Anda di halaman 1dari 41

OBAT SALURAN CERNA

DIARE DAN KONSTIPASI

FATIMAH NURHAYATI
15164017
FARMAKOLOGI
IA R
D
E AS
TI P
NS
KO I
DIARE

“Mansjoer et al., (2009)


mendefinisikan gastroenteritis
sebagai buang air besar (defekasi)
dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-
200ml/jam tinja), berbentuk
cairan atau setengah cair
(setengah padat), dan dapat pula
disertai frekuensi defekasi (buang
air besar) yang meningkat.
Sementara, organisasi kesehatan
dunia mendefinisikan
gastroenteritis sebagai buang air
besar yang encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari (WHO, 2008).
PENYEBAB
DIARE
OBAT-OBAT PENYEBAB
DIARE

Antasida yang
Laksatif (pencahar) mengandung Antineuroplastik
magnesium

Antibiotik;
Antihipertensi;
klindamisin,
reserpin, guanetidin,
Auranofin (garam tetrasiklin,
metildopa,
emas) sulfonamid, semua
guanabenz,
antibiotik spektrum
guanadrel
luas

Obat-obat
Kolinergik; Obat jantung; antiinflamasi
bethanechol, quinidin, digitalis, nonsteroid;
neostigmin digoksin prostaglandin,
kolkhisin
RESIKO
DIARE

KEKURANGAN
GANGGUAN
CAIRAN DAN
RASA NYAMAN
ELEKTROLIT
KLASIFIKASI DIARE

A. LAMANYA
TERJADI DIARE B. MEKASNISME
(SERINGNYA PATOFISIOLOGI
DEFEKASI)
• DIARE AKUT • SEKRETORIK
• DIARE DISENTRI • OSMOTIK
• DIARE PERSISTEN • EKSUDATIF
• PERUBAHAN
MOTILITAS USUS
Lama terjadinya
Diare
Diare akut : Diare disentri : Diare persisten :

• berlangsung antara 7 • disentri berlangsung selama • Lanjutan dari diare akut


sampai 14 hari lamanya. 7 hari atau bahkan bisa maupun disentri
• frekuensi buang air besar lebih lama, sehingga • Berlangsung lebih dari 14
yang meningkat dan berpotensi menyebabkan hari
mendadak dengan bentuk dehidrasi parah hingga • kerusakan yang parah pada
tinja yang berair tetapi tidak kematian. mukosa usus dan lambatnya
berdarah. • diare tidak hanya berupa kesembuhan dari kerusakan
• Penyebab terjadinya diare cairan saja melainkan juga tersebut, menyebabkan
akut yaitu virus (Noravirus, disertai darah. gangguan dalam
Norwaik Agint), bakteri • mikroba penyebab disentri penyerapan gizi atau nutrisi
(Escherichia coli, adalah Salmonella, yang diperlukan tubuh.
Salmonella, Shigella, Vibrio Campylobacter, Vibrio • Mikroba penyebab diare
cholerae, dan parahaemolyticus, Shigella, persisten adalah Rotavirus,
Campylobacter), dan Parasit Enteroinvasive E. Coli, dan Aeromonas, Campylobacter,
(Candida). Entamoeba histolytica. Shigella, dan
Umumnya Cryptosporidium
BerdasarkanM
EKANISME
PATOFISIOLOGI

Perubahan
Sekretorik Osmotik Eksudatif motilitas
usus
SEKRETORI
Diare Sekretorik :
 Peningkatan zat perangsang yang menyebabkan peningkatan
sekresi maupun penurunan penyerapan air dan elektrolit
dalam jumlah besar. Zat yang dapat menyebabkan
peningkatan sekresi diantaranya:
 vasoaktif intestinal peptide (VIP) pada penderita tumor
pankreas
 diet lemak tak terabsorpsi pada steatorrhea
 laxatif (pencahar)
 hormon (seperti sekretin)
 bakteri racun
 garam empedu yang berlebihan
OSMOTIK

Zat yang sulit diserap mempertahankan cairan usus


sehingga mengakibatkan diare osmotik.
Diare ini terjadi melalui proses:
 Malabsorpsi
 intoleransi laktosa
 pemberian ion divalen (seperti magnesium pada
antasida)
 konsumsi karbohidrat sukar larut (seperti laktulosa)
Diare ini sangat mudah dibedakan dari diare tipe
lainnya, karena diare ini akan berhenti jika pasien
dalam keadaan puasa.
DATIF
EKSU

Penyakit inflamasi pada saluran cerna telah


mengubah komposisi mukus, lendir, protein serum
dan plasma ke dalam usus, sehingga mengakibatkan
terjadinya diare eksudatif.
PE
M RU
U OT B
SU IL A
S ITA HA
S N
Perubahan motilitas usus mengakibatkan diare
melalui tiga mekanisme berikut:
o Pengurangan waktu kontak dalam usus halus
o Pengosongan kolon yang terlalu cepat
o Pertumbuhan bakteri yang berlebihan
Reseksi usus, operasi bypass dan obat-obatan
seperti metoklopramid dapat menyebabkan
diare tipe ini.
I KL INI K
I F ES TA S
MA N
Tanda dan Gejala
• Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi atau anak-anak).
• Suhu badan dapat meningkat
• Napsu makan berkurang
• Berat badan turun
• Feses cair dengan atau tanpa darah / lendir
• Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karna tercampur
empedu
• Anus dan sekitarnya lecet karna tinja menjadi asam
• Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
• Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda
ubun- ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit menurun, selaput
lendir mulut dan bibir kering
Con’t
TES
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan akan menemukan Pemeriksaan feses meliputi
hiperperistaltik mikroorganisme, darah, lendir,
lemak, osmolarias, PH,
konsentrasi elektrolit dan mineral
Pemeriksaan serologi antibodi
menunjukan peningkatan titer
antibodi pada periode 3-6 hari.
Pengujian ini tidak spesifik
Volume feses total harian
Visualisasi langsung dengan
endoskopi dan biopsi usus untuk
menilai kemungkinan adanya
kolitis atau kanker
Pemeriksaan radiologi
membantu menilai kondisi
inflamasi dan neoplastik
GI
S O LO
O FI
PAT Peningkatan
tekanan
Peningkatan hidrostatik
osmolaritas jaringan
Perubahan luminal
Perubahan
motilitas
transpor ion usus
aktif baik
disebabkan
oleh
penurunan
penyerapan
natrium
maupun
peningkatan
sekresi klorida.
Menurut data WHO pada tahun 2013, diare merupakan
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak
balita (bawah lima tahun). Anak-anak yang mengalami
kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang baik seperti
pada orang dengan HIV sangat rentan terserang penyakit
diare. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya.
Sebagian besar orang diare yang meninggal dikarenakan
terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah
yang besar.

Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasus diare yang


terjadi setiap tahunnya. Menurut prevalensi yang
didapat dari berbagaisumber, salah satunya dari
hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS)
pada tahun 2013, penderita diare di Indonesia
berasal dari semua umur, namun prevalensi
tertinggi penyakit diare diderita oleh balita,
terutama pada usia <1 th (7%) dan 1-4 tahun
(6,7).
Mencegah kehilangan
cairan dan elektrolit yang
berlebihan

Memberi perawatan
TUJUAN
TERAPI DIARE Mengatasi timbulnya
gejala dan menghilangkan
penyebab

Mengobati penyakit
sekunder yang
ditimbulkannya jika ada.
TERAPI non FARMOKOLOGI DAN
FARMAKOLOGI
PENCEGAHAN
TRO (ORALIT)
DEHIDRASI

OBTIPANSIA
SIMTOMATIS
SPASMOLITIKA

ANTIBIOTIK,
KAUSAL SULFA
TERAPI NON
FARMAKOLOGI

Diet :
• Menghentikan konsumsi makanan padat dan
susu perlu dilakukan

Rehidrasi Oral Terapi (TRO) :


• Pemberian melalui mulut untuk mencegah atau
mengatasi dehidrasi yang disebabkan karena
diare. Contoh TRO : oralit, ORS beras, dan zinc
TERAPI FARMAKOLOGI
SIMTOMATIS = Menghentikan diare
• Obtispansia :
a. Penekan peristaltik usus : Candu dan turunan, petidin
(difenoksilat dan loperamid), antikolinergik (atropin dan ekstrak
belladon)
b. Adstringensia : Menciutkan selaput lendir usus (tanalbumin,
garam bismut, aluminium)
c. Adsorbensia : Menyerap pada permukaan racun yg dihasilkan
bakteri, dari makanan, (Karbon, mucilage, kaolin, pektin, bismut,
aluminium
• Spasmolitik :
Untuk menghilangkan kejang usus (papaverin)
• Kausal :
Memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika, sulfonamida,
furazolidn, kliokinol
CON’T

OBTISPANSIA
A. CANDU: Opium, pulvis opii
 Menekan peristaltik otot polos usus
 Termasuk golongan narkotik
B. DIFENOKSILAT: Reasec (Jansen), Lomotil
(Searle)
 Turunan petidin shg menimbulkan efek narkosis.
 Tidak diabsorpsi di usus pada pemberian oral
 Mengurangi peristaltik usus
 Efektif untuk diare dg penyebab tdk jelas
 Untuk mencegah penyalahgunaan dikombinasi
dg atropin
 Efek samping: ngantuk, pusing, mulut kering
 Dosis: akut:3-4 kali sehari 1-2 tab
CON’T

C. LOPERAMIDA: Loremid
 Derivat difenoksilat dan haloperidol (neuroleptikum).
 Efek obstipansia 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat
pada SSP
 Mula kerja cepat masa kerja panjang
 Efek samping: tdk terjadi
 Pada anak di bawah 2 tahun tidak boleh diberikan krn
penekanan peristaltik usus yg kuat shg timbul
konstipasi.
 Dosis:
 Akut: Awal 2 tablet 2 mg selanjutnya setiap 2 jam
1 tablet. Maksimum 8 tab sehari.
 Anak 2 -8 tahun: 2-3 kali sehari 0,1 mg tiap kg
bobot badan
 Anak 8-12 tahun: awal 2 mg, maks 8-12 mg
sehari,
CON’T

D. TANIN:as.penyamak,
 Mengendapkan zat putih telur bekerja sbg
adstringensia mengeringkan diare dg menciutkan
selaput lendir usus
 Tanin merangsang lambung, digunakan zat yg
tdk dpt larut (tanalbumin)
 Tanalbumin ikatan antara tanin dan albumin,
berangsur2 melepaskan tanin ke dalam usus,
 Dosis: Anak2 3 kali sehari 0,5-1 g
E. KARBO ADSORBENS: Arang aktif, Norit
 Arang halus yg telah diaktifkan
 Memiliki daya ikat pada permukaan ( adsorpsi)
kuat terutama thdp zat yg molekulnya besar,
toksin bakteri atau racun makanan
 Dosis: oral 3-4 kali sehari 0,5-1 g
CON’T

F. KAOLIN: Bolus alba, Argilla


 Yaitu aluminium silikat yg mengandung air
sbg
 Adsorbens thdp toksin penyebab diare
 Dosis: Oral 3 kali sehari 50-100 g sbg
suspensi air,
 dikombinasi dg karboadsorbens atau pektin
CON’T

G. OBAT LAINNYA
 PROBIOTIK
MEKANISME KERJA : Membantu mengembalikan fungsi normal
usus dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen
CONTOH : Lactobacillus, Bifidobacteria lactis
 ENZIM LAKTASE
MEKANISME KERJA : mencerna karbohidrat
 ZINC
MEKANISME KERJA : mengurangi pengeluaran feses, frekuensi
feses berair, dan durasi serta keparahan
diare.
A. ANTIBIOTIK
B. SULFONAMIDA
C. KLIOKINOL: Vioform, iodoklorooksikinolin
• Bakterisida dan bakteriostatika thdp bakteri gram positif , gram
neg.Tidak dianjurkan lagi krn th 1972 menimbulkan gejala
kelainan saraf pada mata berakibat buta SMON
• Dosis: 3 kali sehari 250-500 mg
D. FURAZOLIDON: Furoxone
• Derivat nitrofuran yag berefek bakterisida kuat thdp banyak
bakteri.Absorpsi ringan jadi cocok
• Efek samping mual, sakit kepala
• Dosis 4-6 kali sehari 100 mg sesudah makan.
Jangka
Obat Dosis (per hari)
waktu
Tetrasiklin 4x500 mg 3 hari
2x3 tab (awal)
Kolera eltor Kotrimoksazol 6 hari
2x2 tab
Kloramfenikol 4x500 mg 7 hari

Tidak memerlukan
E.coli - -
terapi

Ampisillin 4x1 g 10-14 hari


Salmonelosis Kotrimoksazol 4x500 mg 10-14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg 3-5 hari
Ampisillin 4x1 g 5 hari
Shigelosis
Kloramfenikol 4x500 mg 5 hari
Metronidazol 4x500 mg 3 hari
Tinidazol 1x2 g 3 hari
Amebiasis
Secnidazol 1x2 g 3 hari
Tetrasiklin 4x500 mg 10 hari
Kuinakrin 3x100 mg 7 hari
Giardiasis Klorokuin 3x100 mg 5 hari
Metronidazol 3x250 mg 7 hari
Kandidosis Mikostatin 3x500.000unit 10 hari
NO GOLONGAN CONTOH INDIKASI DOSIS EFEK SAMPING WAKTU
PEMBERIAN
1 Opiat dan Loperamid Antidiare Dosis awal 2 tab, Nyeri abdomen, Dapat diberikan
derivatnya dosis lazim 1-2 tab megakolon toksik, bersama atau tanpa
1-2 kali/hari. Diare pusing, lelah, ruam makanan.
kronik 2-4 tab/hari kulit.
dalam dosis
2. Antisekretorik Bismuth Subsalisilat Mengobati diare Dws : 1,5-2 tab pd Lidah dan wajah Dapat diberikan
krn virus dan 1x pemberian, menjadi kehitaman bersama atau tanpa
toksin maks. 11 tab/hari. makanan
Anak 9-12 th : 0,5-
1 tab, maks. 5
tab/hari, 6-9 th 0,5
tab
3 Adsorben Attapulgit Terapi simptomatik Dws : 2 tab setelah - Dapat diberikan
utk diare non BAB pertama kali, 2 bersama atau tanpa
spesifik tab tiap kali makanan.
defekasi berikutnya.
Maks. 12 tab/hari.

4. Obat Lainnya Probiotik Pengobatan diare Anak 1-6 th 3 - Dapat diberikan


sachet/hr, <1 th 2 bersama atau tanpa
(Lactobacillus) sach/hari makanan untuk
mengurangi ketidak
nyamanan pd GI
Zink Terapi penunjang Anak 6bln-5 thn 1 - Dapat diberikan
diare akut non tab/hari selama 10 bersama atau tanpa
spesifik pd anak hari (meskipun makanan, 1 jam
diare sudah sebelum makan atau
berhenti). Bayi 2-6 2 jam stlh makan.
bln 0,5 tab/hari.
SI
S T IPA
KO N
Atau “SEMBELIT” adalah suatu
gejala, bukan penyakit, dimana
feses susah keluar melalui proses
defekasi (buang air besar) yang
disebabkan pergerakan feses di
dalam usus besar melambat
sehingga menghasilkan feses
yang kering dan keras.
S I K LIN I K
N I FE S TA
MA
CON’T
PATOFISIOLOGI
PENYEBAB
SEMBELIT

Kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan


pola makan, serta kebiasaan mengabaikan keinginan
untuk buang air besar, efek samping obat-obatan, dan
gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
• Selama periode penelitian didapatkan sebanyak 316 subjek yang
memenuhi kriteria inklusi. Kejadian konstipasi ditemukan pada 48
(15,1%) sampel. Riwayat keluarga dengan konstipasi dan riwayat
pemberian susu formula berhubungan dengan kejadian konstipasi (P
0,02; RP 196,6; IK 95% 7,5 sampai 524,0), (P 0,01; RP 9,6; IK 95% 1,5
sampai 56,2).
• Ketidakcukupan jumlah asupan cairan dan serat makanan juga
berhubungan dengan meningkatnya kejadian konstipasi pada anak (P
0,002; RP 36,2; IK 95% 3,5 sampai 366,9), (P 0,047; RP 6,5; IK 95%
1,02 sampai 41,5,9).
• Prevalensi konstipasi pada anak taman kanak-kanak di Denpasar
adalah sebesar 15,1%. Riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat
pemberian susu formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan dan
serat makanan merupakan faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-
kanak di Denpasar. Perlu dilakukan penelitian berikutnya dengan
mengambil sampel mencakup usia sampai 18 tahun
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
TERAPI
FARMAKOLOGI
• Emolien : Melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi
air ke dalamnya. Melicinkan penerusan tinja dan bekerja sebagai
bahan pelumas sehingga mempermudah defekasi
Contoh : Natrium docusinat, Natriumlauril-sulfo-asetat, dan
Paraffin cair.
• Zat-zat Pembesar Volume : Semua senyawa polisakarida ini sukar
dipecah dalam usus dan tidak diserap (dicernakan), Zat-zat ini
berdaya menahan air sambil mengembang. Di samping itu, pada
perombakan oleh kuman-kuman usus terbentuklah asam-asam
organik dan gas-gas (CO2, O2, H2, CH4), sedangkan massa bakteri
juga meningkat ; semua ini turut memperbesar volume chymus.
Contoh : zat-zat lendir ( agar-agar, metilselulosa, dan CMC ), dan
zat-zat nabati Psyllium, Gom Sterculia dan katul
CON’T
• Laksansia Osmotis : Berkhasiat mencahar,
tinja menjadi lebih lunak dan volumenya
diperbesar yang merupakan suatu rangsangan
mekanis atas dinding usus. Peristaltik
diperkuat yang mempermudah pengeluaran isi
usus.
Contoh : Magnesium sulfat/sitrat dan
Natriumsulfat, Gliserol, Manitol, dan Sorbitol,
juga Laktulosa dan Laktitol
CON’T
• Laksansia Kontak : Zat-zat ini merangsang
dinding usus secara langsung dengan
peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus
dengan cepat.
Contoh : derivat-derivat antrakinon (Rhamnus =
Cascara sagrada, Senna, Rhei), derivat-derivat
difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein),
dan minyak kastor.

Anda mungkin juga menyukai