Anda di halaman 1dari 11

ATRESIA ESOFAGUS

Pendahuluan
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang sering tidak dapat dideteksi secara dini
sebetum terjadi komptikasi. Insidensi berkisar antara 1:3000 sampai 1:4500 per kelahiran hidup
dan hampir sepertiga jumlah tersebut lahir secara, dengan sedikit dominasi pada laki-laki

Hampir 50 % bayi dengan atresia esofagus memiliki kelainan pada organ Iain, dikenal sebagai
sindrom VATER. Kelainan tersebut dapat berupa:
• trisomi 13, 18, atau 21, gangguan pencemaan Iainnya seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenum, atau anus imperforata
• gangguan jantung seperti : defék septum ventrikel, tetralogi faltot, atau patent ductus
arteriosus
Etiologi
• Defek pada foregut primitif
• Gangguan perkembangan entodermal
• Penyatuaın inkomplit pada dinding samping foregut selama pemisahan trakea dan
esofagus

Kelainan ini sudah dapat dideteksi pada usia kehamilan 5 minggu menggunakan
ultrasonografı.
Klasifikasi

A) Atresia esofagus tanpa FTE , (B) Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal, (C) Atresia
esofagus dengan FTE distal , (D) Atresia esofagus dengan fistula ganda, proksimal dan distal terhadap fistula
trakeoesofagus, (E) Fistula tipe'H', fistula trakeoesofagus tanpa atresia, (F) Stenosis esofagus
Manifestasi klinis
- Jika kateter digunakan saat kelahiran untuk pembersihan jalan nafas, tidak dapat dimasukkan sampai lambung.
- Bayi akan mengalami kesutitan menelan saliva dan terjadi sekresi yang banyak hingga memerlukan penyedotan
(suctioning). Terjadi perbaikan setetah penyedotan tetapi keluhan dengan cepat berulang.
- Tidak terjadi muntah
- Tersedak, sianosis dan batuk saat disusui. Apabila terjadi aspirasi, neonatus dapat mengatami sianosis, takipncu dan
hipoksia. Jika fistula menghubungkan esofagus proksimal dnegan trakea, dengan mudah segera terjadi aspirasi
massif.
- Perut yang penuh dan distensi. Jika fistula menghubungkan trakea dengan esofagus distal, udara masuk abdomen
sehingga bunyi timpani dan bergerak sesuai pemafasan
Tata Laksana
• Tatalaksana tergantung dari tipe abnormatitas, apakah dapat langsung dilakukan repair
primer atau dilakukan tindakan bertahap dengan melakukan gastrostomi terlebih dahulu.
Manajemen Anestesi
• PREOPERATIF
Pada pasien yang akan ditatalaksana secara operatif, preoperatif perlu diperhatikan hal-hal
berikut:

-Hindari pemberian makan

-Penghisapan kontinyu

-Posisi kepala lebih tinggi

-Atasi pneumonia

Pemeriksaan rutin secara sistematis terhadap sistem organ sebelum operasi meliputi
respirasi, cardiovascular, GIT, Hematologi
INTRAOPERATIF
• Premedikasi :
Atropin (0,02 mg/kgBB iv) berfungsi untuk mengurangi reflek vagal, mengatasi efek hipotensi
dari agen inhalasi yang diberikan serta sebagai anti sialogogus yang baik.
• Induksi
Induksi anestesi dengan pemberian agen anestetik inhalasi. Setelah induksi dengan zat
inhalasi, pelumpuh otot non depolarisasi dapat diberikan. Monitoring selama operasi meliputi:
- Pulse oksimetri untuk memonitor oksigenisasi
- EKG
- Tekanan darah kontinyu dan analisa gas darah, hematokrit, glukosa dan elektrolit.
- Temperatur (Dipertahankan suhu tubuh sekitar 370c)
- Kebutuhan cairan dan darah
POSTOPERATIF
Analgetik pasca operasi, beberapa alternatifnya adalah :
• Acetaminofen : 10-20 mg/kg dapat diberikan setiap 4 jam
• Fentanyl 0,5 — 1.0 gr/kg iv per jam atau sesuai kebutuhan

Setelah repair atresia esofagus dengan atau tanpa fistel trakeoesofageal bayi masih
memerlukan bantuan ventilator postoperatif. Cairan intravena dan nutrisi parenteral
dipertahankan beberapa hari sampai anastomosis terbukti intak dan paten.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai