CSS
CSS
ORGANOFOSFAT
M. KADAFI
BAB I
PENDAHULUAN
Organofosfat merupakan pestisida yang sangat berbahaya karena ikatan pestisida
organofosfat dan kolinesterase hampir bersifat irreversibel. Intoksikasi dapat timbul akibat
penyerapan dari beberapa tempat termasuk dari kulit dan saluran nafas. Petani yang
menggunakan pestisida organofosfat kemungkinan akan mengabsorpsi pestisida tersebut
dalam jumlah cukup banyak. Tertekan atau terhambatnya kerja kolinesterase akibat absorpsi
pestisida ini kadangkadang sudah sedemikian besar, tetapi belum menunjukkan gejala-gejala
yang jelas.1
R. Mariana, Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume
XVII Nomor 3 Tahun 2007.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Organofosfat dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothioat,
fosforamidat, fosfonat, dan sebagainya.
Contoh dari organofosfat termasuklah insektisida (malathion, parathion,
diazinon, fenthion, dichlorvos, chlorpyrifos, ethion), dan antihelmintik (trichlorfon).
R. Mariana, Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor
3 Tahun 2007
ETIOLOGI
Senyawa organofosfat pertama kali disintesis pada awal 1800an saat Lassaigne mengetes alkohol
dengan asam fosfat. Tak lama kemudian pada tahun 1854, Philip de Clermount menggambarkan
sintesis tetraetil pirofosfat pada pertemuan Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis.
Delapan puluh tahun kemudian, Lange, di Berlin, dan, Schrader, seorang ahli kimia di Bayer AG,
Jerman, menyelidiki penggunaan organofosfat sebagai insektisida. Namun, militer Jerman
mencegah penggunaan organofosfat sebagai insektisida dan malah mengembangkan persenjataan
agen perang kimia (yaitu tabun, sarin, soman). Agen keempat, VX, disintesis di Inggris satu dekade
kemudian. Selama Perang Dunia II, pada tahun 1941, organofosfat diperkenalkan kembali ke
seluruh dunia untuk penggunaan pestisida, sebagaimana aslinya.1
R. Mariana, Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor
3 Tahun 2007
EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat
Pada tahun 2014, American Association of Poison Control Centers melaporkan 2180 eksposur
tunggal untuk insektisida organofosfat, dengan 20 hasil utama dan tiga kematian. Selain itu, 5138
eksposur tunggal untuk insektisida organofosfat yang dikombinasikan dengan insektisida karbamat
atau non-carbarbamate dilaporkan, dengan tiga hasil utama dan tidak ada kematian.2
Internasional
Racun pestisida adalah salah satu cara paling umum untuk meracuni korban jiwa. Di negara-negara
seperti India dan Nikaragua, organofosfat mudah diakses dan oleh karena itu merupakan sumber
keracunan yang disengaja dan tidak disengaja. Insiden eksposur manusia organofosfat yang terkait
tampaknya remeh.2
R. Mariana, Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor
3 Tahun 2007
EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat
Pada tahun 2014, American Association of Poison Control Centers melaporkan 2180 eksposur
tunggal untuk insektisida organofosfat, dengan 20 hasil utama dan tiga kematian. Selain itu, 5138
eksposur tunggal untuk insektisida organofosfat yang dikombinasikan dengan insektisida karbamat
atau non-carbarbamate dilaporkan, dengan tiga hasil utama dan tidak ada kematian.2
Internasional
Racun pestisida adalah salah satu cara paling umum untuk meracuni korban jiwa. Di negara-negara
seperti India dan Nikaragua, organofosfat mudah diakses dan oleh karena itu merupakan sumber
keracunan yang disengaja dan tidak disengaja. Insiden eksposur manusia organofosfat yang terkait
tampaknya remeh.2
Pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penegas terjadinya keracuan pestisida pada
seseorang adalah kadar aktivitas asetilkolinesterase darah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya aktivitas kolinesterase darah.
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida :
1. Faktor dalam tubuh (internal)
2. faktor dari luar tubuh (eksternal)
Yodenca AR. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia
pada Petani Hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang [Tesis]. Semarang: : Universitas
Diponegoro; 2008.
FAKTORYANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KERACUNAN
Yodenca AR. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia
pada Petani Hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang [Tesis]. Semarang: : Universitas
Diponegoro; 2008.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KERACUNAN
Faktor dari luar tubuh :
1. Dosis
2. Lama Kerja
3. Arah Angin
4. Waktu Penyemprotan
5. Frekuensi Penyemprotan
6. Jumlah Jenis Pestisida yang Digunakan
7. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Yodenca AR. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia
pada Petani Hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang [Tesis]. Semarang: : Universitas
Diponegoro; 2008.
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
berbagai rute, yakni:
1. Penetrasi lewat kulit
2. Terhisap melalui saluran pernapasan
3. Masuk melalui saluran pencernaan
R. Mariana, Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007
Philip Wiliiams, dkk. Properties and Effects of Pesticides In : Priciple of Toxicology. A Wiley – Interscience Publication. New York. 2000. Hal.
345-51
Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam http://ianpubs.unl.edu/pesticide/cc2505.htm.
GAMBARAN KLINIS KERACUNAN ORGANOFOSFAT
1. Sindroma muskarinik
Sindroma muskarinik menyebabkan beberapa gejala yaitu konstriksi bronkus,
hipersekresi bronkus, edema paru, hipersalivasi, mual, muntah, nyeri abdomen,
hiperhidrosis, bradikardi, polirua, diare, nyeri kepala, miosis, penglihatatan kabur,
hiperemia konjungtiva.
Philip Wiliiams, dkk. Properties and Effects of Pesticides In : Priciple of Toxicology. A Wiley – Interscience Publication.
New York. 2000. Hal. 345-51
Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam
http://ianpubs.unl.edu/pesticide/cc2505.htm.
GAMBARAN KLINIS KERACUNAN ORGANOFOSFAT
2. Sindroma nikotinik
Sindroma nikotinik pada umumnya terjadi setelah sindroma muskarinik yang akan mencetuskan terjadinya
sindroma intermediate berupa delayed neuropathy.
Hiperstimulasi neuromuscular junction akan menyebabkan fasikulasi yang diikuti dengan neuromuscular
paralysis yang dapat berlangsung selama 2-18 hari. Paralisis biasanya juga mempengaruhi otot mata, bulbar,
leher, tungkai dan otot pernafasan tergantung derajat berat keracunan.
Philip Wiliiams, dkk. Properties and Effects of Pesticides In : Priciple of Toxicology. A Wiley – Interscience Publication.
New York. 2000. Hal. 345-51
Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam
http://ianpubs.unl.edu/pesticide/cc2505.htm.
GAMBARAN KLINIS KERACUNAN ORGANOFOSFAT
Philip Wiliiams, dkk. Properties and Effects of Pesticides In : Priciple of Toxicology. A Wiley – Interscience Publication.
New York. 2000. Hal. 345-51
Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam
http://ianpubs.unl.edu/pesticide/cc2505.htm.
PENGARUH PAPARAN ORGANOFOSFAT3
Philip Wiliiams, dkk. Properties and Effects of Pesticides In : Priciple of Toxicology. A Wiley – Interscience Publication.
New York. 2000. Hal. 345-51
Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam
http://ianpubs.unl.edu/pesticide/cc2505.htm.
TATATALAKSANA DASAR KERACUNAN ORGANOFOSFAT
TERDIRI:
Tindakan Supportif dan Dekontaminasi (pencegahan kontak selanjutnya dengan bahan
pestisida)
1. Melakukan eliminasi bahan racun
2. Pemberian anti-dotum
3. Pencegahan terhadap kejadian keracunan selanjutnya.
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
Stabilisasi Awal
Oksigen
Jika pasien letargi tetapi masih terdapat gag reflex, baringkan pasien dalam posisi
lateral dekubitus dengan kedudukan kepala dan badan lebih tinggi daripada tungkai
bawah
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
Sirkulasi:
Pasang jalur IV: jarum ukuran besar atau CVP
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
• Tatalaksana syok:
o Cairan kristaloid 20-30 mL/kgBB; dopamine 5-15 µg/kgBB/jam
o DPL, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal
o AGD, pH
• Tatalaksana koma:
o 50 mL glukosa 50% IV dalam 3-4 menit
o Nalokson 0,2-0,4 mg IV; dapat ditambah 1-2 mg tiap 2-3 menit hingga dosis total 10-20 mg.
o Thiamine 100 mg IM jika suspek intoksikasi alkohol/malnutrisi
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INTOKSITASI
• Tatalaksana kejang:
• Diazepam 0,1–0,2 mg/kg IV selama 1–2 menit;
• Jika tetap kejang fenitoin 15–20 mg/kg dengan kecepatan tidak lebih dari
100–150 mg/menit.
• Koreksi asidosis, hipoksemia, gangguan elektrolit, hipertermia.
• EKG
• Cari penyebab penurunan kesadaran lainnya
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
TATALAKSANA LANJUTAN
1. Pencegahan absorpsi
Dekontaminasi kulit: bersihkan kulit dengan sabun dan air, lepaskan
pakaian yang terkontaminasi
Dekontaminasi mata: irigasi dengan NaCl 0.9% atau air bersih
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
Arang aktif
Dapat diberikan dalam larutan secara oral, dengan dosis 1
gram/kgBB. Tindakan ini efektif menurunkan absorpsi bahan
organofosfat hingga 73% bila diberikan dalam 5 menit, 51% bila
dilakukan dalam waktu 30 menit, dan 36% bila dilakukan dalam
waktu 1 jam. Perlu diwaspadai efek samping mual, muntah, diare
dan konstipasi.
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
Irigasi usus
Membuang obat/racun yang tidak diserap
Indikasi pada keracunan obat-obatan lepas lambat , logam berat, “body
packers”.
Irigasi: 1,5-2 L/jam larutan polietilenglikol melalui NGT
Kontraindikasi: gangguan proteksi jalan nafas, gangguan usus,
hemodinamik tidak stabil, BU menghilang, muntah-muntah hebat.
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
Peningkatan eliminasi
Diuresis paksa dan pengaturan pH urin
Karbon aktif dosis multipel:
Paling efektif dalam 1 jam pasca keracunan
Tidak dapat mengikat alkohol, material korosif, dan logam berat
Dosis awal 1 g/kgBB karbon aktif, selanjutnya 0,5 mg/kgBB setiap 3-4 jam hingga total 3 dosis tambahan
Diberikan jika racun tertelan dalam jumlah besar, obat-obatan lepas lambat, obat-obatan yang
mengalami siklus enteroenterik atau enterohepatik, terbentuk bezoar dalam lambung
Kontraindikasi : gangguan jalan nafas, ileus (kontraindikasi relatif)
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
FARMOKOLOGI
4. Antidotum
Antagonis Muskarinik : Atropin : untuk memperbaiki tanda dan gejala muskarinik.
Atropin (iv) dapat diberikan secara infus dengan dosis 0.02-0.08 mg/kg selama 30 menit
atau dosis intermiten 2 mg tiap 15 menit sampai hipersekresi terkendali.
Dosis awal 1 – 3 mg bolus
5 menit setelahnya, periksa nadi, tekanan darah, ukuran pupil, keringat, dan auskultasi
dada, jjika belum membaik, gandakan dosis pertama.
Pantau setiap 5 menit, gandakan dosis jika respon masih belum muncul. Jika ada
perbaikan, hentikan penggandaan dosis. Gunakan dosis yang sama atau lebih kecil.
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing. Jakarta. 2016 ;
630-655.
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb 16
2008;371(9612):597-607.
FARMOKOLOGI
4. Antidotum
Berikan atropiin bolus sampai denyut jantung > 80 kali/menit dan tekanan
darah sistolik >80 mmHg dan lapang paru bersih.
Setelah pasien stabil, berikan infus atropin setiap jam sebesar 10 – 20%
total dosis yang dibutuhkan untuk menstabilkan pasien.
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb
16 2008;371(9612):597-607.
FARMOKOLOGI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb
16 2008;371(9612):597-607.
FARMOKOLOGI
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing.
Jakarta. 2016 ; 630-655.
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb
16 2008;371(9612):597-607.
FARMOKOLOGI
Kumbah lambung
Hanya dilakukan setelah pasien stabil, biasanya dilakukan <4jam setelah
keracunan yaitu dengan cara memberikan dan mengaspirasi 5 ml cairan /
kgBB melalui French crogastric Tube (OGT). Dapat menggunakan air atau
NS.
Pemberian activated charcoal 50 mg dalam bentuk suspensi secara oral
melalui cangkir, sedotan atau NGT
Ventilasi: mekanik jika terjadi gagal nafas.6,7
Djoko W. dkk. Dasar – Dasar Keracunan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED) PAPDI. Buku II. Interna Publishing. Jakarta. 2016 ;
630-655.
Eddleston M, Buckley NA, Eyer P, Dawson AH. Management of acute organophosphorus pesticide poisoning. Lancet. Feb 16
2008;371(9612):597-607.
KOMPLIKASI
Kang E-J, Seok S-J, Lee K-H, et al. Factors for Determining Survival in Acute Organophosphate Poisoning. The Korean
Journal of Internal Medicine. 2009;24(4):362-367. doi:10.3904/kjim.2009.24.4.362.
PROGNOSIS
Kang E-J, Seok S-J, Lee K-H, et al. Factors for Determining Survival in Acute Organophosphate Poisoning. The Korean
Journal of Internal Medicine. 2009;24(4):362-367. doi:10.3904/kjim.2009.24.4.362.