Anda di halaman 1dari 6

PAPARAN

ISU PANCASILA SILA KE-3

Kelompok 7:
1) Pirwanto
2) Ahmad Arifin
3) Arga Frenanda
4) Adi Haryanto
5) Fatonah Nurhidayati
A. NILAI-NILAI PANCASILA (SILA KE-3)

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan apabila
dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain.
Maka Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak
dapat diputarbalikan letak dan susunannya. Sila ke-3 Pancasila yang berbunyi Persatuan
Indonesia mempunyai nilai mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pengamalan butir Pancasila sila ke-3 tidak lepas dari kondisi yang dimiliki Indonesia
yanga mana diberkahi keragaman suku, budaya, bahasa dan juga agama.  Persatuan berasal dari
kata satu artinya tidak terpecah-pecah, bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan.

Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politk,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa
yang mendiami seluruh wilayah Indonesia yang bersatu karena didorong untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebasn dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan
Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara dari pada kepentingan golongan
pribadi atau kelompok seperti partai, ras, agama dan golongan.

Adapun menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2009 : 187), prinsip-prinsip Nasionalisme


Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu.

1. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses
sejarah, sejak zaman prasejarah, Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan
sampai Proklamasi 1945 dan kemudian membentuk negara Republik Indonesia.

2. Kesatuan nasib, yaitu berada dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang
sama yaitu dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.

3. Kesatuan kebudayaan, yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk


kebudayaan nasional.

4. Kesatuan wilayah, yaitu keberadaan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan wilayah
tumpah darah Indonesia.

5. Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang
secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.
Nilai-Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia adalah usaha ke arah bersatu untuk
membina nasionalisme dalam negara Indonesia, cinta tanah air. Maksudnya yakini tetap
mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia ditengah keragaman
suku, bahasa, budaya dan agama. Ini seperti yang disebutkan dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu, Indonesia.

Berikut butir pengamalan Sila ke-3: Persatuan Indonesia seperti dalam TAP MPR no.
1/MPR/2003.

a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Pengamalan Pancasila sila ke-3 bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di rumah
yang merupakan lingkungan keluarga. Hal itu bisa dicerminkan dari sikap rela berkorban untuk
kepentingan negara dengan cara mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama dalam
kehidupan bermasyarakat, kemudian cinta tanah air dan bangsa dengan cara menjaga lingkungan
sekitar dan tidak merusak maupun mencoret-coret tembok yang terdapat di sekitar kita.
Menempatkan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan pribadi/kelompok dan juga
mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Untuk menerapkan dan
merealisasikan dalam rangka mempertahankan persatuan dan kesatuan, terdapat faktor
pendorong dan penghambat, yang berdampak pada proses dalam rangka mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

- Faktor Pendorong

1. Nasionalisme

Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015),
nasionalisme didasarkan bahwa kesetiaan dan pengabdian individu kepada negara
melampaui kepentingan individu atau kelompok lain. Nasionalisme merupakan
gerakan modern yang sudah ada pada abab ke-17 di Inggris. Nasionalisme
berkembang pada abad ke-18 diberbagai negara. Sepanjang sejarah orang-orang telah
melekat pada tanah asalnya. Adanya nasionalisme ini sangat penting untuk
mendorong persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

2. Rasa toleransi yang tinggi.

Indonesia dengan ragam budaya, adat, agama, bahasa membutuhkan sikap toleransi
yang tinggi untuk menghindari diskriminasi. Toleransi tinggi menghindarkan
perseteruan bangsa sendiri.

3. Kesadaran dalam hidup bermasyarakat.

Dengan adanya kesadaran hidup bermasyarakaat akan timbul keinginan untuk saling
membantu antar sesama dan mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat.

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara

Rela berkorban penting bagi masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
Dalam sejarah, para pahlawan rela berkorban dengan berjuang untuk merebut dan
mempertahankan kemerderkaan bangsa Indonesia.

- Faktor Penghambat

1. Heterogenitas atau keanekaragaman.

Indonesia merupakan negara kepulauan. Di mana memiliki beranekaragam suku,


agama, etnis, atau budaya. Keberagaman tersebut bisa berdampak pada perpecahan
serta memecah persatuan dan kesatuan. Perbedaan kebudayaan identik dengan daerah
yang berbeda.

2. Ketimpangan dalam pembangunan

Pembangunan yang tidak merata juga sebagai fakto penghambat dalam persatuan dan
kesatuan. Kondisi itu harus diantisipasi dan dijaga oleh pemerintah untuk mereta
dalam pembangunan. Wilayah Indonesia cukup luas, sehingga tidak ada masyarakat
yang iri.

3. Kurangnya rasa toleransi.

Kurangnya toleransi di masyarakat bisa menjadi penghambat persatuan dan kesatuan


bangsa.
Dalam kehidupan sehari-hari, bangsa Indonesia dihadapkan pada keragaman dalam
semua sendi kehidupan. Untuk itu, semangat persatuan dan kesatuan bangsa betul-
betul dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Persatuan dan kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Persatuan dan kesatuan
bangsa tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri.

B. ISU PANCASILA SILA KE-3

”Gerakan OPM (Operasi Papua Merdeka) yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila”

C. ANALISA ISU PANCASILA SILA KE-3

OPM (Operasi Papua Merdeka) menuntut pemerintahan Indonesia meninggalkan bumi Papua
dan mengakui Papua sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Tuntutan OPM ini dianggap
sebagai upaya pemisahan diri dan ancaman bagi integrase nasional dan dianggap mengancam
ideologi Pancasila seperti yang tertuang pada sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia. Gerakan
saparatis yang dilakukan OPM tentu mengancam ideologi Pancasila yang menjunjung persatuan,
namun pemerintah perlu mengetahui dengan baik latar belakang munculnya keinginan untuk
memisahkan diri seperti OPM tersebut

OPM (Operasi Papua Merdeka) jelas bertentangan dengan ideologi pancasila khususnya yang
tertuang pada sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia, namun tujuan dari OPM ini bukan tanpa alas
an, kelompok ini berkeinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Indonesia karena
merasa kurang adanya keadilan di tanah Papua, mulai dari adanya diskriminasi pembangunan
yang kontras dengan daerah lain di Indonesia menyebabkan berbagai fasilitas penting yang
dibutuhkan masyarakat di daerah Papua tidak terpenuhi seperti fasilitas Pendidikan maupun
kesehatan, eksploitasi besar-besaran terhadap Sumber Daya Alam (SDM) yang kurang
memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar dan lingkungan bahkan
banyaknya kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung menemukan titik terang.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Tio Buqi Abdulah.2021.”Pancasila Sila ke-3: Makna, Butir-Butir Pengamalan dan Contoh
Penerapan Sila Persatuan Indonesia”,
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/07/28/pancasila-sila-ke-3-makna-butir-butir-
pengamalan-dan-contoh-penerapan-sila-persatuan-indonesia?page=3, diakses pada 04
November 2021 Pukul 10:28 WIB.

Ahmadi, Asmoro , Filsafat Umum, PT RajaGrafindo Persada. Jakrta. 2005.

Al Marsudi, Subandi, Pancasila dab UUD 45 dalam Paradigma Ferormasi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai