1) Untuk menjunjung tinggi asas demokrasi tidak dapat didirikan hanya satu
partai.
2) Dianjurkan pembentukan partai-partai politik untuk dapat mengukur kekuatan
perjuangan kita.
3) Dengan adanya partai politik dan organisasi politik, memudahkan pemerintah
mudah untuk minta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan
perjuangan. ( Wilopo, 1978)
Maklumat Itu Kemudian Memunculkan Partai-partai Baru. Dari Sinilah Indonesiamulai
Mengubah Sistem Pemerintahan Dari Presidensial Ke Parlementer Yang Diawali Dengan
Kabinet Syahrir.
pada masa Demokrasi Liberal yang berlangsung dari 1950-1959. pada era itu ada
tujuh kabinet yang memegang pemerintahan, sehingga hampir setiap tahun terjadi
pergantian kabinet. Kondisi inilah yang menyebabkan stabilitas nasional baik di bidang
politik, ekonomi, sosial maupun keamanan terganggung. Kondisi ini membuat Presiden
Soekarno, dalam salah satu pidatonya mengatakan bahwa “ sangat gembira apabila para
pemimpin partai berunding sesamanya dan memutuskan bersama untuk mengubur partai-
partai”. Soekarno bahkan dalam lanjutan pidatonya menekankan untuk melakukannya
sekarang juga. Pernyataan Soekarno membuat hugungan dengan Hatta semakin renggang
yang akhirnya dwi tunggal mengaji tanggal ketika Hatta mengundurkan diri sebagai wakil
presiden. ( Anhar Gonggong, 2005)
Bahwa soekarno hatta merupakan pemimpin dengan dua tipe yang berbeda.
Herberth feith menyebutkan soekarno sebagai pemimpin yang bertipe silidarity
maker ( pembuat persaudaraan/persatuan). Soekarno berpendapat bahwa revolusi
itu belum selesai, sehingga perlu membuat simbol-simbol untuk menyatukan rakyat
untuk menjalankan revolusi. Sedangkan hatta oleh herberth feith disebutnya
pemimpin dengan tipe administrator. Hata berpendapat bahwa revolusi itu sudah
selesai, untuk itu kita harus segera membangun negeri ini dengan mecari solusi
agar pembangunan bisa berjalan dengan baik.
Indonesia menjalankan pemilihan umum pertama yang diikuti oleh banyak partai
politik. Pemilu 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di indonesia. Pemilu ini
dilaksanakan untuk memilih anggota Parlemen dan anggota Konstituante memberi
tugas untuk membentuk UUD baru menggantikan UUD Sementara. Kondisi ini
menambah ini menambah kisruh situasi politik pada masa itu sehingga mendorong
Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekret Presiden pada 5 Juli 1959. dekret
tersebut membawa Indonesia mengakhiri masa Demokrasi Parlementer dan
memasuki Demokrasi Terpimpin.
Membahas
tentang
Mengenai
Hikmah lagi