Anda di halaman 1dari 19

Kerusakan Bentang Lahan dan Estetika Alam

• Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian, pembongkaran serta


pengangkutan suatu endapan mineral yang terkandung dalam suatu area
berdasarkan beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis dengan
menggunakan peralatan mekanis serta beberapa peralatan sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini.

• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan,
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
Studi Kelayakan Tambang
a) Aspek kajian teknis
 Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan.

 Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut sebagai data teknis dalam menentukan pilihan
sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah atau campuran

b) Aspek kajian nonteknis


 Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek ketenagakerjaan, aturan
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), sistem perpajakan dan retribusi, aturan administrasi
pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain.

 Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian aspek
hukum adat yang berlaku, pola perilaku, dan kebiasaan masyarakat setempat.

 Kajian pasar, berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakter pasar,

potensi, dan pesaing pasar.

 Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis yang berupa
estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum,
metode pendekatan yang dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback

Period.
 Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan Lingkungan).

“Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus

dipenuhi dan prasayarat untuk memperoleh IUP (Izin Usaha Pertambangan)


operasi produksi. Jika dipahami secara benar, studi kelayakan merupakan
dokumen penting yang berguna bagi berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha,
pemerintah, dan investor atau perbankan”
Karakteristik Pertambangan

 Bahan galian bersifat tak terbarukan (non-renewable) sehingga memerlukan sistem


pengelolaan yang baik dengan prinsip konservasi.

 Harus ditambang di tempat bahan galian tersebut ditemukan

 Cebakan bahan galian unik, tersebar tidak merata baik dari segi letak, bentuk, kuantitas, dan
kualitas.

 Proporsi/kadar bahan galian sangat kecil dibanding batuan penutupnya sehingga perlu digali
sejumlah besar batuan untuk bahan galian tersebut.

 Kegiatan pertambangan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan

 Risiko terutama pada tahap penyelidikan umum dan eksplorasi karena tingkat ketidakpastian
yang tinggi.

 Umumnya bahan galian memerlukan pasar internasional

 Umumnya merupakan pendorong pengembangan daerah

 Memerlukan investasi awal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama (umur
tambang bisa mencapai puluhan tahun).

 Seringkali memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengembangannya (sejak dari
ditemukan sampai produksi).
Dampak Pertambangan Terhadap Kerusakan Bentang Alam

Pada umumnya proses pembukaan lahan tambang dimulai dengan


pembersihan lahan (land clearing) yaitu menyingkirkan dan
menghilangkan penutup lahan berupa vegetasi kemudian dilanjutkan
dengan penggalian dan pengupasan tanah bagian atas (top soil) atau
dikenal sebagai tanah pucuk. Setelah itu dilanjutkan kemudian dengan
pengupasan batuan penutup (overburden), tergantung pada kedalaman
bahan tambang berada. Proses tersebut secara nyata akan merubah
bentuk topografi dari suatu lahan, baik dari lahan yg berbukit menjadi
datar maupun membentuk lubang besar dan dalam pada permukaan
lahan khususnya terjadi pada jenis surface mining.
1. Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan


dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi
kegiatan pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya
vegetasi akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati
(biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi
terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.
2. Perubahan Topografi

 Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah


tambang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang
karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden)
dan pembangunan infrastruktur. Hal ini sering menjadi masalah pada
perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan

 Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang tidak


teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran
permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang
membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah
akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan
yang semula.
3. Kerusakan Tubuh Tanah

 Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan

kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan

tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga

akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah

 membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden)

menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi

terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan

dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan

logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun

berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan.


Upaya Pengelolaan

1. Revegetasi Tanaman Lokal

 Dengan menggunakan tanaman lokal juga merupakan upaya untuk menjaga


kelestarian hayati. Ada sekitar 45 jenis tanaman lokal yang mampu tumbuh di
kawasan bekas tambang seperti Laban (Vitex pinnata), Kerumbi (Homalanthus
populheus), Merambung (Vernonia arborea), dan lain-lain. Jenis pohon yang
sering dipakai untuk penghijauan kembali adalah akasia dan minyak kayu
putih, seperti yang diterapkan oleh PT Bukit Asam. Selain dengan penanaman
pohon, perlu ditambahkan unsur lain seperti pupuk kompos untuk
mempercepat pertumbuhan pohon.
Gambar : PT INCO (Sorowako)
2. Bersinergi Dengan Alam
 Rehabilitasi pascatambang dengan kombinasi antara upaya manusia dengan
kekuatan alam menjadi sinergi yang sangat bagus untuk pemulihan lahan
pascatambang.

 Lahan tambang yang merupakan kawasan hutan dalam bentuk pinjam pakai
area merupakan alasan utama konsep tersebut. Lahan yang mengalami
degradasi seperti kehilangan material berupa kayu-kayu hasil land clearing bisa
diolah untuk memperbaiki kualitas tanah. Cara lain konsep ini juga bisa berupa
penanaman buah-buahan dengan maksud mengundang kehadiran burung dan
kelelawar yang diharapkan dapat membawa benih dari hutan yang tersisa di
sekitar kawasan tambang sehingga nanti benih yang dibawa oleh burung dan
kelelawar dapat tumbuh di daerah bekas tambang.
3. Pemanfaatan Mikroorganisme

Salah satu mikroorganisme yang mendominasi dalam ekosistem tanah yang dapat
memperbaiki fungsi lahan adalah fungi atau jamur. Beberapa fungi juga mampu
membentuk asosiasi ektotropik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan. Fungi
dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam ke tubuh tanaman yang
tumbuh di atas tanah tersebut. Tiga kelompok fungi tanah yang dapat membantu
memperbaiki keseimbangan lahan adalah Aspergillus, Euphenicillium dan
Penicillium. Upaya ini bagus untuk dicoba karena karena fungi memiliki
keistimewaan, yaitu adaptif terhadap berbagai kondisi tanah dan memiliki
kemampuan menguraikan bahan organik dan membantu proses pembentukan
mineral di dalam tanah,
4. Fitoremediasi

Fitoremediasi adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki

keseimbangan lahan yang melibatkan tanaman berklorofil. Teknik fitoremediasi ini

sebagai penyerap kandungan polutan pada tanah dan air melalui tanaman

berklorofil tersebut. Dengan teknik ini, kandungan polutan pada Air Asam Tambang

(AAT) dapat dikurangi dengan penyerapan logam berat melalui akar tanaman.

Teknik ini juga disebut sebagai sistem rawa buatan. Tanaman yang sering

digunakan pada fitoremediasi ini adalah eceng gondok karena mudah didapatkan

dan pertumbuhan cepat. Fitoremediasi patut untuk dicoba karena harga lebih

ekonomis dan efektif serta dapat dipadukan dengan kapur untuk meningkatkan pH.
5. Tempat Wisata
Contoh lubang bekas tambang yang disulap menjadi tempat wisata adalah dengan
dijadikan kolam ikan yang menampung berbagai jenis ikan. Contoh lainnya sebagai
wahana olahraga air. Sebelumnya air dalam lubang bekas tambang dilakukan
pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan pengaruh logam berat. Wisata
lubang bekas tambang dapat dimanfaatkan sebagai pendapatan daerah dan
memberikan akses bagi warga sekitar untuk mendapatkan penghasilan dengan
menyediakan barang dan jasa di tempat wisata sehingga dapat membantu
perekonomian warga.
Lubang bekas tambang di Bangka
Bukit Jaddih, Bangkalan, Madura
Lubang Tambang Mbah Suro (Bekas tambang batubara)

Anda mungkin juga menyukai