Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT

SESSION

STATUS EPILEPTIKUS
NADHIRAH BINTI SA'AN 1840312661

PRESEPTOR : dr. Rahmi Lestari Sp. A(K)


01
PENDAHULUAN
Berdasarkan PERDOSSI 2012, definisi status
epileptikus adalah bangkitan yang
berlangsung lebih dari 30 menit, atau Kejadian status epileptikus
adanya dua bangkitan atau lebih di mana di adalah 12 per 100.000 orang
antara bangkitan-bangkitan tadi tidak
tedapat pemulihan kesadaran.

Status epileptikus dapat


diklasifikasikan kepada status
epileptikus konvulsif (bangkitan
umum tonik klonik) dan status
epileptikus non-konvulsif
(bangkitan bukan tonik klonik).
• 1.2 Batasan Masalah
• Makalah ini membahas mengenai laporan kasus dan analisis kasus hingga penatalaksanaan awal kasus status
epileptikus dalam batasan pelayanan primer yang menjadi kompetensi dokter umum.

• 1.3 Tujuan Penulisan


• Laporan kasus ini ditulis untuk memahami lebih jauh mengenai status epileptikus pada anak dan
penatalaksanaan pasien status epileptikus di tingkat pelayanan primer.

• 1.4 Metode Penulisan


• Penulisan laporan kasus ini menggunakan pustaka yang merujuk pada beberapa buku, guidelines dan jurnal-
jurnal penelitian yang terkait dengan kasus yang dibahas.

• 1.5 Manfaat Penulisan


• Laporan kasus ini dibuat dengan harapan akan menambah pengetahuan dan memperluas pemahaman
mengenai status epileptikus bagi penulis dan seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di layanan primer. Serta
memberikan kontribusi ilmiah kepada institusi pendidikan dan instansi terkait.
02
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien

• Nama : R.P.S.
• Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
• Umur : 3 tahun 10 bulan
• Jenis kelamin : Perempuan
• Nama ayah / ibu : Tn. N / Ny. Y
• Alamat : Koto Naru Kubung Solok
• Tanggal ke RS : 15 Oktober 2019
• Tanggal pemeriksaan : 17 Oktober 2019
2.2 Anamnesis

Keluhan Utama
• Kejang disertai penurunan kesadaran sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


• Kejang disertai penurunan kesadaran sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Kejang dengan frekuensi 1x durasi 30 menit, mata melihat ke atas, lengan dan
tungkai menyentak-nyentak. Kejang berhenti setelah diberikan obat anti
kejang intravena 2x. Pasien tidak sadar setelah kejang, mengalami penurunan
kesadaran hingga saat ini, pasien tampak diam dan mengantuk. Kemudian
pasien dibawa ke RSUD di Solok dan dirawat selama 4 hari. Pasien seterusnya
dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil karena penurunan kesadarannya yang belum
pulih.
• Sebelumnya pasien batuk sejak 2 minggu yang lalu,
berdahak disertai pilek.
• Demam sejak 5 hari yang lalu, tinggi (tertinggi 39℃),
hilang timbul, tidak menggigil, tidak berkeringat.
• Sesak napas sejak 3 hari yang lalu, bunyi menciut, tidak
dipengaruhi oleh aktivitas.
• Kebiruan tidak ada.
• Pasien biasanya sadar setelah kejang, namun setelah
kejang saat ini pasien mengalami penurunan kesadaran.
• Pasien saat ini baru bisa miringkan tubuh dengan
dibantu orang lain.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Anak telah dikenal menderita epilepsi sejak usia 2 tahun 10 bulan,
rutin meminum obat asam valproat 2x5 ml dan fenitoin 2x5 mg.

Riwayat Penyakit Keluarga


• Kakek dan abang kandung pasien menderita asma
• Abang pasien menderita TB paru
Riwayat Persalinan

• Lama hamil : Cukup bulan


• Cara lahir : Spontan
• Ditolong oleh : Bidan
• Berat lahir : 3300 gram
• Panjang lahir : 59 cm
• Saat lahir : Langsung menangis
Kesan : Kelahiran normal
Riwayat Makanan dan Minuman

Bayi
• ASI : dari lahir sampai usia 17 bulan
• Susu formula : setelah 17 bulan
• Bubur susu : 3x sehari ½ porsi
• Nasi tim : 3x sehari ½ porsi

Anak
• Makan utama : nasi 3-4 x/hari, menghabiskan 1 porsi
• Daging : 1 x/minggu
• Ikan : 5-6 x/minggu
• Telur : 3 x/minggu
• Sayur : 5-6 x/minggu
• Ayam : 1 x/minggu

Kesan : Kuantitas makanan cukup, kualitas makanan cukup.


Riwayat Imunisasi
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat Keluarga
Riwayat Perumahan dan Lingkungan

• Rumah tempat tinggal : Rumah kontrakan, permanen


• Sumber air minum : Air galon dimasak
• Buang air besar : Jamban dalam rumah
• Pekarangan : Cukup luas
• Sampah : Dibuang ke TPS

Kesan : Higiene dan sanitasi baik


2.3 Pemeriksaan Fisik

Umum
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis cooperative
• Tekanan darah : 110/50 mmHg
• Frekuensi nadi : 110 x/menit
• Frekuensi napas : 22 x/menit
• Suhu : 37,3°C
• Edema : tidak ada
• Ikterus : tidak ada
• Anemia : tidak ada
• Sianosis : tidak ada
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 109 cm
BB/U : -2 SD sd +2 SD (berat badan cukup)
TB/U : -2 SD sd +3 SD (normal)
BB/TB : < -3 SD (gizi buruk)
Status Gizi : Gizi buruk
Khusus

Kulit : Tidak terdapat lesi dan kelainan, teraba hangat


Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : Bulat, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya (+/+),
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Napas cuping hidung tidak ada
Gigi dan mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Toraks
Paru
• Inspeksi : normochest, retraksi epigastrium tidak ada
• Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, Rh -/- , Wh -/-

Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS RIC V
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada
Abdomen
• Inspeksi : distensi tidak ada
• Palpasi : Supel, hepar teraba ¼ - ¼, lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung : Tidak terdapat kelainan


Genitalia : Tidak diperiksa
Anggota gerak : Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Neurologis

Fungsi motorik
• Reflex fisiologis: positif (+) pada keempat ektremitas
• -Reflex triceps (+/+)
• -Reflex biseps (+/+)
• -Refleks patella (+/+)
• -Reflex achilees (+/+)

Reflex patologis:
• -Reflex Hoffman dan tromner (-/-)
• -Reflex Babinski (-/-)
• -Reflex chaddock (-/-)
• -Reflex Oppenheim (-/-)
• -Refleks Gordon (-/-)
• -Refleks Schaefer (-/-)
Gejala rangsang meningeal

-Kaku kuduk (-)


-Brudzinsky I (-)
-Kernig (-)
-Brudzinsky II (-)
2.4 Pemeriksaan Laboratorium (15 Oktober 2019)

Hb : 11,4 gr/dl
Leukosit : 5780 /mm3
Trombosit : 403.000 /mm3
Hematokrit : 34 %
Hitung Jenis Leukosit : 0/0/1/32/57/10
Natrium : 137 Mmol/L
Kalium : 4,7 Mmol/L
Kalsium : 10,0 mg/dl
Klorida serum : 100 Mmol/L
Gula darah sewaktu : 70 mg/dl
Kesan : Hasil dalam batas normal.
2.5 Daftar Masalah
Kejang

2.6 Diagnosis Kerja


Riwayat status epileptikus
Riwayat kejang disertai penurunan kesadaran ec suspek meningitis
DD/ ensefalitis
Epilepsi umum simtomatik
2.7 Penatalaksanaan

- Makanan : IVFD KAEN 1B 500 cc / hari = 20 cc


MC soya 6 x 100 cc
- Pengobatan: As. Valproat 2 x 5 cc = 4 mg/kgBB/hari
Fenitoin 2 x 40 mg (po)
Paracetamol 4 x 120 mg (po)
Ceftazidime 4 x 600 mg IV
Gentamicin 2x 30 mg IV
Luminal 2 x 30 mg (po)
Objective/
2.8 Follow Up Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Jumat, 18 Oktober 2019 Frekuensi nadi : 86 x/menit
Subjective/ Frekuensi napas : 25 x/menit
Suhu : 36,8°C
• Demam tidak ada Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
• Kejang tidak ada ikterik
• Sesak napas tidak ada Mulut :Sianosis (-)
Cor : Irama regular, bising tidak ada
• Mual muntah tidak ada Pulmo : Suara nafas bronkovesikuler
• BAB dan BAK normal Rh -/- Wh -/-. Retraksi epigastrium (-)
• Nyeri tungkai bila digerakkan masih Abdomen : Distensi (-), BU (+), hepar
ada teraba teraba ¼ - ¼, lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
- Pengobatan:
• Assessment/
• - Riwayat status epileptikus As. Valproat 2 x 5 cc = 4 mg/kgBB/hari
Fenitoin 2 x 40 mg (po)
• Planning/ Paracetamol 4 x 120 mg (po)
Ceftazidime 4 x 600 mg IV
• - Pantau vital sign Gentamicin 2x 30 mg IV
• - Kontrol kejang Luminal 2 x 30 mg (po)

- Makanan
• IVFD KAEN 1B 500 cc / hari
• MC soya 8 x 125 cc
Objective/
Senin, 21 Oktober 2019
Keadaan umum : Sakit sedang
Subjective/ Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Demam tidak ada Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi napas :24 x/menit
• Kejang tidak ada Suhu : 37,0°C
• Sesak napas tidak ada Mata : Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
• Mual muntah tidak ada Mulut
Cor
: Sianosis (-)
: Irama regular, bising tidak ada
• Nyeri tungkai bila digerakkan Pulmo : Suara nafas bronkovesikuler
Rh -/- Wh -/-. Retraksi
• BAB dan BAK normal epigastrium (-)
Abdomen : Distensi (-), BU (+), hepar
teraba teraba ¼ - ¼, lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Assessment/
- Riwayat status epileptikus

Planning/
- EEG
- Makanan: IVFD KAEN 1B 500 cc / hari = 20 cc / jam
MC soya 8 x 125 cc

- Pengobatan:
• As. Valproat 2 x 5 cc = 4 mg/kgBB/hari
• Fenitoin 2 x 40 mg (po)
• Paracetamol 4 x 120 mg (po)
• Gentamicin 2x 30 mg IV
• Luminal 2 x 30 mg (po)
Objective/
Selasa, 22 Oktober 2019
Subjective/ Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/menit
• Demam tidak ada Frekuensi napas :22 x/menit
• Kejang tidak ada Suhu : 36,8°C
Mata : Konjungtiva tidak anemis,
• Sesak napas tidak ada sklera tidak ikterik
Mulut : Sianosis (-)
• Mual muntah tidak ada Cor : Irama regular, bising tidak ada
• BAB dan BAK normal Pulmo : Suara nafas bronkovesikuler Rh
-/- Wh -/-. Retraksi epigastrium(-)
• Nyeri tungkai bila digerakkan Abdomen : Distensi (-), BU (+), hepar teraba
masih ada teraba ¼ - ¼, lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
• Pasien telah di EEG
Assessment/
• - Riwayat status epileptikus

Planning/
- Rencana pulang hari ini
- Makanan : IVFD KAEN 1B 500 cc / hari = 20 cc / jam --> 8 tpm (makro)
MC soya 8 x 125 cc

- Pengobatan:
• As. Valproat 2 x 5 cc = 4 mg/kgBB/hari
• Fenitoin 2 x 40 mg (po)
• Paracetamol 4 x 120 mg (po)
• Gentamicin 2x 30 mg IV
• Luminal 2 x 30 mg (po)
03
ANALISIS KASUS
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 3 tahun 10 bulan
di Bagian Akut Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
dengan keluhan utama kejang disertai penurunan kesadaran
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

Kejang dengan frekuensi 1x durasi 30 menit, mata melihat ke


atas, lengan dan tungkai menyentak-nyentak. Kejang berhenti
setelah diberikan obat anti kejang intravena 2x. Pasien tidak
sadar setelah kejang, mengalami penurunan kesadaran hingga
saat ini, pasien tampak diam dan mengantuk. Anak telah
dikenal menderita epilepsi sejak usia 2 tahun 10 bulan, rutin
meminum obat asam valproat 2x5 ml dan fenitoin 2x5 mg.
3
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang
Dari hasil anamnesis dan berlangsung secara intermitten dapat berupa
pemeriksaan fisik dapat gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi,
motorik, sensorik, dan atau otonom yang
dididagnosis pasien telah
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
mengalami status epileptikus berlebihan di neuron otak.

Hal tersebut diduga disebabkan oleh


kemampuan membran sel sebagai
pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan,
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah
peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan berkurangnya inhibisi oleh
pada neuron-neuron dan mampu secara neurotransmitter asam gama amino
berurutan merangsang sel neuron lain secara butirat [GABA] atau meningkatnya
bersama-sama melepaskan muatan listriknya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam
glutamat dan aspartat melalui jalur
eksitasi yang berulang
Pasien telah dikenal dengan menderita epilepsi sejak 2 tahun 10 bulan
dan rutin meminum obat antiepilepsi. Maka pasien beresiko menjadi
status epileptikus.

Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang berisiko mengalami


status epileptikus yaitu epilepsi dan pasien sakit kritis. Sekitar 10-20%
penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status
epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE dapat merupakan
manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien baru epilepsi.
Kejang berhenti setelah diberikan obat anti kejang intravena 2x.
Kejang umum selayaknya konsep yang dipahami hingga kini
diartikan sebagai kejang yang muncul atau berasal dari hubungan
persarafan yang saling terkait di kedua hemisfer otak (walaupun
tidak melibatkan seluruh bagian korteks).
Pasien mengalami batuk dan demam sebelumnya serta
mengalami penurunan kesadaran setelah kejang. Maka bisa
dicurigai pasien mengalami epilepsi umum simtomatik karena pada
simptomatik terdapat lesi struktural di otak yang mendasari,
contohnya oleh karena sekunder dari trauma kepala, infeksi susunan
saraf pusat, kelainan kongenital, proses desak ruang di otak,
gangguan pembuluh darah diotak, toksik (alkohol, obat), gangguan
metabolik dan kelainan neurodegeneratif.
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium dasar
mengarahkan diagnosis kerja untuk ditegakkan pada pasien ini adalah
status epileptikus dengan penurunan kesadaran ec suspek meningitis
DD ensefalitis, dengan epilepsi umum simtomatik.
Pasien telah diberikan tatalaksana IVFD KAEN 1B 500 cc/hari untuk
mempertahankan kebutuhan cairan maintenans, fenitoin 2x40mg (po),
paracetamol 4x120 mg (po), ceftazidime 4x600mg IV, gentamicin 2x30mg IV dan
luminal 2x30mg (po).

Diberikan terapi kombinasi antiepilepsi apabila terapi menggunakan monoterapi


dengan obat-obat alternatif terbukti tidak efektif, namun terapi kombinasi
meningkatkan toksisitas dan dapat timbul interaksi antara antiepileptik.

Pada kasus status epileptikus disertai demam, dimana pungsi lumbal tidak dapat
dilakukan, maka kecurigaan meningoensefalitis akibat bakteri meningkat. Pasien
dapat diberikan terapi antibiotik dengan dosis adekuat selama 10-14 hari.
THANK YOU
T H A N K YO U F O R WAT C H I N G

Anda mungkin juga menyukai