Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Bagian Ilmu BEDAH JULI 2019

ABSES HEPAR

Chindyria Yolanda Ihalauw


2018-84-086

Pembimbing:
dr. Helfi Nikijuluw, Sp.B-KBD

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik


Bagian ilmu BEDAH
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2019
BAB I
PENDAHULUAN
■ Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati.
■ Secara umum abses hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati
piogenik di mana kasus abses hati amebik lebih sering terjadi dibanding abses hati
piogenik.
■ Hampir 10% penduduk dunia terutama penduduk dunia berkembang pernah
terinfeksi Entamoeba histolytica tetapi 10% saja dari yang terinfeksi menunjukkan
gejala.
■ Insidensi penyakit ini berkisar sekitar 5-15 pasien pertahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Hepar
Vaskularisasi Hepar
Abses Hati

■ Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hepar yang disebabkan oleh bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam
parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran
empedu.
Epidemiologi Abses Hati

■ Hampir 10% penduduk dunia terutama negara berkembang terinfeksi E. Hystolitica


tetapi hanya 1/10 yang memperlihatkan gejala
■ Penelitian di Indonesia menunjukkan perbandingan pria dan wanita berkisar 3:1
sampai 22:1, yang tersering pada dekade keempat. Kebanyakan yang menderita
amubiasis hati adalah pria dengan rasio 3-4-8,5 kali lebih sering dari wanita.
■ Usia yang sering dikenai berkisar antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan
lebih jarang pada anak
■ Infeksi E. Hystolitica memiliki prevalensi yang tinggi di daerah subtropikal dan
tropikal dengan kondisi yang padat penduduk, sanitasi serta gizi yang buruk.
Klasifikasi Abses Hati

■ Abses hati amuba ■ Abses hati pyogenic


- Entamoeba hystolitica – Abses hati pyogenik dapat
disebabkan infeksi dapat berasal
- Infeksi biasanya terjadi setelah meminum dari sistem porta dan hematogen
air atau memakan makanan yang melalui arteri hepatica
terkontaminasi kotoran yang mengandung – Infeksi intraabdomen ini biasanya
tropozoit atau kista tersebut. berasal dari appendisitis,
- Amubiasis invasif dapat disebabkan divertikulitis, inflammatory bowel
perdarahan usus besar, perforasi, dan disease dan pylephlebitis
pembentukan fistula. – infeksi secara hematogen biasanya
disebabkan oleh bakteremia dari
- Abses pada hepar diduga berasal dari endokarditis, sepsis urinarius, dan
invasi sistem vena porta, pembuluh limfe intravenous drug abuse.
mesenterium, atau penjalaran melalui
intraperitoneal
Faktor Resiko Abses Hati

Faktor Risiko yang Menyebabkan Perkembangan Abses Hati Faktor Risiko yang Menyebabkan Peningkatan Mortalitas Abses
Hati

1. Diabetes Mellitus*  Keganasan


2. Sirosis hepatis*  Diabetes Mellitus*
3. Status imuno-compromised  Sirosis Hepatis*
4. Penggunaan PPI  Jenis kelamin laki-laki*
5. Usia  Infeksi mikroorganisme campuran
6. Jenis kelamin laki-laki*  Abses hati yang ruptur
 Abses ukuran > 5 cm
 Distress pernapasan
 Jaundice
 Hipotensi
 Keterlibatan ekstra-hepatik
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
■ Demam/menggigil T > 38oC,
■ Nyeri abdomen seperti tertusuk dan ditekan kadang didapatkan penjalaran ke bahu
dan lengan kanan,
■ Anokresia/malaise,
■ Batuk disertai rasa sakit pada diafragma,
■ Mual/muntah,
■ Penurunan berat badan,
■ Keringat malam,
■ Diare maupun riwayat disentri beberapa bulan sebelumnya.
Inspeksi  Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah menembus kulit.
 Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus

Palpasi  Ludwig sign (+)


 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi perikardium
 Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan hati
 Nyeri pada bahu sebelah kanan
 Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa, permukaan hepar licin
dan tidak jarang teraba fluktuasi
Perkusi  Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan

Auskultasi  Friction rub bila ruptur abses ke perikardium


 Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum
Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan Fungsi hati

Radiologi
CT Scan

Hipodens
Massa oval dengan batas tegas
Non- homogen
MRI

Hiperintens pada bagian abses


■ Terapi Non-Farmakologi
– Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
– Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
– Protein 1-1,5 g/kgBB
– Makanan dalam bentuk lunak
– Bed rest
– Menghindari faktor risiko yang dapat memperberat, misalnya konsumsi
alkohol.
■ Terapi farmakologi
– Pemberian antibiotic : Metronidazole merupakan obat pilihan dengan dosis 3
kali 750mg tiap harinya pada orang dewasa, dan 35 – 50mg/kgBB dibagi
dalam 3 dosis pada anak, diberikan selama 10 hari.
– Klorokuin fosfatase merupakan antiamuba ekstraintestinal dan diberikan
dalam dosis 1 gram tiap hari selama 3 hari, dilanjutkan dengan 500mg tiap
hari selama 2 – 3 minggu.
■ Hepatektomi
– hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati yang terkena abses. Hepatektomi
dapat dilakukan pada abses tunggal atau multipel, lobus kanan atau kiri, juga
pada pasien dengan penyakit saluran empedu.
KOMPLIKASI

■ Infeksi sekunder merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
Kuman penyebab terserung staphylococcus dan streptococcus.
■ Ruptur akut dengan penjalaran langsung
■ Parasitemia, amoebiasis serebral
■ Perforasi
PROGNOSIS

■ Virulensi parasit
■ Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
■ Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
■ Penyakit saluran empedu
■ Adanya keganasan
BAB III
LAPORAN KASUS
■ Identitas
Nama : Tn. JR
Umur : 21 tahun
No. RM : 1477
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 19 Juni 2019 : 22.30 WIT
Keluhan utama : Nyeri seluruh perut.
Anamnesa terpimpin

Keluhan dirasakan kurang lebih 4 hari SMRS, awalnya nyeri hilang timbul kemudian nyeri menetap diseluruh
lapang perut. Pasien mengaku nyeri yang dirasakan berawal dari perut kanan atas dan menyebar keseluruh perut. Pasien
mengeluhan perut terasa kembung dan keras,pasien muntah berwarna hijau sebanyak 1 kali 1 hari SMRS, pasien mengaku
belum BAB selama 3 hari SMRS, BAK lancer, sebelumnya pasien mengaku ada panas selama 1 minggu sebelumnya. Pasien
mengaku mengalami penurunan berat badan selama sakit, pasien mengaku lemas (+), pusing (+), mual dan muntah (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru pernah mengalami keluhan tersebut
Riwayat Kebiasaan
Meminum alkohol dan merokok
Riwayat Keluarga
Pesien mengaku hanya pasien yang mengalami keluhan tersebut.
Riwayat Pengobatan
Pasien merupakan pasien rujukan dari RS ISHAK UMARELLA
A. Tanda vital
Kesadaran : Compos mentis E4V5M6
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 76x/mnt
Suhu : 37 C
RR : 20x/mnt
SpO2 :98%

B. Status generalis
a. Kepala :Normocephal, CA (+/+), SI (+/+), rinore (-), otore (-), mukosa bibir
kering
b. Thorax
Inspeksi : Pengembangan dada simetris
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki(-), wheezing (-), BJ I/II regular
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : Sonor
c. Abdomen
Inspeksi : Distensi
Auskultasi : BU (+) menurun
Palpasi : Nyeri tekan (+), massa (-)
Perkusi : tympani, pekak hepar menghilang

d. Genetalia
Tidak ditemukan kelainan
e. Ekstremitas
Akral hangat (+)
f. Rectal Touche
Tidak dilakukan.
a. Darah rutin :
Hb 10,9 g/dL
12,0 – 15,0 (L)
Leukosit 17200
5000 – 10.000

b. Darah Kimia :
SGOT 102 u/L
<33
SGPT 148 u/L
<50
■ III.5 Diagnosis
■ Diagnosis kerja : Peritonitis ec perforasi holoviscus

■ III.6 Terapi
■ - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
■ - Inj Ceftriakson 1gr
■ - Inj Ranitidin 2 x 1amp
■ - Inj Ketorolac 3 x 1amp
■ - Inj ondansentron 2 x 1amp
■ - Pemasangan NGT

■ III.7 Planning
■ Laparatomi eksplorasi cito.
Followup
■ Diagnosis pra operasi Peritonitis ec perforasi holoviscus
■ Tindakan Operatif Laparatomi eksplorasi
■ Diagnosis post operasi Peritonitis ec rupture abses hepar
■ Tindakan Debridemen drainase abses dan appendectomy

■ Pasien diposisikan dengan posisi supine


■ Disinfeksi lapangan operasi dan perkecil lapangan operasi menggunakan
duk steril
■ Insisi peritoneum lapis dem lapis
■ Eksplorasi peritonitis, tampak app mengalami udem, dilakukan
appendiktomy
■ Keluar cairan kekuningan seperti empedu dan debris sebanyak 4000cc
■ Explorasi tampak rupture abses hepar di segmen 7 8
■ Lakukan debridemen dan drainase
■ Kontrol perdarahan
■ Cuci pasang drain
■ Luka operasi tutup lapis demi lapis
■ Operasi selesai
Diskusi
• Pasien tn JR usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri seluruh perut,
keluhan dirasakan kurang lebih 4 hari SMRS, awalnya nyeri hilang timbul
kemudian nyeri menetap diseluruh lapang perut. Pasien mengaku nyeri
yang dirasakan berawal dari perut kanan atas dan menyebar keseluruh
perut. Pasien mengeluhan perut terasa kembung dan keras,pasien muntah
berwarna hijau sebanyak 1 kali 1 hari SMRS, pasien mengaku belum BAB
selama 3 hari SMRS, BAK lancer, sebelumnya pasien mengaku ada panas
selama 1 minggu sebelumnya. Pasien mengaku mengalami penurunan
berat badan selama sakit, pasien mengaku lemas (+), pusing (+), mual dan
muntah (+). Pasien mengaku baru pernah mengalami keluhan tersebut dan
tidak ada anggota keluarga yang merasakan keluhan yang sama dengan
pasien. Pasien juga mengaku memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol
secara berlebihan.
diskusi
• Dari pemeriksaan fisik ditemukan conjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik(+/+), pada pemeriksaan abdomen ditemukan perut distensi,
nyeri tekan pada seluruh lapang perut, bising usus (+) menurun, dan
perkusi pekak hepar menghilang. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan Hb 10,9 g/dL, leukosit 17,2 103 dan pada pemeriksaan
darah kimia ditemukan SGOT 102u/L dan SGPT 148u/L.
diskusi
Diagnosis abses hepar ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan serta pemeriksaan
penunjang. Abses hati terbagi atas abses hati piogenik dan amuba yang disebabkan oleh parasite,
kuman, dan jamur. Etiologi abses hati bergantung pada abses hati itu sendiri, gejala klinis pada
abses hati sering timbul secara perlahan, disertai demam, berkeringat dan berat badan menurun.
Sebelum timbul abses hati selalu didahului dengan infeksi usus, dengan gejala awal yaitu nyeri
perut kanan atas disertai panas. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan
laboratorium dan modalitas radiologi.
Tatalaksana abses hati ialah pemberian antibiotic yang disesuiakan dengan kepekaan kuman,
namun dapat dikombinasi dengan gentamisin dan klindamisin, namun terapi operatif padat
dilakukan dengan penyaliran tertutup dan pemberian antibiotik, laparatomi dilakukan, abses
dibuka, penyaliran dilakukan dan dicuci dengan larutan fisiologis dan pemasangan drain.
Diskusi
• Prognosis abses hati jika disertai septisemia, mortalitas dan
morbiditas tinggi. Prognosis dipengaruhi oleh umur penderita, adanya
penyakit saluran empedu, adanya hubungan dengan keganasan,
penyulit padaparu, kecepatan pemberian terapi. Dan penyakit yang
mendasari timbulnya abses.
 TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai