Anda di halaman 1dari 27

ASPEK GENDER DAN KESEHATAN WANITA

DALAM KEPERAWATAN
DARI SUDUT PANDANG BUDAYA

Oleh:
Sumantri, APP, M.Kes

februari 2009 sumantri


Gender
• Keturunan= salah
• Jenis kelamin: ok
• Peran dan tanggung jawab sesuai dengan jenis
kelamin
• Perempuan: dapur, sumur dan kasur
• Isu kesetaraan gender
• Penjualan anak perempuan

februari 2009
PENDAHULUAN
• Studi kajian wanita berwawasan gender yang
bertitik tolak dari paham feminisme ingin
mengubah pemikiran yang menganggap bahwa
pria adalah pusat dan penentu segala aktivitas.
• Dengan demikian, aliran ini akan menempatkan
wanita sejajar dengan pria bukan subordinasi,
selain kondisi biologis yang memang tidak
tergantikan oleh pria
• Gender merupakan hasil pemikiran atau
rekayasa manusia yang biasanya menghambat
kemajuan wanita. Oleh karena itu, gender tidak
bersifat universal, bukan kodrat manusia dan
dapat berubah karena pengaruh perjalanan
sejarah, perubahan politik, ekonomi, social,
budaya, atau kemajuan pembangunan
PENDAHULUAN
• Hambatan fisik yang berkaitan dengan
kodrat dan keharusan wanita untuk
mengandung, melahirkan dan menyusui
merupakan penghalang utama bagi
mereka untuk aktif langsung secara terus
menerus dalam upaya pengembangan
diri.
• Akan tetapi, hambatan di atas sedikit demi
sedikit pudar meskipun belum semuanya.
• Perempuan mulai menyadari
keterbelakangannya dan menunjukkan
kemampuannya untuk duduk sama rendah
dan berdiri sama tinggi.
Pengertian Dasar Seputar Gender
• Gender adalah peran dan kedudukan
seseorang yang dikonstruksikan oleh
masyarakat dan budayanya karena seorang
lahir sebagai seseorang atau karena seseorang
lahir sebagai lalaki (Yulfira Rahardjo, 1996).
• Hal ini tidak sama antar negara tergantung
dari budaya yang ada di maing-maing negara
tersebut.

februari 2009 sumantri


• Bias gender adalah suatu pandangan yang
membedakan peran, kedudukan dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan (BKKBN,
2001).
• Kesetaraan/Keadilan Gender adalah suatu
kondisi yang sejajar dan seimbang secara
harmonis dalam hubungan kerja sama antara
laki-laki dan perempuan (BKKBN, 2001).
• Androgini adalah suatu pola pendidikan dan
pengasuhan anak yang tidak berbeda antara
anak laki-laki dan perempuan (BKBN, 2001).

februari 2009 sumantri


Factor Penyebab ketidakadilan dan
Ketidaksetaraan Gender di Indonesia
• Tata nilai social budaya masyarakat
masih bias gender,
• Peraturan dan tata hokum maih
mengandung bias gender
• Kebijakan dan program pembangunan
banyak belum responsive gender
• Persepsi dan persaingan antara kaum
perempuan sering merugikan terhadap
perjuangan keadilan dan kesetaraan
gender dalam masyarakat dan posisi
politik dan publik
Persepsi Laki-Laki Terhadap Perempuan
• The woman is the womb of man (objek seksual)
• Women like your shadow, follow her she flies, fly from
her she follows (jinak-jinak merpati/pengoda)
• Perusak prestasi pria (harta, tahta dan wanita---
penghambat kemajuan)
• Setinggi dan sepintar apapun seorang wanita tetap
akan kembali ke dapur, sumur dan kasur (kerja
domestic)
• Perempuan adalah makhluk lemah yang perlu
dilindungi, dikasihi dan disayangi (objek bukan subjek)
• Dale S Hardley membuat puisi tentang perempuan
sebagai berikut:
– The women was created by the rib of man
– Not from his head to be above him
– Not from his feet to left behind
– But from his side to be equal
– Near his arms to be protected, and
Trafficking Perempuan dan Anak
• Definisi: perpindahan orang secara rahasia dan
terlarang dengan melintasi perbatasan wilayah
(lokasi) dengan tujuan untuk memaksa orang-
orang tersebut masuk ke dalam situasi yang
secara seksual atau ekonomi bersifat menekan
dan eksploitatif dengan memberikan keuntungan
bagi yang merekrut, traffickers, dan sindikat
kejahatan (Deklaras Stockholm).
– Tier 1 : Negara maju----UU dan tindakan
– Tier 2 : Thailand dan Phillipines---UU ada dan
tindakan belum ada
– Tier 3 : Indonesia dan Malaysia---UU dan
tindakan belum ada
Jenis-Jenis Trafficking:
• Trafficking di sector domestic:
– Preoses adopsi (diangkat anak dan dijadikan pembantu atau
pekerja tanpa bayaran)
– Penyaluran tenaga kerja (PRT) melalui yayasan semua
– Kunjungan keluarga ke desa-desa dengan janji muluk-muluk
• Trafficking di sector ekonomi:
– Anak pekerja di jermal
– Pekerja di tempat hiburan (café, karaoke, pub, terselubung)
– Buruh perkebunan dan pabrik terpaksa
• Trafficking di sector industri seksual komersial:
– Dengan cara penipuan, rayuan, sampai hipnotis anak-anak
direkrut untuk menjadi pekerja seksual komersial. Tidak hanya
untuk keperluan antar daerah termasuk untuk keperluan antar
Negara (cross borders)
Masalah Penting Terkini
• Perdagangan anak dan perempuan
(trafficking)
• Tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak-anak
• Perlindungan terhadap pengungsi (perempuan
dan anak)
• Perlindungan tenaga kerja (dalam dan luar
negeri)
• Pornografi dan pornoaksi melalui media massa

februari 2009 sumantri


Kekerasan Terhadap Anak
• Kekerasan terhadap anak dapat berupa
kekerasan fisi, psikis, seksual dan ekonomi.
• Di Indonesia terdapat:
– 11.7 juta orang pekerja anak
– 50 ribu anak jalanan
– 4 ribu orang anak di penjara
– 425 orang anak terkena HIV/AIDS
– 30% pelacur perempuan adalah anak-anak

februari 2009 sumantri


Kekerasan terhadap Anak Laki
• Dalam keluarga / domestic (pembantu
perempuan,paman, saudara orang tua tiri)
• Di sector public (mandor, pengawas, guru
ngaji, guru sekolah, aparat)
• Dalam komunitas anak jalanan
• Dalam komunitas anak lapas
• Dalam komunitas budaya sifon

februari 2009 sumantri


Dampak Kekerasan terhadap Perempuan
• Gangguan jiwa berkepanjangan
• Perlu perawatan psikiatri 5 kali lebih
banyak
• Melukai, percobaan bunuh diri
• Melakukan usaha bunuh diri 5 kali lebih
tinggii
• Penyalahgunaan NPZA
• Kejang hysteria
• Penyesuaian seksual, vaginismus, frigid
Jenis Kekerasan Pada Perempuan:
• Kekerasan Seksual
– Memaksa melakukan hubungan
seksual
– Memaksakan selera seksual sendiri
– Tidak memperhatikan kepusan isteri
• Kekerasan Fisik
– Memukul/menampar
– Meludahi, menjambak
– Menyundut rokok
– Menendang
– Melukai dengan benda
• Kekerasan Ekonomi
– Tidak memberi nafkah
– Menelantarkan pendidikan anak
– Memakai unag isteri untuk berfoya-
foya
• Kekerasan Emosional
– Menghina, merendahkan
– Berbicara kasar/jorok
– Mengancam untuk memaksakan
kehendak
– Mengisolir isteri
Penentuan Keputusan
• Penentuan pasangan hidup
• Hubungan seksual
• Penentuan alat kontrasepsi
• Penentuan kehamilan
• Penentuan jumlah anak
• Penentuan jenis kelamin anak
• Penentuan pencarian pelayanan
kesehatan
Dampak Tindak Kekerasan Pada Wanita

• Kesehatan Fisik
– Perlukaan, perdarahan, cacat
– Trauma dalam
– Gangguan kesehatan reproduksi,PMS,
gangguan kehamilan, aborsi tidak
aman, gangguan hubungan seksual,
perlukaan vagina
– Untuk ibu hamil: perkembangan fisik
dan psikologis bayi dalam kandungan
dan setelah lahir
• Kesehatan Jiwa
– Depresi
– Cemas
– Phobia
– Psikosomatik
– Perilaku negative
– Untuk ibu hamil: gangguan depresi post
partum dan gangguan kepribadian anak
• Kesehatan Sosial
– Menyendiri/mengisolasikan diri
– Tidak percaya diri
– Dis-sosial
februari 2009 sumantri
Pendekatan Holistik dalam Penanganan
kekerasan pada Perempuan dan Anak
• Pendekatan fisik: pengobatan
perlukaan/cedera fisik, pengobatan
gangguan jiwa
• Pendekatan psikologis (psikoterapi):
terapi kognitif, terapi behavior, terapi
suportif, terapi religius
• Pendekatan social: manipulasi keluarga
(yang membuat trauma), membina
dukungan social dalam keluarga dan
lingkungan
• Pendekatan hokum: perlindungan hukum
Negara, hukum adat
GENDER DALAM KEPERAWATAN
• Keperawatan secara tradisional menekankan
hubungan anatara sosialisai feminism
(kewanitaan) dan ketrampilan merawat.
• Pemberian asuhan keperawatan dipandang
sebagai pekerjaan perempuan karena sifat-sifat
kewanitaannya.
• Nightingale sendiri mendefinisikan keperawatan
(merawat) sebagai ekspresi dari kodrat
perempuan yaitu keibuan dan suka merawat.
• Pekerjaan dari merawat digambarkan sebagai
tanggung jawab perempuan (feminism role) dan
perawat diharapkan dan patuh sesuai dengan
perilaku perempuan (Abraham, 1997).
KESEHATAN WANITA
• Adapun masalah kesehatan reproduksi yang
umum terjadi pada wanita adalah sebagai
berikut:
– Gangguan Haid/Keputihan
– Gangguan Kencing
– PMS/Pre Menstrual Syndroma
– Gangguan Hubungan Seks
– Gangguan Kehamilan
– Stress dan Depresi Postpartum

februari 2009 sumantri


• Kesehatan reproduksi merupakan salah
satu aspek yang erat kaitannya dengan
pekerja wanita.
• Berbagai indikasi medis yang terkait
dengan kesehatan reproduksi selalu
dianga\gap sebagai “penyakit bawaan
perempuan”. bahkan hak pekerja wanita
untuk mendapatkan cuti haid diabaikan.
• Padahal indikasi kesehatan reproduksi
dapat mengganggu produktivitas kerja
yang akan menurunkan produksi
(Harahap, 2001).
• Berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi,
pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang
tertuang dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun
1997 yang menyatakan bahwa “Pekerja wanita tidak
boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid”.
• Dalam GBHN tahun 1988 pada sector tenaga kerja point
10.b dinyatakan bahwa “Upaya perlindungan tenaga
kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat
kerja termasuk kondisi kerja, jaminan social,
keselematan dan kesehatan kerja serta pelindungan
kerja”.
• Upaya tersebut akan berdampak pada peningkatan
produktivitas kerja dan meningkatkan motivasi kerja
serta rasa jati diri yang tinggi

februari 2009 sumantri


• Suhartatik (2003), dalam penelitiannya tentang
“Hubungan gejala saat menstruasi dengan
produktivitas kerja perawat di ruang rawat inap RS
Panti Rapih Jogjakarta”, meneliti 30 perawat yang
bekerja di unit rawat inap RS Panti Rapih Jogjakarta,
• mengatakan bahwa sebanyak 70% mengalami
menstrusi yang teratur dan 30% mengalami mens
yang tidak teratur dengan rentang lama siklus
menstruasi antara 25 sampai dengan 30 hari.
• Adapun gejala yang dialami responden adalah:
83.3% mengalami kelelahan, 96.7% mengalami lesu,
87.6% mengalami sakit pinggang, 86.7% mengalami
sakit payudara, 93.3% mengalami sakit perut bawah,
73.4% mengalami sakit kepala, 36.7% mengalami
gejala kram perut.
• Gejala pskologis yang dialami meliputi: kurang
konsentarsi 80%, emosi labil 93.3%, cepat marah
90%, gelisah 63.3%, kehilangan control 33.4% dan
cemas 66.7%.
• Usaha-usaha yang dilakukan oleh perawat
untuk mengatasi gejala menstruasi adalah:
istirahat 40% dan minum obat sendiri 31.4%
serta membiarkan saja 25.7%.
• jenis-jenis obat analgetik yang digunakan
perawat untuk mengurangi gejala menstruasi
adalah: ponstan 54.54%, asam mefenamat
9.09%, mefinal 9.09%, analsik 18.18%. dari 30
• responden tersebut selama menstruasi
menyatakan dapat melakukan tugas dengan
baik sebanyak 85.7%, kurang baik 13.8% dan
tidak baik 0.5%.
• dengan demikian sebanyak 85.7% responden
menyatakan tetap produktif dalam bekerja
walaupun mereka mengalami gejala menstruasi.

februari 2009 sumantri


DAFTAR PUSTAKA
• Abraham, Charles. 1997. Psikologi Sosial untuk
Perawat. EGC. Jakarta.
• Anonym, 1996, Primary Colour: Sang Kandidat, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
• Damayanti R, 1996, Perbandingan Pola Menstrusi pada
Wanita Pekerja dan Tidak Bekerja, Skripsi, FK UGM,
Jogjakarta.
• Harahap SW, Keluhan Buruh Wanita yang Terabaikan, in
A:/.kesehatan reproduksi.htm, 8 Mei 2003.
• Suryani, 2003, Persepsi Senam Hamil pada Ibu Pekerja
dan Tidak bekerja di Poliklinik RS Dr. Sardjito
Yogyakarta, Skripsi, PSIK FK UGM, Jogjakarta.
• Suhartatik, 2003, Hubungan Gejala Saat Menstruasi
dengan Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat
Inap RS Panti Rapih Jogjakarta, Skripsi, PSIK FK UGM,
Jogjakarta.
• Sumijati, 2002, Manusia dan Dinamika Budaya, Biggraf
Publising, PT Bayu Indra Grafika, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai