan lembut menjelaskan barang berbahaya disekitar pasien
pada pasien bahwa saudara akan 3. Mendiskusikan dengan keluarga
melindungi pasien sampai tidak perlunya melibatkan pasien agar
ada keinginan bunuh diri tidak sering melamun sendiri
 
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga
SP II p SP II k
1. Mengidentifikasikan aspek positif 1. Mengajarkan keluarga tentang
yang dimiliki klie tanda dan gejala bunuh diri
2. Mendorong klien untuk berpikir 2. Menanyakan keluarga tentang
positif erhadap diri tanda dan gejala bunuh diri yang
3. Mendorong klien untuk penah muncul pada pasien.
menghargai diri sebagai individu 3. Mendiskusikan tentang tanda dan
yang berharga gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri. 
4. Mengajarkan keluarga cara
melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri
Masalah keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga
SP III p SP III k
1. Memberi kesempatan pasien 1. Menganjurkan keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya mengantarkan pasien
2. Berikan pujian bila pasien dapat berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatakan perasaan yang positif.  mengatasi masalah bunuh dirinya. 
3. Meyakinkan pasien bahwa dirinya 2. Menganjurkan keluarga untuk
penting membantu pasien minum obat sesuai
4. Membicarakan tentang keadaan prinsip lima benar yaitu benar
yang sepatutnya disyukuri oleh orangnya, benar obatnya, benar
pasien  dosisnya, benar cara
5. Merencanakan aktifitas yang penggunakannya, benar waktu
dapat pasien lakukan penggunaannya
• Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien.
• Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tidak tercapai perlu ditindak lanjuti dengan penerapan
bagian intervensi lama yang belum tercapai atau memikirkan intervensi baru.
KASUS FIKTIF
A. Kasus
Tn.K berusia 30 tahun merupakan penulis terkenal yang memiliki banyak penggemar. Kesuksesannya tidak diimbangi dengan
keharmonisan keluarga yang diidamkan setiap keluarga. Tn.K memiliki riwayat masa lalu yang bisa dikatakan suram. Ketika
dia duduk di sekolah dasar, ibunya menikah lagi dengan laki-laki kasar yang suka memukul. Hampir setiap hari dia, kakak dan
ibunya dipukul oleh ayah tirinya tersebut. Sampai pada akhirnya ketika Tn.K dipukul oleh ayahnya, kakaknya marah dan
mengambil pisau, dan setelah terjadi beberapa kali perdebatan, sang ayah tertusuk pisau dan meninggal. Karena sang kakak
ingin melindungi adiknya maka dia rela dipenjara, akan tetapi ternyata hukuman yang dijatuhkan lama dan akhirnya sang
kakak menghabiskan waktu 13 tahun dipenjara. Karena kejadian itu,kakak Tn.K memiliki dendam kepada adiknya yang pada
akhirnya pada saat keluar penjara kakak Tn.K menyerang Tn.K dengan menusuknya. Sejak kejadian itu, Tn.K mempunyai
teman anak SMA yang mengaku fansnya yang ternyata memiliki kisah yang sama dengan dirinya yaitu sering dipukul oleh
ayahnya. Setelah teman-temannya menyelidiki, ternyata anak yang dimaksud Tn.K hanyalah teman khayalan yang dia ciptakan
sendiri. Dan karena teman khayalannya tersebut, Tn.K sering kali melukai dirinya sendiri demi menyelamatkan anak SMA
tersebut, sampai pernah kejadian dia menabrakkan mobilnya untuk melindungi anak SMA tersebut dari bahaya. Sehingga Tn.K
seringkali mengalami bahaya sampai orang melihatnya Tn.K seperti bunuh diri karena sering membahayakan dirinya sendiri.
Dan Tn.K tidak mempercayai ketika teman-temannya mengatakan bahwa anak SMA itu tidak nyata. Sehingga dia dipaksa
untuk dibawa di rumah sakit dan ternyata didiagnosis skizofrenia.
B. Pengkajian
A. Factor Predisposisi
1). Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia
2). Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya dengan
mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahayakan
3). Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya mengalami
dendam terhadapnya
4). Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti dirinya
5). Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman khayalannya yang merupakan cerminan dirinya tersebut karena dia ingin teman
khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa bersalah dengan apa yang terjadinya pada kakaknya sehingga dia juga tertekan. Tn.K
akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia Tn.K, teman khayalan yang dia
lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.
6). Sosiokultural
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik dan Tn.K merupakan tokoh yang diidolakan karena karya bukunya.
Akan tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang.
B. Factor presipitasi
Factor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap kakaknya, dan adanya persaan dendam dari kakaknya yang terus ingin
menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan dirinya.
C. Respon terhadap stress
1). Kongnitif
• Kongnitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung mengulang tulisan yang
sudah pernah dia tulis sebelumnya.
2). Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan selain itu, bayangan dari masa lalunya terus aja datang membayanginya
3). Fisiologis
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu mencemaskan
teman bayangannya
4). Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering melihat
Tn.K mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berprilaku yang membahayakan seperti
menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli.
5). Social
Hubungan social Tn.K dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan 
D. Kemampuan mengatasi masalah atau sumber coping
1). Kemampuan personal
Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut dengan teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya
2). Dukungan social
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang dialami Tn.K, akan tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga
dan temannya memberikan dukungan penuh pada Tn.K agar cepat sembuh
3). Asset material
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang cukup untuk kehidupannya dan keluarganya.
4). Keyakinan positif
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan keyakinan padanya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar juga
menjadi penyemangat tersendiri baginya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Risiko Bunuh Diri


Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Resiko Bunuh Diri 1. Pengendalian diri terhadap bunuh diri 1. Membantu klien untuk mengenali masalah yang sedang dialami.
2. Manajemen perilaku
a. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
dengan cara:
1). Kaji tingkatan resiko yang dialami klien, tinggi, sedang, rendah.
2). Kaji level long-term risk: lifestyle, dukungan social, tindakan yang bisa
membahayakan dirinya.

b. bantu klien untuk meningkatkan harga diri


1) tidak menghakimi dan bersikap empati
2) mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
3) berikan jadwal aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impils
yang rendah
4) lakukan terapi kelompok dan terapi kognitif serta perilaku bila diindikasikan

1. Surveillance: safety
a. Berikan lingkungan yang aman (safety)
1) Tempatkan klien di ruang perawatan yang mudah di pantau
2) Mengidentifikasi dan mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
3) Berikan ruangan yang nyaman, dan aman yaitu dengan situasi lingkungan yang cukup
cahaya dan jendela yang tidak terbuka lebar untuk menghindari kemungkinan klien lari
dari ruang perawatan
4) Ketika memberikan obat oral, damping klien dan pastikan semua obat telah diminum
5) Monitor keadaan klien secara continue
6) Batasi orang dalam ruangan klien
Implementasi

• Melakukan apa yang sudah direncanakan di intervensi kepada klien


Evaluasi

S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien


a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-olah selalu
meminta bantuannya.
O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara didepannya
A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang
b. Klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada mencederai diri
dengan alasan melindungi temannya
c. Klien masih sering mengobrol sendiri
d. Klien masih menganggap bahwa temannya itu nyata
P : Lanjutkan intervensi no 2,4,5,6
Any Question ???

Anda mungkin juga menyukai