Oleh:
Astara Ginarana
1818012108
Rincian subyek penelitian yang diperoleh dari survei TB nasional selama 2013-2014 ditunjukkan
pada Tabel 1.
Kelompok usia subyek penelitian dengan tingkat
diagnosis NTM tertinggi adalah> 65 tahun (25,68%),
sedangkan mereka yang memiliki tingkat diagnosis TB-
MDR tertinggi adalah 25-34 tahun (54,55%).
Secara umum, penelitian telah menunjukkan bahwa usia kejadian NTM lebih tinggi daripada usia kejadian MDR-
TB, dan beberapa penelitian lain telah menemukan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara usia atau jenis
kelamin mengenai kejadian NTM atau MDR-TB.
Dalam penelitian ini, TB-MDR lebih umum di pedesaan daripada di perkotaan. Hasil penelitian ini dan yang
dari penelitian lain menunjukkan bahwa tinggal di daerah perkotaan atau pedesaan tidak mempengaruhi
kejadian MDR-TB atau NTM, sementara tingkat pendidikan yang rendah tampaknya mempengaruhi kejadian
MDR-TB dan NTM.
Batuk adalah gejala klinis paling umum di NTM. Ini didapat dari studi Zambia oleh Pascalina et al, yang
menemukan bahwa gejala klinis paling umum yang memiliki korelasi signifikan dengan kejadian NTM adalah
batuk diikuti oleh nyeri dada, demam di malam hari, dan penurunan berat badan. Dalam penelitian lain,
gejala klinis yang paling umum yang memiliki korelasi signifikan dengan infeksi NTM adalah batuk, batuk
berdahak (91-93%), dan sesak napas.
Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa lesi sinar-X dada dengan prevalensi tertinggi pada infeksi NTM
adalah lesi retikulonodular (40%). Penelitian oleh Ali menunjukkan bahwa lesi yang paling umum di NTM adalah
lesi fibrocavitary (90%). Studi lain menemukan bahwa lesi yang paling umum di NTM adalah lesi nodular. Menurut
Piersimoni dan Scarparo, lesi yang berbeda ada pada infeksi NTM tergantung pada spesies. Lesi rongga dan
bronkiektasis paling sering ditemukan di kompleks M. avium, rongga di M. kansasi, dan rongga serta nodul dalam
M. celatum, M. simiae, dan M. xenopi. Dilaporkan sebelumnya bahwa lokasi lesi yang paling umum yang memiliki
daya prediksi untuk terjadinya NTM adalah lobus medial kanan dan kiri lingula; dengan beberapa penelitian hanya
menyebutkan medial lobus.
Sebagian besar lesi sinar-X dada dalam kasus NTM adalah fibrocavitary, bronchiectasis (BE), berdinding tipis, dan
rongga retikulonodular, dengan lokasi yang paling umum adalah lobus medial kanan dan lingula atau lobus medial
kanan dan kiri. Namun, dalam penelitian ini, lesi spesifik / signifikan pada rontgen dada kasus NTM tidak ada
karena infiltrat, rongga, nodul, konsolidasi, penebalan pleura, efusi pleura, fibrosis, dan kalsifikasi semuanya
signifikan (p <0,05).
Gambar 2A dan 2B menunjukkan bahwa diagnosis NTM adalah konsolidasi, berdinding
tipis rongga berdiameter kurang dari 2,5 cm dan fibrosis di lobus paru kanan.
Gambar 3A untuk diagnosis MDR-TB menunjukkan konsolidasi nodul, rongga, dan penebalan
pleura, tetapi Gambar 3B menunjukkan infiltrat dan nodul.
Gambar 4A menunjukkan di NTM adanya lesi terkonsolidasi yang terletak di bidang tengah paru-
paru kanan dan kiri. Gambar 4B menunjukkan lesi berdinding tipis di medial kanan lesi lobus dan
infiltrat di ventrikel kiri / lingula.
Gambar 5 menunjukkan beberapa lesi nodular
di lingula atau ventrikel kiri.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik lesi sinar-X dada dari MDR-TB menunjukkan
korelasi yang signifikan antara rongga, nodul, dan fibrosis.
Dari ketiga karakteristik lesi MDR-TB ini, keberadaan nodul adalah prediktor terbaik. Lokasi di paru-
paru superior superior dan kiri superior menunjukkan korelasi yang signifikan dengan kejadian TB-
MDR, sedangkan tingkat lesi pada rontgen dada tidak menunjukkan korelasi yang signifikan.
Karakteristik lesi sinar-X dada dari NTM tidak menunjukkan lesi spesifik karena semua lesi kecuali
massa menunjukkan korelasi yang bermakna. Lokasi lesi yang paling umum pada kejadian NTM
adalah paru medial kiri, meskipun secara statistik, lokasi lesi tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kejadian NTM.