Anda di halaman 1dari 46

Rapat koordinasi penanganan pengaduan

Tidak
dengan bagian yang menangani
Langsung
Penerimaan pengaduan, Penegakan Kode Etik,
Kepegawaian, dan bidang teknis yang
Pengaduan berhubungan dengan substansi
Langsung pengaduan

Awal (syarat Bukan Klarifikasi kepada


subjektif dan pelanggaran pengadu
objektif) kode etik
Pemeriksaan
Lanjutan
pengaduan Surat Rekomendasi
Pelanggaran
(alat bukti pelaksanaan sidang
dan barang kode etik
Etik
bukti)

Pemanggilan Rapat persiapan Surat perintah


para pihak pelaksanaan
sidang etik sidang etik

Tidak terbukti Rehabilitasi


Rapat Pleno melanggar terperiksa
Sidang Etik Penetapan
Keputusan
Terbukti Rekomendasi
melanggar sanksi etik
Sanksi moral
Penjatuhan sanksi etik oleh
Rekomendasi sanksi pejabat Pembina kepegawaian
disiplin/proses pidana
PELAYANAN PENGADUAN
1. UU No.12 /1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14 ayat 1e
2. UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik, khususnya Pasal 14 dan 15
mengenai hak dan kewajiban bagi penyelenggara Pelayanan Publik
3. UU No.14/2008 tentang keterbukaan Informasi Publik
4. UU No. 37/2008 tentang Ombudsman
5. Inpres No.9/2011 tentang Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi Tahun
2012
6. Inpres No.17/2011 tentang Aksi Pemberantasan Korupsi Tahun 2012
7. Inpres No.01 Tahun 2013 Tentang Aksi Pemberantasan Korupsi Tahun
2013
8. Permen PAN No.KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Indek
Kepuasan Masyarakat
9. PermenKumham No.25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Pengaduan
dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Keterbukaan

Kemitraan Kerahasiaan

Prinsip Dasar
Independensi Objektif
YANDU

Responsif Kompeten
Cepat,
sederhana
dan murah
PENGORGANISASIAN
UNIT LAYANAN PENGADUAN (ULP)

Unit Layanan Pengaduan dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala satuan kerja
(Dirjen Pemasyarakatan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala UPT
Pemasyarakatan) dan bersifat adhoc.

ULP terdiri dari :

1. Ketua Unit Layanan Pengaduan


Adalah pejabat yang ditunjuk oleh Ka.Satker untuk mengkoordinir
laporan, melakukan klasifikasi pengaduan dari pelapor dan
menindaklanjuti laporan pengaduan.

2. Petugas Penerimaan Pengaduan dan Pencatatan


Adalah staf yang ditunjuk untuk menerima dan mencatat pengaduan.

3. Tim Investigasi Pengaduan


Adalah tim yang ditunjuk oleh Ka.Satker berdasarkan objek pengaduan,
kompetensi dan bebas dari konflik kepentingan.
Pihak Terlibat Peran

Peran dari pelapor adalah melaporkan adanya dugaan:


a. Ketidaknyamanan pelayanan Pemasyarakatan
b. pelanggaran kode etik Pegawai;
c. pelanggaran disiplin Pegawai; dan
d. tindak pidana,
yang dilakukan oleh Pegawai di lingkungan Kementerian Hukum
Pelapor
danHak Asasi Manusia (menurut Permenkumham No. 25 Tahun 2012
tentang Penanganan Laporan Pengaduan di Lingkungan Kementerian
Hukum dan HAM), dan
Pihak pelapor bisa berasal dari internal maupun eksternal lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah (Divisi
Pemasyarakatan) dan UPT PAS.
Pihak Terlibat Peran

Peran dari Petugas Penerimaan dan Pendaftaran adalah :


a. Menerima Pelapor/Pengadu;
b. Mencatatkan identitas ke dalam buku tamu;
c. Mengarahkan Pengadu ke Ruang Pengaduan
Petugas Penerimaan d. Menerima pengaduan dari pelapor;
Pengaduan dan e. Memverifikasi syarat subjektif dan syarat objektif dalam
Pencatatan laporan pengaduan;
f. Mengumpulkan data atau keterangan lainnya yang
relevan dengan Pelapor;
g. Melakukan klasifikasi pengaduan berdasarkan jenis
pengaduan dan kewenangan penyelesaian pengaduan
Pihak Terlibat Peran
a. menerima laporan pengaduan dari petugas Penerimaan
pengaduan yang telah dikelompokkan
b. mempelajari laporan pengaduan serta investigasi guna
mencari fakta dan bukti terkait dengan pengaduan yang
dilaporkan
c. melakukan analisa kasus berdasarkan fakta dan bukti
yang ditemukan dalam Investigasi
d. melakukan rapat koordinasi dengan unit kerja lain yang
Tim Investigasi
lain
e. menyusun berita acara dan Laporan Hasil
Penyelesaian pengaduan kepada Kepala Satker
f. berdasarkan disposisi Kepala Satker menyampaikan
Laporan Hasil Penyelesaian Pengaduan kepada para
pihak
g. berdasarkan disposisi Kepala Satker melakukan
Pihak Terlibat Peran
Peran dari Kepala satuan Kerja adalah:
a. Menyediakan sarana pelayanan pengaduan dan
Whistleblower system berbasis IT berupa komputer yang
tersambung secara online melalui jaringan internet yang
mudah diakses oleh masyarakat;
b. Menyediakan sarana pengaduan berupa kotak pengaduan
dan tempat menerima pengaduan secara langsung di
masing-masing satuan kerja;
Kepala Satuan Kerja c. Menetapkan tim investigasi pengaduan
d. Memberikan disposisi terkait investigasi pengaduan
sebagai langkah pengumpulan alat bukti dan barang bukti
;
e. Menerima berita acara dan laporan hasil penyelesaian
pengaduan dari ULP;
f. Mengambil langkah-langkah teknis dan menindaklanjuti
Jenis Uraian Standar
No Ket
Tenaga Pekerjaan kompetensi
1 Ketua Unit  mengkoordinir laporan  Minimal tingkat pendidikan Merangkap
Layanan  melakukan klasifikasi S1 atau sederajat anggota tim
Pengaduan pengaduan dari pelapor  Pernah mendapatkan Investigasi
(1 orang)  menindaklanjuti laporan
pelatihan terkait standar
pengaduan
pelayanan pengaduan

2 petugas  menerima dan mencatat  Minimal tingkat pendidikan


penerimaan pengaduan dari pelapor SMA
pengaduan  melakukan verifikasi  Mampu mengoperasikan
minimal 1 orang pengaduan dari pelapor
computer

3 petugas  Mengumpulkan bahan dan  Minimal tingkat pendidikan


investigasi keterangan/ informasi D3
minimal 3 orang terkait pengaduan  Memiliki kemampuan
 Menyusun laporan
analisis, wawancara,
pengaduan
 Menyusun laporan tindak verifikasi dan investigasi
lanjut pengaduan  Pernah mendapatkan diklat
audit investigasi
Ada identitas pengadu/pelapor yang jelas, yaitu sekurang-kurangnya
meliputi nama, alamat dan nomor telepon

Ada substansi yang jelas terkait dengan dugaan pelanggaran yang meliputi nama Iengkap,
jenis kelamin, unit kerja, jenis pelanggaran yang dilakukan dan jabatan petugas yang diduga
melakukan pelanggaran

Adanya kronologis kejadian yang jelas dan sistematis dengan


menyebutkan waktu dan tempat kejadian

Ada surat kuasa dari pengadu kepada pihak lain apabila diwakilkan

Dalam hal pengaduan tidak dilengkapi dengan identitas namun syarat


lainnya terpenuhi maka petugas layanan pengaduan dapat
menindaklanjuti pengaduan tersebut
 Tidak ada keterangan yang jelas terkait substansi
dan kronologis kejadian

 Peristiwa/kejadian sudah lewat dari 2 (dua) tahun


terhitung sejak tanggal diterimanya pengaduan

 Sudah pernah dilakukan klarifikasi baik oleh


Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan maupun UPT Pemasyarakatan
PROSES PENANGANAN PENGADUAN

Perbaikan
Layanan PAS

Penyampaian Laporan LHP


Rapat koordinasi,
penyusunan LHP
Pelanggaran

Investigasi
Etik
Penerimaan,
Penganduan pendaftaran,
verifikasi,
klasifikasi Pelanggaran
PP 53/2010

Pelanggaran
pidana

Klarifikasi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.HH-01.OT.02 Tahun 2009 tanggal 13
Januari 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.PW.01.01
Tahun 2011 tanggal 05 Oktober 2011 tentang Pegawasan Intern Pemasyarakatan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
KODE ETIK
nilai moral yang menjadi pedoman beretika bagi Pegawai
Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pemasyarakatan

KODE PERILAKU
ketentuan mengenai Kewajiban dan Larangan sebagai
panduan bagi Pegawai Pemasyarakatan sesuai nilai moral
dalam Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan

PEGAWAI PEMASYARAKATAN
pejabat fungsional penegak hukum di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
menjalankan tugas dan fungsi di bidang pemasyarakatan
Mengarahkan petugas bagaimana seharusnya bersikap dan
bertingkah laku

Membantu mendorong terciptanya lingkungan yang tertib dan


mencegah terjadinya penyimpangan

Menjamin kualitas pelayanan pemasyarakatan di mata publik

Melindungi petugas pemasyarakatan dari pembuktian dan


penjatuhan sanksi yang lebih berat berdasarkan PP 53 Tahun 2010
PP 53 TAHUN 2010 KODE ETIK PNS KUMHAM KODE ETIK PETUGAS
PEMASYARAKATAN
Mengatur secara umum Mengatur secara umum Mengatur kode etik petugas
kewajiban dan larangan kode etik PNS di seluruh pemasyarakatan yang tugas
untuk PNS K/L unit eselon I Kumham dan fungsinya khusus,
berbeda dengan unit eselon I
lainnya di Kumham

Sanksi disiplin Sanksi Moral - Sanksi Moral


-Rekomendasi sanksi disiplin
sesuai dengan PP 53/2010
-Rekomendasi proses Pidana
Diberlakukan bagi Diberlakukan hanya bagi Diberlakukan hanya kepada
seluruh PNS di pegawai yang tidak petugas pemasyarakatan
Indonesia melakukan tugas teknis
seperti di pemasyarakatan
Mekanisme Mekanisme penegakannya Mekanisme penegakannya
penegakannnya dengan belum jelas diatur meliputi pengaduan,
pembuktian dan sidang pemeriksaan awal,
disiplin pemeriksaan lanjutan,
pembentukan ME, sidang dan
penjatuhan / rekomendasi
sanksi
Takwa Nilai Kerohanian
Adil
Nilai Kejiwaan Bijaksana
Integritas
Kesetiaan
Humanis Nilai Kehidupan

Akuntabilitas
Nilai Kenikmatan Profesional

Hierarki Nilai – Max Scheler (1874-1928)


INTEGRITAS

PRINSIP DASAR
KODE ETIK
PROFESIONAL HUMANIS
PETUGAS
PEMASYARAKATAN

AKUNTABILITAS
INTEGRITAS HUMANIS AKUNTABILITAS PROFESIONAL
cara berpikir, berkata, pandangan yang memberikan kemampuan untuk
bersikap dan bertingkah memiliki perhatian pertanggungjawaban melaksanakan pekerjaan
laku yang menunjukkan khusus pada rasa terhadap dengan kesungguhan
kewibawaan, kejujuran, kemanusiaan, penyelenggaraan sesuai dengan
konsisten pada nilai dan penghormatan harkat, organisasi sesuai pengetahuan, keahlian,
norma yang berlaku martabat serta nilai-nilai dengan peraturan keterampilan
dalam melaksanakan kemanusiaan perundang-undangan
tugas yang berlaku

Terdiri dari: Terdiri dari: Terdiri dari: Terdiri dari:


9 kewajiban 7 kewajiban 5 kewajiban 12 kewajiban
15 larangan 8 larangan 2 larangan
7 larangan
PENYELENGGARAAN
SIDANG ETIK
SUSUNAN LEGALITAS
PEMBENTUK KEBERLAKUAN
ANGGOTA PEMBENTUKAN

Dirjen
Surat
(tingkat pusat)
Paling sedikit 5 Keputusan 1 tahun
MAJELIS ETIK (lima) orang Keanggotaan anggaran
Kepala Kanwil
Majelis Etik
(tingkat wilayah)

Dirjen 1 Sekretaris Sidang;


(tingkat pusat) Surat
3 Petugas Pengawas
1 Kasus
KELENGKAPAN Internal; Perintah
SIDANG ETIK 1 Petugas Bantuan Pelanggaran
Kepala Kanwil Hukum ; Pelaksanaan
(tingkat wilayah) Etik
1 pegawai administrasi
kode etik
Sidang Etik
TUGAS WEWENANG Memanggil
Melaksanakan rapat
pelapor/pengadu/saksi
koordinasi pelaksanaan
dan pihak lain yang
siding dan rapat pleno
terkait untuk dimintai
penetapan keputusan keterangan dan alat
bukti lain

Memeriksa alat bukti


Memeriksan pegawai
dan barang bukti untuk
yang diduga melanggar
membuktikan
dan pihak-pihak lain
benar/tidaknya dugaan
yang terkait
pelanggaran

Mengambil keputusan Memanggil pegawai


terhadap pegawai yang pemasyarakatan yang
diduga melanggar kode diduga melanggar kode
etik dan menyampaikan etik untuk memberikan
keputusan kepada penjelasan dan
pejabat terkait pembelaan
•Menyelenggarakan
•Mempelajari • Mengamankan •Menyusun surat
Sekretaris Sidang

Petugas Bantuan Hukum

Petugas Pengawas Internal

Pegawai Administrasi Kode Etik


rapat persiapan sidang keputusan
berkas proses sidang keanggotaan majelis
•Memanggil para pihak
etik; dan etik;
•Menyiapkan dokumen sidang; •Menyusun surat
dan kelengkapan • Melakukan
sidang •Mendamping pengawalan
perintah pelaksanaan
sidang etik;
•Membacakan tata
i Terperiksa terhadap •Membantu tugas
tertib sidang
•Menyiapkan apabila terperiksa administrasi Sekretaris
Sidang untuk
pengambilan sumpah diminta; dan penyelenggaraan
para saksi
sidang etik;
•Menghadirkan alat •Menyiapkan
•Menyusun surat
bukti dan barang bukti
pembelaan permintaan keterangan
•Menyusun dan
keterlambatan
membacakan surat bagi penjatuhan sanksi etik;
dugaan pelanggaran
terperiksa dan
•Membuat catattan
•Melakukan pelaporan
sidang
dan pendokumentasian
•Menyusun dan penegakan Kode Etik
menyampaikan dan Kode Perilaku
keputusan kepada Pegawai
pejabat terkait Pemasyarakatan
HAK PELAPOR/PENGADU/SAKSI

memperoleh perlindungan
berkenaan dengan
kesaksiannya

MEKANISME PERLINDUNGAN
memberikan keterangan
secara bebas tanpa
tekanan;

bebas dari pertanyaan


yang menjerat;

mendapat informasi
Pengadu/pelapor/s
mengenai
aksi mengajukan
WAKTU PEMBERIAN
perkembangan kasus;
permohonan
dirahasiakan secara tertulis
identitasnya;
PERLINDUNGAN
tidak dihadirkan di
persidangan karena
Berdasarkan perintah
pejabat yang berwenang
sejak tahap penyampaian pengaduan dan
alasan tertentu; setelah setelah
mempertimbangkan
berakhir sampai dengan penjatuhan
mendapatkan bantuan
pentingnya keterangan
Saksi dan risiko
Sanksi Moral
hukum keamanan
•Pembentukan Majelis Etik dan
Kelengkapan Sidang

•Pemanggilan para pihak

•Persiapan sidang etik


Pembukaan Sidang

Pembacaan Surat Dugaan Pelanggaran Etik dan


Tuntutan

Pembuktian

Pembelaan

Penjatuhan Keputusan
Yang pertama sekali memasuki ruang sidang adalah Sekretaris Sidang, Petugas
Bantuan Hukum, Petugas pengawasan internal.

Sebelum sidang dimulai, Sekretaris Sidang wajib membacakan tata tertib


persidangan

Sidang Majelis Etik bersifat tertutup untuk umum.

Jika terperiksa tidak dapat dihadirkan di persidangan, Sidang Etik tetap


dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh terperiksa (in absentia).

Jika terperiksa dapat dihadirkan di persidangan, Ketua Majelis Etik wajib


memastikan identitas terperiksa dan menanyakan apakah terperiksa didampingi
petugas bantuan hukum
 Surat dugaan pelanggaran Etik dan tuntutan dibacakan sekaligus oleh
Sekretaris Sidang

 Pada saat pembacaan surat dugaan pelanggaran, Ketua Majelis Etik


wajib memastikan apakah terperiksa sudah memahami isi surat
keterangan yang dibacakan

 Jika terperiksa tidak memahami isi surat dugaan pelanggaran maka


penjelasan wajib diberikan oleh Sekretaris Sidang dengan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti

 Surat dugaan pelanggaran etik dan tuntutan yang telah dibacakan


diserahkan kepada Ketua Majelis Etik
Pembuktian merupakan proses pemeriksaan terhadap alat
bukti dan barang bukti.

Ketua Majelis Etik tidak dapat memutuskan bersalah atau tidak


bersalahnya terperiksa dengan hanya berdasarkan pada
keterangan terperiksa.

Dalam proses pembuktian dengan alat/barang bukti,


setidaknya diperlukan 2 (dua) alat/barang bukti yang sah agar
Majelis Etik memperoleh keyakinan bahwa suatu tidakan
pelanggaran etik benar-benar terjadi dan terperiksa diyakini
sebagai orang yang bersalah melakukannya.
Ketua Majelis Etik berwenang memberikan kesempatan kepada
sekretaris sidang atau petugas bantuan hukum untuk mengajukan
pertanyaan kepada saksi/terperiksa, dan saksi/terperiksa dapat
menolak pertanyaan yang diajukan tersebut atas persetujuan Ketua
Majelis Etik.

Ketua Majelis Etik, Sekretaris Sidang, maupun petugas bantuan


hukum tidak boleh memberikan pertanyaan yang bersifat menjerat
dalam mengajukan pertanyaan kepada saksi dan terperiksa.

Majelis Etik mengedepankan sikap arif, bijaksana dan objektif


berdasarkan keyakinan hati nurani.

Lanjutan
Apabila pembelaan
Dalam sidang etik, telah selesai
Dalam sidang etik, pembelaan dapat disampaikan,
terperiksa wajib disampaikan secara terperiksa/petugas
diberikan kesempatan lisan/tertulis oleh bantuan hukum harus
untuk melakukan terperiksa atau oleh menyerahkan surat
pembelaan petugas bantuan
pembelaan asli kepada
hukum.
Ketua Majelis Etik
1 Sidang Penjatuhan Keputusan Majelis Etik bersifat tertutup untuk
umum.
2 Majelis Etik perlu mempertimbangkan itikad baik terperiksa

3 Hal-hal yang dapat meringankan penjatuhan keputusan terhadap


terperiksa antara lain
 Bersifat kooperatif dalam proses persidangan
 Menyesali perbuatannya

4 Penetapan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.

5 Setiap anggota Majelis dapat menuliskan pendapatnya sebagai


lampiran keputusan apabila terjadi perbedaan pendapat dalam
proses pengambilan keputusan.
6 Keputusan sidang etik dapat berupa pernyataan bahwa:
 terperiksa tidak terbukti melanggar
 terperiksa terbukti melanggar
7 Keputusan Majelis Etik bersifat final dan mengikat.

8 Apabila hasil keputusan sidang etik menyatakan bahwa terperiksa


tidak terbukti melanggar kode etik, maka Majelis Etik harus
melakukan upaya rehabilitasi terhadap terperiksa.

9 Keputusan rehabilitasi dicantumkan dalam keputusan sidang dan


disampaikan secara terbuka untuk umum melalui surat pernyataan
rehabilitasi yang menyatakan bahwa terperiksa tidak terbukti
bersalah melanggar kode etik.

10 Surat pernyataan rehabilitasi ditandatangani oleh Ketua, Sekretaris


Sidang, dan anggota Majelis Etik.

11 Apabila hasil keputusan sidang etik menyatakan bahwa terperiksa


terbukti melanggar kode etik, maka Majelis Etik harus memberikan
rekomendasi sanksi

Lanjutan
Sanksi Tertutup Sanksi Terbuka Rehabilitasi

• permintaan maaf secara tertulis • dibacakan keputusan Majelis Etik • pernyataan secara terbuka bahwa
yang ditujukan kepada Kepala di depan apel pagi selama 3-6 pegawai yang bersangkutan tidak
Unit Satuan Kerja di unit kerja hari kerja; bersalah yang disampaikan di
yang bersangkutan; penyampaian • dipisahkan barisannya pada saat depan apel pagi selama 3-6 hari;
surat keputusan penjatuhan apel selama 3-6 hari kerja; dan • pernyataan secara terbuka bahwa
sanksi dari Pejabat Pembina • hasil keputusan sidang etik pegawai yang bersangkutan tidak
Kepegawaian kepada atasan ditempelkan di papan bersalah yang ditempelkan di
langsung yang bersangkutan pengumuman selama 1 (satu) papan pengumuman selama 1
bulan. (satu) bulan; dan
• pemulihan hak administratif
kepegawaiannya
Persiapan
Pengaduan Penunjukan
Sidang,
dan/atau MKE & Penjatuhan
Pemeriksaan sidang, &
Laporan Kelengkapan Sanksi
Penyampaian
diterima Sidang
Putusan

Hari Kerja 14 + 14 3 16 14

Total Hari Kerja 28 31 47 61


TATA CARA
PELAKSANAAN
SIDANG ETIK PEGAWAI
PEMASYARAKATAN
ALUR PENEGAKAN KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI PEMASYARAKATAN

TIDAK ADA
PELANGGARAN ETIK

ADA
PELANGGARAN ETIK

UNIT LAYANAN
PENGADUAN

TERBUKTI
MELANGGAR ETIK

TIDAK TERBUKTI
MELANGGAR ETIK
Ketua
Pembacaan Majelis Etik Sidang
Pembukaan Majelis
tata tertib memasuki menghadirkan
Sidang Etik mambuka
persidangan ruang sidang terperiksa
sidang

Pembacaan surat
Pendampingan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriks dugaan
petugas bantuan
barang bukti ahli aan saksi pelanggaran dan
hukum
tuntutan

Pemeriksaan Rapat Pleno


Pemeriksaa Sidang Pencabutan skors
saksi yang Pengambilan
n terperiksa diskors sidang
meringankan keputusan

Majelis Etik Pembacaan


Penutupan
meningalkan keputusan
sidang
ruang sidang sidang

Anda mungkin juga menyukai