Anda di halaman 1dari 37

HYPERSENSITIVITAS

PRESENTED BY
GROUP 2 :

Cut Nyak Siti Ulfa J (1801222)


Danti Tri Yuli (1801226)
Nailul Muna (1801224)
Siti Zannira (1801225)
Zarny Voenna ( 1801223)
DEFINISI

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-


reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh
yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana
sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana
reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena
itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel
lainnya yang merupakan komponen dalam system imun yang
berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem kekebalan.

Hikmah, N., 2010


Alergi Menurut European
Academy of Allergology and Clinical
Immunology (EAACI) adalah sebuah
respon hipersensitivitas yang dinisiasi
oleh pajanan allergen atau antigen pada
dosis yang masih dapat ditoleransi oleh
individu normal.

Alergi dapat ditimbulkan oleh atopi


yaitu suatu keadaan yang
memperlihatkan IgE yang sangat
responsive, namun atopi sendiri belum
tentu dapat menimbulkan gejala alergi.

Abidin, DS.,2008
Respon Imun
EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian yang pasti sukar diperoleh karena sering


tidak dilaporkan. Kematian akibat reaksi anafilaksis hebat
diperkirakan terjadi 0,4 kasus per juta penduduk per tahun.
Dalam bidang anastesi kejadian reaksi anafilaksis diperkirakan
terjadi 1 per 5000 kasus sampai 1 per 25.000 kasus per tahun. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 1-2 pasien yang disuntik penisilin
mengalami reaksi anafilaksis dan sekitar 400-800 orang
diantaranya diantaranya meninggal per tahun. Reaksi anafilaktoid
oleh zat kontras sekitar 5% dari pengguna dan sekitar 250-1000
orang diantaranya meninggal pertahun. Reaksi anafilaksis oleh
makanan sukar ditentukan oleh karena tidak ada datayang akurat.

Permana, 2017
Diperkirakan 1/5 sampai 1/3 penduduk dunia pernah mengalami
reaksi alergi makanan. (Permana, P.MI., 2017)
KLASIFIKASI

Reaksi hipersensitivitas dapat dijelaskan oleh klasifikasi


Gell dan Coombs. Ini pertama kali dimasukkan sebagai
klasifikasi pada tahun 1963 oleh ahli imunologi Phillip Gell dan
Robin Coombs dan masih tetap yang paling banyak digunakan
klasifikasi untuk hipersensitivitas.

Mereka mengklasifikasikan reaksi tergantung pada skala


waktu dan etiologi mereka menghasilkan empat kelompok yang
terpisah. Meskipun kelas-kelas tersebut tampaknya independen
satu sama lain, reaksi hipersensitivitas sering melibatkan lebih
dari satu reaksi pada satu waktu.

Kennedy & Tushar, 2016-ATOTW 328 – Immunology for Anaesthetists Part 2: Hypersensitivity reactions
Dipiro. et al, 8th
HIPERSENSITIVITAS TIPE I
HIPERSENSITIVITAS TIPE I

Tipe I hipersensitivitas adalah


hipersensitivitas langsung yang disebabkan
oleh antibody IgE dan menghasilkan
anafilaksis oleh racun serangga, obat,
makanan dll. Disebut juga Hipersensitif
immediate/anaphylactic hypersensitivity.

Reaksi yang ditimbulkan 15-30 menit sejak


terpapar.
Dipiro. et al, 8th
Mekanisme :
Alergen berikatan dengan sel B

sel B berubah menjadi sel plasma

Sel B memproduksi Ig E

IgE kemudian melekat pada


permukaan sel mast

Ig E akan mengikat allergen

Ikatan sel mast, Ig E dan allergen akan


menyebabkan pecahnya sel mast

mengeluarkan mediator kimia

vasodilatasi, hipersekresi, edema,


spasme pada otot polos.
Hikmah, N., 2010
FASE AWAL
FASE LAMBAT
HIPERSENSITIVITAS TIPE II

Respon hipersensitivitas type II


diawali oleh toksik sifat antibody yang
melekat dengan antigen pada bagian
luar sel. Antibodi dapat mengaktifkan
lisis dependen komplemen yang
mengarah untuk kerusakan jaringan.
Dalam reaksi sitotoksik, antibody
merespon dengan benar ke antigen yang
melekat pada membran sel lisis dengan
induksi komplemen. Antigen bisa
menjadi “diri”. Misalnya reaksi
autoimun atau “non-diri”. Reaksi
sitotoksik adalah dipengaruhi oleh IgM
dan IgG.
Alergen akan diikat antibody

membentuk antigen antibody


kompleks

Kompleks ini menyebabkan aktifnya


komplemen (C2 – C9)

kerusakan

Hikmah, N., 2010


HIPERSENSITIVITAS TIPE III

Hipersensitfitas type III difasilitasi oleh pembentukan


antigen kompleks antibodi. IgG dan IgM mengikat antigen, deposit
antigen antibody (imun) kompleks. Kompleks ini merangsang
komplemen, yang berpengaruh pada kemotaksis dan inisiasi PMN.
PMN kemudian melepaskan enzim yang merusak jaringan ke sel.
Salah satunya contoh umum respon hipersensitivitas tipe III dalam
tubuh manusia adalah penyakit serum.
HIPERSENSITIVITAS TIPE IV

Hipersensitivitas tipe IV tertunda atau awalnya dijelaskan


oleh periode kursus dimana tanggapan membutuhkan waktu 12-
24 jam untuk kemajuan dan bertahan selama 2-3 hari.

Respon yang dimediasi sel adalah diperkenalkan oleh T-limfosit


dan ditengahi oleh sel-T efektor dan makrofag.

Reaksi ini mengandung antigen yang menempel pada permukaan


limfosit.

Limfosit pra-peka dapat menginduksi sitokin, yang dapat merusak


sel.

Banyak penyakit jangka Panjang, termasuk TBC menunjukkan


hipersensitivitas tipe tertunda.
GEJALA
Anafilatoksis lokal (alergi atopik) Anafilatoksis sistemik
• Bersin, batuk, mata berair • Sulit bernafas karena
dan terasa gatal : karena kontraksi otot polos yang
alergen masuk ke saluran menyebabkan tertutupnya
respirasi (alergi rhinitis) bronkus paru-paru
• Gangguan pernapasan : • dilatasi arteriol sehingga
Terakumulasinya mucus di Tekanan darah menurun
alveolus paru-paru dan • Shock anafilatoksis :
kontraksi otot polos kontraksi meningkatnya permeabilitas
yang mempersempit jalan pembuluh darah sehingga
udara ke paru-paru sehingga cairan tubuh keluar ke
menjadi sesak jaringan  kematian dengan
• Kulit memerah atau pucat, hitungan menit karena
gatal (urticaria) : karena alergi tekanan darah turun drastis
makanan dan pembuluh darah collapse.
Contoh gejala yang ditimbulkan
ETIOLOGI

Hikmah & Dewanti (2015)


FAKTOR RESIKO

1. Riwayat keluarga
2. Allergi march
3. Faktor lingkungan
4. Faktor regulasi sitokin
5. Faktor dietetik

Paramita, 2011
DIAGNOSA

1. Tes kulit (tusukan atau intradermal)


2. Uji ELISAmengukur total IgE
3. Tes tempel
4. Tes provokasi atau test dosing
5. Tes RAST
6. Pengukuran igG dan igM
7.Pengukuran aktivasi komplemen
8.Test serum darah
9. Tuberculin (TBC)
Tuberculin Test
PENATALAKSANAAN

NON HINDARI PENCETUS


FARMAKOLOGI
Tungau debu Hewan Makanan

Bersihkan rumah secara rutin, terutama Tempatkan hewan Catat jenis makanan yang
ruangan yang sering digunakan. peliharaan di luar rumah kemungkinan menjadi sumber
atau di satu ruangan tertentu alergi sehingga dapat dihindari.
Hindari penggunaan kemoceng karena saja.
dapat menyebarkan alergen. Baca label kemasan untuk
Mandikan hewan peliharaan mengetahui bahan-bahan yang
Bersihkan permukaan perabotan dengan seminggu sekali dan digunakan sebelum membeli
kain bersih yang dibasahi air atau cairan bersihkan kandangnya makanan.
pembersih atau gunakan alat penyedot secara rutin.
debu. Bersihkan dapur agar terhindar
dari lumut, terutama tempat cuci
piring dan cuci pakaian.

Buka jendela atau pintu agar sirkulasi


udara lebih lancar sehingga ruangan tidak
terasa
FARMAKOLOGI
DRUG THERAPY OF ANAPHYLAXIS

DRUG INDICATION ADULT DOSAGE COMPLICATION

(INITIAL TERAPHY)
Epinephrine Hypotension, 0,3-0,5 mL of 1:1000 SC Arrhytmias,
broncospasm, laryngeal or IM Q 10-20 min PRN. hypertension,
edema, urticaria, 3-5 mL of 1 : 10,000. IV nervousness, tremor
angiodemia over 5 min Q 10-20 min
PRN.
Oxygen Hypoxemia 40-100% None

Metaproterenol Bronchospasm 0,3 mL of 5% solution in Arrhytmias,


2,5 mL of saline via hypertension,
nebulizer (i.e., 15mg) nervousness, tremor
0,3 mL of 5% solution

Or in 2,5 mL of saline via


Albuterol nebulizer (i.e., 2.5mg)

0,3 mL of 5% solution in
Or 2,5 mL of saline via
Isotharine nebulizer (i.e., 5mg)
minPRN edema, CHF

(SECONDARY Drowsiness, dry


THREAPY) mouth
Antihistaminsne H1- Hypotension, Diphenhyndramine or hydroxyzine
receptors Antagonist urticaria 25-50 mg IV/IM/PO Q 6-8 hr PRN

H2 receptor Antagonist Cimetidine 300mg IV over 3-5 min or


PO Q 6-8 hr PRN
Ranitidine 50 mg IV over 3-5 min Q 8
hr PRN or 150 mg PO BID PRN
Corticosteroids Bronchospasm, Hydrocortison sodium succinate Hyperglikemia
patients under-going 100mg IM/IV Q 3-6 hr for 2-4 doses
prolonged
resuscitation or Methylprednisolon sodium succinate
severe reaction 40-125mg IV Q6 hr for 2-4 doses

Aminophylline Bronchospasm 6mg/kg loading dose (if necessary) IV Arrhytmias,


over 30 min followed by 0.3-0.9 nausea,
mg/kg/hr as a maintenance dose nervousness

Norepinephrine Hypotension 4 mg in 1L, dextrose 5% IV at a rate Arrhytmias,


of 2-12 mcg/min nausea,
nervousness,
tremor
Glucagon Refractory 1 mg in 1L of dextrose 5% IV at a rate
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, D.S.(2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi Edisi kedua. Jakarta


:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Basu, S & Banik, B.K. (2018). Hipersensitivity : An Overview. Immunology :


Current Research. USA : Community Health Systems of South Texas.
Dipiro et al.

Hikmah, N & Dewanti, I.D.A.R. (2010). Seputar Reaksi Hipersensitivitas


(Alergi). Jember : Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi.

Paramita, O.D. (2011). Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik


Dengan Ige Spesifik Pada Anak Usia 6-7 Tahun. Tesis. Semarang :
Universitas Diponegoro.

Premana, P.M.I. (2017). Reaksi Anafilaksis (Studi Kasus). Denpasar : Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai