Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Metabolik Tulang dan

gangguan penyakit osteoporosis


Lina permatasari(1604057)
 Pengertian penyakit metabolit
tulang
adalah kelainan tulang yang
disebabkan oleh spektrum gangguan
yang luas. Paling umum kelainan ini
disebabkan oleh kelainan mineral
seperti kalsium, fosfor, magnesium
atau vitamin D.
Kondisi yang dianggap sebagai kelainan
metabolisme tulang

 Osteoporosis
 Osteomalacia dan rakhitis
 Osteitis fibrosa cystica
 Penyakit tulang paget
 Penyakit dextrabone
 Osteoporosis
Osteoporosis adalah berkurangnya
kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah.
Osteoporosis dibedakan
menjadi 2 yaitu
 Osteoporosis lokal dapat terjadi karena kelainan primer di
tulang atau sekunder seperti akibat imobilisasi anggota
gerak dalam waktu lama, dll .
 Osteoporosis umum primer tipe I : pasca menopause, terjadi
pada usia 50-75 tahun, wanita 6-8 kali beresiko dr pd laki-
laki , penyebabnya adalah menurunnya kadar hormon
estrogen dan menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum primer tipe II terjadi pada usia 75-85
tahun, wanita 2 kali lebih banyak daripada pria,
penyebabnya adalah proses penuaan dan menurunnya
penyerapan kalsium.
 Osteoporosis umum sekunder dihubungkan dengan pelbagai
penyakit yang mengakibatkan kelainan pada tulang, akibat
penggunaan obat tertentu dan lain-lain.
Etiologi Osteoporosis
1. Determinan Massa Tulang
 Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap
kepadatan tulang .
 Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,
bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya massa tulang.
 Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
2.Determinan pengurangan massa tulang
 Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya
fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih
mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan
tulang yang besar.
 Faktor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
 Faktor lain
a. Kalsium
b. Protein
c. Estrogen
d. Rokok dan kopi
e. Alkohol
Manifestasi Klinis Osteoporosis
 Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
 Nyeri timbul secara mendadadak
 Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
 Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau
pekerjaan sehari-hari atau karena pergerakan yang
salah .
 Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota
gerak
 Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada
vertebra
 Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah
vertebra
 Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di
tempat tidur
Patofisiologi Osteoporosis

Setelah menopause, kadar hormon estrogen


semakin menipis dan kemudian tidak diproduksi lagi.
Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit diproduksi.
Terjadilah ketidakseimbangan antara pembentukan
tulang dan kerusakan tulang. Osteoklas menjadi
lebih dominan, kerusakan tulang tidak lagi bisa
diimbangi dengan pembentukan tulang. Untuk
diketahui, osteoklas merusak tulang selama 3
minggu, sedangkan pembentukan tulang
membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian,
seiring bertambahnya usia, tulang-tulang semakin
keropos (dimulai saat memasuki menopause) dan
mudah diserang penyakit osteoporosis.
Pemeriksaan Diagnostik dan
Penunjang
 X-ray
 Bone Mineral Density (BMD) : untuk
mengukur densitas tulang
 Serum kalsium, posphor, alkalin
fosfatase
 Quantitative ultrasound (QUS) :
mebgukur densitas tulang dengan
gelombang suara
Penatlaksanaan osteoporosis
 Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada
permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap
demineralisasi skeletal.
 Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan
progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan
tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium
etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan
diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping
(misalnya : gangguan gastrointestinal , aliran panas , frekuensi urin
) , biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium
florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.

Pilihan Obat Osteoporosis

 Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri


dari berbagai macam obat (bifosfonat / bisphosphonates,
terapi hormon estrogen, selective estrogen receptor
modulators atau SERMs) dan asupan kalsium dan vitamin D
yang cukup.
 Obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan
melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga
kualitas tulang supaya mengurangi resiko tulang patah.
Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau
memperlambat kecepatan penghilangan tulang.
Golongan Bifosfonat
 Bisfosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita
postmenopause khususnya, harus diminum satu
kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali
di pagi hari dengan kondisi perut kosong untuk
mencegah interaksi dengan makanan.Bisfosfonat
dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga
massa tulang, dan meningkatkan kepadatan
tulang di punggung dan panggul, mengurangi
risiko patah tulang.
 Golongan bifosfonat adalah Risedronate,
Alendronate, Pamidronate, Clodronate,
Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate.
Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)
 Sementara terapi sulih hormon menggunakan
estrogen pada wanita pasca menopause, efektif
mengurangi turnover tulang dan memperlambat
hilangnya massa tulang. Tapi pemberian estrogen
jangka panjang berkaitan dengan peningkatan
resiko keganasan pada rahim dan payudara.
Sehingga sekarang sebagai alternatif pengganti
estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM
(Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini
berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak
memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan
SERMs adalah Raloxifene.
Metabolit vitamin D
Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu
kalsitriol dan alpha kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi
resiko patah tulang akibat osteoporosis.

Kalsitonin
 Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang
menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat
ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot
hidung. Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk
pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang
sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi. Dosis
rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan
600mg kalsium dan 400 IU vitamin D. Kalsitonin menekan
aksi osteoklas dan menghambat pengeluarannya.
Strontium ranelate
 Stronsium ranelate meningkatkan pembentukan
tulang seperti prekursor osteoblas dan pembuatan
kolagen, menurunkan resorpsi tulang dengan
menurunkan aktivitas osteoklas. Hasilnya adalah
keseimbangan turnover tulang dalam proses
pembentukan tulang. Berdasarkan hasil uji klinik,
stronsium ranelate terbukti menurunkan patah
tulang vertebral sebanyak 41% selama 3 tahun.
Penatalaksanaan Osteoporosis :

 Penyuluhan Penderita
Pada penderita osteoporosis, faktor resiko di luar tulang
harus diperhatikan program latihan kebugaran tubuh
(fitness), melompat, dan lari tidak boleh dilakukan karena
resiko besar patah tulang.

 Pencegahan
1. Pencegahan primer bertujuan untuk membangun
kepadatan tulang dan neuromuskler yang maksimal. Ini
dimulai dari balita, remaja dewasa umur pertengahan
sampai umur 36 tahun.
2. Pencegahan sekunder yaitu pemberian hormon-hormon
estrogen progesterone. Hormon-hormon ini dilaporkan
menghentikan setidak-tidaknya mengurangi kehilangan
tulang selama menopause.
3. Pencegahan tersier dilakukan bila penderita mengalami
patah tulang pada osteoporosis atau pada orang yang
masuk lanjut usia (lansia).

 Pemberian Gizi Optimal


Pencegahan primer, sekunder dan tersier dilaksanakan
melalui pengaturan gizi yang optimal, dibarengi dengan
aktivitas fisik dan olahraga yang sesuai dengan umur dan
stadium kerapuhan tulang penderita. Kebutuhan kalsium
sehari-hari untuk mencegah osteoporosis.
 Upaya Rehabilitasi Medik
Prinsip terapi fisik dan rehabilifasi dapat
bermanfaat dalam penatalaksanaan
penderita osteoporosis.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai