Anda di halaman 1dari 32

12 20

Erwin Imam 01 FAKTUR


PAJAK
Pratama Sidiq
40 Zaelani 22
Yashinta Junaidi
Aulia Hamid PENGKREDITA
KELOMP 02 N PAJAK

38 OK
29
MASUKAN
2 Ni Wayan
Tiara
Septiana
Mustika
Dewi 32 31
Pratiwi

Rahadian
03 PERHITUNGAN
Patar PPN
Nur Aji
Elmaus
Parulian
01
FAKTUR PAJAK
DASAR HUKUM

03 Pereturan Menteri
Keuangan No.
151/PMK.03/2013

02 Perturan Pemerintah Nomor 1


Tahun 2012

01 UU No. 42 Tahun 2009


Tentang Pajak Pertambahan
Nilai
JENIS-JENIS FAKTUR PAJAK DAN
PENGERTIANNYA

DOKUMEN TERTENTU
Dokumen tertentu
dipersamakan dengan faktur
pajak

FAKTUR PAJAK GABUNGAN


Pasal 13 ayat (2) UU No 42 Th 2009
Pengusaha Kena Pajak dapat membuat
1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh FAKTUR PAJAK
penyerahan yang dilakukan kepada Pasal 1 angka 23 UU No. 42 Tahun 2009
pembeli Barang Kena Pajak atau Faktur Pajak adalah bukti pungutan
penerima Jasa Kena Pajak yang sama pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
selama 1 (satu) bulan kalender Pajak yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak
SYARAT FORMAL DAN MATERIAL
FAKTUR PAJAK
Pasal 13 ayat (9) UU No. 42 Tahun
Faktur Pajak harus memenuhi
2009
persyaratan formal dan
material

SYARAT
Diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan
FORMAL
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
atau persyaratan yang diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (6)
SYARAT MATERIAL
Berisi keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya mengenai penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena
Pajak, atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
KEWAJIBAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK
Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Tahun 2009
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
 Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D
Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh
Pengusaha
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk
Diperjualbelikan
 Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf c;
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf g; dan/atau
 Ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
 Dalam
huruf hal
h. terjadi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan
Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak dan/atau menyerahkan Jasa Kena Pajak itu wajib
memungut Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan
memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak.
 Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur
penjualan.
 Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang
ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak
KLASIFIKASI UMUM FAKTUR PAJAK

Berdasarkan Pasal 13 ayat (5) UU No. 42 Tahun 2009


Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
 nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
 nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak;
 jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga;
 Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
 kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan


Pengusaha Kena Pajak
FORMULIR FAKTUR PAJAK
KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

0 0 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP


SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

01
DASAR
HUKUM
 saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Pasal 13 ayat (1A) UU No. 42 Tahun 2009 penyerahan Jasa Kena Pajak;
 saat penerimaan pembayaran dalam hal
penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak;
 saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
04 02
Faktur Pajak harus  saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Faktur Pajak dibuat pada Peraturan Menteri Keuangan
Pengusaha Kena Pajak diperkenankan membuat Gabungan
 pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan
Faktur Pajak gabungan paling lama pada akhir kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai
bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Pemungut PPN
penyerahan Jasa Kena Pajak meskipun di dalam bulan
penyerahan telah terjadi pembayaran baik sebagian
03
maupun seluruhnya Batas Pembuatan
Faktur Pajak

Faktur Pajak dibuat paling lambat 3 bulan


o Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU PPN dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak.
o Pengusaha Kena Pajak yang menerima Faktur Pajak tsb tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang
tercantum di dalamnya
FAKTUR PAJAK PENGGANTI DAN FAKTUR PAJAK BATAL
• Dalam hal terdapat pembatalan transaksi • Atas Faktur Pajak yang cacat, rusak, salah dalam
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau pengisian, atau salah dalam penulisan, sehingga tidak
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak-nya memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar,
telah diterbitkan, maka Pengusaha Kena Pajak yang Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak
menerbitkan Faktur Pajak harus melakukan tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti
pembatalan Faktur Pajak • Pembetulan Faktur Pajak yang rusak, cacat, salah dalam
• Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan FP yang pengisian, atau salah dalam penulisan tidak
batal di SPT Masa PPN, maka FP Batal harus tetap diperkenankan dengan cara menghapus, atau mencoret,
dilaporkan dalam SPT Masa dengan mencantumkan 0 atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat
pada kolom DPP, PPN, atau PPN dan PPnBM Faktur Pajak Pengganti
• Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan FP yang • Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Pengganti
batal di SPT Masa PPN sebagai pajak keluaran, maka dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan Faktur
FP Batal harus tetap dilaporkan dalam Pembetulan Pajak yang biasa sesuai dengan Kode dan Nomor Seri
SPT Masa dengan mencantumkan 0 pada kolom DPP, Faktur Pajak yang telah ditetapkan.
PPN, atau PPN dan PPnBM • Faktur Pajak Pengganti, diisi berdasarkan keterangan
• PKP Pembeli telah melaporkan FP yang batal di SPT yang seharusnya dan dilampiri dengan Faktur Pajak yang
Masa PPN sebagai pajak masukan, maka FP Batal rusak, cacat, salah dalam penulisan atau salah dalam
harus tetap dilaporkan dalam Pembetulan SPT Masa pengisian tersebut
dengan mencantumkan 0 pada kolom DPP, PPN, atau • Adanya Faktur Pajak Pengganti mengharuskan
PPN dan PPnBM dilakukannya pembetulan SPT Masa PPN pada masa pajak
kesalahan.
FAKTUR PAJAK HILANG

Dalam hal PKP kehilangan Faktur Pajak yang Pajak Masukannya telah dikreditkan, maka dapat
diganti dengan cara sebagai berikut:
 Mengajukan permintaan secara tertulis untuk dibuatkan fotokopi FP kepada PKP yang
membuat FP
 Tembusan surat tersebut dikirimkan kepada KPP baik dari KPP dimana PKP yang kehilangan
terdaftar dan juga KPP di mana PKP yang membuat FP tersebut terdaftar
 PKP pembuat FP membuat 2 lembar fotokopi dari FP lembar kedua, kemudian membawa
kedua fotokopi tersebut beserta aslinya ke KPP untuk dilegalisasi
 Setalah dilegalisasi salah satu diantaranya diambil oleh pejabat KPP sebagai arsip,
sedangkan fotokopi yang satu lembar lagi dikembalikan kepada PKP pembuat FP untuk
diserahkan kepada PKP yang meminta fotokopi
DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK

1
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri Surat Setoran
Pajak dan atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
6 Ticket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Deliverry Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri

2
dan Cukai untuk impor Barang Kena Pajak

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
7 Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean

3
dengan PEB tersebut

Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan


oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu
8 Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa
kepelabuhanan

4Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan


oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM
9 Tanda pembayaran atau kuitansi listrik, bukti tagihan penyerahan BKP/JKP
oleh perusahaan air minum, trading confirmation atas penyerahan JKP oleh
perantara efek, bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankkan, dan SSP

5
atas pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang

Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa


telekomunikasi
FAKTUR PAJAK PEDAGANG ECERAN

Pasal 20 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012


Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran adalah Pengusaha yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan utamanya adalah melakukan usaha
perdagangan dengan cara sebagai berikut :
 menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan eceran
seperti toko, kios, atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung
kepada konsumen akhir, atau dengan cara penjualan yang dilakukan dari
rumah ke rumah;
 menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat penjualan
secara eceran tersebut; dan
 melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan
penawaran tertulis, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai,
dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut
langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya
e-Faktur
SANKSI
Sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP
(2% x DPP)
Dikecualikan dari sanksi Pasal 14 ayat
(4) UU KUP Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi administrasi
sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang
Dikecualikan dalam hal Faktur Pajak KUP Tahun 1983 dan perubahannya dalam hal :
tidak memuat keterangan mengenai : menerbitkan Faktur Pajak yang tidak memuat
1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok keterangan dan/atau tidak mengisi secara
Wajib Pajak pembeli Barang Kena lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak
Pajak atau penerima Jasa Kena ditandatangani oleh Pejabat atau Kuasa yang
Pajak; atau ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk
2) Nama, alamat, dan Nomor Pokok menandatangani Faktur Pajak dan/atau
Wajib Pajak pembeli Barang Kena menerbitkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan
Pajak atau penerima Jasa Kena batas waktu
Pajak, dan nama dan tandatangan
yang berhak menandatangani
Faktur Pajak untuk Pengusaha
Kena Pajak Pedagang Eceran
02
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
&
03
PERHITUNGAN PPN
TERMINOLOGI

Pajak Keluaran adalah Pajak


Pertambahan Nilai terutang yang
wajib dipungut oleh PKP.
Penyerahan BKP atau JKP/
Ekspor BKP berwujud atau tidak dan
atau JKP

Pajak Masukan adalah Pajak


Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusaha Kena
Pajak.
Atas Perolehan BKP atau JKP
Pemanfaatan BKP Tidak berwujud
dari luar daerah Pabean atau JKP
Impor BKP
PRINSIP PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Pajak Masukan yang dikreditkan harus
menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi 4
5
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) dan ayat (9)

3
PM atas perolehan dan/atau impor BARANG
MODAL dapat dikreditkan bagi PKP yang belum
berproduksi. Walaupun PKP tersebut belum PK lebih Besar dari PM
melakukan penyerahan !!! Penyetoran & Pelaporan !!!

PM yang belum dikreditkan, dapat


2 PRINSIP
6
PM lebih besar dari PK
dikreditkan paling lama 3 bulan, sebelum (Kompensasi atau restitusi)
dibebankan sebagai biaya

7
PM dikreditkan dengan
PM pada masa yang sama
1 Permohonan pengembalian atas
kelebihan PM pada akhir tahun buku
CONTOH PERHITUNGAN PPN

Pada bulan Maret, Swalayan ABC yang merupakan PKP


menjual barang Kena Pajak secara tunai. Harga jual barang
tersebut Rp 25.000.000. Diketahui Swalayan ABC mempunyai
Pajak Masukan senilai Rp 2000.000 .Berapa PPN yang
terutang?

JAWA
B

1. PK = 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000


2. PM = 2000.000
3. Jadi PPN 2.500.000-2.000.000 = 500.000 yang
terutang untuk masa pajak Maret senilai 500.000
BAGAIMANA APABILA TIDAK DAPAT DIKREDITKAN PADA
MASA YANG SAMA?

SOAL
Bagaimana apabila terdapat PM masa januari yang belum
dikreditkan senilai 200.000?

JAWA
B
1. Jadi Pajak yang terutang senilai
2. PK – PM = 2500.000 – (2000.000+200.000) = 300.000
PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
PM sebelum dikukuhkan sebagai PKP
PM yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha 1
2
perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
sedan dan station wagon (kecuali barang dagangan atau
disewakan)
3 dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak

4
Perolehan BPK atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
pemanfaatan BKP atau JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (6)
5 ketentuan pasal 13 ayat 5 atau ayat 9

6
perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
7 Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

8
perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena

Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak


9 Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi

terutang PPN atau mendapat fasilitas PPN dibebaskan (pasal 9 ayat


10
(5))
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pengusaha Kena Pajak yang Pengusaha Kena Pajak


peredaran usahanya dalam 1 yang melakukan kegiatan
(satu) tahun tidak melebihi usaha tertentu
jumlah tertentu
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

O1 O2
mempunyai peredaran usaha
dalam 2 (dua) tahun buku Atau Wajib Pajak yang baru
sebelumnya tidak melebihi Rp dikukuhkan sebagai
1.800.000.000,00 (satu miliar Pengusaha Kena Pajak
delapan ratus juta rupiah) untuk
setiap 1 (satu) tahun buku
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

BESARAN PM YANG
DAPAT DIKREDITKAN
01
60% dari PK Penyerahan JKP

02
70% dari PK Penyerahan
BKP
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

Tidak dapat membebankan Pajak


Pertambahan Nilai atas perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak sebagai biaya untuk
penghitungan Pajak Penghasilan
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

SOAL
Penyerahan Yuda sanjaya atas usaha jual elektronik tahun
sebelumnya tidak lebih dari 1,8 M. Pada bulan Januari ia melakukan
penyerahan BKP senilai 20.000.000. Tentukan PPN terutang !

CONTOH
PERHITUNGAN

JAWA
1. Nilai Penjualan
B Rp. 20.000.000
2. PK = 10% x 20.000.000 = 2000.000
3. PM = 70% x PK = 70% x 2000.000 = 1.400.000
4. PPN terutang = PK-PM = 600.000

5. Tidak memperhatikan nilai pajak dari perolehan (pajak


masukan) dan tidak dapat dikreditkan.
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU

01
USAHA penyerahan kendaraan
bermotor bekas secara eceran

02
USAHA penyerahan emas perhiasan
secara eceran

PMK NO.
79/PMK.03/2010 03
PM yang dapat dikreditkan usaha kendaraan
bermotor bekas
90% dari Pajak Keluaran

04
PM yang dapat dikreditkan emas
80% (delapan puluh persen) dari Pajak
Keluaran
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU

SOAL
Bulan Juli 2018, Bpk. Anto pemilik usaha jual beli motor bekas,
melakukan penyerahan senilai 130.000.000.
Dan pada saat perolehan BKP yang berhubungan dengan usaha bulan
Juli 2018, Pajak masukan atas perolehan tersebut senilai PM 8.000.000.
Hitung PPN nya !

CONTOH
PERHITUNGAN JAWA
 Nilai Penyerahan
B 130 jt
 PK = 10% dari 130 jt = 13 jt
 PM yang dapat dikreditkan atas usaha jual motor
bekas = 90% dari PK = 11,7 jt
 PPN terutang 1,3 juta

Tidak memperhatikan PM yang senilai 8 juta


GAGAL PRODUKSI

 Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang
pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
 Pajak Masukan yang telah dikreditkan diatas dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh
Pengusaha Kena Pajak dalam hal : Pengusaha Kena Pajak tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai
 Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan, dan tata cara pembayaran kembali tsb diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 Suatu keadaan dari Pengusaha Kena Pajak dengan kegiatan usaha utama sebagai produsen yang menghasilkan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak pertama kali
mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan:
1. penyerahan Barang Kena Pajak;
2. penyerahan Jasa Kena Pajak;
3. ekspor Barang Kena Pajak; dan/atau
4. ekspor Jasa Kena Pajak,
 yang berasal dari hasil produksinya sendiri
 Suatu keadaan dari Pengusaha Kena Pajak dengan kegiatan usaha utama Pengusaha Kena Pajak selain
produsen apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak
melakukan kegiatan:
1. penyerahan Barang Kena Pajak;
2. penyerahan Jasa Kena Pajak;
3. ekspor Barang Kena Pajak; dan/atau
4. ekspor Jasa Kena Pajak,
GAGAL PRODUKSI

 Besarnya Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali adalah sebesar Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan
telah diberikan pengembalian.
 Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetorkan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah saat gagal berproduksi.
 Saat gagal berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berakhir dalam jangka waktu:
1. 3 (tiga) tahun untuk produsen
2. 1 (satu) tahun untuk selain produsen
 Dalam hal gagal berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab lain di luar kekuasaan Pengusaha Kena
Pajak (force majeur), Pengusaha Kena Pajak tidak wajib membayar kembali Pajak Masukan atas impor
dan/atau perolehan Barang Modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian
고맙습니다
GOMABSEUBNIDA

Anda mungkin juga menyukai