Anda di halaman 1dari 31

Refleksi kasus

KISTA BARTOLINI
Oleh : Irda Riana
Pembimbing : dr. Abdul Faris, Sp. OG (K)
PENDAHULUAN
Kista Bartholin dan abses Bartholin merupakan masalah
umum pada wanita usia reproduksi. Kelenjar Bartholin
terletak bilateral di posterior introitus dan bermuara dalam
vestibulum pada posisi arah jam 4 dan 8. 1,2

Di Amerika Serikat, insidensnya adalah sekitar 2% dari wanita


usia reproduksi akan mengalami pembengkakan pada salah satu
atau kedua kelenjar Bartholin.1,3

Dalam penanganan kista dan abses bartholin, ada beberapa


pengobatan yang dapat dilakukan. Dapat berupa intervensi bedah,
dan medikamentosa. 1,3
KISTA BARTOLINI

DEFINISI

• Kista adalah kantung


yang berisi cairan atau
bahan semi solid yang
terbentuk di bawah kulit
atau di suatu tempat di
dalam tubuh
• Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar
ini menjadi tersumbat.
Etiologi

• Infeksi
• Non infeksi

Epidemiologi
• Di Amerika Serikat, insidensnya sekitar 2%
dari wanita usia reproduksi yaitu pada usia
20 dan 30 tahun.
• Nyeri yang akut disertai pembengkakan
labia unilateral.
GEJALA KLINIS • Dispareunia
• Nyeri pada waktu berjalan dan duduk
• Nyeri yang mendadak
• Demam

• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik :
• Teraba fluktuasi dengan daerah sekitar
yang eritema dan edema
DIAGNOSIS • Selulitis di sekitar abses.
• Discharge yang purulen.

• Pemeriksaan penunjang :
• Biopsi
Penatalaksanaan
Non Non Non
Medikamentosa
Medikamentosa Medikamentosa medikamentosa
• Antibiotik • Kateter Word • Marsupialisasi • Eksisi/Ekstirpasi
• Anti nyeri
Komplikasi
Rekurent

Prognosis
Bonam
Tingkat kekambuhan umumnya
dilaporkan kurang dari 20%
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : Nn. R
• Umur : 20 tahun
• Alamat : Ds. Kamarora
• Pekerjaan :-
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMK
• Status perkawinan : Belum menikah
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
KELUHAN UTAMA
• benjolan besar di daerah bibir kemaluan sebelah kiri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


• Pasien datang ke IGD KB RSU Anutapura dengan keluhan adanya
benjolan besar di daerah bibir kemaluan sebelah kiri yang dialami
sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya benjolan
berukuran kecil dan lama kelamaan semakin membesar. Pasien
merasakan nyeri pada benjolan saat pasien duduk dan beraktivitas.
Ada pengeluaran darah, keluar nanah dari daerah yang bengkak.
Demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-). BAK dan
BAB lancar. Riwayat koitus (+) dua bulan yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat hipertensi, DM dan hepatitis disangkal
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan Asma.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, durasi haid 5 hari, siklus 28
hari.
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
• PEMERIKSAAN FISIK

• A. KEADAAN UMUM : sedang

• B. KESADARAN : Compos Mentis

• C. TANDA VITAL :
TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7ºC
• STATUS GENERALISATA
Kepala :
• Bentuk : Normochepal
• Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (+/+)
• Konjungtiva : Anemis (-/-)
• Sclera : Ikterik (-/-)
Leher :
• Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
• Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
• Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
• Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
• Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula
sinistra
• Perkusi : batas jantung normal
• Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-),
murmur (-)

Ekstremitas
• Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
• Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

Genitalia :
• Tampak benjolan pada daerah labia minora sinistra dengan
ukuran 9 x 5 cm, massa kistik, hiperemis (+), nyeri tekan (+), tidak
ada discharge
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Nilai Normal Hasil

WBC 4.0-12 x 103/ µL 13.95

RBC 4.0-6.2 x 106/ µL 3.07

Hb 11-17 g/dL 10.1

HCT 35-55% 26.7

PLT 150-400 x 103/µL 259

CT 4-10 menit 7 menit

BT 1-5 menit 3 menit

Plano test (-)


DIAGNOSIS
• Kista Bartolini sinistra

PENTALAKSANAAN
• IVFD RL 28 tpm
• Inj. Ranitidin 1amp/8jm/Iv
• Inj. Ketorolac 1amp/8jm/Iv
• Siapkan darah 2 bag Whole blood
• Rencana Marsupialisasi
FOLLOW UP
Perawatan hari pertama, kamis, 08/02/2018
S : Nyeri pada bagian kemaluan, nyeri ulu hati(-), pusing(-),
mual(-), sesak(–), muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan umum :Baik
Konjungtiva anemis-/-
TD : 100/60 MmHg S : 36.7 ºC
P : 20 x/ menit N : 82 x/menit

A. Kista bartolini sinistra

P. IVFD RL 28tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jm/Iv
Inj. Ranitidine 1amp/8jm/Iv
Inj. Ketorolac 1amp/8jm/Iv
Kompres Nacl + Dexametasone pagi dan sore
Perawatan hari kedua, jumat, 09/02/2018

S : Nyeri pada bagian kemaluan, nyeri ulu hati(-), pusing(-),


mual(-), sesak(–), muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O. Keadaan umum :Baik
Konjungtiva anemis-/-
TD : 90/60 MmHg S : 36.7 ºC
P : 20x/ menit N : 82 x/menit
A. Kista bartolini sinistra
P. IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jm/Iv
Inj. Ranitidine 1amp/8jm/Iv
Inj. Ketorolac 1amp/8jm/Iv
Kompres Nacl + Dexametasone pagi dan sore
Rencana Op besok
Perawatan hari ketiga, sabtu, 10/02/2018
S : Nyeri pada bagian kemaluan, nyeri ulu hati(-), pusing(-),
mual(-), sesak(–), muntah (-), BAB (+), BAK (+)

O : Keadaan umum :Baik


Konjungtiva anemis-/-
TD : 100/60 MmHg S : 36.7 ºC
P: 20x/ menit N : 82 x/menit

A. Kista bartolini sinistra

P. IVFD RL 28 tpm
Rencana marsupialisasi hari ini.
Marsupialisasi
Instruksi post marsupialisasi

IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam/ IV
Inj. Ranitidin 1 ampul/8jam/IV
Perawatan hari empat, minggu, 11/02/2018

S : Nyeri bekas jahitan, nyeri ulu hati (-), pusing (-), mual (-),
sesak (–), muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O: Keadaan umum :Baik
Konjungtiva anemis-/-
TD : 100/70 MmHg S : 36.7 ºC
P : 18x/ menit N : 82 x/menit

A. Post Op. Marsupialisasi H1 a/i kista bartolini sinistra

P. Cefadroxil 2x1
Metronidazole 3x1
Asam mefenamat 3x1
Neurodex 2x1
Perawatan hari lima, senin, 12/02/2018

S : Nyeri bekas jahitan, nyeri ulu hati (-), pusing (-), mual (-), sesak (–),
muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O: Keadaan umum :Baik
Konjungtiva anemis-/-
TD : 110/80 MmHg S : 36.7 ºC
P : 20x/ menit N : 80 x/menit

A. Post Op. Marsupialisasi H2 a/i kista bartolini sinistra

P. Cefadroxil 2x1
Metronidazole 3x1
Asam mefenamat 3x1
Neurodex 2x1
Perawatan hari enam, selasa, 13/02/2018

S : Nyeri bekas jahitan, nyeri ulu hati (-), pusing (-), mual (-), sesak (–),
muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O: Keadaan umum :Baik
Konjungtiva anemis-/-
TD : 100/80 MmHg S : 36.5 ºC
P : 22 x/ menit N : 80 x/menit

A. Post Op. Marsupialisasi H 3 a/i kista bartolini sinistra

P. Cefadroxil 2x1
Metronidazole 3x1
Asam mefenamat 3x1
Neurodex 2x1
Pasien rawat jalan
RESUME

• Wanita, 20 tahun Pasien datang ke IGD KB RSU Anutapura


dengan keluhkan adanya benjolan besar di daerah labio minor
sinistra dialami sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Awalnya benjolan berukuran kecil dan lama kelamaan
semakin membesar. Pasien merasakan nyeri pada benjolan saat
pasien duduk dan beraktivitas. Ada pengeluaran darah, keluar
nanah dari daerah yang bengkak. BAK dan BAB lancar.
Riwayat koitus 2 bulan lalu. Ini kali pertama pasien
menyalami keluhan.
• Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi80 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 36,7ºC. Konjungtiva anemis (-/-). Pada
pemeriksaan genitalia tampak benjolan pada daerah labia
minora sinista dengan ukuran 9 x 5 cm, massa kistik,
hiperemis (+), nyeri tekan (+), tidak ada discharge.
Pemeriksaan laboratorium WBC 13.95 x 103/ µL meningkat.

• Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang


pasien ini didiagnosa kista bartolini. Selanjutnya di
rencanakan untuk di lakukan operasi marsupialisasi untuk
penatalaksanaan penyakit tersebut.
• Setelah dilakukan dilakukan operasi marsupialisasi
pasien dirawat diruangan perawatan biasa dan
diperbolehkan pulang pada hari ke 3 post kuretase
dengan obat pulang yang diberikan Cefadroxil 2x1,
Metronidazole 3x1, Asam mefenamat 3x1 dan Neurodex
2x1.
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini seorang wanita 20 tahun didiagnosa dengan
kista bartolini. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengacup ada kista
bartolini. Dari anamnesis didapatkan tanda-tanda nyeri pada
benjolan yang terdapat di daerah bibir kemaluannya sejak 3
hari terakhir dan dirasa sangat mengganggu aktifitas pasien
seperti duduk dan beraktifitas fisik. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan benjolan unilateral (labia minor sinistra)
dengan ukuran 9 x 5 cm, hiperemis (+), teraba massa kistik
(+) ,nyeri pada saat perabaan (-), tidak ada discharge.
• Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan,
seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi, maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
menyebabka ntimbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar ini kemudian akan terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu
kista. Sehingga sesuai dengan hasil temuan dari
pemeriksaan fisik, diagnosis dapat ditentukan.
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan
sesuai dengan teori mengenai tanda dan gejala kista
bartholini yang telah terinfeksi.Tanda kista bartholini yang
terinfeksi berupa penonjolan yang nyeri pada salah satu
sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva.
• Pada kasus ini, dari gejala klinis yang di dapatkan menunjukkan
bahwa kista pada pasien ini telah terinfeksi ditandai adanya nyeri
terutama saat duduk dan berjalan penanganan yang dilakukan pada
pasien ini hanyalah diberikan antibiotik serta anti nyeri dan
dianjurkan untuk dilakukan marsupialisasi.Banyak literatur
menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan pada kista
bartholini. Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar
bartholin karena memberi hasil yang sama efektifnya. Kista
bartholini yang kronik dan berulang sebaiknya dilakukan tindakan
marsupialisasi. Marsupialisasi dilakukan dengan cara menginsisi
kista dan mengeluarkan isi rongga.Keuntungan dari marsupialisasi
adalah komplikasi lebih kecil dari ekstirpasi dan fungsi lubrikasi
dipertahankan. Adapun komplikasi dari tindakan marsupialisasi
berupa dispareuni, hematoma, dan infeksi.
• Terapi yang diberikan untuk mengobati infeksi dan gejalanya sesuai
dengan teori antibiotik yang bisa digunakan adalah antibiotik yang
berspektrum luas dan diberikan antinyeri untuk mengurangi keluhan
nyeri pada pasien ini. Diberikan terapi sebelum operasi antibiotik Inj.
Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV. kemudian anti nyeri Inj. Ketorolac 1
Ampul/8jam/IV dan Inj. Ranitidine 1 Ampul/8jam/IV. Setelah operasi
obat antibiotik yang diberikan Cefadroxil 2 x 1, metronidazole 3 x 1,
serta obat antinyeri Nonflamin 2x1 dan neurodex 2x1 untuk vitamin.

• Penyebab terjadinya kista bartholini pada pasien ini adalah karena


adanya sumbatan pada kelenjar bartholini yang bias disebabkan oleh
factor personal hygine pasien itu sendiri (kurang menjaga kebersihan
daerah kemaluan dan riwayat coitus 2 bulan yang lalu), hal ini bisa
menjadi faktor risiko dari kista bartholini yang dideritanya saat ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai