Anda di halaman 1dari 8

Bahwa periode antara tahun 1950-1959 dalam sejarah Indonesia

disebut sebagai sistem Demokrasi Parlementer yang memperlihatkan


semangat belajar berdemokrasi, sistem pemerintahan yang dibangun
mengalami kendala yang mengakibatkan jatuh bangun kabinet. Periode
ini disebut oleh Wilopo, salah seorang perdana menteri di era tersebut (
1952-1953 sebagai zaman pemerintahan partai-partai.
Namun demikian periode tersebut sesungguhnya tidak hanya
menampilkan segi negatif saja melainkan juga terdapat berbagai segi
positif sebagai bentuk pembelajaran berdemokrasi.
Ketika pemerintahan Republik Indonesia Serikat dibubarkan
pada Agustus 1950, RI kembal menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perubahan bentuk pemerintahan diikuti pula
dengan perubahan undang-undang dasarnya dari Konstitusi RIS
ke UUD sementara 1950. perubahan ke UUD sementara ini
membawa Indonesia memasuki masa Demokrasi Liberal. Masa
Demokrasi Liberal di Indonesia memiliki ciri banyaknya partai
politik yang berebut pengaruh untuk memegang tampuk
kekuasaan. Hal tersebut membawa dampak terganggunya
stabilitas nasional diberbagai bidang kehidupan.

perlu kalian ketahui bahwa sistem multi partai Indonesia diawali


dengan maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, setelah
mempertimbagkan usulan dari Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat. Pemerintah pada awal pendirian partai-partai
politik menyatakan bahwa penbentukan partai-partai politik dan
Organisasi Politik Bertujuan Untuk Memperkuatperjuangan Revolusi, Hal Ini Seperti
Yang Disebutkan Dalam Maklumat Pemerintah Yang Garis Besarnya Dinyatakan
Bahwa :

1) Untuk menjunjung tinggi asas demokrasi tidak dapat didirikan hanya satu
partai.
2) Dianjurkan pembentukan partai-partai politik untuk dapat mengukur kekuatan
perjuangan kita.
3) Dengan adanya partai politik dan organisasi politik, memudahkan pemerintah
mudah untuk minta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan
perjuangan. ( Wilopo, 1978)
Maklumat Itu Kemudian Memunculkan Partai-partai Baru. Dari Sinilah Indonesiamulai
Mengubah Sistem Pemerintahan Dari Presidensial Ke Parlementer Yang Diawali Dengan
Kabinet Syahrir.
pada masa Demokrasi Liberal yang berlangsung dari 1950-1959. pada era itu ada
tujuh kabinet yang memegang pemerintahan, sehingga hampir setiap tahun terjadi
pergantian kabinet. Kondisi inilah yang menyebabkan stabilitas nasional baik di bidang
politik, ekonomi, sosial maupun keamanan terganggung. Kondisi ini membuat Presiden
Soekarno, dalam salah satu pidatonya mengatakan bahwa “ sangat gembira apabila para
pemimpin partai berunding sesamanya dan memutuskan bersama untuk mengubur partai-
partai”. Soekarno bahkan dalam lanjutan pidatonya menekankan untuk melakukannya
sekarang juga. Pernyataan Soekarno membuat hugungan dengan Hatta semakin renggang
yang akhirnya dwi tunggal mengaji tanggal ketika Hatta mengundurkan diri sebagai wakil
presiden. ( Anhar Gonggong, 2005)
Bahwa soekarno hatta merupakan pemimpin dengan dua tipe yang berbeda.
Herberth feith menyebutkan soekarno sebagai pemimpin yang bertipe silidarity
maker ( pembuat persaudaraan/persatuan). Soekarno berpendapat bahwa revolusi
itu belum selesai, sehingga perlu membuat simbol-simbol untuk menyatukan rakyat
untuk menjalankan revolusi. Sedangkan hatta oleh herberth feith disebutnya
pemimpin dengan tipe administrator. Hata berpendapat bahwa revolusi itu sudah
selesai, untuk itu kita harus segera membangun negeri ini dengan mecari solusi
agar pembangunan bisa berjalan dengan baik.
Indonesia menjalankan pemilihan umum pertama yang diikuti oleh banyak partai
politik. Pemilu 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di indonesia. Pemilu ini
dilaksanakan untuk memilih anggota Parlemen dan anggota Konstituante memberi
tugas untuk membentuk UUD baru menggantikan UUD Sementara. Kondisi ini
menambah ini menambah kisruh situasi politik pada masa itu sehingga mendorong
Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekret Presiden pada 5 Juli 1959. dekret
tersebut membawa Indonesia mengakhiri masa Demokrasi Parlementer dan
memasuki Demokrasi Terpimpin.
Membahas
tentang
Mengenai

Hikmah lagi

Anda mungkin juga menyukai