Anda di halaman 1dari 16

HUKUM LEGAL

ETIK PRAKTIK
KEPERAWATAN PROFESIONAL
PADA KASUS BAYI TABUNG
KELOMPOK

Arin Maya (17.005)


M. Rifandi (17.021)
Shilvia Dika S (17.027)
Sindy Yusika (17.028)
Viki Ardika N (17.034)
APA ITU
BAYI TABUNG
PENGERTIAN

Bayi Tabung/Fertilisasi-in-vintro
yang merupakan pembuahan sel telur
oleh sel sperma di dalam tabung petri.
Bayi tabung merupakan suatu
teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar
tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel
sperma dalam sebuah medium cair.
Macam-macam Proses Bayi Tabung

1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan


Suami-Isteri

2. Wanita Sewaan untuk Mengandung


Anak

3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang


Donor.

4. Munculnya Bank Sperma


Aspek Hukum Tentang Bayi Tabung
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap (Bayi Tabung):

a. Jika benihnya berasal dari suami istri

Jika transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri, maka


anak tersebut mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)
dari pasangan tersebut.
Jika transfer embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain
yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari
pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih.

Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami
dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui
tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
Aspek Hukum Tentang Bayi Tabung
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap (Bayi Tabung):

b. Jika salah satu benihnya berasal dari donor

Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat


dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan
persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi
dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah
terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika
embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari
pasangan penghamil tersebut.

Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.


Aspek Hukum Tentang Bayi Tabung
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap (Bayi Tabung):

c. Jika semua benihnya dari donor

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang


yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio
diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status
anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena dilahirkan
oleh seorang perempuan terikat dalam perkawinan yang sah.
Undang Undang Bayi Tabung
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam UU RI Nomor
36 Tahun 2009 pasal 127 tentang kesehatan yang berbunyi:

AYAT 1 AYAT 2
Upaya kehamilan di luar cara
alamiah hanya dapat dilakukan Ketentuan mengenai
oleh pasangan suami istri yang sah persyaratan kehamilan di luar
dengan ketentuan: cara alamiah sebagaimana
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dimaksud pada ayat 1 diatur
dari suami istri yang bersangkutan dengan Peraturan Pemerintah.
ditanamkan dalam rahim istri dari
mana ovum berasal
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu; dan
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan
tertentu
Aspek Budaya Terhadap Bayi Tabung

Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan


budaya dan tradisi kita. Pelaksanaan bayi tabung masih sangat
bertolak belakang dengan kehidupan sosial dan budaya di
Indonesia. Status anak adalah hal yang sangat penting dan akan
berpengaruh pada kehidupannya kelak.

Akan tetapi jika mengikuti peraturan yang berlaku maka Di


Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan
bayi tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan
ovum berasal dari pasangan yang sah.
Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung

Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sah dan
tidak di trannsfer kedalam rahim wanita lain walau istrinnya sendiri selain
1 pemilik ovum (bagi suami istri yang berpoligami) hukumnya adalah mubah
(Diperbolehkan)

Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari
2 donor, hukumnya adalah haram karena hukumnya sama dengan zina,
sehingga anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah.

Bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari suami istri yang
3 terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam proses bayi
tabung ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu genetic
Hukumnya Adalah haram walau dalam keadaan darurat sekalipun.
Aspek Etik (Moral)

Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro pada manusia, sebab


mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi
terhadap “karya Illahi”. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal
tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu
menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut
bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu
melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah menurut
agama.
Aspek Human Rights

Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah


satunya tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan
inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami
wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus
dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana ,hukum
agama, hukum kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di
Indonesia .
Dampak Bayi Tabung

Dampak bayi tabung positif


teknik bayi tabung yang dapat membantu pasangan suami-
istri untuk mendapatkan keturunan serta pemanfaatan bakteri dalam
rekayasa genetika sehingga dihasilkan insulin buatan.

Dampak bayi tabung negatif


Dampak negatif penerapan bioteknologi terdapat pada
berbagai aspek kehidupan seperti etika dan moral, lingkungan hidup,
sosial dan ekonomi serta kesehatan. Seperti menyisipkan gen
makhluk hidup ke dalam makhluk hidup lainnya (transplantasi gen)
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit untuk
diterima masyarakat.
KESIMPULAN
•Bayi tabung dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak ditransfer
embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu titipan) DIPERBOLEHKAN oleh
islam, jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan. Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.
•Bayi tabung dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh Islam. Hukumnya
sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama
dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.
•Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah (Sperma) dan Bank Ovum
untuk perbuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945. Juga bertentangan dengan norma agama dan moral, serta merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan.
•Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung
dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer kedalam
rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan
sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi
buatan pada manusia dengan sperma atau ovum donor.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai