Anda di halaman 1dari 41

1

Desain Penelitian
NS. RIZKY SETIADI, S.KEP., MKM.
2
Desain Penelitian

 metode yang digunakan peneliti untuk


melakukan suatu penelitian yang memberikan
arah terhadap jalannya penelitian
 Ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian
3
Desain Penelitian

 Mrpkan
karakteristik suatu penelitian yang
membedakannya dengan penelitian lain.
 Masalah penelitian mungkin saja sama, tetapi
desain penelitian dapat berbeda, karena desain
penelitian ditentukan oleh peneliti.
4
Desain penelitian menentukan:

1. Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap subjek


penelitian (melakukan intervensi atau observasi)
2. Jika peneliti melakukan intervensi terhadap subjek
penelitian, desain penelitian menentukan apakah ada
kelompok kontrol dalam penelitian dan bagaimana
menentukan efek intervensi
5
Desain penelitian menentukan:

3. Apa yang akan dilakukan peneliti thd data hasil penelitian


(menganalisis hubungan antar variabel atau hanya menampilkan
data scr deskriptif )
4. Metode u/ menentukan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen (retrospektif, potong lintang atau
prospektif )
5. Uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data
6
7
DESAIN CROSS SECTIONAL (POTONG LINTANG)

 Desainpenelitian observasional analitik yang


bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
variabel dimana variabel independen dan variabel
dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu
 Peneliti
tidak melihat hubungan berdasarkan
perjalanan waktu
Skema desain cross sectional 8
Penelitian dilakukan satu waktu
Faktor resiko (+)

Efek (+) Efek (-)


kasus / sakit / masalah Sehat / tidak mengalami
kesehatan dan masalah kesehatan dan
keperawatan keperawatan
Faktor resiko (-)
Efek (+) Efek (-)
Sehat / tidak mengalami
kasus / sakit / masalah
masalah kesehatan dan
kesehatan dan keperawatan
keperawatan

Penelitian terhadap faktor resiko (variabel independen) dan efeknya


(variabel dependen) dilakukan pada satu waktu, peneliti tidak melihat
hubungan sebab akibat berdasarkan perjalanan waktu
9
Contoh cross sectional

 Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap


perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di rumah sakit
x
 Variabel independen (Pengetahuan dan sikap ttg
pencegahan HIV/AIDS) dan variabel dependen (Perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS) di ukur dalam satu
satuan waktu.
10
Keuntungan desain cross sectional

 Waktu penelitian lebih singkat


 Biayalebih murah dibandingkan dengan penelitian
longitudinal
 Resiko drop out sampel lebih kecil
 Dapat digunakan untuk meneliti banyak variabel
sekaligus
11
Kelemahan desain cross sectional

 Tidak dapat menentukan hubungan variabel


independen dan dependen berdasarkan perjalanan
waktu
 Tidak efektif untuk penelitian dgn kasus yang jarang
terjadi. Penelitian cross sectional memerlukan jumlah
sampel yang cukup besar.
12
Desain kasus kontrol (case control)

 desain penelitian yang bertujuan mengetahui


hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen berdasarkan perjalanan waktu secara
retrospektif
 Hubungan antara faktor resiko dan efeknya ditentukan
berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif.
Skema desain case control 13
Kejadian di
masa lalu Penelitian mulai disini
Retrospektif

Faktor resiko (+) Case


kasus / sakit / masalah
kesehatan dan
Faktor resiko (-) keperawatan

Kontrol
Faktor resiko (+) Sehat / tidak mengalami
masalah kesahatan dan
keperawatan pada aspek
Faktor resiko (-) yang sedang diteliti

Variabel independen Variabel dependen


14
Contoh case control

 Hubungan kehamilan anemia terhadap kelahiran bayi


berat lahir rendah (BBLR)
 Peneliti memulai penelitian dengan membagi subjek
kedalam kelompok kasus (melahirkan bayi BBLR) dan
kelompok kontrol (melahirkan bayi normal)
 Peneliti mengidentifikasi adanya kejadian anemia (saat
hamil) pada kedua kelompok (secara retrospektif)
Skema penelitian 15
Kejadian di Penelitian mulai
Retrospektif
masa lalu disini

BBLR BB normal Total


(a) Anemia Case Kehamilan
Bayi lahir BBLR anemia
a b a+b
Kehamilan
(c) Tidak anemia
tanpa c d c+d
anemia

(b) Anemia Kontrol a+b+c


Total a+c b+d
Bayi lahir berat +d
(d) Tidak anemia badan normal

Variabel independen Variabel dependen


16
Keuntungan desain case control

 Mengetahui hubungan sebab akibat antara var.


independen dan dependen berdasarkan perjalanan
waktu (retrospektif)
 Dapat mengetahui faktor-fakor yang menyebabkan
suatu kejadian dalam satu kali penelitian
 Waktu penelitian tidak lama
17
Kelemahan desain case control

 Keabsahan data tentang kejadian masa lalu (faktor


resiko) diragukan jika hanya mengandalkan ingatan
 Peneliti
sulit mengendalikan variabel perancu yang
kemungkinan mempengaruhi hubungan variabel
independen dengan variabel dependen
 Tidakdapat digunakan untuk menelti lebih dari satu
variabel dependen.
18
Desain Kohort Prospektif

 Desainpenelitian yg bertujuan mengetahui hub


antara var.independen dan var.dependen
berdasarkan perjalanan waktu secara
prospektif
 Analisis
hubungan var.independen dan
var.dependen TANPA MELAKUKAN SUATU
INTERVENSI terhadap subjek penelitian
19
Desain Kohort Prospektif

 Peneliti
memulai penelitian dengan memilih
sampel penelitian yang tidak memiliki faktor resiko
dan efek yang ingin diteliti (bebas faktor resiko
dan efeknya).
 Secara alamiah sampel akan terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok yang memiliki faktor
resiko dan kelompok tanpa faktor resiko.
20
Desain Kohort Prospektif

Responden pada kedua kelompok


diikuti sampai kurun waktu tertentu
yang telah ditetapkan untuk melihat
efek (variabel dependen).
Skema desain kohort prospektif 21

Penelitia Subyek diikuti sampai Diamati efek setelah kurun


n mulai kurun waktu tertentu waktu tertentu
disini

Efek (+) kasus / sakit / masalah


kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (+)
Sehat / tidak mengalami
Efek (-)
masalah kesehatan dan
keperawatan
Sampel

Efek (+) kasus / sakit / masalah


kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (-)
Sehat / tidak mengalami
Efek (-) masalah kesehatan dan
keperawatan

Variabel independen Variabel dependen


Cat : Pengelompokan sampel terjadi secara alamiah
22
Modifikasi desain kohort prospektif

 Pada dasarnya penelitian klinis sulit dan


memerlukan cukup waktu untuk menghasilkan
individu dgn atau tanpa faktor resiko secara
alamiah
 Sehinggapeneliti dpt langsung mencari individu
dengan faktor resiko dan tanpa faktor resiko
 Desain spt ini disebut desain KOHORT BERGANDA
Skema desain kohort berganda 23

Penelitian Diamati efek setelah kurun


Subyek diikuti
mulai sampai kurun waktu waktu tertentu
disini tertentu
kasus / sakit / masalah
kesehatan dan keperawatan
Efek (+)
Sampel dengan
faktor resiko (+) Sehat / tidak mengalami
Efek (-) masalah kesehatan dan
keperawatan

Efek (+) kasus / sakit / masalah


Sampel dengan kesehatan dan keperawatan
faktor resiko (-)
Sehat / tidak mengalami
Efek (-) masalah kesehatan dan
keperawatan
Variabel independen Variabel dependen
Cat : Peneliti memilih sampel dengan faktor resiko (+) dan (-)
24
Contoh Kohort

 Pengaruh berat badan lahir rendah terhadap tumbuh


kembang balita
 Peneliti memulai dgn mencari bayi BBLR sbg kelp resiko (+)
dan bayi lahir BB normal sbg kelp resiko (-) 
var.independen
 Setiap bayi yg terpilih mjd sampel diikuti perkembangannya
dan diukur tumbuh kembangnya secara kontinyu sesuai
dengan periode waktu yang ditentukanvar.dependen
Skema penelitian 25
26
Keuntungan desain kohort

 Dapatmengetahui hubungan sebab akibat atau


hubungan kausalitas berdasarkan perjalanan
waktu secara alamiah
 Dapat digunakan untuk menentukan lebih dari
satu variebel dependen (efek) dalam satu
penelitian.
27
Kelemahan desain kohort

 Memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu


penelitian yang relatif lama
 Resiko
drop out dan loss of follow up sampel
cukup besar
 Biashasil penelitian cukup tinggi apabila peneliti
tidak mengidentifikasi dan mengendalikan
variabel perancu.
28
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF

 Mrpakan modifikasi dari desain kohort prospektif


 Digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen (faktor resiko) dengan variabel
dependen (outcome) berdasarkan perjalanan waktu
dimulai dari identifikasi faktor resiko sampai terjadinya
outcome, namun seluruh kejadian terjadi dimasa lalu
(retrospektif).
29
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF

 Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi var independen


(fak resiko)di masa lalu, kemudian membagi responden
menjadi kelp dgn fak resiko dan kelp tanpa fak resiko.
 Peneliti kemudian mengidentifikasi var dependen pada
kedua kelp berdasarkan perjalanan waktu yg terjadi
dimasa lalu
Skema desain kohort retrospektif 30

Saat ini

Efek (+) kasus / sakit / masalah


kesehatan dan keperawatan
Faktor
Sehat / tidak mengalami
resiko (+)
masalah kesehatan dan
Efek (-)
keperawatan
Sampel
kasus / sakit / masalah
Efek (+) kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (-) Sehat / tidak mengalami
Efek (-) masalah kesehatan dan
keperawatan

Variabel independen Variabel dependen


31
Penelitian Eksperimen

 Penelitian yg dilakukan dgn melakukan ujicoba/


intervensi atau manipulasi pd subjek penelitian
kemudian efek dari intervensi diukur dan dianalisis
 Kesimpulan didapat dgn membandingkan efek
perlakuan pd kelp subjek yang diberi intervensi dgn kelp
kontrol, atau membandingkan pada satu kelp antara
sebelum dengan sesudah perlakuan.
32
Penelitian Eksperimen

 Dalam disipline keperawatan, penelitian eksperimen


dilakukan untuk mengujicoba berbagai intervensi
keperawatan mandiri
 Ex : metode perawatan luka, komunikasi terapeutik,
pemberian posisi pasien, terapi aktivitas, range of
motion,pendidikan kesehatan dengan metode
inovatif , dll.
33
Eksperimen murni vs Kuasi eksperimen

Suatu penelitian eksperimen dikatakan murni apabila


memenuhi syarat :
 Terdapat randomisasi (rondom alokasi):
memasukkan sampel ke dalam kelp perlakuan dan
kelp kontrol secara random.
 Penggunaan kelp kontrol sebagai pembanding

Jika tidak maka kuasi eksperimen


34
Desain Eksperimen

Eksperimen Murni Kuasi Eksperimen

Pre and post test Pre test and post test


control group nonequivalent control group

Post test only Post test-only nonequivalent


control group control group

Solomon four Pre and post test without


group design control
Time series
35

Studi Kasus
NS. RIZKY SETIADI, S.KEP., MKM.
36

 Mengembangkan sebuah analisis mendalam dari sebuah kasus


yang tunggal atau ganda
 Studi/kajian mendalam terhadap kasus atau kasus-kasus
 studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu
fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan
(program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama
periode tertentu.
 Biasa digunakan dalam; Ilmu Politik, sosiologi, evaluasi, studi
masyarakat urban, dan ilmu sosial lainnya
37

 Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai


untuk penelitian kualitatif.
 Namun, penulis studi kasus dapat memilih pendekatan
kualitatif atau kuantitatif dalam mengembangkan studi
kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989)
mengembangkan studi kasus kualitatif deskriptif dengan
bukti kuantitatif.
38
Yang harus diperhatikan peneliti:

1. Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik.


2. Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari sebuah kasus
tunggal atau multikasus.
3. Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk
melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan
informasi tentang kasus dengan baik pula.
4. Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu
kasus tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat
mengembangkan sebuah matriks pengumpulan data dengan berbagai informasi
yang dikumpulkan mengenai suatu kasus.
5. Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat dari
aspek waktu, peristiwa dan proses.
39
Karakter Studi Kasus

 Fenomena yang bersifat kontemporer


 Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
 Menggunakan berbagai sumber data
 Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
40
Jenis Studi Kasus

1. Studi Kasus Tunggal


Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara
mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa
peristiwa dari sebuah fenomena
2. Studi Kasus Majemuk
Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan
generalisasi untuk lingkup yang lebih luas. Namun semakin banyak
jumlah kasusnya, maka akan semakin sedikit manfaat yang bisa
diperoleh dari pendekatan studi kasus
41
Langkah2 Penelitian Studi Kasus

1. Pemilihan Kasus
2. Pengumpulan data
3. Analisis data
4. Perbaikan (refinement)
5. Penulisan Laporan

Anda mungkin juga menyukai