Anda di halaman 1dari 50

CASFLOW Quadrant

Huruf masing-masing kuadrant


mewakili :
E : Employee (pegawai)
S : Self-employed (pekerja lepas)
B : Business owner (pemilik usaha)
I : Investor (penanam modal)
Dari mana penghasilan diperoleh ?

 E = mendapat uang dengan bekerja untuk orang lain,


atau sebuah perusahaan
 S = mendapat uang dengan bekerja untuk diri sendiri
 B = memiliki usaha yang menghasilkan uang
 I = mendapat uang dari berbagai investasi, uang
menghasilkan uang
Perbedaan kuadrant …..
“E” (pegawai)
Artinya : kata “aman” dan atau kata
“tunjangan”
 Kata “aman” sebagai reaksi terhadap emosi takut bila
berkaitan dengan uang atau pekerjaan
 Kata “tunjangan” menginginkan imbalan tambahan
atau kompensasi ekstra
 Karena itu : harus pasti, tertulis hitam diatas putih
Perbedaan kuadrant ….. (lanjutan)

“S” (pekerja lepas)


Artinya : mereka ingin “menjadi bos mereka
sendiri”
 Orang “S” sejati tidak suka penghasilan tergantung pada orang lain
 Mereka kerja keras, karena itu layak dibayar tinggi
 Rasa takut bagi “E” dengan mencari rasa aman, tapi bagi “S”
dengan mengambil alih kendali dan melakukan sendiri
 Kelompok “S” sebagai kelompok melakukan sendiri
Contoh : profesional berpendidikan : dokter, pengacara, dokter gigi
juga pemilik toko, montir dan wira niaga dengan komisi
Perbedaan kuadrant ….. (lanjutan)

“B” (pemilik usaha) sering disebut lawan


“S”

• Orang “B” sejati senang mengitari diri dengan orang


pandai dan sukses dari kuandrant E, S, B dan I
• Suka mendelegasikan pekerjaan
• Dari pada mengerjakan sendiri, yang bisa didelegasikan
ke yang lain. Orang “B” lebih baik berpikir
Perbedaan kuadrant ….. (lanjutan)

“I” (penanam modal)

• Investor membuat uang dengan uang


 Uang bekerja untuk mereka
• Kuadrant “I” arena bermain golongan kaya
• Dimanapun kuadrant anda, suatu hari harus di kuadrant
“I”
• Di kuadrant “I” uang diubah jadi kekayaan
Perbedaan Kuadrant : Beda
bisnis “S” dan bisnis “B”

 Individu “B” bisa meninggalkan usaha untuk waktu lama,


tapi bisnis tetap jalan dan bisa lebih menguntungkan
 Individu “S” pergi walau hanya berlibur, apalagi pergi lama
mungkin tidak ada bisnis tersisa
 Seseorang “S” memiliki sebuah pekerjaan, seorang “B”
memiliki sistem dan menyewa orang menjalankan sistem
 Untuk “S” sistemnya adalah “S” itu sendiri
Karena itu “S” harus tahu merubah menjadi sistem
HUBUNGAN KUALITAS SUSU DENGAN KERAGAMAN GENETIK
DAN PREVALENSI MASTITIS SUBKLINIS SERTA UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN DI DAERAH JALUR SUSU
HUBUNGAN KUALITAS SUSU DENGAN KERAGAMAN GENETIK
DAN PREVALENSI MASTITIS SUBKLINIS SERTA UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN DI
DAERAH JALUR SUSU JAWA TIMUR

Oleh
Dr. drh. Djoko Winarso, MS

Program Kedokteran Hewan


Universitas Brawijaya
Malang
2010
LATAR BELAKANG

GLOBALISASI
PERDAGANGAN BEBAS

DAYA SAING PELUANG PASAR


PRODUKTIVITAS
SUSU IMPOR TERNAK PENDUDUK
INDONESIA

KONSUMSI
PRODUKSI KUALITAS
PROTEIN
SUSU SUSU
HEWANI

GENETIK LINGKUNGAN
LANDASAN TEORI
STANDAR KOMPOSISI KIMIA SUSU
DARI BERBAGAI SUMBER

Ketentuan standar Lemak Protein Laktosa Kadar Air


kualitas susu (%) (%) (%) (%)
Eckles, 1980 3,80 3,50 4,80 87,25
Jennes, 1988 4,00 3,30 5,00 87,00
Goff & Hill, 1993 3,7 3,2 4,8 87,6
Soeparno, 1992 3,0-4,0 3,3-3,5 4,9-5,0 87-88
Robinson R. K., 2002 4,2 3,4 4,7 86,95
STANDAR KOMPOSISI KIMIA SUSU
DI INDONESIA

Kualitas Susu Jatim Jabar Jateng DIY Ditjenak SNI

Lemak (%) 3,95 3,78 2,91 3,50 2,80 3,00


SNF (%) 8,10 8,12 7,69 7,70 8,0 -
Total Solid (%) 12,05 11,90 10,60 11,20 10,80 11,0
Angka Kuman (juta/cc) 2,78 3,45 7,98 3,75 3,00 1,00
Antibiotik (ppm) 0,50 b b b - -
Chlor (+/-) - - + - - -
Carbonat (+/-) - - + - - -
H2O2 - - - - - -

Sumber : Ahmadi (2004)


STANDAR KUALITAS SUSU (GRADE)

Grade Fat TSL TPC Price

I >4 > 12 < 500 5.000

II 3,5 – 4 11,5 – 12,0 500 -1000 4.500

III 3 – 3,5 11,0 – 11,5 1000-2000 4.000

IV <3 < 11,0 > 2000 3.500


Sumber : PT. Nestle Pasuruan Jawa Timur
2010
GEN PENYANDI KAPPA CASEIN (κ-Cn)

E1 Intron1 E2 Intron2 E3 Intron3 E4 Intron4 E5

2425 pb 5915 pb 2009 pb 1841 pb

64 pb 62 pb 33 pb 517 pb 171 pb

Gambar Susunan ekson dan intron pada gen κ -Cn sapi FH


(E1-5 = Ekson 1-5)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA
KEJADIAN MASTITIS SUBKLINIS PADA SAPI PERAH

Infeksi Mikroorganisme

Karakteristik MASTITIS Lingkungan


SUBKLINIS
Ternak

Prosedur Pemerahan
PREVALENSI MASTITIS SUBKLINIS

Pendapat Tempat Prevalensi (%)


 Tibetan (1997) Indonesia 85 – 90
 Hirst (1984) Pulau Jawa 67
 Sudarwanto (1984) Jawa Barat 61,66
 Ananto (1994) Bogor 80 – 87
 Wahyuni (2002) Boyolali 85
 Lindrawati (2004) Klaten dan Sleman 78
TAHAPAN PROSES ADOPSI INOVASI

Kesadaran
Inovasi
(awareness)

Introduksi

Perhatian Penaksiran Percobaan Adopsi Konfirmasi


(interest) (evaluation) (trial) (adoption) confirmation

Penolakan
(Mundy, 2000) (rejection)
UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS SUSU

BIOGAS

SANITASI ENERGI
SLUDGE BIOGAS
LINGKUNGAN PANAS

KANDANG PASTEURISASI PUPUK


SUSU TANAMAN & HMT
PERALATAN
PENGOLAHAN
PAKAN
TERNAK PAKAN TERNAK
TERNAK & IKAN
HOME
INDUSTRY BRIKET BIOGAS
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada perbedaan kualitas susu di tingkat


petani ternak, pos pengumpul, KUD dan IPS.
2. Apakah ada keterkaitan antara keragaman
genetik gen penyandi kappa casein dengan
kadar protein susu sapi perah rakyat.
3. Apakah ada keterkaitan antara prevalensi
mastitis subklinis dengan jumlah bakteri dalam
susu (TPC).
4. Apakah ada perbedaan kualitas susu di tingkat
petani ternak sesudah penerapan adopsi inovasi
pemanfaatan teknologi biogas dalam upaya
peningkatan kualitas susu.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui perbedaan kualitas susu di
tingkat petani ternak, pos pengumpul, KUD dan
IPS di daerah jalur susu Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara keragaman
genetik gen penyandi kappa casein dengan
kadar protein susu sapi perah rakyat.
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara prevalensi
mastitis subklinis dengan jumlah bakteri dalam
susu (TPC).
4. Untuk mengetahui perbedaan kualitas susu di
tingkat petani ternak sesudah penerapan adopsi
inovasi pemanfaatan teknologi biogas dalam
upaya peningkatan kualitas susu.
MANFAAT PENELITIAN
 Bagi ilmu pengetahuan, memberikan kontribusi bagi pengem-bangan
Ilmu pengetahuan, teknologi susu, bioteknologi genetik, prevalensi
mastitis subklinis, teknologi biogas dan Ilmu Penyuluhan Pertanian.

 Bagi Pemerintah, membantu dalam upaya memformulasikan kebi-


jakan tentang masalah persusuan di tanah air.

 Bagi Penyuluh, sebagai bahan informasi tentang peningkatan kua-


litas susu, perbaikan mutu genetik, pemeriksaan dan penanganan
mastitis subklinis serta upaya peningkatan kualitas susu melalui
pemanfaatan teknologi biogas.

 Bagi Petani peternak, dapat melakukan penanganan pasca


pemerahan susu dengan benar, pemilihan bibit sapi perah denagn
baik, pemeriksaan mastitis subklinis dengan tepat dan dapat
memanfaatkan teknologi biogas.
Kerangka Operasional Penelitian

Daerah Jalur Susu Jawa Timur

Penelitian I Penelitian II Penelitian III Penelitian IV

Uji Sampel Susu Koleksi Koleksi Kegiatan


Petani Ternak Sampel Darah Sampel Susu Penyuluhan Biogas

Uji Sampel Susu Penetapan Isolasi Penapisan Sampel Penetapan


Pos Pengumpul DNA Susu Responden

Uji Sampel Susu Amplifikasi DNA Penetapan Koloni Pengisian Kuisioner


Tingkat KUD dan Isolasi Bakteri Responden

Uji Sampel Susu Elektroforesis Gel Identifikasi Bakteri Karakteristik


Tingkat IPS Agarose Responden

Penetapan Kualitas Analisis Keragaman Prevalensi Adopsi


Susu Genetik Mastitis Subklinis Inovasi Biogas
HIPOTESIS

1. Ada perbedaan kualitas susu di tingkat petani ternak,


pos pengumpul, KUD dan IPS di daerah jalur susu
Jawa Timur.
2. Ada keterkaitan antara keragaman genetik gen
penyandi kappa casein dengan kadar protein susu
sapi perah rakyat.
3. Ada keterkaitan antara prevalensi mastitis subklinis
dengan jumlah bakteri dalam susu (TPC).
4. Ada perbedaan kualitas susu di tingkat petani ternak
sesudah penerapan adopsi inovasi pemanfaatan
teknologi biogas dalam upaya peningkatan kualitas
susu.
TEMPAT

Penelitian 1. Wilayah KUD Karangploso, Dau,


Pujon dan Ngantang

Penelitian 2. Wilayah KUD Karangploso, Dau,


Pujon dan Ngantang

Penelitian 3. Wilayah KUD Karangploso, Dau,


Pujon dan Ngantang

Penelitian 4. Wilayah KUD Karangploso, Dau,


Pujon, Ngantang dan Jabung
JALANNYA PENELITIAN
PENELITIAN 1
(Untuk mengetahui perbedaan kualitas susu ditingkat petani ternak, pos
pengumpul, KUD dan IPS di daerah jalur susu Jawa Timur )

 Untukuji kualitas susu menggunakan 256 sampel yang


tersebar di 4 wilayah KUD Jalur susu Jawa Timur.

 Untukpemeriksaan kualitas susu tersebut dilakukan di


Laboratorium Milk Processing PT. Nestle Kejayan
Pasuruan Jawa Timur.

 Datastatistik diolah dengan Rancangan Acak Lengkap


(RAL/CRD) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil (LSD).
SKEMA JALUR SUSU
JAWA TIMUR

Petani Pos
Ternak Pengumpul
KUD

Konsumen IPS
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN I

Rerata komposisi kimia susu di tingkat petani ternak

Protein Laktosa TSL


Asal sampel Lemak % SNF % TPC jt/ml
% % %
Dau 4,10a 2,91a 4,44a 7,74a 11,83a 0,83ns
Karangploso 4,26a 2,97a 4,64cd 7,99bc 12,24b 0,76ns
Pujon 4,56bc 2,98ab 4,50b 7,92b 12,48c 0,79ns
Ngantang 4,49b 3,13c 4,59c 8,14c 12,63cd 0,57ns
Rata-rata 4,35 3,00 4,54 7,95 12,30 0,74
a, b, c dan d Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01)
Komposisi Kimia Susu Berdasarkan
Standar Kualitas Susu (Grade)

Lemak Protein Laktosa SNF TSL TPC Grade


Asal Sampel jt/ml
% % % % %

Petani Peternak 4.35c 3.00ns 4.54ns 7.95ns 12.30c 0.74a I

Pos Pengumpul 4.00b 3.00ns 4.56ns 7.94ns 11.95b 1.05b II

KUD 3.91b 2.99ns 4.55ns 7.94ns 11.85b 1.43c II

IPS 3.76a 2.98ns 4.55ns 7.97ns 11.70a 2.10d III

Rata-rata 4. 00 2.99 4.55 7.94 11.95 1.32

a,b,c dan d Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P < 0,01).
Perubahan Komposisi Kimia Susu
yang Terjadi Berdasarkan (Grade)

Persentase Perubahan
Lokasi Pengujian Susu Lemak TSL TPC
% % %
Petani Ternak – IPS 0,59 0,6 1,35
Petani Ternak – Pos Pengumpul 59,32 58,33 22,96
Petani Ternak – KUD 15,25 13,67 28,15
KUD - IPS 25,42 25,00 48,89
JALANNYA PENELITIAN
PENELITIAN 2

(Untuk mengetahui keterkaitan antara keragaman genetik


kappa casein dengan kadar protein susu sapi perah rakyat)

 Penelitian tentang keragaman genetik gen penyandi protein


κ-Cn pada sapi perah rakyat dengan teknik PCR dan RFLP
dibutuhkan 40 sampel darah untuk empat wilayah KUD.
 Semua sampel darah tersebut diperiksa di Laboratorium
Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
 Hasil Elektroforesis DNA produk digesti dianalisis
berdasarkan data sekuen kappa casein pada Gen Bank,
kemudian dihitung frekuensi alel dan genotipnya dengan
metode Hardy-Weinbergh Law.
TAHAPAN PENELITIAN KERAGAMAN GENETIK

Sampel darah sapi dari 4 wilayah KUD


(Karangploso, Dau, Pujon dan Ngantang)

Karakter Genetik

Koleksi Darah

Analisis Keragaman
Isolasi DNA Genetik

Elektroforesis Gel
Amplifikasi Gen k-Cn Agarose 1,5%

Digesti Gen k-Cn


Kadar Protein Susu dan Frekuensi alel A dan B
Kadar Frekuensi Alel
Asal Sampel
protein
% A B
KUD Dau 2,97 0,75ns 0,25ns
KUD Karangploso 2,91 0,90ns 0,10ns
KUD Pujon 2,98 0,57ns 0,43ns
KUD Ngantang 3,12 0,67ns 0,33ns
Kadar Protein Susu dan
Frekuensi Genotip AA, AB serta BB

Kadar Frekuensi Genotip


Asal Sampel protein AA AB BB
KUD Dau 2,9l 0,56ns 0,38a 0,06ns

KUD Karangploso 2,97 0,81ns 0,18b 0,01ns

KUD Pujon 2,98 0,32ns 0,49c 0,18ns

KUD Ngantang 3,13 0,45ns 0,44d 0,11ns


JALANNYA PENELITIAN

PENELITIAN 3

(Untuk mengetahui keterkaitan antara prevalensi mastitis subklinis


dengan jumlah bakteri dalam susu/TPC)

 Untuk penapisan mastitis subklinis terhadap sampel susu dengan


menggunakan 240 sampel yang tersebar di 6 wilayah KUD Jalur susu
Jawa Timur.

 Semua sampel susu tersebut diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi


Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

 Untuk menentukan prevalensi mastitis subklinis di beberapa wilayah


digunakan Uji Chi-Square, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara
prevalensi mastitis subklinis dengan jumlah bakteri digunakan uji korelasi.
UJI PREVALENSI MASTITIS SUBKLINIS
Ambing dengan
4 Kuartir

Uji Uji
MB MS

Koloni Positif Negatif


Bakteri MS MS

Bakteri Prevalensi Susu


Penyebab MS Berkualitas
MS

M S : Mastitis subklinis
M B : Mikrobiologi
Prevalensi Kejadian Mastitis Subklinis dengan
Pereaksi IPB-I pada Sapi Perah Rakyat

Lokasi Sampel +1 +2 +3 Negatif

Dau 40 4 16 3 17
Karangploso 40 2 20 5 13
Pujon 40 2 11 1 26
Ngantang 40 3 16 2 19
Batu 40 4 13 1 22
Jabung 40 3 17 2 18
HASIL INTERPRETASI UJI MASTITIS SUBKLINIS

7.5 ,+(1)

(Negatife)
48.8
37.9 ,+(2)

5.8 ,+(3)
Negatif = 48,8 Positif = 51,20
Agen Penyebab Kejadian Mastitis Subklinis
di Daerah Jalur Susu Jawa Timur

Stap. Strep. Bacillus Coco Lain-


Wilayah KUD
aureus (%) agalactiae (%) (%) bacilli(%) lain (%)
Dau 41,7 22,6 1.7 0,4 33,6
Kr.ploso 41,9 12,2 6,8 8,4 30,7
Pujon 48,1 0,0 4,0 3,7 44,2
Ngantang 44,7 1,8 3,2 2,4 47,9
Batu 56,3 2,5 2,5 2,5 36,2
Jabung 42,1 3,8 3,0 1,5 49,6
Jumlah Bakteri dalam Susu (TPC) dan
Prevalensi Mastitis Subklinis

Asal sampel dari Jumlah Bakteri (TPC) Angka prevalensi


KUD (%)
Dau 0,83ns 27,71ns
Karangploso 0,76ns 32,53ns
Pujon 0,79ns 16,86ns
Ngantang 0,57ns 22,85ns
Jumlah 2,95 100
JALANNYA PENELITIAN
PENELITIAN 4
(Untuk mengetahui perbedaan kualitas susu di tingkat petani ternak sesudah penerapan
adopsi inovasi pemanfaatan teknologi biogas dalam upaya peningkatan kualitas susu)

 Sampel menggunakan 78 petani ternak responden yang diambil


secara purposive sampling yang tersebar di lima wilayah KUD di
daerah Jalur susu Jawa Timur.

 Semua responden tersebut berasal dari petani ternak yang


tersebar di daerah jalur susu Jawa Timur (KUD Ngantang, KUD
Pujon, KUD Dau, KUD Karangploso dan KAN Jabung).

 Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif kuantitatif.


Instrumennya menggunakan kuesioner yang harus diisi oleh
petani ternak responden.
ALUR PIKIR PENELITIAN TAHAP IV
Penerapan
adopsi inovasi biogas
(sapi, feses, digister, gas, slurry)

Tingkat adopsi inovasi biogas


(innovator, early adopter,
early majorirty, late majority)

Karakteristik internal Karakteristik eksternal


(ketersediaan informasi, intensitas
(umur, pendidikan, usahatani,
penyuluhan, ketersedianaan sarana
keluarga, sumber informasi)
& prasarana)

Sifat-sifat inovatif
(relative advantage, compatibility,
complexity, triability, observability)
GAS METHAN YANG DIHASILKAN DARI BIOGAS
MILIK PETANI TERNAK SAPI PERAH RAKYAT
( Kapasitas Biogas Per 5 m³ )

Minyak tanah Rupiah yang


Penggunaan
yang dapat dapat dihemat
Gas (Jam)
dihemat (Liter) (Rp)
1–3 1 – 1,5 2.500 – 3.750

3–6 1,5 – 2,5 3.750 – 6.250

6–9 2,5 – 3,5 6.250 – 8.750

9 - 12 3,5 – 4,5 8.750 – 11.250


Data Rata-rata Komposisi Kimia Susu
yang Dianalisis Sesudah Pemanfaatan Teknologi Biogas

Kualitas Lemak Protein Laktosa SNF TSL TPC


susu (%) (%) (%) (%) (%) (juta/ml)
Sebelum 3.93a 2.98a 4.56a 7.96a 11.90a 3.88a
Adopsi Inovasi

Sesudah 4.27b 3.00a 4.54a 7.95a 12.21a 1.55b


Adopsi Inovasi
a,b superskrip menunjukan perbedaan yang nyata untuk kadar lemak
(P<0,05) dan sangat nyata untuk TPC (P<0,01)
Karakteristik Internal Petani Ternak Responden
Karakteristik responden Rerata Kriteria Skor
Umur (tahun) 50.4744 Petani tua 3
Tingkat pendidikan formal (tahun) 7.6154 Cukup lama 2
Pengalaman berusahatani (tahun) 19.3462 pengalaman 3
Jumlah tanggungan Keluarga (orang) 3.8718 sedang 2
Keuntungan relatif (%) 2.3462 sedang 2
Tingkat kesesuaian (nilai) 2.0385 sesuai 2
Tingkat kerumitan (nilai) 2.7949 Sangat rumit 1
Tingkat kemudahan untuk dicoba 1.9103 mudah 2
(nilai)
Kemudahan dilihat hasilnya (nilai) 2.000 mudah 2
Kemudahan dilihat hasilnya (nilai) 2.000 mudah 2
Jumlah 21
Keterangan :
Kriterianya cukup potensial skor 21( skor 16,67 – 23,32 )
Karakteristik Eksternal
Petani Ternak Responden

Kriteria Nilai
Karakteristik responden Rerata
Tingkat ketersediaan informasi biogas Cukup tersedia 2
(buah) 2.1538
Intensitas penyuluhan (kali) 10.2821 Tinggi 3
Ketersediaan sarana penunjang biogas Sangat tersedia 3
(buah) 2.8974
Kriteria Potensial 8
Keterangan :
Kriterianya potensial skor 8 ( skor 7,01 – 9,00 )
Distribusi Kategori Adopsi Inovasi Pemanfaatan
Teknologi Biogas di Daerah Jalur Susu Jawa Timur

Kategori Adopter Jumlah Persentase


(Jiwa) (%)
Innovator 8 10,25
Early adopter 30 38,46
Early Majority 27 34,61
Late Majority 13 16,66

Jumlah 78 100,00`
Grafik Distribusi Kategori Adopsi Inovasi Biogas
di Daerah Jalur Susu Jawa Timur

45
40 38,46
% jumlah adopter

35 34,61
30
25
20
15 16,66
10 10,25
5
0 0 0
0 1 2 3 4 5 6
Kategori adopsi
KESIMPULAN

KERAGAMAN MASTITIS
GENETIK SUBKLINIS

KUALITAS
SUSU

KUALITAS PETANI
LINGKUNGAN PETERNAK
SARAN
PENINGKATAN KUALITAS SUSU

SOCIETAL INDUSTRIAL PROFESIONAL


NEED NEED NEED

STANDARISASI REPLACMENT KESEHATAN INOVASI


PRODUK STOCK TERNAK TEKNOLOGI
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai