Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN


Pengantar Pendidikan

Di Susun Oleh :
 Gagas Refanggas Rosadi
 Wiro
 Dewi
 Arik
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena makalah ini dapat selesai pada
waktunya. Tak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyelesaian makalah ini. Sebagai salah satu makalah yang membahas
tentang PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN , diharapkan bisa menjadi bahan
pembelajaran untuk ditelaah lebih lanjut dan dipelajari bersama.
Pendidikan dan pembangunan nasional merupakan salah satu materi pengantar
pendidikan dalam perkuliahan. Mahasiswa yang membaca malakah ini semoga bisa lebih
bertambah ilmunya, mengingat bahwa pendidikan di Indonesia masa kini punya banyak pro
kontra.
Berdasarkan sumber yang telah dihimpun, penulis mengambil topik pendidikan dan
pembangunan nasional yang juga sebagai judul dari makalah ini. Sebagaimana upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang terus berubah dari masa ke masa dan tidak pernah
selesai, demikian pula makalah ini nantinya memerlukan revisi guna lebih baik lagi. Oleh
sebab itu, saran-saran perbaikan dan masukan lainnya harap disampaikan kepada penulis.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi fungsinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang .................................................................................................... 1

B.      Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C.      Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................. 2

BAB II    PEMBAHASAN


A.    Eensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya .................................... 3

B.    Sumbangan pendidikan pada pembangunan ....................................................... 4


C.    Pembangunan system pendidikan nasional ......................................................... 5
D.    Pembangunan Nasional ....................................................................................... 7
E.    Penbangunan Indonesia Masa Kini ...................................................................... 8

F.   Lima Fokus Dalam Pembangunan Indonesia Dalam Lima Tahun Ke  Depan ……. 14

..
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan .......................................................................................................... 16

B.    Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan dan pembangunan nasional merupakan hal yang saling berkaitan. Kualitas
pendidikan di Indonesia akan sangat berpengaruh dalam majunya negeri ini.
Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya
mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan
bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang
sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus
penduduk memperhatikan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga
penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan
proporsi penganggur dari lulusan yang lebih rendah .
Dalam konteks pembangunan bangsa pendidikan hendaknya dipahami dalam dua
dimensi. Pertama, pendidikan harus dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat dan pada
gilirannya dapat mendongkrak kesejahteraan kehidupan bangsa. Pada dimensi lain,
pendidikan harus berkontribusi pada bidang-bidang pembangunan lain, sehingga tampak jelas
ketertautan atau kontribusi pendidikan terhadap bidang lain. Selama ini, ketertautan atau
kontribusi itu belum tampak benar, terutama dalam bentuk angka-angka kuantitatif
pertumbuhan ekonomi, baru pada tingkat analisis kualitatif. Oleh karena itu, salah satu
penyebab rendahnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia
karena kontribusi pendidikan belum tampak secara nyata dalam hitungan-hitungan (kalkulasi)
sektor ril terlebih Indonesia pada saat yang sama masih membutuhkan pembangunan
infrastruktur fisik.
Pada dasarnya pembangunan pendidikan difokuskan untuk memperluas kesempatan
memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat di setiap jenjang pendidikan hingga
SLTP, serta untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan perkembangan dunia
usaha. Disadari bahwa meskipun upaya perbaikan pendidikan telah berlangsung cukup lama,
namun mutu pendidikan selama ini masih belum memenuhi harapan.

1
B.                 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa pertanyaan yang terkait pendidikan dan
pembangunan nasional, yaitu:
1.     Apa esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya?
2.     Apa sumbangan pendidikan pada pembangunan?
3.     Bagaimana pembangunan sistem pendidikan nasional?
4.     Bagaimana Pembangunan Nasional ?
5.     Bagaimana keadaan Pembangunan Indonesia Masa Kini ?
6.      Sebutkan Lima Fokus Dalam Pembangunan Indonesia Dalam Lima Tahun Ke Depan ?
Tujuan Penulisan Makalah
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.
2.      Mengetahui sumbangan pendidikan pada pembangunan.
3.      Mengetahui pembangunan sistem pendidikan nasional.
4.      Mengetahui Bagaimana Pembangunan Nasional
5.      Mengetahui Bagaimana keadaan Pembangunan Indonesia Masa Kini
6.       Menyebutkan Lima Fokus Dalam Pembangunan Indonesia Dalam Lima Tahun

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah


peningkatan kualitas SDM. Peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya
pembangunan sistem pendidikan nasional.
Di dalam bagian ini akan dikemukakan tiga hal berturut-turut yaitu :
A.                Esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.
B.                 Sumbangan pendidikan pada pembangunan
C.                 Pembangunan sistem pendidikan nasional
A.    Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Menurut paham umum kata “pembangunan”lazimnya diasosiasikan dengan
pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya
pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi,
dan sejenisnya. Sedangkan hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara langsung
terlihat sebagai sasaran pembicaraan.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi
tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup,
jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius,
agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada
pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka dalam
ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga
sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun.
Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan
pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap
diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta
keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih
bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan
berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian, rasa bebas yang

3
bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan
bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak
orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana
lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing
dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.
Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha
ke luar dari diri manusia.
Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil
pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).

B.    Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan

Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dilihat.
Ada jarak yang panjang antara dimulainya proses  usaha denga tercapainya hasil.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi :
(a)    Segi sasaran
(b)    Segi lingkungan
(c)    Segi jenjang pendidikan
(d)    Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
1.      Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.

2.      Segi Lingkungan Pendidikan


Terdiri dari :
1)      Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral.
2)      Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing, untuk memperluas
bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.

4
3)      Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik memperoleh bekal praktis
untuk berbagai jenis pekerjaan.
3.      Segi Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan
menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya
berkualitas.
4.      Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang ekonomi, hukum,
sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan,
dan lain-lain.

C.   Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional

Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :


Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
Wujud pembangunan sistem pendidikan
1.                  Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Setiap  pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat
mendidik dan harus selalu mendidik. Bayi akan menjadi manusia jika melalui pendidikan
sedangkan manusia adalah satu – satunya mahluk yang dikaruniai potensi untuk selalu
menyempurnakan diri.
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk
mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas
teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena
pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa.
2.      Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat,
yaitu :
-          Aspek filosofis dan keilmuan
-          Aspek yuridis atau perundang-undangan 5
-          Struktur
-          Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi
a)      Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena
memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan,
kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan,
dan aspek yuridis.
b)      Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Bagi kita
pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini
menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan
sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan
loyal kepada penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan “praktek”,
demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder
theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang
pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para orang gila.
c)      Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya kebutuhan akan
penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru
tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat
dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan.
a)      Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih
komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan.
b)      Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No. 22/61.
Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal seperti :
(1)      Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan pemerintah dan
keputusan menteri.
(2)      Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional
(3)   Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam
menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah kepada keserasian
pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain
pada masa mendatang. 6
c)      Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti UU
Pendidikan yang lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa.
d)     UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan.
e)      Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang
yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
f)      Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya,
pendekatannya ataupun metodenya.

D.   Pembangunan Nasional

1.      Batasan
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktur produksi (pendapatan
nasional) struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan kerja) dan struktur lalu lintas
barang, jasa dan modal dalam hubungan internasional.
2.      Tujuan (masyarakat masa depan)
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai negara kesatuan
yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3.      Strategi pelaksanaan
Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30 tahun, baik jangka
panjang maupun jangka pendek, bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan
pembangunan bidang-bidang lainnya.
4.      Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
-          Bentuk pengamalan Pancasila
-          Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya
-          Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut
-          Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat
-          Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas sosial
5.      Asas :
Terdiri dari
7
-          Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
-          Manfaat
-          Adil dan merata
-          Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan
-          Mandiri
-          Hukum
-          IPTEK
6.      Kedudukan Pembangunan Pendidikan
Mencakup 7 bidang yaitu :
-          Bidang ekonomi
-          Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan
-          Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
-          Bidang IPTEK
-          Bidang hukum
-          Bidang politik
-          Bidang pertahanan dan keagamaan
Peranan pembangunan Nasional
1.      Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu pembatas
lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau tolak ukur kontribusi
keberhasilan fungsi pembangunan pendidikan nasional terhadap pembangunan nasional.
2.      Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional berupa
hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-bahan
E.       Pembangunan Indonesia Masa Kini

Pembangunan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan keadaan


negara yang sedang membangun itu sendiri. Banyak persoalan yang dihadapi oleh negara
Indonesia dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi
di Indonesia merupakan hal yang “berusia lanjut”, dapat dikatakan bahwa “pembangunan”
merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa Indonesia. Di Indonesia, masalah
penduduk tergolong sangat serius disamping merupakan negara yang relatif belum sejahtera
secara ekonomi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Kepadatan penduduk juga sangat
tinggi dan perkembangan penduduk yang tergolong sangat cepat.
Oleh karena itu, mengadakan pembangunan ekonomi di negara Indonesia merupakan suatu
keperluan yang sangat mendesak, yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran,
8
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengisi kemerdekaan dalam bidang politik
dengan pembangunan ekonomi. Pada saat ini, banyak para pemikir-pemikir ekonomi yang
memberikan kontribusi pemikirannya dalam berbagai aspek mengenai pembangunan
ekonomi untuk diterapkan di Indonesia. 
Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan terbelakang sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Sedikit demi sedikit namun pasti,
Indonesia mulai menyadari bahwa kemerdekaan politik saja tanpa dibarengi dengan
kemerdekaan ekonomi tidak akan banyak artinya. Ketidakstabilan politik akan menghambat
kemajuan ekonomi, namun sebaliknya ketergantungan di bidang ekonomi dapat
menimbulkan kerawanan politik di dalam negeri.
Dari sisi pembentukan modal, Nurkse (1963) menyebut adanya sebuah lingkaran
setan (vicious circle) yang menyebabkan Indonesia tidak mampu menggulirkan ekonomi di
atas kemampuannya sendiri. Dari mata rantai buruknya tingkat pendapatan, dilanjutkan oleh
ketidakmampuan menyisihkan tabungan dan rendahnya kapasitas pembentukan modal serta
efisiensi yang rendah. Urutan terakhir mata rantai tersebut adalah rendahnya pendapatan
perkapita penduduk yang dengan sendirinya dilanjutkan oleh rendahnya tabungan.
Michael P. Todaro hampir selalu mengidentikkan Dunia Ketiga (termasuk Indonesia)
dengan produktivitas sumber daya manusia yang rendah, kemiskinan, pertumbuhan penduduk
yang tinggi, tidak demokratis, feodal, dan cenderung militeristik, pasar yang tidak sempurna,
atau standar hidup yang rendah (Todaro, 1998). Begitulah lingkaran tanpa putus yang
menantang ahli-ahli ekonomi pembangunan dalam merumuskan exit strategy, sebelum
mendorong mereka mengejar negara-negara yang lebih maju.Karena itulah, dari pengetahuan
akan teori tersebut. Kita bisa melihat dalam sejarah pembangunan Indonesia dimana pada
tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai pro terhadap investasi asing dengan maksud agar
terdapat pembentukan modal yang lebih baik dan lebih banyak di Indonesia. Yang nantinya
diharapkan tingkat pendapatan per kapita meningkat dan masyarakat memiliki kemampuan
untuk menabung yang lebih baik dan diharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan.
Kita bisa melihat relevansinya terhadap pembangunan Indonesia, pada kala dipimpin
oleh Soeharto. Indonesia menjalankan proyek Repelita, dan secara jangka pendek. Indonesia
mengalami kenaikan pendapatan GDP dan terdapat full employment secara signifikan. Dan
sampai saat ini pun, konsep kenaikan investasi masih dilakukan oleh presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dengan tetap memperhatikan sektor-sektor yang tidak hanya ekonomi,
namun juga sektor sosial dan sektor politik. 9
Model Harrod-Domar, begitu juga teori-teori yang merupakan hasil kolaborasi model itu,
dibangun berdasar pengalaman negara maju. Harrod sendiri, menyadari benar hal itu
sehingga merasa perlu untuk membuat modifikasi agar modelnya bisa beroperasional di
negara terbelakang. Ia, melihat problem tabungan yang rendah di negara berkembang seperti
Indonesia bisa diselesaikan dengan ekspansi kredit bank dan penanaman modal otomatis dari
keuntungan di pasar modal.
Kita bisa melihat secara sekilas, bahwa di negara berkembang, kebutuhan investasi biasanya
memang lebih tinggi daripada kemampuan masyarakat membentuk tabungan. Karenanya,
campur tangan pemerintah menjadi mutlak diperlukan bila alternatif yang dipilih adalah
ekspansi kredit perbankan dengan tingkat suku bunga bersubsidi. Mungkin sedikit
menyimpang dengan model Harrod-Domar yang tidak memasukan variabel campur tangan
pemerintah.
Namun kita bisa melihat kondisi di Indonesia saat ini, bahwa pada tahun 2000-an. Indonesia
sudah masuk kedalam era rezim Reformasi dimana masyarakat yang memegang kendali atas
negara. Tetapi yang mengatur dalam investasi dan penanaman modal tetap pemerintah.
Termasuk Fiskal-Moneter nya. Karena itu, ketika Indonesia ingin lebih sejahtera dengan
investasi yang seimbang. Maka kebijakan pemerintah dalam mengatur investasi di Indonesia
juga harus diperbaiki terus sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Terlebih, pada 2014
besok. Akan diadakan pemilihan presiden, maka diharapkan pemerintah tetap menjalankan
posisinya sesuai dengan kondisi masyarakat, bukan atas dasar kepentingan politik semata.
Sampai di sini, logika dorongan besar (big push) Paul Rosenstein-Rodan tampaknya menjadi
pelengkap dengan jalan yang dibuka Harrod. Ia merekomendasikan satu model pembangunan
berimbang yang digerakkan oleh penanaman modal pada semua sektor sehingga terjadi
perluasan pasar secara serentak dan menyeluruh. Logikanya, satu sektor yang memproduksi
output tertentu dan bersifat pelengkap (komplementer) dengan output sektor lain akan bekerja
saling mendorong dan menciptakan daya beli.
Dengan demikian, teori pertumbuhan berimbang (balanced growth) yang dipromosikan oleh
Rosenstein-Rodan, Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar sektor modern tidak
boleh terlalu jauh meninggalkan sektor tradisional. Jika semua kondisi yang diidealkan
Nurkse terjadi, maka apa yang ia sebut sebagai vicious circle of poverty tidak akan menjadi
masalah lagi dalam proses capital formation.
Kita bisa melihat relevansinya bagi Indonesia pada proyek Repelita. Dimana pembangunan
Indonesia dibentuk menjadi sektor industrialisasi dan pro investasi besar-besaran. Tetapi
sektor itu berpijak pada pertanian dimana sektor itu merupakan sektor unggulan Indonesia 10
kala itu. Dan memang terjadi, ketika sektor pertanian itu tumbuh maka sektor lainnya akan
menjadi terdukung. Seperti pariwisata,dll. Jika kita melihat pada tahun 2013 saat ini.
Indonesia tetap berkembang pada sektor pertanian, namun sudah semakin luas. Dan relevansi
yang di bangun oleh teori pertumbuhan berimbang dipromosikan oleh Rosenstein-Rodan,
Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar sektor modern tidak boleh terlalu jauh
meninggalkan sektor tradisional untuk beberapa kawasan di Indonesia sudah terjadi.
Namun belum semua wilayah di Indonesia sudah seimbang, hanya di kota-kota pusat di
Indonesia yang biasanya sudah terjadi. Hal ini dikarenakan investor biasanya akan melihat
potensi wilayah dulu sebelum mereka benar-benar menginvestasikan modal mereka. Dan
memang benar, masih banyak kondisi di desa-desa terpencil yang belum sejahtera dan masih
berkutat dengan “lingkaran kemiskinan”.
Dan hal yang terjadi di Indonesia saat ini, bisa kita relevansikan terhadap konsep teori dari
Hirchman, dimana pembangunan pada dasarnya adalah rangkaian ketidakseimbangan
(disequilibrium). Secara sederhana, pola pikir perkembangan tidak berimbang ini menolak
keharusan investasi secara besar besaran untuk memompa setiap sektor ekonomi yang
memiliki pola hubungan komplementer. Dengan membuat skala prioritas investasi yang
tepat, perekonomian akan berputar terus dan proyek-proyek baru yang ia sebut sebagai
induced investment akan berjalan memanfaatkan eksternalitas ekonomi maupun social
overhead capital dari proyek sebelumnya. Bisa jadi, proyek yang telah di adakan di Indonesia
dari investor dan ternyata berjalan baik akan terus didukung. Namun tidak bagi wilayah yang
sekiranya tidak memiliki potensi ekonomi yang menguntungkan investor.
Seperti Hirchman, Rostow membuat sebuah idealisasi pembangunan yang bersifat
self-propelling dan bertumpu pada dua sektor; tradisional dan modern. Dan sebagai seorang
ahli sejarah ekonomi, konstruksi teoritik yang dibangunnya menunjukkan bagaimana Rostow
berpikir sangat linear dan percaya bahwa semua negara akan berkembang dalam sebuah
rentetan fase yang sama. Bagian paling penting teori Rostow yang membutuhkan penjelasan
di hampir seluruh bagian bukunya –ditambah sejumlah paper karyanya sendiri-- adalah
bahwa ia melihat perkembangan ekonomi berlangsung dalam lima tahap; tahap masyarakat
tradisional, tahap prakondisi menuju lepas landas, tahap lepas landas, tahap dorongan menuju
kematangan dan terakhir adalah tahap konsumsi massa tinggi.
Rostow mengklaim bahwa teorinya tentang lima tahap perkembangan masyarakat tersebut
lebih dari sebuah teori ekonomi tetapi juga sebuah teori mengenai sejarah masyarakat modern
secara keseluruhan. Klaim tersebut berangkat dari argumen Rostow sendiri mengenai ciri 12
masyarakat pada masing-masing tahap yang meliputi beberapa indikator ekonomi dan sosial
serta budaya. Dan yang terpenting adalah bahwa dia mengklaim diri telah menyusun sebuah
kerangka besar pengganti marxisme seperti tercermin dari judul bukunya; “a noncommunist
manifesto”, sebagai hal baru pengganti komunis yang ditulis Marx dan Engels.
Dan jika kita melihat relevansinya dengan Indonesia, bahwa pada saat ini Indonesia berada
pada posisi dimana menuju lepas landas. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi kita yang masih
belum baik dan juga sistem politik yang masih rentan terhadap kasus korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Hal ini merupakan sebuah hambatan bagi ekonomi Indonesia untuk lebih baik.
Jujur saja, bagi penulis merasa sesungguhnya memang tidak banyak penjelasan yang masuk
akal untuk meyakinkan bahwa masuknya ide-ide pembangunan Barat ke Indonesia sama
sekali tak membawa masalah. Wiarda (1988) menuding bahwa infiltrasi ide-ide
pembangunan ekonomi modern tersebut tak lebih dari strategi untuk menempatkan Dunia
Ketiga ( termasuk Indonesia ) di dalam orbit Barat. Celakanya, di beberapa bagian Dunia
Ketiga teori-teori tersebut justru digunakan untuk diturunkan menjadi formula-formula
kebijakan pembangunan tanpa menimbang variabel-variabel spesifik yang ada di masing-
masing negara Dunia Ketiga.
Karenanya, yang terjadi sesungguhnya bukanlah penyesuaian ide-ide pembangunan Barat
dengan konteks sosial politik Dunia Ketiga melainkan pemaksaan masuknya wilayah-wilayah
berkembang ke dalam bingkai dan parameter-parameter Barat. Satu doktrin yang disadari
atau tidak dari paradigma pemikiran pembangunan Barat adalah bahwa masyarakat manapun
bergerak dalam jalur dan pola-pola perubahan yang sama. Dan perubahan-perubahan itu
tidaklah memerlukan banyak penyesuaian dan pada dasarnya perubahan itu tidak pernah
menyakitkan.
Jika kita membuka mata sedikit tentang sistem ekonomi kita saat ini, pastilah kita bertanya
kenapa kok ya di Indonesia rawan sekali dengan adanya korupsi. Kenapa kok ya sudah
banyak orang yang membayar pajak, tetapi masih banyak orang mati kelaparan di pinggiran
wilayah terpencil di Indonesia. Dan kenapa hutang kita ( Indonesia ) bukan semakin sedikit.
Malah semakin banyak dan ada beberapa ekonom berpersepsi bahwa hutang Indonesia tidak
akan terbayar mungkin untuk 100 tahun mendatang. Ini merupakan problema tersendiri bagi
bangsa Indonesia tercinta kini.
Kita sudah dihadapkan terhadap banyak sekali teori ekonomi pembangunan modern
dari barat, dan secara signifikan ada yang memberikan kontribusi. Namun satu hal yang kita
kadang tidak sadari. Ketika kita mempraktekan teori yang berasal dari ekonomi 13
pembangunan modern dari barat, maka kita sudah berada dalam sistem di dalam orbit Barat.
Celakanya, di beberapa bagian Indonesia teori-teori tersebut justru digunakan untuk
diturunkan menjadi formula-formula kebijakan pembangunan tanpa menimbang variabel-
variabel spesifik yang ada di masing-masing wilayah Indonesia.
Akibatnya bisa kita rasakan saat ini, hutang luar negeri yang tidak kunjung hilang
justru bertambah. Tingkat kesejahteraan yang belum merata di seluruh Indonesia. Tingkat
investasi dan penanaman modal yang tidak seimbang yang mengakibatkan perbedaan
perkembangan daerah di Indonesia. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi pekerjaan rumah
bagi pemerintah di Indonesia kedepannya. Untuk tetap mengambil kontribusi pemikir
ekonomi pembangunan modern dan tetap mengambil sesuai dengan kondisi yang paling pas
pada Indonesia. Agar relevansi bagi Indonesia dapat lebih baik dan tidak menjadi
“bomerang” bagi Indonesia sendiri.

F.    Lima Fokus Dalam Pembangunan Indonesia Dalam Lima Tahun Kedepan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago menyampaikan beberapa


fokus pemerintah dalam pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan. Paparan tersebut
disampaikan oleh Menteri Andrinof dalam peresmian MarkPlus Center for Economy and
Business di Kantor MarkPlus, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Ada lima fokus dalam pembangunan Indonesia dalam lima tahun ke depan.
     Pertama, pemerintah fokus pada masalah pangan. Permasalahan pangan ini amat
penting karena hal ini di Indonesia dibayang-bayangi oleh potensi kelangkaan pangan.
"Masalahnya, lahan pertanian tidak bisa dikembangbiakkan. Ini menjadi salah satu
fokus kami dalam lima tahun ke depan," ujar Andrinof.
 Kedua, pemerintah juga memfokuskan pada masalah kelautan dan perikanan. Sebagai
negara dengan 70% wilayahnya berupa laut, Indonesia dihadapkan dengan
permasalahan sebagai negara bukan pengekspor ikan nomor satu di Asia. Padahal
potensi untuk menjadi nomor satu terbuka luas.
 "Selain itu, permasalahan kemiskinan juga masih menghinggapi para nelayan kita di
pesisir laut. Sayang sekali kekayaan besar ini besar tapi justru dinikmati oleh pihak
lain," kata Andrinof.
 Fokus keempat, terkait permasalahan industri. Menurutnya, belakangan ini, peranan
sektor industri tampak menurun. 14
 Kelima, pemerintah berusaha meningkatkan industri pariwisata. Pemerintah
menargetkan 20 juta kunjungan wisatawan asing sampai tahun 2019. Industri
pariwisata di Indonesia masih bisa untuk dikembangkan karena angka kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia hanya sepertiga dari kunjungan wisatawan
mancanegara ke Malaysia dan Thailand. "
Sektor pariwisata ini merupakan sektor yang memiliki tingkat kemudahan apabila
dibandingkan dengan sektor yang lain. Tinggal bagaimana memperbaiki infrastruktur wisata,
fasilitas dan cara memasarkannya," ujar Andrinof.
Ke depannya, Andrinof menjabarkan Indonesia harus menjadi negeri dengan struktur
ekonomi yang kuat dan kokoh dnegan usia produksi selama mungkin dan tumbuh secara
berkelanjutan.

15
BAB  III
PENUTUP

A.                KESIMPULAN

Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusianya, selanjutnya


manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran
lingkungan social yaitu diri manusia itu sendiri.
Jika manusia memiliki jiwa  pembangunan sebagai hasil pendidikan maka diharapkan
lingkungannya akan terbangun dengan baik.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari segi sasarannya, lingkungan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan sektor kehidupan.
Secara khusus sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah pembangunan atas
penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri.

B.               SARAN

 Bila pembangunan di Negara kita ingin maksimal, maka harus meningkatkan mutu
sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih maju.
 Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
 Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar menunjang peningkatan
mutu pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Diah, La Sula, Umar Tirtarahardja., Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta


https://www.academia.edu/9749816/Artikel_Pembangunan_Indonesia
http://marketeers.com/article/ini-dia-lima-fokus-dan-masalah-pembangunan-indonesia-saat-
ini.html

Anda mungkin juga menyukai