Anda di halaman 1dari 288

TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

I. INVESTMENTS

Adalah penanaman uang/ modal dalam suatu perusahaan/ proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Dalam akuntansi, investasi termasuk ke dalam bagian Aset perusahaan.

1. Alasan Perusahaan Berinvestasi


a. Excess of Cash
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mengalami fluktuasi dalam penjualan/
karena siklus bisnis perusahaan. Contoh, perusahaan konveksi memiliki penjualan
yang lebih tinggi ketika mendekati lebaran, karena permintaan baju meningkat,
sehingga perusahaan mendapatkan penerimaan yang lebih banyak dan
persediaan kas meningkat.
b. To Generate Earnings
Contoh, bank yang mendapatkan penghasilan berupa bunga (interest) dari
meminjamkan uang. Namun, mereka juga mengambil keuntungan dengan
menanamkan investasi terutama berupa investasi obligasi (debt investments).
c. Strategic Reasons
Yaitu langkah-langkah/ strategi yang diambil oleh pihak manajemen dalam jangka
Panjang. Contoh, perusahaan minuman kemasan botol berinvestasi di
perusahaan plastic (produksi botol) dengan alasan untuk mempermudah dalam
pemasokan kemasan produksinya.

Reasons Type of Investments


Excess of Cash Low risk, High Liquidity, Short term investment
To Generate Earnings Debt and Share Investments
Strategic Reasons Share Investment

2. Debt Investment
Adalah investasi dalam bentuk obligasi, baik obligasi pemerintah maupun obligasi
perusahaan.
a. Akuisisi Obligasi
Pada saat akuisisi, obligasi dicatat menggunakan metode cost. Harga perolehan
(cost) adalah sebesar segala biaya yang muncul untuk memperoleh obligasi tsb,
seperti harga obligasi itu sendiri, broker fee, dll.
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Berkah Sentosa membeli investasi berupa
obligasi senilai Rp 100.000.000 dengan suku bunga contractual sama dengan
suku bunga pasar sebesar 10%. Selain itu, dalam rangka perolehan obligasi
tersebut PT Berkah Sentosa membayar biaya perantara sebesar Rp 2.500.000.
Bunga obligasi dibayar per tanggal 1 Januari.
1 Jan 18 Debt Investment Rp 102.500.000
Cash Rp 102.500.000

b. Pengakuan Bunga
Pada tanggal 31 Desember 2018, PT Berkah Sentosa mengakui bunga tahunan
yang akan diterima pada tanggal 1 Januari 2018.
31 Des 18 Interest Receivable Rp 10.000.000
Interest Revenue Rp 10.000.000
*) 10% x Rp 100.000.000
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pada saat menerima kas, PT Berkah Sentosa akan melakukan pencatatan:


1 Jan 19 Cash Rp 10.000.000
Interest Receivable Rp 10.000.000

c. Penjualan Obligasi
Penjualan obligasi dicatat dengan mengkredit akun debt investment senilai harga
perolehan (cost). Kemudian perusahaan mencatat untung/ rugi atas penjualan
obligasi senilai selisih antara kas bersih yang diterima (harga jual dikurangi biaya
broker) dengan cost.
Pada tanggal 2 Januari 2019, PT Berkah Sentosa menjual investasi obligasinya
senilai Rp 80.000.000
2 Jan 19 Cash Rp 80.000.000
Loss on Sale of Debt Investment Rp 22.500.000
Debt Investment Rp 102.500.000

d. Penilaian dan Pelaporan Debt Investment


Untuk tujuan penilaian dan pelaporan dalam laporan keuangan, perusahaan
mengklasifikasikan debt investment dalam 2 kategori:
 Trading Securities
Dibeli dan dipegang terutama untuk dijual dalam jangka waktu dekat untuk
menghasilkan pendapatan dari perbedaan harga dalam jangka pendek.
Pada saat tanggal pelaporan keuangan, sekuritas ini dilaporkan sesuai Fair
Value dan perubahannya dilaporkan sebagai komponen penambah/
pengurang Net Income.
 Held-for-collection Securities
Alasan utama perusahaan memiliki investasi obligasi ini adalah untuk
mengumpulkan arus kas kontraktual. Pada saat tanggal pelaporan
keuangan, sekuritas ini dilaporkan sebesar amortized cost yang dihitung
dari biaya awal investasi dikurangi pembayaran yang diterima dan
ditambah/dikurang akumulasi amortisasi dari discount/ premium.

3. Share Investment
Ketika perusahaan memegang saham dari perusahaan yang berbeda, kelompok
sekuritas diidentifikasi sebagai investment portofolio. Pencatatan akuntansi untuk
investasi saham tergantung pada tingkat pengaruh investor atas operasi dan urusan
keuangan dari investee.
 Kepemilikan < 20%
Pencatatannya menggunakan metode cost dengan penyesuaian terhadap Fair
Value, dimana perusahaan mencatat investasi sebesar harga perolehan (cost)
dan mengakui pendapatan hanya saat menerima cash dividend. Pengaruh
kepemilikan saham < 20% adalah tidak signifikan.
a. Akuisisi Saham
Sama seperti debt investment, biaya yang dicatat saat akuisisi saham adalah
seluruh pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh saham, termasuk
broker fee.
Pada tanggal 1 Juli 2018, PT Berkah Sentosa mengakuisisi 100 lembar saham
dari PT Jaya Abadi (10% kepemilikan). PT Berkah Sentosa membayar Rp
5.000 untuk tiap lembarnya.
1 Jul 18 Share Investment Rp 500.000
Cash Rp 500.000
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Penerimaan Dividend
Jika PT Berkah Sentosa menerima dividend sebesar Rp 20 pada tanggal 30
Juni 2019 untuk setiap lembar saham, maka:
30 Jun 19 Cash Rp 2.000
Dividend Revenue Rp 2.000
*) Rp 20 x 100 lembar

Dividend Revenue dilaporkan pada other income and expense di Income


Statement, dan hanya dicatat saat dividend diterima. Perusahaan tidak membuat
jurnal penyesuaian untuk mengakui dividend di akhir tahun.

c. Penjualan Saham
Sama seperti debt investment, penjualan share investment dicatat dengan
mengkredit akun share investment sebesar biaya perolehan dan mendebit
akun cash sebesar kas bersih yang diterima. Apabila terdapat selisih, maka
diakui sebagai Gain/ Loss on Sale of Share Investment.
Pada tanggal 31 Desember 2019, PT Berkah Sentosa menjual seluruh saham
PT Jaya Abadi yang dimilikinya (100 lembar) dengan menerima kas sebesar
Rp 510.000
31 Des 19 Cash Rp 510.000
Share Investment Rp 500.000
Gain on Sale of Share Investment Rp 10.000

Jenis Share Investment dengan kepemilikan < 20%


Jenis Trading Non Trading
Klasifikasi di Current Assets Bisa Current, bisa Non-Current
SOFP (bagian Investment)
Fair Value Through Profit Fair Value Other Comprehensive
Metode
and Loss (FVTPL) Income (FVOCI)
Share Investment Share Investment
Akuisisi
Cash Cash
Terima Cash Cash
Dividend Dividend Revenue Dividend Revenue
Fair Value adj.-Trading Fair Value adj.-Non Trading
Penyesuaian Unrealized Gain-Income Unrealized Gain/Loss-Equity
Fair Value
(dan sebaliknya kalo Loss) (dan sebaliknya kalo Loss)
Unrealized Gain atau Unrealized Gain/Loss ditutup ke
Unrealized Loss ditutup ke Accumulated Other
Perlakuan Income Summary seperti Comprehensive Income (AOCI).
saat Closing revenue atau expense biasa Kemudian nanti AOCI itu masuk
di Equity, letaknya di bawah
Retained Earning biasanya.

PENTING!!!

Fair Value adjustment modelnya seperti AFDA, yaitu disesuaikan setiap akhir
periode. Jadi jurnalnya adalah sebesar berapa yang harus ditambah/ dikurang untuk
dapat saldo unrealized Gain/Loss pada tahun ybs. Jadi teliti dulu yaaa kalo misal ada
saldo Fair Value adjustment di awal periode (di neraca awal tahun).
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Kepemilikan 20% - 50%


Dicatat dengan metode equity. Dengan metode ini, investor mencatat share ketika
perusahaan asosiasi memperoleh net income. Pengaruh kepemilikan saham
antara 20% - 50% adalah signifikan.
a. Akuisisi Saham
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Berkah Sentosa mengakuisisi 1000 lembar
saham dari PT Jaya Abadi (25% kepemilikan). Harga setiap lembarnya adalah
Rp 500 dan biaya broker Rp 50.000.
1 Jan 18 Share Investment Rp 550.000
Cash Rp 550.000

b. Ketika Investee mengumumkan laba


Pada tanggal 15 Juni 2018, PT Jaya Abadi mengumumkan laba sebesar Rp
40.000.000.
15 Jun 18 Share Investment Rp 10.000.000
Revenue from Share Investment Rp 10.000.000
(25% x Rp 40.000.000)

*Nah Revenue/ Loss from Share Investment ini akan dilaporkan di Income
Statement di bagian Other Income and Expense.

c. Ketika Investee mengumumkan akan membagikan dividend


Pada tanggal 20 Desember 2018 PT Jaya Abadi mengumumkan bahwa akan
membagikan dividend sebesar Rp 20/lembar saham.
20 Des 18 Cash Rp 20.000
Share Investment Rp 20.000
(Rp 20 x 1000 lembar)

 Kepemilikan > 50%


Sebuah perusahaan yang memiliki kepemilikan lebih dari 50% pada saham
perusahaan lain disebut parent company, dan perusahaan yang kepemilikannya
di tangan parent company tersebut disebut subsidiary (affiliated) company.
Karena kepemilikannya yang begitu besar, otomatis parent company pasti memiliki
control atas subsidiary company. Parent company wajib membuat Consolidated
Financial Statement.
Consolidated Statement of Financial Position
a. Cost Equal to Book Value
Step 1: Hitung net assets dari subsidiary company. Net Asset = Total
Assets – Total Liabilities.
Step 2: Tandingkan cost dari pembelian Investment dengan hasil Net
Asset tersebut. Pasti nilainya sama.
Step 3: ELIMINASI. Kreditkan akun Investment milik parent, dan
debitkan akun Equity milik subsidiary.
Step 4: Buat jurnal eliminasi sbb:
Share Capital-(subsidiary)
Investment
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Cost Above Book Value


Step 1: Hitung net assets dari subsidiary company. Net Asset = Total
Assets – Total Liabilities.
Step 2: Tandingkan cost dari pembelian Investment dengan hasil Net
Asset tersebut. Nilai Investment akan lebih tinggi dari hasil Net
Asset tersebut. Hitung selisihnya
Step 3: Alokasikan kelebihan tersebut ke spesifik asset (PPE,
Inventory, dll) berdasarkan fair valuenya. Misal, ada
kelebihan investment dari book value sebesar Rp 10.000.
Diketahui nilai PPE awal pada neraca adalah Rp 150.000
dengan fair value Rp 155.000. Maka, di consolidated SOFP
nanti, PPE tersebut harus dicatat sebesar Rp 155.000 (pake
alokasi kelebihan book value tadi). Nah sisanya kemana dong
yg Rp 5.000 (Rp 10.000-Rp 5.000)?? Kalo udah ga ada asset
yang bisa dicatat sesuai fair valuenya, maka Rp 5.000 tsb
dialokasikan sebagai Goodwill. Jadi nilai PPE nambah Rp
5.000, dan terdapat akun Goodwill senilai Rp 5.000.
Step 4: ELIMINASI. Kreditkan akun Investment milik parent, dan
debitkan akun Equity milik subsidiary.
Step 5: Buat jurnal eliminasi sbb:
Share Capital-(subsidiary)
Excess of cost over book value
Investment
Step 6: Buat jurnal alokasi kelebihan tersebut:
Plant, Property, Equipment
Goodwill
Excess of cost over book value

Contoh lebih jelasnya ada di KIESO halaman 618-621 yaa. Yang penting
perhatikan step-stepnya!

4. Penyajian Statement of Financial Position


Pada SOFP, perusahaan mengklasifikasikan investasi sebagai short term investment
dan long term investment. Gampangnya, semua investasi trading pasti merupakan
short term investment dan disajikan di bagian Current Assets. Sedangkan investasi
non trading (share) dan held for collection (debt) bisa merupakan short term bisa
juga long term, tergantung jangka waktunya. Kalo share tidak akan dijual dalam
waktu 1 tahun/ 1 siklus operasi (mana yang lebih panjang), maka share tersebut
termasuk kategori long term investment. Begitu pula dengan debt, SAMA.
a. Short Term Investment
1. Readily Marketable, artinya investasi siap dipasarkan dan dapat dijual
dengan mudah ketika perusahaan membutuhkan tambahan kas. Investasi
yang sesuai dengan kriteria ini adalah short term paper, juga saham ataupun
obligasi yang diperjualbelikan pada bursa efek.
2. Intend to Market, artinya manajemen bermaksud untuk menjual investasi
dalam jangka waktu < 1 tahun/ siklus operasi (mana yang lebih Panjang).
Karena memiliki likuiditas tinggi, investasi ini disajikan pada bagian current
assets dan dilaporkan sebesar fair valuenya.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Long Term Investment


Perusahaan melaporkan held for collection debt securities pada amortized cost,
dan non trading share investment pada fair value. Investasi ini dilaporkan pada
bagian Investment.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

II. CASH FLOW


A. PENGERTIAN
Laporan arus kas atau cash flow adalah laporan keuangan yang berisi tentang informasi
penerimaan dan pengeluaran kas dalam sebuah perusahaan pada periode waktu tertentu.
B. KEGUNAAN
Laporan Arus Kas menyediakan informasi guna membantu menilai:
↔ Kemampuan untuk memperoleh kas di masa datang.
↔ Kemampuan untuk membayar deviden dan kewajiban.
↔ Alasan perbedaan laba bersih (net income) dan kas bersih yang dari kegiatan operasional.
↔ Transaksi pendanaan dan investasi kas selama periode berjalan.

C. KLASIFIKASI ARUS KAS


1 2 3
Operating Activities Investing Activities Financing Activities
(Aktivitas Operasi) (Aktivitas Investasi) (Aktivitas Pendanaan)
Item-item Income Item-item Non-Current Item-item Non-Current
Statement, item-item Assets (Investments, Liabilities dan Equity.
Statement of Financial Property Plant and
Position yakni Current Assets Equipment, Intangible
dan Current Liabilities Assets)
(kecuali Dividend Payable).

PT. ABC OPERATING


Income Statement
ACTIVITIES
For The Year Ended ………..….
Sales kecuali Non-Cash
COGS Activities
Gross Profit (Depreciation,
Operating Expenses
Amortization) dan
Net Operating Income
Other Income and Expenses Investing Activities
Net Income Before Tax (Gain/Loss on
Income Tax Expense Disposal of
Net Income After Tax NonCurrent Assets)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

OPERATING ACTIVITIES
kecuali Dividend Payable
(Financing Activities)
PT. ABC
Statement of Financial Position
For The Year Ended ………..….
ASSETS LIABILITIES
Current Assets Current Liabilites

Non-Current Assets : Non-Current Liabilities


(Investments, Property
Plant and Equipment, EQUITY
Intangible Assets)

INVESTING ACTIVITIES FINANCING


ACTIVITIES

D. SIGNIFICANT NON-CASH ACTIVITIES


Transaksi yang tidak mempengaruhi kas (tidak masuk dalam arus kas), namun jumlahnya
signifikan sehingga harus dilaporkan pada catatan yang terpisah atau skedul pelengkap Laporan
Keuangan. Contoh transaksinya :
- penerbitan saham untuk membeli aset
- obligasi dikonversi menjadi saham
- penerbitan utang untuk membeli aset
- pertukaran aset tetap
E. FREE CASH FLOW
Menggambarkan kas yang masih tersisa dari aktivitas operasional perusahaan setelah
digunakan untuk membayar pengeluaran modal dan dividen.

Free Cash Flow = Cash Provided by - Capital - Cash


Operating Activities Expenditures Dividends

F. MENYIAPKAN LAPORAN ARUS KAS


Sumber informasi yang digunakan dalam menyusun laporan arus kas :
1. Laporan Posisi Keuangan Komparatif (Comparative Statement Of Financial Position)
2. Laporan Laba Rugi periode berjalan (Current Income Statement)
3. Informasi tambahan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

G. LANGKAH-LANGKAH MENYAJIKAN LAPORAN ARUS KAS


Tahap 1: Menentukan kas bersih dari aktivitas operasi.
 Indirect Method (Metode Tidak Langsung)
Disebut Metode tidak langsung, karena dalam menentukan kas bersih dari aktivitas operasi
dilakukan dengan mengkonversi laba bersih dari basis akrual menjadi basis kas.
Keuntungan Metode Tidak Langsung :
- Lebih mudah & biaya lebih sedikit dalam menyiapkan laporan arus kas, dan
- Terfokus pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Langkah penyesuaian laba bersih basis akrual menjadi basis kas dengan Indirect Method:
Cash Flows from Operating Activities :
Net Income XXX
Add : Depreciation Expense, Amortization Expense XXX
Loss on Disposal of Plant Assets / Non-Trading Investments XXX
Decrease in Current Assets XXX
Increase in Current Liabilities XXX XXX
Deduct : Gain on Disposal of Plant Assets / Non-Trading Investments XXX
Increase in Current Assets XXX
Decrease in Current Lialibilities XXX (XXX)
Net Cash Provided/(Used) by Operating Activities XXX

!! PENJELASAN !!
 Depreciation/Amortization Expense tidak ada hubungannya dengan kas, sehingga harus
dihilangkan efeknya pada Net Income. Dikarenakan efek awalnya mengurangi Net
Income, dalam mencari Net Cash harus ditambahkan kembali.
 Loss/Gain on Disposal of Plant Assets/Non-Trading Investment harus dihilangkan
efeknya pada Net Income karena bukan termasuk dalam aktivitas operasional
(melainkan aktivitas investasi). Dikarenakan Loss efek awalnya mengurangi Net Income,
untuk menghilangkan efeknya harus ditambahkan kembali. Sebaliknya, karena Gain
berefek menambah, jadi harus dikurangkan untuk menghilangkan efeknya.
 Nilai Increase / Decrease didapat dari selisih saldo awal periode berjalan (atau saldo
akhir periode sebelumnya) dengan saldo akhir periode berjalan atas suatu akun.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Mengapa Kenaikan Current Assets (Increase in Current Assets) berefek mengurangi Net
Income?
Contoh :
Accounts Receivable = Saldo Awal Rp10.000.000
Saldo Akhir Rp20.000.000
Kenaikan Rp10.000.000
Hubungan Account Receivable dengan Net Income yakni atas Sales secara kredit,
apabila terdapat kenaikan saldo Account Receivable dapat diasumsikan bahwa terdapat
nilai penjualan tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp10.000.000. Jika nilai Sales pada Income Statement sebesar Rp100.000.000, maka
nilai Sales yang diterima secara tunai hanya sebesar Rp90.000.000.
= Kenaikan Account Receivable > menurunkan Sales > menurunkan Net Income
Contoh lagi yaa:
Prepaid Rent = Saldo Awal Rp 7.000.000
Saldo Akhir Rp10.000.000
Kenaikan Rp 3.000.000
Hubungan Prepaid Expense dengan Net Income yakni atas Rent yang bebannya
telah diakui (Rent Expense), apabila terdapat kenaikan saldo Prepaid Rent artinya
terdapat nilai sewa tahun berjalan yang telah dibayar namun belum dapat diakui sebagai
beban sebesar Rp3.000.000. Jika nilai Rent Expense pada Income Statement sebesar
Rp20.000.000, maka nilai Rent yang sebenarnya sudah dibayar pada tahun berjalan
sebesar Rp23.000.000.
= Kenaikan Prepaid Rent > menaikkan Rent Expense > menurunkan Net Income

Increase In Current Assets > Decrease In Revenue > Decrease in Net Income
Increase In Current Assets > Increase In Expense > Decrease in Net Income
BERLAKU SEBALIKNYA UNTUK DECREASE IN CURRENT ASSETS

 Mengapa Kenaikan Current Liabilities (Increase in Current Liabilities) berefek


menambah Net Income?
Contohnya :
Accounts Payable = Saldo Awal Rp10.000.000
Saldo Akhir Rp20.000.000
Kenaikan Rp10.000.000
Hubungan Account Payable dengan Net Income yakni atas Pembelian Inventory secara
kredit, apabila terdapat kenaikan saldo Account Payable dapat diasumsikan bahwa
terdapat nilai pembelian tahun berjalan yang belum dibayar sebesar Rp10.000.000.
= Kenaikan Account Payable > menurunkan Pembelian (Biaya) > menaikkan Net Income
Contoh lagi deh :
Unearned Rent Revenue = Saldo Awal Rp50.000.000
Saldo Akhir Rp55.000.000
Kenaikan Rp 5.000.000
Hubungan Unearned Rent Revenue dengan Net Income yakni atas Rent yang telah diakui
sebagai pendapatan (Rent Revenue) untuk tahun berjalan, apabila terdapat kenaikan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

saldo Unearned Rent Revenue artinya terdapat nilai pendapatan sewa yang telah
diterima pembayarannya dari pelanggan namun belum dapat diakui sebagai
pendapatan tahun berjalan sebesar Rp5.000.000. Jika nilai Rent Revenue pada Income
Statement sebesar Rp150.000.000, maka nilai kas yang telah diterima dari Rent
sebenarnya adalah sebesar Rp155.000.000.
= Kenaikan Unearned Rent Revenue > menaikkan Rent Revenue > menaikkan Net Income
Increase In Current Liabilities > Decrease in Expense > Increase in Net Income
Increase in Current Liabilities > Increase in Revenue > Increase in Net Income
BERLAKU SEBALIKNYA UNTUK DECREASE IN CURRENT LIABILITIES

 Direct Method (Metode Langsung)


Disebut Metode Langsung, karena dalam menentukan kas bersih dari aktivitas operasi
dilakukan dengan menganalisa secara langsung pada masing-masing aktivitas operasional.
Cash Flows from Operating Activities :
Cash Inflow :
Cash Receipts from Customers XXX
Cash Receipts from Interest XXX XXX
Cash Outflow :
Cash Payments :
to Suppliers XXX
to Employee XXX
for Operating Expenses XXX
for Income Tax XXX (XXX)
Net Cash Provided/(Used) by Operating Activities XXX
!! PENJELASAN !!
 Cash Receipts from Customers
Sales (pada Income Statement) Rp100.000.000
Less : Increase in Accounts Receivable (Rp 10.000.000)
Cash Receipts from Customers Rp 90.000.000
 Cash Receipts from Other Revenue
Interest Revenue (pada Income Statement) Rp10.000.000
Less : Increase in Interest Receivable (Rp 1.000.000)
Cash Receipts from Interest Rp 9.000.000
 Cash Payments to Suppliers
COGS (pada Income Statement) Rp50.000.000
Add : Increase in Inventory Rp10.000.000
Net Purchase Rp60.000.000
Less : Increase in Accounts Payable (Rp 5.000.000)
Cash Payments to Suppliers Rp55.000.000
 Cash Payments for Operating Expenses/Interest Expense/Income Tax Expense (yang
bersifat Accrued / berhubungan dengan Accrued Expense/Payable)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Operating/Interest/Income Tax Expense Rp70.000.000


Less : Increase in Accounts Payable (Rp 5.000.000)
Cash Payments for Expenses Rp65.000.000
 Cash Payments for Operating Expenses (yang bersifat Defferal / berhubungan dengan
Prepaid Expense)
Operating Expense Rp15.000.000
Add : Increase in Prepaid Expense Rp 5.000.000
Cash Payments for Expenses Rp60.000.000

PENTING :
Untuk Direct Method (Metode Tidak Langsung), dikarenakan transaksi
ditelusuri untuk tiap-tiap aktivitas, nilai Increase/Decrease tidak
dicantumkan pada Laporan (seperti pada Indirect Method), namun nilai
tersebut digunakan untuk menghitung nilai kas masuk/kas keluar atas
suatu transaksi.

Tahap 2: Menganalisis Perubahan pada Non-Current Assets untuk


mengetahui Cash Flow dari Kegiatan Investasi
Cash Flows from Investing Activities :
Cash Inflow :
Sale of Equipment XXX
Sale of Investment XXX XXX
Cash Outflow :
Purchase of Land XXX
Purchase of Investment XXX (XXX)
Net Cash Provided/(Used) by Investing Activities XXX

Untuk memudahkan, berikut langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan:


a. Tentukan increase/decrease Non-Current Assets
b. Dalam menganalisa gunakan urutan akun Non-Current Assets pada Statement of
Financial Position
c. Bandingkan increase/decrease suatu akun dengan informasi tambahan dan akun
gain/loss pada income statement yang terkait dengan akun tersebut untuk mengetahui
nilai kas yang diterima/dikeluarkan atas suatu transaksi). Increase/Decrease tidak
selalu menunjukkan kenaikan/penurunan kas.
d. Sajikan nilai kas atas transaksi tersebut pada laporan (SEJUMLAH KAS YANG
DITERIMA/DIKELUARKAN SAJA)
e. Transaksi yang tidak terkait dengan kas, diberi tanda untuk dimasukkan ke dalam
Catatan/Skedul terpisah.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Increase in Plant Assets


Kenaikan pada Plant Assets/Investments biasanya terkait dengan Cash Outflow (arus
kas keluar) atau malah tidak terkait sama sekali dengan arus kas, misal : Aset yang
diperoleh dengan menerbitkan Obligasi.
Apabila kenaikan Plant Assets/Investments disebabkan karena pembelian secara kas,
maka nilai yang dicantumkan pada Statement of Cash Flows adalah sejumlah kas yang
dibayarkan untuk memperoleh Aset/Investasi terkait.
 Decrease in Plant Assets/Investments
Sama dengan kenaikannya, penurunan pada Plant Assets/Investments biasanya
terkait dengan Cash Inflow (arus kas masuk) atau malah tidak terkait sama sekali dengan
arus kas, misal : Tanah dilepas untuk memperoleh Gedung.
Apabila penurunan Plant Assets/Investments disebabkan karena penjualan secara
kas, maka nilai yang dicantumkan pada Statement of Cash Flows adalah sejumlah kas
yang diterima saat menjual Aset/Investasi terkait dengan memperhitungkan nilai
Gain/Loss pada Income Statement dan Akumulasi Depresiasi (khusus untuk Plan
Assets).
Misal :
Decrease in Building Rp100.000.000
Add : Gain on Disposal of Plant Assets Rp 2.000.000
Less : Accumulated Depreciation (atas aset terkait) (Rp 50.000.000)
Net Cash on Sale of Land Rp 52.000.000
Untuk memudahkan, dapat diilustrasikan dengan jurnal:

Cash Rp52.000.000
Accumulated Depreciation - Building Rp50.000.000
Gain on Disposal of Plant Assets Rp 2.000.000
Building Rp100.000.000

Tahap 3: Menganalisis Perubahan pada Non-Current Liabilities dan Equity


untuk mengetahui Cash Flow dari Kegiatan Financing
Cash Flows from Financing Activities :
Cash Inflow :
Issuance of Ordinary Shares XXX
Issuance of Bonds Payable XXX XXX
Cash Outflow :
Purchase of Treasury Shares XXX
Redemption of Bonds Payable XXX
Payment of Dividends XXX (XXX)
Net Cash Provided/(Used) by Financing Activities XXX

Untuk memudahkan, berikut langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan:


a. Tentukan increase/decrease Non-Current Liabilities & Equity
b. Dalam menganalisa gunakan urutan akun Non-Current Liabilities & Equity pada
Statement of Financial Position
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

c. Bandingkan increase/decrease suatu akun dengan informasi tambahan yang ada


terkait dengan akun tersebut untuk mengetahui nilai kas yang
diterima/dikeluarkan atas suatu transaksi). Increase/Decrease tidak selalu
menunjukkan kenaikan/penurunan kas
d. Sajikan nilai kas atas transaksi tersebut pada laporan (SEJUMLAH KAS YANG
DITERIMA/DIKELUARKAN SAJA)
e. Transaksi yang tidak terkait dengan kas, diberi tanda untuk dimasukkan ke dalam
Catatan/Skedul terpisah.
 Increase in Non-Current Liabilities
Kenaikan pada Non-Current Liabilities biasanya terkait dengan Cash Inflow (arus kas
masuk) atau malah tidak terkait sama sekali dengan arus kas.
Apabila kenaikan Non-Current Liabilities disebabkan karena penerbitan secara kas,
maka nilai yang dicantumkan pada Statement of Cash Flows adalah sejumlah kas yang
diterima saat penerbitan.
Misal : Kenaikan Bonds Payable Rp100.000.000, berdasarkan informasi tambahan,
Bond diterbitkan secara kas dan tidak terdapat redemption atas Bonds Payable yang
lain, maka nilai kas yang diterima adalah sebesar kenaikannya yakni Rp100.000.000.
 Increase in Share Capital / Share Premium
Kenaikan pada Share Capital juga biasanya terkait dengan Cash Inflow (arus kas
masuk) atau malah tidak terkait sama sekali dengan arus kas.
Apabila kenaikan Share Capital disebabkan karena penerbitan saham secara kas,
maka nilai yang dicantumkan pada Statement of Cash Flows adalah sejumlah kas yang
diterima saat penerbitan dengan memperhitungkan nilai kenaikan/penurunan atas
Share Premium.
Misal : Increase in Share Capital - Ordinary Rp100.000.000
Increase in Share Premium - Ordinary Rp 50.000.000
Cash Receipts from Issuance of Ordinary Shares Rp150.000.000

!! dengan catatan tidak terdapat transaksi lain terkait share capital !!


Mengapa nilai share premium menambah nilai kas yang diterima ? karena kenaikan
share capital hanya menunjukkan jumlah kenaikan saham yang diterbitkan sejumlah
nilai par nya, sedangkan kenaikan share premium menunjukkan bahwa terdapat selisih
lebih dari harja jual saham saat diterbitkan dengan nilai par saham tersebut. Ingat
jurnal penerbitan saham pada BAB CORPORATION.

 Increase in Retained Earnings


Kenaikan pada Retained Earnings terkait dengan adanya net income, net income
disini tidak dimasukkan ke dalam Financing Aktivities karena pada dasarnya sudah
masuk ke Operating Activities. Namun, biasanya kenaikan pada Retained Earning
nilainya tidak sama dengan Net Income. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya
deklarasi pembagian Dividen (dividen mengurangi retained earning). Tetapi, nilai yang
mempengaruhi arus kas adalah sejumlah dividend yang dibayarkan bukan yang
dideklarasikan, untuk itu setelah mengetahui nilai deklarasi dividen, harus disesuaikan
dengan kenaikan/penurunan pada Dividend Payable.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Misal : Net Income Rp300.000.000


Increase in Retained Earnings Rp250.000.000
Declaration of Dividends Rp 50.000.000
Increase in Dividend Payable (Rp 20.000.000)
Payments of Dividens Rp 30.000.000
Tahap 4: Memastikan bahwa nilai Increase/Decrease in Cash yang dihasilkan
dari Statement of Cash Flows SAMA DENGAN nilai Increase/Decrease in Cash
pada Statement of Financial Position
H. FORMAT LAPORAN ARUS KAS
DIRECT METHOD
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

INDIRECT METHOD

!! YANG BERBEDA HANYA PENYAJIAN OPERATING ACTIVTIES, UNTUK INVESTING & FINANCING
ACTIVITIES BAIK INDIRECT MAUPUN DIRECT DISAJIKAN DENGAN FORMAT YANG SAMA !!
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

III. MANAGERIAL ACCOUNTING

1. Akuntansi Manajerial
Adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan
informasi akuntansi untuk manajer/ manajemen dalam suatu organisasi dan untuk
memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan
memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan
fungsi control.

2. Perbedaan Financial Accounting dan Managerial Accounting

Akuntansi Manajerial
Informasi manajerial dirancang untuk kebutuhan spesifik perusahaan. Informasi ini
termasuk:
a. Historical Data, memberikan ukuran objektif dari kegiatan operasi di periode yang
lalu.
b. Estimated Data, memberikan perkiraan subjektif tentang keputusan masa depan
Manajemen perusahaan menggunakan informasi tersebut untuk mengarahkan
operasi harian, perencanaan masa depan, dan mengembangkan strategi bisnis.
Berbeda dengan akuntansi keuangan (Financial Accounting), akuntansi manajerial
tidak harus selalu:
 Disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini
dikarenakan hanya manajemen yang menggunakan informasi tersebut.
 Dilaporkan pada interval yang tetap. Jadi perusahaan boleh saja membuat
laporan keuangan kapan saja ketika dibutuhkan. Tidak harus selalu setiap 1
tahun/ 1 siklus operasi.
 Disiapkan untuk bisnis secara keseluruhan. Sebagian besar laporan manajemen
disiapkan untuk produk, proyek, wilayah penjualan, atau segmen tertentu.

3. Akuntansi Manajerial dalam Operasi


Dalam departemen suatu perusahaan dapat dipandang dari 2 hal berikut:
a. Line Responsibilities, yaitu departemen yang terlibat langsung dalam penyediaan
barang dan jasa kepada konsumen.
b. Staff Responsibilities, yaitu departemen yang menyediakan layanan, bantuan,
serta saran kepada departemen lini (produksi) atau tanggung jawab staf lainnya.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Akuntansi Manajerial dalam Proses Manajemen


5 tahapan proses manajemen, yaitu sebagai berikut:
a. Planning
Manajemen menggunakan perencanaan dalam mengembangkan tujuan
perusahaan dan menerjemahkan tujuan ini ke dalam tindakan. Planning terdiri
dari Strategic Planning (long term actions) dan Operational Planning (short term
actions).
b. Directing
Proses dimana manajer menjalankan operasi sehari-hari.
c. Controlling
Memonitor hasil operasi dan membandingkan hasil actual dengan hasil yang
diharapkan.
d. Improving
Merupakan umpan balik yang digunakan manajer untuk mendukung peningkatan
proses selanjutnya.
e. Decision Making
Dalam mengelola perusahaan, manajemen harus terus menerus memutuskan di
antara berbagai tindakan alternative.

5. Kegiatan Operasi Perusahaan Manufaktur


Kegiatan operasional utama perusahaan manufaktur adalah mengolah barang
mentah menjadi barang jadi.
a. Biaya (Cost) dan Terminologinya
Biaya adalah pembayaran dari arus kas atau komitmen untuk membayar kas di
masa mendatang untuk tujuan menghasilkan revenue. Dalam akuntansi
manajerial, biaya dikelompokkan berdasarkan keputusan kebutuhan manajemen,
misalnya berdasarkan hubungannya dengan objek biaya (cost object). Nah objek
biaya ini bisa berupa produk, wilayah, penjualan, departemen, atau kegiatan.
Biaya berdasarkan hubungannya dengan objek biaya dapat dibedakan menjadi
biaya langsung (direct cost) dan (indirect cost).
 Direct Cost and Indirect Cost
a. Direct Cost
Adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke dalam objek biaya.
Misal, tepung terigu dalam pembuatan roti merupakan biaya langsung.
b. Indirect Cost
Adalah biaya yang tidak dapat diidentifikasi atau ditelusuri secara langsung
ke dalam objek biaya. Misalnya, biaya listrik pabrik, depresiasi gedung, dll.

 Manufacturing Cost
Merupakan biaya dari material yang digunakan dalam memproduksi suatu
produk, juga biaya yang digunakan untuk mengubah material menjadi produk
jadi.
a. Direct Material Cost
Merupakan biaya material yang membentuk sebuah produk jadi. Misal, biaya
tepung terigu untuk pembuatan kue. Biaya yang dapat dikategorikan sebagai
Direct Material apabila memiliki unsur biaya:
- Bagian integral dari produk jadi
- Biaya yang signifikan dari total biaya produk
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Direct Labor Cost


Yaitu biaya upah karyawan dalam proses pembuatan produk. Misal upah
perakit untuk merakit meja. Biaya yang dapat dikategorikan sebagai Direct
Material apabila memiliki unsur biaya:
- Bagian integral dari produk jadi
- Biaya yang signifikan dari total biaya produk
c. Factory Overhead Cost
Adalah biaya yang terkait dengan proses produksi selain biaya direct material
dan direct labor digabungkan dan digolongkan dalam biaya Factory
Overhead. Semua biaya overhead termasuk dalam indirect cost.
 Prime Cost and Conversion Cost
a. Prime Cost : DM + DL
b. Conversion Cost : DL + FOH
 Product Cost and Period Cost
Untuk tujuan pelaporan keuangan, biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Product Cost, terdiri dari Manufacturing Cost yaitu DM + DL + FOH.
b. Period Cost, terdiri dari biaya penjualan (selling) dan biaya administrasi
(administrative). Selling expense merupakan biaya yang terjadi dalam
memasarkan produk dan mengirimkan produk kepada pelanggan.
Administrative Expense merupakan biaya yang terjadi dalam mengelola
perusahaan dan tidak terkait secara langsung dengan fungsi produksi dan
penjualan.

6. Jurnal Transaksi Perusahaan Manufaktur


Jurnal Periodik Perpetual
Pembelian Purchase-Raw Material Raw Material
bahan baku Accounts Payable Accounts Payable
Saat dipakai --- no entry --- Work in Process
dalam Raw Material
produksi
Saat Direct Labor atau Work in Process-Direct Labor
pemakaian Indirect Labor Factory Overhead-Indirect Labor
tenaga kerja Salaries Payable Salaries Payable
Depreciation expense-FOH Factory Overhead Cost
Other FOH
Accu. Depreciation Accu. Depreciation
Pembebanan --- no entry --- Work in Process
FOH ke WIP Factory Overhead Cost
Pembebanan --- no entry --- Finished Goods
WIP ke Work in Process
Finished
Goods
Pembebanan --- no entry --- Cost of Goods Sold
Finished Finished Goods
Goods ke
COGS
Accounts Receivable Accounts Receivable
Sales Sales
Penjualan
Cost of Goods Sold
Finished Goods
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pendekatan Income --- no entry ---


Summary:
Penyesuaian Income Summary
akhir periode Raw Material (awal)
Raw Material (akhir)
Income Summary

7. Cost of Goods Manufactured


Harga pokok produksi adalah akumulasi dari biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk menghasilkan produk dan kemudian dibebankan kepada produk. Proses
menentukan harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
Step 1 menentukan biaya dari material yang terpakai (DM used)

Step 2 menentukan total biaya manufaktur (manufacturing cost incurred)

Step 3 menentukan harga pokok produksi (cost of goods manufactured)

8. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur


Kalo Retained Earnings Statement dan Statement of Cash Flows sama aja seperti di
perusahaan jasa maupun dagang. Tapiiiiii, Statement of Financial Position dan
Income Statement di perusahaan manufaktur beda dan lebih kompleks karena di
perusahaan manufaktur harus mencatat dan melaporkan biaya produk yang dijual.
a. Statement of Financial Position untuk Perusahaan Manufaktur
 Materials Inventory, termasuk biaya dari direct dan indirect material yang
belum memasuki proses produksi. Misal, kayu (DM), dan paku (IM) pada
perusahaan mebel.
 Work in Process Inventory, termasuk DM, DL, dan FOH yang sudah masuk
dalam proses produksi tapi masih belum jadi alias masih dalam proses.
 Finished Goods Inventory, termasuk produk yang sudah jadi namun belum
dijual.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

9. Income Statement untuk Perusahaan Manufaktur


Perbedaan utama Income Statement pada perusahaan dagang dan manufaktur
adalah pada pelaporan cost of goods available for sale dan cost of goods sold.

Perusahaan manufaktur memproduksi sendiri produk yang ia jual, menggunakan


DM, DL, dan FOH (manufacturing cost). Total biaya pembuatan produk yang tersedia
selama satu periode disebut cost of goods manufactured. COGM diperlukan untuk
menentukan COGS untuk menyiapkan Income Statement. Untuk menentukan
besarnya COGM dapat juga dibuat Statement of Cost of Goods Manufactured.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 9
PERMINTAAN AGREGAT I : MEMBANGUN MODEL IS-LM

A. Definisi
1. Model IS-LM adalah model yang menunjukkan apa yang menyebabkan kurva permintaan
agregat bergeser.
2. Terdapat dua bagian model, yaitu:
a. Model IS (Investasi-Saving)
Model yang menyatakan apa yang terjadi pada pasar barang dan jasa.
b. Model LM (Liquidity-Money)
Model yang menyatakan apa yang terjadi pada penawaran dan permintaan terhadap
uang.

B. Pasar Barang dan Kurva IS


1. Tujuan Kurva IS
 Tujuan dari kurva IS adalah menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa.
 Untuk dapat mempelajari bagaimana kurva IS bekerja, kita perlu memahami apa itu
Perpotongan Keynesian.
2. Perpotongan Keynesian
a. Dasar Pemikiran
 Keynes mengatakan bahwa pendapatan total perekonomian (dalam jangka
pendek), sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya.
 Banyak pengeluaran pendapatan  Banyak barang dan jasa yang dijual  Banyak
output produksi  Banyak pekerja yang direkrut.
 Jadi, masalah utama resesi adalah pengeluaran yang tidak cukup.
b. Jenis Pengeluaran
1. Pengeluaran Aktual
Jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas
barang dan jasa. Atau bisa dibilang GDP/Y
2. Pengeluaran yang Direncanakan
a. Jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah atas barang dan jasa. Atau bisa dibilang E.
b. Untuk sekarang, kita belajar dengan asumsi perekonomian tertutup.
Persamaan E adalah :
E=C+I+G
E = C (Y – T) + I + G
c. Bentuk kurva :
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Look!
Kurvanya adalah MPC. Kenapa bergerak keatas? Karena makin tinggi
pendapatan, maka konsumsi akan semakin tinggi, dan E akan naik.
3. Aktual dan Direncanakan itu selalu beda.
Kenapa? Masalah utamanya adalah investasi persediaan. Perusahaan mungkin
terlibat dalam investasi persediaan yang tidak direncakan, penyebabnya bisa
karena penjualan yang tidak sesuai harapan.
c. Perekonomian dalam Ekuilibrium
1. Perekonomian akan ekuilibrium ketika :
Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Ekspenditure
Y =E
2. Kurvanya :

Look!
Itu garis kurva Y nya bentuknya 45 derajat keatas ya. Selalu gitu. Udah pasti.
Tinggal E nya nanti yang bergerak-gerak.
3. Kenapa Ekuilibriumnya di Y = E?
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Asumsikan bahwa Pengeluaran Aktual adalah total barang yang diproduksi, dan
Pengeluaran yang Diharapkan adalah barang yang benar-benar laku.
a. Titik Y1, Aktual > Diharapkan.
Pada titik ini, barang yang diproduksi lebih banyak dari yang laku. Akhirnya
produksi yang berlebih akan disimpan sebagai persediaan, dan perusahaan
akan memutuskan untuk mengurangi produksi. Akibatnya jumlah Y akan
berkurang agar sesuai dengan jumlah barang yang terjual, titik ekuilibrium.
b. Titik Y2, Aktual < Diharapkan
Pada titik ini, barang yang laku lebih banyak dari yang diproduksi. Dititik ini
barang yang lebih diproduksi saat titik Y1 dikeluarin semua, dijuaaal!. Trus kl
udah abis stoknya, perusahaan akan merekrut banyak pekerja untuk
menambah produksi sehingga Y akan naik ketitik ekuilibrium.

d. Kebijakan Fiskal dan Pengganda : Belanja Pemerintah


 Apabila Belanja Pemerintah (G) meningkat, maka kurva E akan bergeser ke atas.
Akibatnya, Ekuilibrium perekonomian akan bergeser ke kekakan.

 Pertanyaannya, seberapa besarkah deltaY ? Besaran mana, deltaY atau deltaG?


Untuk menjawab pertanyaan tsb, mari kita belajar Pengganda Belanja Pemerintah!
 Pengganda Belanja Pemerintah (deltaY / deltaG)
1. Pengganda Belanja Pemerintah adalah rasio yang menyatakan seberapa besar
pendapatan meningkat dalam menanggapi kenaikan $1 dalam belanja
pemerintah.
2. Nilainya akan selalu lebih dari satu, oleh karena itu, deltaY > deltaG. Why?

3. Adapun Rumusnya :
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Buat yang penasaran kenapa bisa gitu rumusnya:

Nah, tinggal diolah, dapet dah rumus yang diatas.


5. Contoh soal dan interpretasi

e. Kebijakan Fiskal dan Pengganda : Pajak


 Penurunan pajak akan menyebabkan konsumsi naik dan E akan bergeser keatas.
Akibatnya titik ekuilibrium Y akan turun.

 Pengganda Pajak
1. Definisi sama kayak pengganda belanja pemerintah ya, intinya setiap
kenaikan pajak $1 maka Y akan turun berapa.
2. Adapun karakteristiknya :
a. Nilainya negatif. Karena kenaikan pajak akan mengurangi konsumsi yang
akan menurunkan pendapatan
b. Lebih besar dari satu. Alasannya sama kayak belanja pemerintah polanya.
c. Lebih kecil dari pengganda belanja pemerintah
Konsumen menghemat bagian (1-MPC) dari pemotongan pajak, sehingga
dorongan awal belanja dari pemotongan pajak lebih kecil daripada
kenaikan yang sama dalam G.
3. Adapun rumusnya:
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Buat yang pensaran kenapa rumusnya gitu:

5. Contoh soal dan interpretasi:

Cara bacanya, kalau pajak naik $1, maka pendapatan turun $4.

3. Tingkat Bunga, Investasi, dan Kurva IS

Mari kita coba pelajari.


a. The Investment Function (Fungsi Investasi)
Seperti yang kita pelajari di materi sebelum uts, Fungsi Investasi adalah I(r). Dimana r
dan I memiliki hubungan yang berbanding terbalik.
b. The Keynesian Cross (Perpotongan Keynesian)
1. Apabila r naik, maka investasi akan turun, yang akan menyebabkan E bergeser
kebawah.
2. Bergesernya E kebawah, akan menyebabkan titik ekuilibrium Y turun juga.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

c. The IS Curve (Kurva IS)


Nah, dapat disimpulkan kalau setiap kenaikan r, maka Y akan turun. Bentuk kurvanya
seperti gambar diatas.
Definisi kurva IS adalah grafik yang menunjukkan semua kombinasi r dan Y yang
menghasilkan ekuilibrium di pasar barang.

4. Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS


 Kebijakan fiskal yang bisa diambil adalah
a. Perubahan pada G  delta G
b. Perubahan pada T  delta T
 Ingat! Pada kurva IS, variable edogennya hanyalah r dan Y.
Sedangkan G dan T adalah variable eksogen.
 Apabila yang berubah adalah variabel endogen, maka kurva IS akan bergerak.
Apabila yang berubah adalah variabel eksogen, maka kurva IS akan bergeser.
 Contoh pergeseran kurva IS karena adanya kebiajakan fiskal menambah belanja
pemerintah :

Look!
Yang berubah itu Gnya, akibatnya Ynya berubah juga. Tetapi, r nya tetap. Sehingga
pada kurva IS, terjadi pergeseran ke kanan.

C. Pasar Uang dan Kurva LM


1. Teori Prefrensi Likuiditas
a. Definisi
Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan untuk uang, asset perekonomian yang paling lancar.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Permintaan dan Penawaran Keseimbangan Uang Riil


1. Penawaran Keseimbangan Uang Riil
a. Rumus Penawaran :

M = Jumlah uang beredar, merupakan variabel eksogen yang diatur BI.


P = Tingkat Harga, merupakan variabel eksogen yg dianggap tetap (saat ini)
b. Nah, karena semuanya konstan/eksogen/tetap, maka kurvanya lurus.
2. Permintaan Keseimbangan Uang Riil
a. Pada permintaan uang, tingkat bunga mengambil peran penting. Karena r
adalah opportunity cost dari membawa uang.
Contoh : makin tinggi r, makin banyak bunga yang didapet kalau uangnya
ditabung, jadi permintaan uang akan rendah karena banyakan ditabung
uangnya.
b. Rumus :

Hubungan antara permintaan dan r berkebalikan. Jadi kurvanya menurun


kebawah.
3. Perpotongan Permintaan dan Penawaran
Adapun perpotongan kurva permintaan dan penawaran keseimbangan uang riil
akan menentukan tingkat bunga yang akan muncul di perekonomian.

2. Pendapatan, Permintaan, dan Kurva LM


a. Dari teori prefrensi liquiditas, kita bisa menderivasinya untuk mendapat kurva LM.
Ingat!
Apabila pendapatan naik  Pengeluaran akan meningkat  Maka penggunaan uang
akan meningkat  permintaan uang pun akan meningkat.
Dengan demikian, rumus permintaan uang untuk kurva LM adalah :

r = Berhubungan terbalik
Y = berhubungan searah.
b. Kurva LM
Misal, terdapat kenaikan pendapatan (Y), ini akan menyebabkan kurva permintaan
uang bergeser ke atas. Akibatnya r akan naik juga.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jadi, kurva LM mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka permintaan


keseimbangan uang riil akan bertambah akibatnya r akan naik.

3. Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM


 Kebijakan moneter adalah kebijakan mengenai jumlah uang yang beredar. Seperti
yang kita ketahui, kebijakan moneter diatur oleh BI.
 Perubahan pada kebijakan moneter akan menggeser posisi kurva penawaran
keseimbangan uang riil yang akan menggeser kurva LM.
 Ingat.
a. Variabel endogen kurva LM adalah r dan Y. Apabila variabel r dan Y berubah,
maka kurva LM akan bergerak
b. Variabel eksogen kurva LM adalah M. Apabila variabel M berubah maka kurva
LM akan bergeser.
 Contoh : BI menurunkan tingkat jumlah uang yang beredar, maka kurvanya

Look!
Perubahan M akan menggeser penawaran kurva LM ke kiri. Akibatnya r akan
bergeser ke atas tetapi Y nya tetap.

D. Kesimpulan : Ekuilibrium Jangka Pendek


1. Persamaan IS dan LM

2. Ekuilibrium Perekonomian
Titik dimana kurva IS dan kurva LM berpotongan yang akan memberikan tingkat bunga r
dan pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk pasar barang & jasa serta pasar uang.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3. Teori Fluktuasi Jangka Panjang

Berdasarkan gambar diatas, apa yang kita pelajari ini adalah bagian kecil awal untuk dapat
memahami fluktuasi ekonomi jangka pendek ya!
Usahain paham bagian ini, karena materi ini akan berhubungan ke bab-bab berikutnya.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 10
PERMINTAAN AGREGAT II : PENERAPAN MODEL IS-LM

A. Menjelaskan Fluktuasi dengan Model IS-LM


Kita akan mengkaji bagaimana perubahan kebijakan dan guncangan terhadap perekonomian
bisa membuat kurva IS-LM bergeser. Seru kan?
1. Kebijakan Fiskal: Menggeser Kurva IS dan Mengubah Ekuilibrium Jk. Pendek
a. Perubahan Belanja Pemerintah
1. Dasar Pemahaman
 Misal, belanja pemerintah naik sebesar deltaG.
 Berdasarkan Pengganda Belanja Pemerintah, Y akan bergeser sebesar deltaY.
 Kenaikan deltaG  menggeser kurva IS ke atas.
 Ingat materi pertemuan 9! Naiknya G akan menggeser E ke kanan, sehingga
perpotongan Keynesian Y akan berpindah ke kanan. Akibatnya kurva IS akan
bergeser ke ke kanan, karena G adalah variable Eksogen.
2. Kurva IS-LM atas naiknya G

Jadi, kenaikan belanja pemerintah akan menyebabkan Pendapatan dan Output Y


meningkat dan Tingkat Bunga r juga meningkat.
3. Narasi Penjelasan
a. Pasar Barang.
G Naik  E naik, geser ke kanan  Y naik. Pertemuan 9 Ingat.
b. Pasar Uang
Y naik  Permintaan Keseimbangan Uang Riil Naik  R naik. Pertemuan 9.
c. TAPI!
1. Kenaikan r pada pasar uang akan diikuti dengan penurunan investasi di
pasar barang dong
2. Oleh karena itu, kenaikan Y pada kurva IS-LM lebih kecil dibanding pada
kenaikan dalam perpotongan Keynesian.
b. Perubahan Pajak
1. Dasar Pemikiran
 Misal, pajak turun sebesar deltaT
 Berdasarkan Pengganda Pajak, Y akan bergeser sebesar deltaY
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Penurunan Pajak akan meningkatkan Konsumsi yang akan meningkatkan E. E


akan bergeser ke kanan, sehingga Y akan bertambah dan menyebabkan
pergeseran pada kurva IS
2. Kurva IS-LM atas Turunnya T

Jadi, penurunan pajak akan meningkatkan pendapatan dan output Y serta


menaikkan tingkat bunga r
3. Narasi Penjelasan
a. Pasar Barang.
T turun  C naik  E naik, geser ke kanan  Y naik. Pertemuan 9 Ingat.
b. Pasar Uang
Y naik  Permintaan Keseimbangan Uang Riil Naik  R naik. Pertemuan 9.
c. TAPI!
1. Kenaikan r pada pasar uang akan diikuti dengan penurunan investasi di
pasar barang dong
2. Oleh karena itu, kenaikan Y pada kurva IS-LM lebih kecil dibanding pada
kenaikan dalam perpotongan Keynesian.
2. Kebijakan Moneter: Menggeser Kurva LM dan Mengubah Ekuilibrium Jk. Pendek
a. Kebijakan moneter adalah kebijakan mengatur jumlah uang beredar dan hanya bisa
dilakukan oleh BI.
b. Misal jumlah uang beredar dinaikkan oleh BI, maka
 M naik  Penawaran Keseimbangan Uang Riil bergeser ke kanan  r turun 
kurva LM bergeser ke kanan. Materi Pertemuan 9.
 Kurva IS-LM atas Kenaikan M
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jadi, kenaikan M akan meningkatkan pendapatan dan output Y, serta akan


menurunkan tingkat bunga r.
c. Narasi Penjelasan Kenaikan M
1. BI naikin M  Masyarakat Banyak memegang uang  Karena kebanyakan uang,
masyarakat akan menabung dan membeli obligasi.
2. Masyarakat banyak nabung dan membeli obligasi berakibat pada turunnya
tingkat bunga.
3. Turunnya tingkat bunga  meningkatkan investasi I  Y naik deh.
4. Mekanisme Transmisi Moneter  Kenaikan jumlah uang beredar berakibat pada
turunnya tingkat bunga dan mendorong investasi.
3. Interaksi Antar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
a. Ingat.
1. Kurva LM  Dikendalikan oleh BI sebagai pemegang kebijakan moneter
2. Kurva IS  Dikendalikan pemerintah sebagai pemegang kebijakan fiskal.
Jadi, mereka bisa mengambil kebijakan tertentu dan menyebabkan hasil yang
beragam. Tinggal kombinasiin aja efeknya, nanti ketemu deh hasilnya.
b. Contoh Kasus dan Hasilnya
Misal, pemerintah ingin menaikkan pajak, apa efeknya dalam perekonomian? (Ingat.
Naiknya pajak  C akan turun  IS bergeser ke kiri)
Efeknya  bergandung pada kebijakan yang diambil BI, yaitu :
1. Menjaga JUB tetap konstan, artinya LM tidak berubah.

Tuh lihat, efeknya Y dan r akan turun  Resesi.


2. Mempertahankan Tingkat Bunga tetap Konstan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jadi, BI akan menurunkan jumlah uang beredar agar LM bergeser ke kiri, sehingga
r tetap konstan tapi berdampak pada penurunan Y yang sangat parah
(memperburuk resesi).
3. Mempertahankan Pendapatan, Y

Jadi, BI akan menambah jumlah uang beredar agar LM bergeser ke kanan,


sehingga Y tetap konstan tetapi tingkat bunga akan turun sangat parah. Pada
keadaan ini, naiknya pajak hanya berdampak pada turunnya tingkat bunga
(namun tidak menyebabkan resesi).

4. Guncangan Dalam Model IS-LM


a. Apa itu Guncangan?
Nah, tadi kan kita belajarnya kebijakan ya, itu bisa diatur, direncanakan dan efeknya
pada sisi penawaran. Tetapi kalau guncangan itu gak bisa diatur dan efeknya pada sisi
permintaan.
b. Guncangan IS
 Suatu perubahan eksogen dalam permintaan terhadap barang dan jasa
 Penyebabnya bisa nafsu hewani investor dan pemuasan diri dari sisi optimism
dan pesimisme.
 Contohnya adalah perusahaan yang pesimis terhadap perekonomian. Sehingga
ia akan membangun lebih sedikit pabrik  pekerja berkurang  menyebabkan
Y berkurang  Menggeser kurva IS ke kiri  menyebabkan r akan turun dan Y
akan turun
c. Guncangan LM
 Suatu perubahan eksogen dalam permintaan terhadap uang.
 Contohnya adalah pembatasan penggunaan CC. Pembatasan penggunaan akan
sisi akan mendorong penggunaan cash yang tinggi  Permintaan atas uang akan
meningkat  Menggeser kurva LM ke kiri/atas  menyebabkan r akan naik dan
Y akan turun.
d. Fluktuasi ini tidaklah menguntungkan, pembuat kebijakan akan berusaha untuk
mengurangi dampak ini.
5. Instrumen Kebijakan BI : JUB atau Tingkat Bunga?
 Kadang di berita-berita. BI itu mengatur tingkat bunga bukan tingkat jumlah uang
beredar. Jadi sebenarnya BI itu ngatur yang mana sih?
 Jawabannya  Sama aja. Ngatur tingkat bunga = ngatur JUB
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Untuk mengatur tingkat bunga  BI perlu melakukan operasi pasar untuk merubah
JUB  Sehingga r akan berubah.
 BI lebih sering pakai tingkat bunga karena :
a. Guncangan lebih sering pada IS daripada LM
b. JUB susah untuk diukur  tingkat bunga lebih mudah diukur dalam jk. Pendek

B. IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat


Disini, kita akan mencari tahu mengapa kurva Permintaan Agregat miring kebawah dengan
harga yang berubah, tidak lagi tetap seperti di pertemuan 9.
1. Dari Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat
a. Alasan Kurva Permintaan Agregat Turun Kebawah
 Apabila Harga P naik  Maka penawaran keseimbangan uang riil akan bergeser
ke kiri  LM akan bergeser ke Kiri
 Bergesernya LM ke kiri akan berdampak pada turunnya Y.
 NAH! Jelas kan? Kenaikan P akan menyebabkan turunnya Y. Berkebalikan! Itu
sama dengan kurva AD. Easy.

b. Apa yang Menyebabkan Kurva AD Bergeser?


 Ingat! Kurva AD didapat dari kurva IS-LM. Jadi. Perubahan pada kurva IS-LM akan
menggeser kurva AD.
 Rumus :
“Peristiwa yang menggeser kurva IS/LM (untuk tingkat harga tertentu) akan
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser”.
 Contoh
1. Kebijakan Moneter Ekspansif  Naikin M  LM bergeser ke Kanan  Y
bertambah  AD bergeser ke kanan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Kebijakan Fiskal Ekpansif  Naikin G  IS bergser ke Kanan  Y bertambah


 Ad bergeser ke kanan.

 Simpulan :
1. Perubahan pd tingkat harga (endogen)  Pergerakan di sepanjang kurva AD
2. Perubahan selain harga (eksogen)  Pergeseran pada kurva AD.
2. Model IS-LM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Pada sub-bab ini, kita tentuin kurva IS-LM akan mempengaruhi jangka panjang dan
bisa ngebandingin bedanya model Keynesian sama model klasik.
b. Kurva IS-LM dan Model AS-AD
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Penjelasan :
1. Kurva IS-LM
Pergerakan dari K ke C hanya bisa dilakukan dari kebijakan moneter. Gak bisa
bergerak dengan sendirinya.
2. Kurva AD/AS  Klasik
Pergerakan dari K ke C terjadi dengan adanya penyesuaian harga secara langsung
untuk menjamin Ynya selalu dititik alamiah.
c. Perbedaan Model Klasik dan Model Keynesian
1. Model Keynesian
IS  Y = c(Y-T) + I(r) + G
IM  M/P = L (r,Y)
Ada 3 variabel endogen, yaitu Y, P dan r. Dengan asumsi P tetap, maka r dan Y aja
yang bisa disesuaikan untuk memenuhi persamaan IS-LM
2. Model Klasik
Asumsi Y adalah tetap, jadi P dan r yang berubah untuk memenuhi persamaan
IS-LM
3. Simpulan
a. Keynesian  Jangka pendek, dimana harga tetap tapi Y dan r berubah
b. Klasik  Jangka panjang, dimana Y tetap tapi P dan r berubah.

C. Depresi Besar
Teori Keynesian lahir karena adanya depresi besar ini. Jadi boleh dipahami aja. Baca dibuku
untuk cerita super lengkap.
1. Hipotesis Pengeluaran: Guncangan pada Kurva IS
a. Hipotesis Pengeluaran
Hipotesis yang meletakkan kesalahan terjadinya depresi besar pada penurunan
eksogen dalam pengeluaran atas barang dan jasa. Buktinya :
1. Penurunan pendapatan yang diikuti dengan turunnya tingkat harga
2. Pergseran kontraktif kurva IS ke kiri
b. Alasan Kurva IS Bergeser
1. Turunnya Konsumsi
2. Turunnya Investasi  Investasi perumahan yang booming tiba-tiba jatuh karena
berkurangnya imigran, yang menyebabkan populasi mengecil/melambat.
c. Depresi Besar Terjadi  Efeknya ke Penurunan Pengeluaran
1. Banyak Bank Bangkrut
Bank andilnya besar atas penawaran dana investasi  Bank berkurang 
Investasi berkurang  Toko banyak yang gak buka.
2. Pemerintah Fokus pada Keseimbangan Anggaran
Pemerintah fokus pada anggaran yang seimbang, sehingga menaikkan pajak yang
menyebabkan konsumsi turun, serta melakukan penghematan dengan
mengurangi belanja pemerintah.
2. Hipotesis Uang: Guncangan pada Kurva LM
a. Hipotesis Uang
Depresi besar terhadi karena FED membiarkan JUB turun dalam jumlah yang besar.
Dengan bukti di tahun 1929 – 1933  JUB turun 25% dan pengangguran naik.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Masalah atau Penyebab Hipotesis ini Tidak Valid


1. Perilaku Keseimbangan Uang Riil
Membiarkan JUB turun, akan menyebabkan penawaran uang riil turun. Tapi
kenyataannya, tahun 1929-1931 Penawaran uang riil malah naik sedikit, dan
setelahnya baru benar-benar turun
2. Perilaku Tingkat Bunga
Harusnya tingkat bunga naik, tapi nyatanya tingkat bunga turun.
c. Simpulan
Karena dua masalah diatas, hipotesis ini ditolak.
3. Hipotesis Uang 2: Dampak Penurunan Harga
a. Data
Pada tahun 1929-1933  Harga turun sebanyak 25%  Deflasi. Berdasarkan data
tersebut, timbul hipotesis Deflasi Penyebab Depresi Besar
b. Dampak Deflasi yang Menstabilkan
1. Berdasarkan kurva IS-LM, Turunnya Harga P  Menggeser kurva LM ke Kanan 
Akibatnya Y akan naik.
2. Ini terjadi karena adanya efek Pigou, dimana Harga yang rendah menyebabkan
banyaknya uang riil  perasaan yang lebih makmur, sehingga masyarakat banyak
belanja yang akan mendorong Y.
3. Simpulannya bahwa deflasi seharusnya membuat perekonomian menjadi lebih
baik.
c. Dampak Deflasi yang Mendestabilisasi
Teori dibawah ini berpendapat bahwa deflasi dapat mengurangi pendapatan
1. Teori Deflasi Utang  Dampak penurunan harga yang tidak diharapkan
Ceritanya gini, *ehem
a. Jika debitor minjem uang 1000, maka jumlah utang riilnya 1000/P
b. Eh terjadi deflasi yang tidak diharapkan!  P turun
c. P turun berakibat pada utang riilnya yang naik  Memperkaya kreditor dan
merugikan debitor
d. Asumsi, karena debitor rugi maka dia akan nurunin belanjanya. Sebaliknya,
kreditor untung, ia akan nambah belanjanya
Netonya  Pengurangan belanja debitor > Penambahan belanja kreditor
e. Simpulan  Pengeluaran akhirnya berkurang, yg berakibat pada turunnya Y
2. Teori Deflasi yang Diharapkan
Anggap orang-orang berekspektasi bawah tingkat harga akan turun. Akibatnya pi
ekspektasi akan minus
Ingat  r = i – pi ekspektasi. Kalau pi ekspektasi minus, maka r > i, akibatnya
a. Karena r naik  Investasi turun  IS bergeser ke bawah
b. Karena IS bergeser ke kebawah  Y turun dan i akan turun
c. Tingkat bunga riil akan naik.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

d. Simpulannya  Deflasi menyebabkan r naik, Y turun, dan I turun


4. Dapatkah Depresi Besar Terjadi Lagi?
Karena kita masih gak tau penyebab pastinya, ya, bisa aja terjadi lagi. Tapi ekonom yakin
gak bakal terjadi selama FED gak biarin JUB rendah banget kayak tahun 1930, karena
Ekonom yakin penyebab rendahnya itu akibat JUB yang rendah.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 11
PEREKONOMIAN TERBUKA: MODEL MUNDELL-FLEMING DAN REZIM KURS

A. Model Mundell-Fleming
1. Asumsi: Perekonomian Terbuka Kecil dengan Mobilitas Modal Sempurna
a. Asumsi Perekonomian Terbuka Kecil
Ini artinya tingkat bunga (r) yang akan digunakan adalah tingkat bunga dunia (r*)
r = r*.
r* nilainya eksogen ya
b. Mengapa bisa sama?
Jadi, negara yang kita pakai sebagai dasar sekarang punya akses mobilitas modal
sempurna ke dunia. Aliran modal internasional cukup memadai untuk
mempertahankan tingkat bunga domestik sama dengan tingkat modal dunia.
Eh? Kok bisa ya? Gini ceritanya :
Misal r > r*  ini berarti tingkat bunga domestik itu lebih besar daripada tingkat
bunga dunia. Yaudah orang-orang di dunia akan investasi ke domestik dong soalnya
nguntungin. Makin banyak aliran uang yang masuk, akhirnya r domestik turun lagi
sampe sama dengan r*.
2. Pasar Barang dan Kurva IS*
a. Persamaan Perekonomian Terbuka
Karena ini perekonomian terbuka, maka persamaan pendapatan/outcome :
Y = C( Y – T ) + I (r*) + G + NX (e)
Nah, sekarang kita lacak, mana yang eksogen mana endogen.
1. Eksogen  Kebijakan fiskal (G, T) dan Tingkat bunga (r*)
2. Endogen  Y dan juga e
Masih inget e? materi sebelum UTS.
b. Apa itu e?
e adalah Kurs Nominal. Sedangkan ϵ adalah kurs riil

Nah, sekarang kita pake asumsi harga tetap ya, jadi P = P*, sehingga akibatnya e = ϵ.
Naik turunnya kurs nominal akan menyebakan kurs riil berubah.
c. Kurva IS*
Karena yang endogen sekarang itu e sama Y, untuk kurva IS* kita cari hubungan antara
si e sama Y.
Ingat. Semakin tinggi kurs nominal suatu negara (e), maka harga uangnya makin
mahal/menguat. Karena harga tetap, maka kurs nominal = kurs riil. Akibatnya,
semakin tinggi e, harga barang domestik relatif lebih mahal dari harga barang luar
negeri, sehingga ekspor barang akan semakin rendah dan impor akan lebih banyak,
alias NX nya mengecil.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Mari kita analisis. (Cara analisis sama kayak IS-LM kemarin ya)
a. The Net-Export Schedule (Skejul NX)
1. Misalnya, terjadi kenaikan dalam kurs nominal
2. Akibatnya jumlah ekspor akan menurun dan jumlah impor akan meningkat,
sehingga NX akan turun (Sesuai penjelasan diatas)
3. Oleh karena itu, NX akan turun sebesar ΔNX.
b. The Keynesian Corss (Perpotongan Keynesian)
1. Karena NX turun, akibatnya E akan turun kan yak  geser ke bawah
2. E turun, akibatnya Y akan turun juga.
c. The IS* Curve
1. Jadi, jelas kan  Naiknya e akan berakibat akhir pada turunnya Y
2. Jadilah kurva IS*. Hubungan berkebalikan antara e dan Y. Selamat!
3. Pasar Uang dan Kurva LM*
a. Persamaan Perekonomian Terbuka
(M/P)s = L( r*, Y )
Sekarang cek, mana eksogen mana endogen :
1. Eksogen = (M/P)S Ditentuiin BI, r*
2. Endogen = Y.
Look! Endogennya cuma si Y, kurs nominal “e” gak memberi dampak pada kurva LM
b. Kurva LM*
Karena e tidak memberikan dampak pada Y, jadi kurvanya ya gitu, lempeng aja lurus.
Karena hubungan e dan Y tidak ada.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Merakit Bagian Model


a. Kesimpulan Persamaan Perekonomian Terbuka

b. Model Mundell-Fleming

Ekuilibirum pasar barang-jasa dan pasar uang berada dititik pertemuan antara kurs
nominal (e) dan Y  Ingat asumsi P=P*.

B. Perekonomian Terbuka Kecil dengan Kurs Mengambang


1. Definisi Kurs Mengambang
Kurs mengambang adalah kurs yang ditentukan oleh pasar dan dibiarkan berfluktuasi
dengan bebas untuk menanggapi kondisi perekonomian yang sedang berubah. Dimana
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

kurs nominal (e) akan menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan simultan di pasar
barang dan pasar uang.
2. Kebijakan Fiskal
a. Case
Misal pemerintah mendorong pengeluaran domestik, sehingga belanja pemerintah
(G) naik. G naik  E naik  IS* geser ke kanan  Tinggal gambar Kurva Mundell dan
liat dampaknya.
b. Kurva

Akibatnya berdasarkan kurva :


1. Kurs nominal (e) akan naik
2. Y akan tetap.
Gampang kan kalau pakai kurva, jelas. Cuma yang penasaran kenapa bisa gitu
dampaknya, silahkan baca narasinya ya.
c. Narasi/Penjelasan
1. Apabila G domestik naik  maka Y domestik akan naik.
2. Ketika Y naik  Mendorong r untuk naik
3. Ketika r naik, investasi domestik sangatlah menggiurkan, akibatnya banyak aliran
modal internasional yang masuk ke Indonesia, sehingga r akan turun lagi sampai
sama dengan r*
4. Akibat buruk dari masuknya aliran modal asing  permintaan atas rupiah akan
naik  akibatnya uang rupiah akan berharga  kurs nominal menguat  alias e
akan naik.
5. Naiknya e akan menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dari
negara luar  ekspor menurun dan impor naik  NX akan turun  Y turun lagi.
6. Mangkanya, dampaknya adalah naiknya e serta Y tetap.
3. Kebijakan Moneter
a. Case
Misal Bank Sentral naikin jumlah uang beredar (M)  menaikkan keseimbangan uang
riil (M/P)  LM* geser ke kanan. Adapun gambarnya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Kurva

Akibatnya e turun dan Y naik. Buat yang pengen tau alasannya, silahkan baca narasi.
c. Narasi/Penjelasan
1. Ketika Bank Sentral menaikkan jumlah uang beredar  Dampaknya penawaran
uang akan meningkat  r domestik akan turun
2. Turunnya r domestik mengakibatkan alokasi modal internasional dibawa keluar
agar lebih menguntungkan. Sehingga menyebabkan r akan perlahan naik sehingga
sama lagi dengan r*
3. Adanya alokasi modal keluar menyebabkan penawaran uang rupiah jadi banyak
banget, sehingga rupiah jadi melemah  alias kurs nominal (e) jadi turun
4. Turunnya e menyebabkan harga dalam negeri relative lebih murah dari luar
negeri, sehingga ekspor jadi makin banyak dan impor berkurang. NX jadi naik
5. Naiknya NX akan menyebabkan Y naik. (akhirnya selesai, panjang ya haha)
4. Kebijakan Perdangan
a. Case
Kebijakan perdagangan ini maksudnya kebijakan yang seperti adanya tarif impor atau
kuota impor itu. Misal sekarang keadaannya pemerintah membatas impor  Impor
turun menyebabkan NX naik  Geser IS* ke kanan. Kurvanya :
b. Kurva

Akibatnya e akan naik tapi Y nya tetap. Buat yang penasaran, ayo baca narasi!
c. Narasi/Penjelasan :
Ini polanya sama persis kayak sebelum-sebelumnya, ringkasnya gini ya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Kuota impor turun  NX naik  Y naik  r naik  trus alokasi modal dari luar negeri
masuk ke dalam negeri agar lebih untung  r turun sampe sama dengan r*  adanya
alokasi modal dari luar negeri berakibat pada menguatnya rupiah  e naik  NX
turun lagi  Y turun lagi.
Makanya e nya naik, tapi Y nya malah tetap. Ini berakibat pada berkurangnya transaksi
jual beli internasional.

C. Perekonomian Terbuka Kecil dengan Kurs Tetap


1. Bagaimana Kurs Tetap Bekerja
a. Bank sentral siap membeli atau menjual mata uang domestik untuk mata uang asing
pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya
b. Tujuannya adalah mempertahankan kurs pada tingkat yang telah diumumkan.
Komitmen Bank sentral untuk membiarkan JUB menyesuaikan pada level berapapun
akan menjamin kurs ekuilibrium sama dengan kurs yang diumumkan.
c. Cara Kerjanya : (Contoh ya)
Kurs dunia > Kurs tetap
Misal FED mengumumkan kurs tetap pada 100 yen per dollar. Keadaan saat ini 150
yen per dollar. Nah gimana caranya supaya kursnya balik lagi ke 100 yen per dollar?
Banyakin jumlah dollar kan ya, prosesnya bisa terjadi secara otomatis, karena :
1. Pialang akan membeli 300 yen dengan harga 2 dollar di pasar.
2. Trus, jual aja 300 yen tadi ke Bank Sentral dengan harga 3 dollar.
3. Jadi JUB akan bertambah sebanyak 1 dollar kan ya? Ini akan menyebabkan jumlah
uang berangsur-angsur bertambah.
4. Akibatnya, harga dollar akan balik lagi ke 100 yen, dan LM* geser ke kanan.
d. Kurvanya

2. Kebijakan Fiskal
a. Case
Misal Pemerintah menaikkan G  E akan bertambah  IS* geser ke kanan. Tapi
karena Bank Sentral pengen kursnya tetap, maka LM* juga akan di geser ke kanan
dengan cara naikin JUB. Berikut Kurvanya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Kurva

Akibatnya adalah e akan tetap, tapi Y akan bergeser ke kanan. Gak ada narasi ya,
soalnya di buku gak dijelasin. Pake kurva aja pake jelasin.
3. Kebijakan Moneter
a. Case
Misal Bank Sentral ingin mempertahan kurs, tapi tetap mau menambah JUB dengan
cara membeli obligasi dari masyarakat. Efeknya penawaran uang akan bertambah 
Kurva LM* geser ke kanan. Kurvanya :
b. Kurva

eh? Kok itu malah balik lagi? Gini ceritanya :


1. Ketika JUB dinaikin  maka penawaran uang akan meningkat  Kurva LM* geser
ke kanan  Y akan naik
2. Naiknya Y  akan diikuti dengan naiknya r. r yang tinggi menyebabkan alokasi
modal internasional banyak yang masuk, sehingga r berangsur turun hingga sama
dengan r*
3. Banyaknya modal yang masuk menyebabkan permintaan rupiah naik, sehingga
rupiah menguat.
4. Menguatnya rupiah akan dimanfaatkan oleh pialang (sesuai cerita defisini apa itu
kurs tetap sebelumnya), sehingga kurs akan turun lagi.
5. Jadi  kebijakan moneter gak ada efeknya pada rezim kurs tetap.
c. Tapi, ada satu kebijakan moneter yang bisa diambil oleh negara yang menganut kurs
tetap, yaitu :
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

1. Penurunan nilai mata uang (Devaluasi)  Menyebabkan kurva LM* geser ke


kanan  e turun  NX naik  Y naik
2. Peningkatan nilai mata uang (Revaluasi)  Menyebabkan kurva LM* geser ke kiri
 e naik  NX turun  Y turun
4. Kebijakan Perdagangan
a. Case
Misal pemerintah membatasi impor  NX akan naik  IS* geser ke kanan. Nah
karena bank sentral ingin mempertahankan kurs nominal, maka Bank sentral akan
menambah JUB yang berakibat pada bergesernya kurva LM* ke kanan. Kurvanya:
b. Kurva

Dampaknya sama kayak kebijakan fiskal, e tetap dengan Y bertambah.


5. Simpulan
“Model Mundell-Fleming menunjukkan bahwa kekuatan kebijakan moneter dan fiskal
untuk mempengaruhi pendapatan agregat tergantung pada rezim kurs yang digunakan”
a. Kurs mengambang  Kebijakan fiskal gak efek, tapi moneter ngefek
b. Kurs tetap  Kebijakan fiskal ngefek, tapi kebijakan moneter enggak.

D. Perbedaan Tingkat Bunga


Sebelumnya kan kita asumsiin kalau r = r*. Eh kenyataannya, bisa aja r* tidak sama dengan r.
Kenapa bisa terjadi? Dan apa dampaknya?
1. Risiko Negara dan Ekspektasi Kurs
Alasan r tidak sama dengan r* karena ada dua hal utama, yaitu :
a. Risiko Negara
1. Kalau beli obligasi di negara yang risiko rendah, misal AS  yakin bakal bisa
dibayar sama si nerbitin
2. Tapi, kalau belinya di negara berkembang, bisa aja gak dilunasi karena adanya
guncangan politik dll, ada risikonya. Oleh karena itu, negara berkembang akan
membayar bunga lebih tinggi sebagai kompensasi atas risiko yang tinggi.
b. Ekspektasi Kurs
Misal, orang berekspektasi kedepannya peso meksiko akan turun nilainya terhadap
dollar. Untuk mengkompensasi risiko tsb, tingkat bunga peso dibuat lebih tinggi
Oleh karena dua hal diatas, bisa aja tingkat bunga domestik tidak sama dengan tingkat
bunga dunia.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Perbedaan Tingkat Bunga dalam Model Mundell-Fleming


a. Persamaan Tingkat Bunga dengan Risiko

θ adalah premi dari risiko suatu negara dan diasumsikan eksogen.


b. Apa Efeknya?
1. Kalau diasumsikan bahwa θ tetap atau gak ada  Gak ada bedanya
2. Kalau risiko atau θ tiba-tiba naik, maka dampaknya :
a. θ naik  (r* + θ) akan naik --> Kurva IS* akan geser ke kiri (investasi turun),
Kurva LM* akan geser ke Kenan (permintaan uang bertambah)
b. Kurvanya

Akibatnya Y akan naik, dan e akan turun.


c. Fakta Seru mengenai Ekspektasi Kurs
Ketika orang-orang berekspektasi peso akan melemah, maka θ akan naik yang
berakibat pada turunnya kurs nominal dan naiknya Y. Jadi :
“Ekspektasi bahwa mata uang akan kehilangan nilainya di masa depan menyebabkan
mata uang itu kehilangan nilainya pada saat ini” (keren ya)
d. Apakah kenaikan Y itu mungkin?
Ajaib ya rasanya, ketika resiko suatu negara nambah, eh berdasarkan kurva Y nya
malah naik. Tapi ada tiga asumsi yang menyatakan bahwa itu gak mungkin terjadi,
karena :
1. Bank sentral gak akan membiarkan terjadi depresiasi mata uang yang ekstrem
2. Depresiasi mata uang tiba-tiba akan menyebabkan naiknya harga barang impor,
yang menyebabkan tingkat harga akan naik.
3. θ yang tinggi akan sama dengan risiko negara yang tinggi  Masyarakat akan
meningkatkan permintaan uang mereka karena lebih aman kalau dipegang
sendiri.
Tiga alasan diatas akan menggeser kurva LM* ke kiri. Kenaikan θ ini tidak diharapkan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

E. Kurs Mengambang atau Kurs Tetap?


1. Pro dan Kontra Sistem Kurs yang Berbeda
a. Pro Kurs Mengambang
Kurs mengambang membuat kebijakan moneter memiliki tujuan yang macam-
macam, seperi pertumbuhan yang stabil, inflasi, dsb. Sedangkan pada kurs tetap.
Kebijakan moneter hanya fokus pada mempertahankan kurs aja
b. Pro Kurs Tetap
Kurs tetap menghindari ketidakpastian dan volatilitas, membuat transaksi
internasional menjadi lebih mudah. Selain itu akan terjadi disiplin kebijakan moneter
yang akan mencegah pertumbuhan uang yang berlebih dan hiperinflasi
2. Serangan Spekulatif, Currency Bords, dan Dolarisasi
Sangat direkomendasikan untuk baca sendiri di buku, halaman 350
a. Serangan Spekulatif
 Untuk menjaga kurs tetap  Bank sentral wajib punya cadangan mata uang asing
yang cukup. Kalau cadangan habis  maka kurs tetap akan dicabut dan merugikan
 Jadi, kalau ada yang nyebarin gossip bahwa cadangan mata uang asing bank
sentral mau abis, orang akan berbondong-bondong untuk nuker uangnya, sampai
akhirnya beneran abis. Itu namanya serangan spekulatif.
b. Currency Boards
Untuk menghindari serangan spekulatif, lahirlah aturan currency boards. Currency
boards adalah aturan dimana bank sentral memegang mata yang yang cukup untuk
mendukung setiap unit mata yang domestik.
c. Dollarisasi
Pertimbangan setelah currency boards adalah Dolarisasi
 Dolarisasi adalah keadaan dimana bank sentral mengabaikan mata uangnya dan
disaat bersamaan membiarkan negaranya menggunakan dollar AS.
 Ini bisa terjadi di negara yang inflasinya tinggi. Mata uang domestik gak ada
nilainya, jadilah make dollar.
 Jika suatu negara ingin mata yangnya secara tetap tak berubah terhadap dollar,
maka metode yang dapat digunakan adalah ubah mata yangnya jadi dollar.
 Adapun kerugian dari dollarisasi adalah gak bisa nyetak uang sendiri, alias
kemampuan seigniorage hilang dan gak bisa mengatur jumlah uang beredar alias
gak bisa bikin kebijakan moneter.
3. Trinitas yang Mustahil
a. Suatu negara tidak bisa memiliki arus modal yang bebas, kebijakan moneter yang
independen, dan kurs tetap secara simultan. Harus memilih salah satu sisi dari segitiga
yang ada dibawah dan mengorbankan sudut yang berlawanan.
b. Opsinya adalah :
1. Opsi 1  US  Negara melepas kurs tetap sehingga akan terjadi gejolak pada
kurs
2. Opsi 2  HK  Negara mau melupakan kegunaan kebijakan moneter untuk
tujuan stabilisiasi domestik
3. Opsi 3  China  Negara mau membatasi warga negaranya dari partisipasi pada
pasar uang dunia.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

F. Dari Jangka Pendek ke Jangka Panjang : Model Mundell-Fleming dengan Perubahan


Tingkat Harga
1. Menurunkan Model Mundell Fleming ke AD
Kalau berbicara AD, berarti hubungan antara P dan Y dong. Maka, misalkan P turun, maka
penawaran keseimbangan uang riil (M/P)s akan naik, yang menyebabkan kurva LM* geser
ke kanan  Y akan naik. Adapun kurva dan derivasinya :

Nah, jadi jelas  Turunnya P akan menyebabkan Y naik. Sesuai Kurva AD, hubungan
berkebalikan antara P dan Y.
2. Model Mundell-Fleming di Jangka Panjang
 Di Jangka Panjang, karena kita akan melihat perubahan harga, maka e tidak bergerak
bersamaan dengan ϵ (e ≠ ϵ)
 Misalkan Y < Y Optimal, maka akan ada tekanan untuk menurunkan harga, agar Y naik
sampai Y optimum.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Jika P turun  (M/P)s akan naik  LM* geser ke Kanan ϵ (kurs riil) akan turun  NX
akan naik  Y akan Naik

SEKIAN. TERIMAKASIH.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 12
PENAWARAN AGREGAT DAN TRADEOFF JANGKA PANJANG ANTARA INFLASI
DAN PENGANGGURAN

A. Pembuka
 Pada bab ini, kita akan mempelajari penawaran agregat dan mengembangkan teori-teori
yang menjelaskan posisi serta kemiringan kurva penawaran agregat.
 Di sebelum UTS, kita mempelajari bahwa dalam jangka panjang, harga bersifat fleksibel
dan kurva penawaran adalah vertical. Sedangkan pada jangka pendek, harga bersifat kaku
dan kurva penawaran agregat tidak berbentuk Horizontal.
 Nah, sekarang kita akan mendefinisikan lagi pemahaman kita tentang penawaran agregat
jangka pendek agar lebih baik menggambarkan dunia nyata, dimana beberapa harga kaku,
dan yang lainnya tidak

B. Tiga Model Penawaran Agregat


1. Model Upah Kaku
 Model ini menekankan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga
yang mereka tetapkan sebagai respon terhadap perubahan permintaan.
 Sekarang kita asumsikan bahwa perusahaa memiliki kendali atas harga (kendali
monopoli atas harga yang mereka tetapkan)
 Harga yang diinginkan perusahaan p tergantung pada dua variabel makroekonomi:
a. Tingkat Harga Keseluruhan P.
Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih
tinggi. Jadi, semakin tinggi tingkat harga keseluruhan, semakin besar harga yang
akan dibebankan perusahaan atas produknya.
b. Tingkat Pendapatan Angregat Y
Tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan. Karena biaya marjinal naik pada tingkat produki yang lebih tinggi,
semakin besar permintaan, semakin tinggi harga yang diinginkan perusahaan.
 Adapun rumus dari harga yang diinginkan perusahaan adalah:

Persamaan diatas menyatakan bahwa harga yang diinginkan p bergantung pada


tingkat harga keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relative terhadap
tingkat alamiah. Parameter a (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar
harga yang diinginkan perushaaan untuk menanggapi tingkat ouput.
 Sekarang, mari kita coba pelajari bagaimana cara mendapatkan tingkat harga
keseluruhan. Ini sesuai bahasa buku ya, kalau masih bingung, coba baca bukunya
langsung di halaman 367 untuk lengkapnya.
a. Asumsikan bahwa ada dua jenis perusahaan :
1. Sebagian memiliki harga yang fleksibel, dimana perusahaan ini selalu
menetapkan harga menurut persamaan diatas
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Sebagian memiliki harga yang kaku, dimana perusahaan ini mencantumkan


harga berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka harapkan.
Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada

EP menunjukkan harga yang diharpkan. Untuk mempermudah, anggap


perusahaan mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga
a(EY-EYalmiah) adalah nol. Maka perusahaan akan menetapkan harga pada:

Artinya, Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan


prediksi bahwa perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.
b. Untuk mendapatkan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, kita
menghitung rata-rata tertimbang dari harga yang ditetapkan oleh kedua
kelompok perusahaan tersebut, dimana s adalah fraksi perusahaan dengan harga
kaku, dan (1-s) adalah fraksi dengan harga fleksibel. Maka tingkat harga
keseluruhan adalah

Setelah diolah dengan berbagau perhitungan, maka hasil akhir persamaan :

Persamaan diatas menunjukkan bahwa :


1. Tingkat harga tinggi yang diharapkan EP menyebabkan tingkat harga actual P
yang tinggi
Alasan : Bila perusahaan mengharapkan tingkat harga tinggi, artinya
perusahaan mengharapkan biaya yang tinggi. Nah, perusahaan yang
memberlakukan harga tetap pada akhirnya akan menetapkan harga yang
tinggi, berakibat pada perusahaan lain juga menetapkan harga yang tinggi
2. Dampak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi
perusahaan dengan harga fleksibel.
Alasan : Ketika output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi.
Perusahaan dengan harga fleksibel akan menetapkan harga yang tinggi, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi tinggi.
c. Simpulan :
“Jadi, tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan
dan pada tingkat output”
d. Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi
rumus :

Dimana alpa adalah s/(1-s)a. Model


 Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah
secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang
diharapkan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Model Informasi-Tak Sempurna


a. Dasar Pemahaman
1. Model ini lahir dengan dasar lambannya penyesuaian upah nominal. Para ekonom
percaya bahwa upah nominal adalah kaku dalam jangka pendek. Ini terjadi karena
biasanya upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah
tidak dapat disesuaikan dengan cepat ketika kondisi ekonomi berubah.
b. Cara Kerja Model Upah Kaku
Model Upah Kaku menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran
agregat, berikut narasinya apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika
tingkat harga naik:
1. Ketika upah nominal tidak berbuha, kenaikan tingkat harga menurunkan upah riil,
yang membuat tenaga kerja menjadi lebih murah
2. Upah riil yang murah mendorong perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga
kerja
3. Tenaga kerja tambahan yang digunakan memproduksi lebih banyak output.
Hubungan positif antara tingkat hagra dan jumlah output ini berarri bahwa kurva
penawaran agregat miring ke atas selama upah nominal tidak dapat disesuaikan.
c. Narasi
1. Asumsikan para pekerja dan perusahaan melakukan tawar menawar upah
nominal tertentu sebelum mereka mengetahui berapa tingkat harga yang akan
tercipta ketika kesepakatan mereka mulai menunjukkan pengaruhnya.
2. Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah riil
target w dan tingkat harga yang mereka harapkan EP. Adapun rumusnya :
W = w x EP
3. Setelah upah nominal ditetapkan, perusahaan mempelajari tingkat harga actual
P. Upah riil kemudian menjadi
W/P = w x EP / P
Upah Rii = Upah Riil Target x Tingkat Harga yang Diharapkan / Tingkat Harga
Aktual
Persamaan ini menunjukkan bahwa upah riil menyimpang dari targetnya jika
tingkat harga actual berbeda dari tingkat harga yang diharapkan. Ketika :
a. Tingkat harga actual > diharapkan  Upah riil lebih kecil dari targetnya
b. Tingkat harga actual < diharapkan  Upah riil lebih besar dari targetnya
4. Asumsi lagi, bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
diminta perusahaan
a. Fungsi permintaan negara kerja
L = L (W/P)
Dimana semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan perusahaan.
b. Output ditentukan oleh fungsi produksi
Y = F(L)
Dimana semakin banyak tenaga kerja, semakin banyak output yang
diproduksi.
Nah, jadi ketika Tingkat Harga P Naik  Upah riil Turun  Tenaga kerja
bertambah  Y naik!
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Kalau disimplikasi, ketika tingkat harga P naik  Y naik  Alias kurva penawaran
Agregat
5. Kurva penawaran agregat dapat ditulis dengan rumus :
Y = Yalamiah + alpha (P – EP)
6. Berikut kurva dan penjelasannya

3. Model Informasi Tak Sempurna


a. Model ini mengasumsikan bahwa dalam pasar semua upah dan harga akan bebas
menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
b. Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonomian
memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Nah, karena jumlah
barang itu banyak banget, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga.
Mereka memantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi tetapi kurang
memantau harga seluruh barang yang mereka konsumsi.
c. NAH, karena informasi yang tidak sempurna mengenai harga seluruh barang, mereka
kadang bingung antara perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan harga
relatif. Kebingungan ini mempengaruhi keputusan tentang berapa banyak yang akan
mereka tawarkan, dan hal ini menimbulkan hubungan positif antara tingkat harga dan
output dalam jangka pendek.
d. Kalau masih bingung, narasi ceritanya ada di halaman 372.
Intinya, model ini menyatakan bahwa bila harga actual melebihi harga yang
diharapkan, para pemasok akan meningkatkan output mereka. Modelnya :

Output menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat
harga yang diharapkan.
4. Ikthisar dan Implikasi
a. Kesimpulan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Ketiga model diatas tidak ada yang salah, semuanya benar dan saling melengkapi.
Adapun kesimpulan utamanya adalah persamaan penawaran agregat :

Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan
melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari yang diharapkan, maka
output turun lebih rendah dari tingkat alamiah.

b. Implikasi

Sekarang, mari kita coba analisis kasus menggunakan kurva AS-AD dimana AS sesuai
dengan yang kita pelajari diatas.
1. Kasus: Terjadi kenaikan yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat, misal
ekspansi moneter yang tidak diharapkan.
a. Jangka pendek, AD geser ke kanan  ekuilibirum bergeser dari A ke B  P
naik dari P1 ke P2.
b. Karena orang-orang tidak mengharapkan kenaikan tingkat harga ini, tingkat
harga yang diharapkan tetap pada EP2, dan output naik dari Y1 ke Y2 (diatas
alamiah)  Terjadi booming.
c. Tapi, boomingnya tidak abadi, dalam jangka panjang, tingkat harga akan naik
ke P3 yang menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri. Ekuilibirum
pindah dari B ke C, dan P2 naik ke P3 serta ouput berpindah dari Y2 ke Y3,
yaitu Y alamiah.
2. Analisis diatas menunjukkan prinsip penting:
a. Ketidaknetralan Moneter Jangka Pendek, ditunjukkan dengan pergerakan
ekuilibrium titik A ke titik B
b. Netralitas Moneter Jangka Pendek, ditunjukkan dengan pergerakan dari titika
A ke titik C.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

C. Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips


1. Pengenalan
Tujuan pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang
rendah. Tapi nyatanya, dua tujuan ini bertentangan. Misal, ambil kebijakan fiskal/moneter
untuk memperbesar permintaan agregat, akibatnya:
a. Output Y akan bertambah dengan harga yang lebih tinggi
b. Output Y nambah  perlu banyak pegawai untuk produksi  Pengangguran turun
c. Harga lebih tinggi dari tingkat harga sebelumnya  Inflasi yang lebih tinggi.
Nah, tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini yang disebut dengan kurva phillips.
2. Menderivasi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat
a. Kurva Phillips dalam bentuk modern menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung
pada tiga kekuatan :
1. Inflasi yang diharapkan
2. Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah  pengangguran siklis
3. Guncangan penawaran
Adapun rumusnya :

dimana beta adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran
siklis.
b. Derivasi kurva phillips
Darimana rumus diatas berasal? Berikut penjelasannya (detail lengkap ada di buku
halaman 376)
1. Rumus diatas dapat diderivasi dari rumus penawaran agregat

2. Pertama, tambahkan sis kana persamaan itu dengan guncangan penawaran v


unruk menunjukkan peristiwa eksogen yang mengubah tingkat harga dan
menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek

3. Selanjutnya, untuk mengubah dari tingkat harga menjadi tingkat inflasi,


kurangkan tingkat harga tahun lalu dengan Ptahun lalu dr kedua sisi persamaan

Jadi, P – P tahun lalu adalah perbandingan antara tingkat harga sekarang dengan
tingkat harga taun lalu, alias pi atau inflasi. Maka persamaan akan menjadi

4. Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingat hukum Okun yang
menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding
terbalik dengan penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah; yaitu, bila
output lebih tinggi dari tingkat output alamiah, penganggurannya lebih rendah
dari tingkat pengangguran alamiah. Penulisannya adalah
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Nah, berdasarkan hukum Okun diatas, substitusi ke persamaan sebelumnya,


menjadi :

5. Jadi, dengan tiga tahap diatas, jadilah persamaan kurva Phillips dari persamaan
penawaran agregat.
c. Simpulan
Jadi, persamaan kurva phillips dan persamaan agregat jangka panjang pada dasarnya
sama, kedua persamaan ini menunjukkan hubungan antara variabel riil dan nominal
yang menyebabkan dikotomi klasik tidak berlaku di jangka pendek.
1. Persamaan penawaran agregat  output terkait dengan pergerakan yang tidak
diharapkan dalam tingkat harga
2. Persamaan kurva phillips  pengangguran terkait dengan pergerakan yang tidak
diharapkan dalam tingkat inflasi.
3. Ekspektasi Adaptif dan Inersia Inflasi
a. Ekspektasi Adaptif
Suatu pendekatan yang mengasumsikan bahwa ekspektasi masyarakat tentang inflasi
masa mendatang didasarkan pada pengamatan inflasi terkini. Misalnya ekspektasi
inflasi = indlasi actual tahun lalu

Maka Phillips kurvanya menjadi :

b. Inersia Inflasi
Ketika kurva phillips ditulis dalam bentuk diatas (pi ekspektasi = pi tahun lalu), maka
inflasi mempunyai inertia :
1. Tanpa guncangan penawaran (supply shock) atau pengangguran siklikal, inflasi
akan berlanjut tanpa batas pada tingkat saat ini
2. Inflasi masa lalu mempengaruhi ekspektasi inflasi saat ini, yang pada gilirannya
mempengaruhi upah dan harga yang ditetapkan.
3. Tingkat pengangguran alamiiah pada keadaan ini disebut dengan NAIRU atau
Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment.
4. Intinya, kalau ekspektasi inflasi pakai inflasi tahun lalu, inflasi akan naik terus
dengan stabil. Keuali ada guncangan pada penawaran atau pengangguran siklikal.
4. Dua Penyebab Naik dan Turunnya Inflasi
Berdasarkan rumus kurva Philips, kan ada tiag variabel tuh yang menyebabkan inflasi. Pi
ekspektasi udah dibahas diatas, nah sisa lagi dua variable, yaitu :
a. Pengangguran siklis
Pengangguran siklis akan memberi tekanan ke atas dan kebawah pada inflasi.
1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
inflasi yang timbul akibat guncangan permintaan. Permintaan yang positif
terhadap permintaan agregat akan menyebabkan pengangguran turun di bawah
tingkat alamiahnya, yang menarik laju inflasi untuk naik.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Sebaliknya, kalau ada guncangan negatif terhadap permintaan agregat, maka


pengangguran akan naik di atas tingkat alamiahnya, yang menyebabkan inflasi
menurun.
b. Guncangan Penawaran v
1. Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation)
Inflasi yang timbul akibat guncangan penawaran. Guncangan yang merugikan
biasanya menaikkan biaya produksi dan mendorong perusahaan menaikkan
harga, sehingga mendorong inflasi naik. Contohnya persediaan minyak dunia
yang naik harganya.
2. Sebaliknya, guncangan yang menguntungkan biasanya menurunkan biaya
produksi dan mendorong perusahan menurunkan harga sehingga mendorong
inflasi turun. Contohnya persediaan minyak yang melimpah.
5. Tradeoff Jangka-Pendek antara Inflasi dan Pengangguran

Kurva diatas adalah kurva phillips dan menunjuukan tradeoff jangka pendek antara inflasi
dan pengangguran.
a. Misal pengangguran berada di tingkat alamiahnya (u = un), maka inflasi hanya
bergantung pada inflasi yang diperkirakan dan guncangan penawaran (pi = pi
ekspektasi + v).
b. Jika inflasi yang diharapkan naik, maka kurva akan bergeser ke atas dan tradeoffnya
inflasi akan lebih tinggi pada seluruh tingkat pengangguran

Karena orang-orang menyesuaikan ekspektasinya atas inflasi sepanjang waktu, maka


tradeoff antara inflasi dan pengangguran hanya bertahan dalam jangka pendek.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

6. Disinflasi dan Rasio Pengorbanan


a. Misal, inflasi 6% mau diturunin ke 2%. Untuk menurunkan inflasi memerlukan periode
pengangguran yang tinggi dan penurunan ouput. Namun, berapa banyak dan berapa
lama nih pengangguran perlu naik melebihi tingkat alamiah?
b. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakanlah Rasio Pengorbanan, yaitu presentase
GDP riil satu tahun yang harus dikorbankan untuk menurunkan inflasi sebesar 1
persen.
c. Data rata-rata Rasio Pengorbanan :
1. Untuk menurunkan 1% inflasi  Menurunkan GDP 5% Satu Tahun
2. Menurunkan 2% GDP Satu Tahun  Menaikkan Pengangguran 1%
3. Jadi, untuk menurunkan 1% Inflasi  Menaikkan pengangguran 2,5%.
7. Ekspektasi Rasional dan Kemungkinan DIsinflasi yang Melegakan
a. Permodelan ekspektasi ada dua, yaitu
1. Ekspektasi Adaptif  Inersia Inflasi
2. Ekspektasi Rasional adalah ekspektasi masyarakat didasarkan pada semua
informasi yang ada, termasuk informasi mengenai kebijakan terkini dan prospek
masa depan.
b. Disinflasi yang Melegakan
Para pendukung ekspektasi rasional percaya bahwa rasio pengorbanan mungkin
sangat kecil. Misalkan

Dan misalkan FED mengumumkan akan melakukan suatu hal yang diperlukan untuk
mengurangi inflasi dari 6% menjadi 2% sesegera mungkin. Jika pengumuman ini
kredibel, dan ekspektasinya rasional, maka pi ekspektasi akan turun, mungkin bisa
turun sebesar 4% penuh sehingga pi bisa turun tanpa kenaikan u.
8. Histeresis dan Tantangan terhadap Hipotesis Tingkat-Alamiah
a. Analisis tentang biaya disinflasi dan fluktuasi ekonomi didasarkan pada hoptesis
tingkat alamiah, yaitu
“Fluktuasi dalam permintaan agregat mempengaruhi output dan kesempatan kerja
hanya dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, perekonomian kembali ke
tingkat output, kesempatan kerja dan pengangguran yang dijelaskan oleh model
klasik”
b. TAPI, para ekonomi menantang hipotesis deiatas dengan menyatakan bahwa
permintaan agregat bisa mempengaruhi output dan kesempatan kerja meskipun
dalam jangka panjang
c. Histeresis, yaitu pengaruh jangka panjang dari sejarah terhadap variabel seperti
tingkat pengangguran alamiah. Guncangan negatif dapat meingkatkan Un, sehingga
perekonomian mungkin tidak pulih. Misal :
1. Keahlian pekerja yang menganggur siklis mungkin menburuk saat menagnggur,
dan mereka mungkin tidak menemukan pekerjaan saat resesi berakhir
2. Pekerja yang menganggur siklis mungkin kehilangan pengaruh mereka dalam
pengaturan upah, sehingga orang dalam/pekerja yang dipekerjakan punya
kekuatan untuk menawar upah lebih tinggi sehingga orang luar/penganggur siklis
bisa menjadi pengangguran struktural saat resesi berakhir.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 13A
KONSUMSI
“don’t save what is left after spending, but spend what is left after saving”

Pendahuluan
Konsumsi adalah salah satu komponen dalam GDP yang sangat penting dan dapat digunakan
sebagai bahan analisa karena selain mempengaruhi konsumsi itu sendiri konsumsi juga
mempengaruhi tingkat tabungan dan pertumbuhan ekonomi.
- Analisa jangka panjang : Keputusan konsumsi dapat menunjukkan tingkat tabungan yang
merupakan determinan penting dari persediaan modal dalam kondisi mapan dan tingkat
kesejahteraan ekonomi. (bab 7 dan 8)
- Analisa jangka pendek : Keputusan konsumsi berperan dalam permintaan agregat
sehingga fluktuasinya adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi. MPC
adalah determinan dari multiplier kebijakan fiskal. (bab 10 dan 11)
Bab ini menjelaskan konsumsi yang lebih terperinci dilihat dari berbagai sudut pandang 6
tokoh ekonomi...keynes,fisher,modigliani,friedman,hall dan laibson. Apa aja yang dibahas?
cekidot gesss

1. JOHN MAYNARD KEYNES


A) DUGAAN KEYNES
Pertama, MPC (jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan) adalah 0 s.d 1.
Artinya dari setiap dolar tambahan seseorang menggunakan sebagian untuk konsumsi
dan sebagian lagi ditabung (kalo kalian yang baca ini ga pada nabung pas naik grade
berarti dugaan keynes salah ).
Kedua, APC (Average propensity to consume/ rasio konsumsi terhadap pendapatan)
turun ketika pendapatan naik. Kok bisa? ya semakin missqueen duit bakal abis buat
kebutuhan sehari-hari, nabung adalah sesuatu yang mewah jadi APCnya makin gede..tapi
kalo gaji naik terus lama kelamaan bagian gaji yang untuk konsumsi makin kecil dan
sisanya ditabung aja.
Ketiga,pendapatan adalah determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga
tidak.
dari ketiga dugaan, fungsi konsumsinya adalah
dimana C adalah konsumsi, Y pendapatan disposabel, Ĉ konstanta, dan c adalah MPC.
fungsi konsumsi memenuhi semua dugaan keynes dari dugaan pertama, dugaan kedua
dimana APC dirumuskan dengan (Ketika Y meningkat Ĉ/Y turun,
dan juga APC or C/Y turun) dan dugaan ketiga dimana tingkat bunga tidak dimasukkan
dalam persamaan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

B) KEBERHASILAN EMPIRIS AWAL


Studi awal dan studi lain mengatakan bahwa fungsi konsumsi keynesian merupakan
pendekatan yang baik tentang bagaimana konsumen berperilaku. Data yang
dikumpulkan juga mendukung ketiga dugaan keynes.
C) STAGNASI SEKULER, SIMON KUZNETS, DAN TEKA TEKI KONSUMSI
Walaupun diawal terbukti sukses namun kemudian terdapat 2 anomali yang terjadi.
Anomali terjadi dari dugaan keynes yang menyatakan bahwa APC turun ketika
pendapatan naik.
Anomali pertama (selama PD II) ekonom memprediksi apabila pendapatan naik
drastis maka rumah tangga lebih sedikit mengkonsumsi pendapatan mereka dan lebih
memilih menabung. Jika ini benar terjadi maka konsumsi yang lebih rendah membuat
permintaan barang dan jasa rendah juga dan menyebabkan depresi. Ekonom
menyebutnya dengan stagnasi sekuler (secular stagnation) depresi panjang dalam
waktu yang tak terbatas. Tapi nyatanya hal ini tidak terjadi, walau pendapatan naik tapi
tingkat tabungan tidak naik terlalu besar.
Anomali kedua (Simon Kuznets) dia mengumpulkan data, menganalisanya dan
menemukan bahwa APC cenderung stabil dari dekade ke dekade (nah lhooo) walau ada
kenaikan pendapatan dalam data tersebut.
Ternyata dugaan Keynes memang sesuai dengan studi jangka pendek tetapi tidak
dengan studi jangka panjang. (wah ada teka teki gaes) kita liat yuk kurvanya.

2. IRVING FISHER
model yang dikembangkan oleh fisher digunakan untuk menganalisis bagaimana
konsumen memikirkan masa depan dan rasional membuat pilihan antar waktu (pilihan
pada periode waktu berbeda). Model ini menghilangkan hambatan yang dihadapi
konsumen, preferensi yg mereka miliki, dan bagaimana hambatan serta preferensi
bersama menentukan pilihan antara konsumsi dan tabungan.

A) BATAS ANGGARAN ANTARWAKTU


Konsumen menghadapi batasan dalam berapa banyak yang bisa dibelanjakan karena
pendapatan mereka terbatas. Hal ini disebut batas anggaran (budget constraint).
Sedangkan keputusan tentang seberapa banyak konsumsi hari ini versus menabung
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

untuk masa depan disebut batas anggaran antarwaktu (intertemporal budget


constraint)
Biar lebih mudah, diasumsikan periode dibagi menjadi 2 yaitu masa muda dan tua. Y1
dan C1 (pendapatan dan konsumsi) untuk masa muda, Y2 dan C2 untuk masa tua (semua
variabel riil-disesuaikan dengan inflasi). Karena konsumen punya peluang nabung dan
pinjem maka konsumsi periode tunggal bisa lebih rendah or tinggi dari pendapatan.
Dalam periode pertama, tabungan= pendapatan-konsumsi yaitu S= Y1 - C1
Dalam periode kedua, konsumsi= akumulasi tabungan (+ bunga) + pendapatan periode
2 yaitu C2= (1 + r)S + Y2
r adalah tingkat bunga riil. Contoh : jika tingkat bunga 5% maka setiap 1 dollar tabungan
di periode 1, konsumen menikmati konsumsi ekstra sebesar 1,05 dollar dalam periode 2.
Periode 2 tidak ada tabungan karena tidak ada periode ke3. (S bisa kurang dari 1 atau
lebih hal ini menunjukkan (+) menabung (-) pinjam. Asumsi bunga pinjaman=bunga
tabungan)
Untuk mendapatkan batas anggaran antarwaktu konsumen kita kombinasikan rumus
di periode 1 dan 2.
C2= (1 + r)( Y1 - C1 )+ Y2
(1 + r) C1 + C2= (1 + r) Y1 + Y2
lalu dibagi (1+r) maka didapat
𝑪𝟐 𝒀𝟐
C1 + (𝟏 + 𝒓) = Y1 + (𝟏 + 𝒓)

Intepretasi rumus ini: jika r=0, batas anggaran menunjukkan konsumsi total 2 periode
= pendapatan total. Jika r > 0 maka konsumsi dan pendapatan masa depan didiskontokan
oleh faktor 1+r. Diskonto berasal dari bunga tabungan (konsepnya sama kayak time value
of money di mankeu)

Penjelasan kurva
titik A : konsumsi sama dengan pendapatan tidak ada tabungan or pinjaman (ntah periode
1 or 2)
titik B : konsumsi 0 di periode 1 dan pendapatan dipake nabung semua sehingga C2= (1 + r)
Y1 + Y 2
titik C : konsumsi 0 di periode 2 dan meminjam sebanyak mungkin terhadap pendapatan
periode 2,
𝒀𝟐
sehingga C1 = Y1 + (𝟏 + 𝒓)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

B) PREFERENSI KONSUMEN
Preferensi konsumen dalam 2 periode ditampilkan dengan kurva indiferens
(indifference curves). Kurva ini menunjukkan kombinasi konsumsi periode 1 dan 2 yang
bikin konsumen tetep seneng (di mikro dulu udah pernah dijelasin, masih inget lah ya?
lanjutttt)
*perhatiin gambar kurva setelah ini* kan ada 2 kurva, nah di tiap kurva mau dititik
mana aja di kurva tsb tingkat kepuasannya sama aja. (ambil salah satu kurva aja) kalo
misal titik W ke titik X konsumsi periode1 dikurangi maka konsumsi periode 2 harus naik..
biar sama-sama puas gitu loh di masa sekarang dan masa yang akan datang. Nah
kemiringan kurva ini namanya tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution)
nunjukin berapa banyak konsumsi periode2 yang konsumen butuh buat dikompensasiin
bagi 1 unit penurunan dalam konsumsi periode 1.
Terus MRS nya karena kurvanya ga garis lurus maka MRSnya beda-beda di tiap titik.
Contoh kalo di titik Y karena kurvanya curam jadi MRSnya gede (misal buat nambah 1
unit di periode 1 harus mengorbankan 5 unit di periode 2) nah di titik W karena landai
kurvanya jadi MRSnya relatif kecil (misal buat nambah 1 unit periode 1 cukup korbanin 2
unit di periode 2). Nah konsumen lebih suka kurva 1 atau 2 nih menurut kalean? pasti
kurva ke2 karena kurva yang lebih tinggi itu nunjukin konsumsi yang lebih tinggi.

C) OPTIMISASI

Yang udah pada gembira bisa milih kurva indiferen yang paling tinggi tunggu dulu.
Sekarang kurva indiferen digabungin sama batas anggaran. Gabisa seenaknya pilih
konsumsi tertinggi karena liat dulu pendapatan kalian berapa (yang ditunjukkan dengan
garis anggaran).
Kurva indiferens tertinggi yang bisa diraih konsumen tanpa merusak batas anggaran
adalah kurva indiferen yang menyinggung garis anggaran. Titik O menunjukkan titik
optimum yaitu kombinasi terbaik dari 2 periode. Pada titik optimum kemiringan kurva
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

indiferens (MRS) sama dengan kemiringan garis anggaran (1+r) sehingga pada titik O,
MRS= 1+ r.

D) BAGAIMANA PERUBAHAN PENDAPATAN MEMPENGARUHI KONSUMSI


Ketika pendapatan naik garis batas anggaran bergeser ke arah kanan sehingga
konsumen bisa memilih kombinasi yang lebih baik dari konsumsi periode 1 dan 2 (kurva
indiferen yang lebih tinggi). Jika konsumen menginginkan barang lebih banyak ketika
pendapatan naik maka disebut barang normal (normal goods) kalo kebalikannya
disebut barang inferior (dulu di mikro)

Tanpa memperhatikan kenaikan pendapatan terjadi di periode 1 or 2 konsumen


menyebarkan kenaikan pendapatan pada konsumsi 2 periode (consumption smoothing).
Karena konsumen bisa nabung or minjem antarperiode, penentuan waktu pendapatan
ga relevan dengan jumlah yang dikonsumsi hari ini (kecuali pendapatan periode 2
didiskontokan dengan tingkat bunga). Analisis ini berarti konsumsi bergantung pada nilai
sekarang dari pendapatan sekarang dan masa depan sehingga nilai sekarang
𝒀𝟐
pendapatan = Y1 + (𝟏 + 𝒓)
keynes menyatakan bahwa konsumsi sekarang sangat bergantung pada pendapatan
sekarang. Sedangkan fisher menyatakan bahwa konsumsi didasarkan pada sumber
daya yang diduga dapat diperoleh konsumen selama hidupnya.

E) BAGAIMANA PERUBAHAN TINGKAT BUNGA RIIL MEMPENGARUHI KONSUMSI


Jika terdapat kenaikan bunga riil, konsumen sebagai penabung or peminjam dapat
mengubah keputusannya dalam konsumsi. Sebagai seorang penabung di awal periode
maka kenaikan bunga riil akan mengurangi konsumsi periode 1 dan menaikkan konsumsi
periode 2 (logikanya kalo misal bunga deposito lebih tinggi kalian lebih suka nabung
daripada hura-hura sekarang). Nah pengaruhnya sama kurva yaitu kurva indiferen sama
batas anggaran tadi terotasi *lihat kurva*
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Dampak yang terjadi


Income Effect (dampak pendapatan) yaitu perubahan konsumsi yang disebabkan oleh
pergerakan ke kurva indiferen yang lebih tinggi. (kalo bunga deposito kalian tinggi
otomatis pendapatan kalian lebih tinggi). Jika barang normal, dampak pendapatan
cenderung membuat konsumen menginginkan lebih banyak konsumsi dalam 2 periode.
substitution effect (dampak substitusi) yaitu perubahan konsumsi yang disebabkan
oleh perubahan harga relatif konsumsi pada kedua periode tersebut (kalo bunga naik,
otomatis bunga diskonto kan naik juga trus kalo di mankeu pendiskontoan dengan bunga
yang gede PV nya lebih kecil kan dari bunga yang lebih rendah (coba itung2an
matematika biasa)) Nah kalo Pvnya lebih kecil otomatis atas konsumsi periode 2 jatuhnya
lebih murah dari konsumsi periode 1. Jadi efeknya konsumen nurunin konsumsi periode
1 dan naikin konsumsi periode 2.
Nah hasil dari dampak tersebut ternyata kenaikan bunga riil meningkatkan
konsumsi di periode 2, tapi untuk periode 1 dampaknya berlawanan sehingga kenaikan
bunga riil dapat menaikkan atau menurunkan konsumsi periode 1. Jadi tergantung
pada ukuran relatif kedua dampak tersebut. Peningkatan tingkat bunga dapat
menstimulasi atau menekan tabungan.

F) BATAS PEMINJAMAN
Kemampuan meminjam membuat konsumsi sekarang melebihi pendapatan sekarang.
Logikanya dengan meminjam di masa sekarang, konsumen mengkonsumsi pendapatan
di masa depannya pada hari ini. Tapi ga semua orang bisa soalnya kan pinjam-meminjam
ada S&K nya. Nah ketidakmampuan ini mencegah konsumsi sekarang melebihi
pendapatan sekarang, sehingga batasan peminjaman adalah Y1 ≥ C1 (konsumsi periode 1
harus kurang dari or sama dengan pendapatan periode 1) disebut batas pinjaman
(borrowing constraint) or batas likuiditas.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Analisa (2 fungsi konsumsi)


sebagian konsumen batas pinjaman tidak berlaku, dan konsumsi dalam 2 periode
bergantung pada nilai sekarang dari pendapatan seumur hidup. (nilai sekarang
𝒀𝟐
pendapatan = Y1 + (𝟏 + 𝒓))
Konsumen lain batas pinjaman berlaku dan fungsi nya adalah Y1 = C1 dan Y2 = C2.
3. FRANCO MODIGLIANI
Bersama dengan Albert Ando dan Richard Brumberg menggunakan model fisher untuk
mempelajari fungsi konsumsi. (Tadi pas di keynes ada tekateki konsumsi, sekarang
dibahas sama modigliani)
Hipotesis daur-hidup(life-cycle hypothesis) adalah interpretasi perilaku konsumsi yang
menekankan bahwa pendapatan bervariasi selama hidup jadi tabungan pas pendapatan
tinggi bisa buat nutup kebutuhan hidup pas pendapatannya rendah. (kerja kantoran vs
TB)

A) HIPOTESIS
Orang-orang berfikir pendapatan mereka waktu pensiun lebih sedikit tp mereka ga
mau standar hidupnya turun. biar ga turun gimana? nabung. Nah motif nabung ini
berpengaruh pada fungsi konsumsikah? coba dipahami.
Jika konsumen berharap hidup selama T tahun, Kekayaannya W, berharap
menghasilkan pendapatan Y sampai pensiun selama R tahun dari sekarang. (asumsikan
bunga 0, kalo ga 0 nanti harus pertimbangin bunga tabungan)
sumber daya seumur hidup= W+ (RxY)
asumsi: konsumen pengen bagi sumber daya seumur hidup merata selama T sisa
hidupnya untuk konsumsi, jadi C= (W + RY)/T, fungsi konsumsinya C= (1/T)W + (R/T)Y
CONTOH : T=50 R=30, fungsi konsumsinya? C= 0,02W + 0,6Y
artinya pendapatan ekstra 1 dolar/th meningkatkan konsumsi sebanyak
0.6/tahun
dan kekayaan ekstra 1 dolar/tahun meningkatkan konsumsi 0.02/tahun
Konsumsi agregat= kumpulan konsumsi individu, jadi fungsi konsumsi perekonomian
adalah C= αW + βY (α MPC kekayaan, β MPC pendapatan)

B) IMPLIKASI

Model daur hidup dapat memecahkan teka teki konsumsi, karena menurut fungsi ini, APC
adalah C/Y = α(W/Y) + β . Rumus ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek tingginya
pendapatan menyebabkan APC turun, tapi dalam jangka panjang ketika kekayaan dan
pendapatan tumbuh, rasio W/Y konstan dan APC juga konstan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Apa sih perbedaan kurva 16-10 sama 16-11? kalo kurva 16-10 W konstan Y aja yang naik
jadi kurva ini memenuhi fungsi konsumsi keynes jangka pendek. Kalo kurva 16-11 dalam
jangka panjang Y kan sebagian ditabung trus kekayaannya jadi nambah dong karena ada
tabungan. Jadi kurvanya naik. Nah ini yang jawab teka teki konsumsi kenapa APC jadi
konstan.

*kurva 16-12 menceritakan bagaimana seseorang mengumpulkan kekayaan selama masa


kerja lalu menghabiskannya pada masa pensiun (saving then dissaving)*
Apakah asumsi tentang pemerataan sumber daya seumur hidup untuk konsumsi 100%
benar? ga juga. Karena studi lanjutan mengatakan bahwa lansia ga secepat itu
menghabiskan kekayaannya. Why? ada 2 alasan. Pertama, karena mereka tetep mau ada
tabungan untuk jaga- jaga (precautionary saving) seperti kalo sakit-sakitan atau ternyata
umur mereka lebih lama dari yang diperkirakan tetep perlu duit. Alasan kedua karena
pengen kasih warisan ke anak-anaknya.
4. MILTON FRIEDMAN
Hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa manusia mengalami perubahan
acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun.
A) HIPOTESIS
Friedman memandang Y sekarang adalah jumlah dari YP dan YT (permanen dan
transitoris) atau Y= YP + YT . Pendapatan permanen adalah pendapatan yang diharapkan
terus bertahan di masa depan. Kalo transitoris enggak diharapkan bertahan terus.
Pendapatan permanen adalah pendapatan rata2, kalo transitoris adalah deviasi acak
dari rata-rata tsb.
CONTOH : Pendapatan permanen : gaji PNS, Transitoris: Petani yang untung karena cuaca
sedang bagus
Konsumsi seharusnya bergantung pada pendapatan permanen, karena konsumen
menggunakan tabungan dan pinjaman untuk meratakan konsumsi dalam menanggapi
perubahan transitoris dalam pendapatan.
CONTOH : kalo gaji permanen naik sebesar 10.000/tahun, kira2 konsumsi naik sebesar
itu. tapi kalo menang undian 10.000 (dollar ya) malah uangnya dihemat-hemat. bahkan
disebar ke selama sisa hidupnya. Atau malah ditabung aja. Fungsi konsumsi friedman
adalah C= αYP . Dimana α adalah konstanta yang ngukur bagian pendapatan permanen
yang dikonsumsi, sehingga konsumsi bersifat proporsional terhadap pendapatan
permanen.
B) IMPLIKASI
Pada fungsi konsumsi keynes terdapat masalah kesalahan dalam variabel (errors in
variables). Fungsi konsumsi friedman menjelaskan dengan APC sebagai berikut APC=
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

C/Y= αYP/Y. Hipotesis pendapatan permanen, APC tergantung dari αYP/Y jika Y naik
diatas YP maka APC turun. Vice versa.
Rumah tangga dengan pendapatan permanen yang tinggi konsumsinya lebih tinggi.
Jika variasi pendapatan sekarang Cuma pendapatan permanen aja maka APC tiap rumah
tangga rata2 sama.Untuk rumah tangga dengan pendapatan transitoris yang tinggi,
konsumsinya tidak tinggi. Jadi peneliti menemukan bahwa rumah tangga dengan
pendapatan tinggi rata2 APC rendah.
Fluktuasi pendapatan tahunan didominasi pendapatan transitoris. Tahun dimana
pendapatan tinggi maka APC rendah. Tapi dalam jangka panjang variabel pendapatan
hanya pendapatan permanen jadi APCnya cenderung konstan.

5. ROBERT HALL
A) HIPOTESIS
Robert Hall menambahkan implikasi dari ekspektasi rasional terhadap konsumsi. Kalo
hipotesis pendapatan-permanen benar, konsumen punya ekspektasi rasional dan
perubahan konsumsi unpredictable, jadi variabelnya mengikuti jalan acak (random
walk). Alasannya, suatu saat konsumen memilih konsumsi berdasar ekspektasi sekarang
atas pendapatan selama hidup. Sepanjang waktu mereka mengubah konsumsi karena
terima berita yang merevisi ekspektasinya.
CONTOH : Kalo PNS naik gaji tidak terduga akan menaikkan konsumsi tapi kalo denger
berita bakal kena PP/53 dan pendapatannya turun maka akan mengurangi konsumsi.
Jika konsumen mematuhi hipotesis pendapatan-permanen dan memiliki ekspektasi
rasional, hanya perubahan kebijakan yang tidak terduga saja yang akan
mempengaruhi konsumsi.
CONTOH: Misal DPR setuju tarif pajak naik tahun depan. Pas konsumen denger berita
ini mereka merevisi ekspektasinya dan mengurangi konsumsi. Tapi pas efek kenaikan
pajak udah terasa, konsumsinya tetap karena ga ada berita lagi.
Karena itu, sulit mengetahui bagaimana dan kapan perubahan kebijakan fiskal
mengubah permintaan agregat.
Apakah perubahan pendapatan yang dapat diprediksi menyebabkan perubahan
konsumsi yang dapat diprediksi?
Pendapatan dan konsumsi berfluktuasi bersama-sama selama siklus bisnis. Kalo resesi
mereka turun tapi kalo lagi bagus ya meningkat. Tapi memang kebanyakan fluktuasi
jangka pendek unpredictable. Tapi, asumsikan kita bisa mengidentifikasi beberapa
perubahan dalam pendapatan yang predictable. Harusnya menurut teori jalan acak,
pendapatan tidak menyebabkan konsumen merevisi rencana pengeluarannya. Jadi
perubahan dalam pendapatan yang predictable seharusnya tidak menyebabkan
konsumsi yang predictable. Tapi ternyata hipotesis ini salah. Mungkin alasannya yaitu
sebagian konsumen gagal memiliki ekspektasi rasional dan konsumen memiliki batas
pinjaman.

6. DAVID LAIBSON
Keynes adalah ekonom yang memiliki hukum dasar psikologi, sedangkan 4 ekonom
lain menggunakan model perilaku manusia yang memaksimalkan utilitas yang selalu
mengevaluasi peluang dan rencana. Nah si Laibson ini menjelaskan konsumsi dari segi
psikologi juga. Laibson menyatakan kalo banyak konsumen menilai diri mereka sebagai
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

pembuat keputusan tak sempurna. Singkatnya, mereka lebih sabar dalam jangka panjang
daripada jangka pendek.
Hal ini meningkatkan kemungkinan preferensi konsumen menjadi tidak konsisten
dengan waktu (time inconsistent). Mereka mungkin mengubah keputusannya hanya
karena berlalunya waktu. Dorongan gratifikasi instan membuat mereka berubah pikiran.
(kalo dihubungin antara tabungan dan konsumsi, akhirnya konsumen menabung lebih
dikit dari rencananya)
CONTOH : seseorang yang lagi diet janji hari ini makan malam pake pizza terakhirnya tapi
akhirnya diet starts from tomorrow. Janji tinggal janji, egonya mengambil alih keputusan,
dengan keinginan sendiri untuk gratifikasi instan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 13B
INVESTASI
Setelah mempelajari berbagai macam alasan GDP berfluktuasi di bab-bab sebelumnya.
Sekarang kita akan mengkaji salah satu komponen GDP yang juga tidak kalah penting yaitu
investasi. Terdapat 3 macam investasi : Investasi tetap bisnis, investasi resedensial dan
investasi persediaan. Ada beberapa pertanyaan yang akan kita bahas satu persatu
- Mengapa investasi berhubungan negatif dengan tingkat bunga?
- Apa yang menyebabkan fungsi investasi bergeser?
- Mengapa investasi naik selama booming dan turun selama resesi?

1. INVESTASI TETAP BISNIS


Istilah bisnis berarti barang investasi dibeli oleh perusahaan untuk dipakai produksi di
masa depan. Tetap berarti pengeluaran ini adalah modal yang akan menetap sementara
(komputer, faks, mesin, mobil, dll). Model yang digunakan untuk investasi ini adalah
Model Investasi Neoklasik (neoclassical model of investment). Model ini mengkaji apa
saja manfaat dan biaya bagi perusahaan untuk memiliki barang modal.

Asumsikan ada 2 jenis perusahaan yaitu perusahaan produksi barang dan jasa
(penyewa modal) dan perusahaan persewaan (yang nyewain).
A) HARGA SEWA MODAL
Konsepnya sama kayak MPL (kalo jumlah pekerja naik otomatis jumlah output
tambahan turun) Nah tapi sekarang pakenya MPK (Marginal Product of Capital).
Perusahaan persewaan menyewakan modal pada tingkat sewa R (yang akan dibayar
perusahaan produksi) dan output yang dihasilkan dari modal tersebut akan dijual sebesar
P. Jadi biaya riil untuk satu unit modal di perusahaan produksi itu R/P. Terus kan MPK
itu berbanding terbalik sama jumlah modal, Kalo modal tambah banyak, MPKnya tambah
kecil (misal: 1 unit modal 10 output, 2 unit modal 15 output, 3 unit modal 18 output
(marginnya dari 10 ke 5 ke 3 → ini MPKnya)). Udah sering dibahas kan ya dari jaman
mikro dulu kalo perusahaan ingin memaksimalkan laba, MPK= Harga sewa riil (R/P)
Kurva MPK= kurva demand
modal, kan MPK itu turun
kalo Unit modalnya naik (liat
kurva) jadi kurvanya
downward sloping. Trus
asumsi nya, modal di
perekonomian tetap untuk
tingkat waktu berapapun
jadi kurva penawaran
vertikal.

Sekarang kita review lagi rumusnya Cobb-Douglas untuk liat variabel apa aja yang
mempengaruhi harga sewa ekuilibrium. Fungsi produksinya adalah Y=AKαL1-α (Y=output,
K=modal, L=tenaga kerja, A=Parameter teknologi, α= parameter 0-1 mengukur modal
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

atas output) dan MPK untuk fungsi ini adalah MPK= αA (L/K) 1-α (kalo mau lebih jelasnya
review ke bab 3 ya gengs). Karena harga sewa riil= MPK maka, R/P= αA (L/K) 1-α.
Apa yang ditunjukkan oleh fungsi ini?
- Semakin kecil persediaan modal, R/P semakin tinggi (misal karena gempa bumi)
- Semakin besar L yang dipekerjakan, R/P semakin tinggi (misal naiknya permintaan
agregat)
- Semakin baik teknologi, R/P semakin tinggi (misal penemuan teknologi)

B) BIAYA MODAL
Tadi di harga sewa modal udah ngomongin perusahaan produksi yang nyewa,
sekarang kita ngomongin perusahaan persewaannya ya. Jadi manfaat memiliki modal
adalah adanya penerimaan (harga sewa riilnya) dari penyewaan modal kepada
perusahaan produksi. Jadi ada 3 biaya yang ditanggung perusahaan persewaan. Apa aja?
- Kalo perusahaan sewa beli modal pake ngutang di bank, pasti ada bunga kan? Nah
harga buat beli 1 unit modal tersebut itu Pk dan i itu tingkat bunga nominal. Jadi iPk
itu biaya bunga. Kalopun ga minjem tp bayar tunai, ada opportunity cost juga lho..kok
bisa? ya kan sebenernya uang buat beli modal itu bisa didepositoin dan dapet bunga
sebesar i. Jadi biaya bunganya sama dikedua case.
- Harga modal yang bisa berubah. Kalo harga modal turun perusahaan rugi karena aset
perusahaan turun. Vice versa. Biaya untung atau rugi ini adalah -∆Pk (minus karena
kita lagi ngukur biaya bukan manfaat).
- Adanya depresiasi yang nilainya δ Pk.
Jadi biaya menyewakan 1 unit modal adalah
biaya modal = iPk -∆Pk+ δ Pk
= Pk (i -∆Pk/Pk + δ)
CONTOH: Perusahaan beli mobil harga 10000 dan disewakan. i= 10% p.a. sehingga iPk
1000 per tahun per mobil. Harga mobil naik 6% per tahun sehingga keuntungan ∆Pk 600
per tahun. Penyusutannya 20% per tahun sehingga δ Pk. 2000 per tahun. Jadi biaya modal
= 1000 – 600 + 2000 = 2400. Biaya yang harus ditanggung untuk merawat sebuah mobil
adalah 2400.
Untuk menyederhanakan biaya modal, karena ∆Pk/Pk = π (inflasi) sedangkan i-π
adalah tingkat bunga riil r maka biaya modal = Pk (r + δ) .
Untuk mengetahui biaya modal relatif terhadap barang lain kita gunakan rumus biaya
modal riil yaitu (Pk /P)(r + δ) .

C) DETERMINAN INVESTASI
Di perusahaan penyewaan berarti penghasilannya sebesar R/P dan menanggung biaya
modal sebesar (Pk /P)(r + δ) sehingga labanya
Tingkat laba= Penerimaan - biaya = R/P - (Pk /P)(r + δ)
= MPK - (Pk /P)(r + δ) (karena R/P = MPK)
Bagaimana perusahaan mengambil keputusan? Kalo mau laba ya berarti biaya
modalnya harus lebih kecil dari MPK. Investasi neto (net investment) adalah perubahan
dalam persediaan modal dan bergantung dari selisih MPK dan biaya modal.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jika MPK > biaya modal, perusahaan akan untung jika menambah modal. Jika MPK <
biaya modal, perusahaan akan membiarkan persediaan modal mengecil (mengalami
penyusutan).
Untuk perusahaan yang memiliki dan menggunakan modal, manfaat dari unit modal
tambahan adalah MPK dan biayanya adalah biaya modal. Ternyata perusahaan produksi
juga akan menambah persediaan modal jika MPK > biaya modal. Jadi bisa dituliskan ∆K=
In (MPK - (Pk /P)(r + δ)) dimana In adalah fungsi yang menunjukkan berapa banyak
investasi neto merespon insentif untuk investasi.
Pengeluaran total atas investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi neto dan
penggantian modal yang disusutkan. Jadi fungsi investasi adalah I = In (MPK - (Pk /P)(r +
δ)) + δK
Model ini menunjukkan mengapa investasi bergantung pada tingkat bunga
(pertanyaan no 1 diawal). Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal jadi
labanya tambah besar dan meningkatkan intensif untuk mengakumulasi lebih banyak
modal. Vice versa.

Di kurva huruf b, kurva dapat bergeser karena mungkin disebabkan inovasi teknologi
yang meningkatkan parameter fungsi produksi akhirnya meningkatkan MPK dan
mendongkrak keuntungan investasi (kalo perusahaan untung otomatis barang modal
yang dibeli perusahaan penyewaan lebih banyak)
Tingkat kondisi mapan adalah saat MPK = (Pk /P)(r + δ) karena adanya penyesuaian
persediaan modal terus menerus sepanjang waktu. Jika MPK > biaya modal, persediaan
kan naik, nah karena kebanyakan modal akhirnya MPKnya turun sampe ke kondisi mapan
(dalam jangka panjang). Vice versa.

D) PAJAK DAN INVESTASI


Undang-undang pajak mempengaruhi insentif perusahaan untuk mengakumulasi
modal. 2 provisi perpajakan perusahaan yang paling penting adalah pajak pendapatan
perusahaan dan kredit pajak investasi.
Dampak pajak pendapatan perusahaan terhadap investasi bergantung pada definisi
“laba” di Undang-undang untuk tujuan perpajakan. Kalo definisinya sama dengan yang
kita pelajari sebelumnya (harga sewa-biaya modal), maka walaupun ada pembagian laba
dengan pemerintah, masih rasional lah perusahaan itu melakukan investasi (nambah
modal) kalo harga sewa > biaya modal dan diinvestasi kalo harga sewa < biaya modal.
Jadi definisi laba ini tidak mengubah insentif untuk investasi. Tapi ada perbedaan nih di
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

definisi variabel biaya modal. Yaitu untuk depresiasi. Kalo depresiasi yang kita bicarain
sebelumnya itu berdasarkan nilai sekarang, kalo definisi UU perpajakan pakai nilai
historis. Ketika nilai sekarang > nilai historis maka perusahaan menetapkan biaya terlalu
rendah dan laba terlalu tinggi. Jadinya? Pajaknya juga tinggi, padahal kalo depresiasinya
berdasarkan nilai sekarang, bisa aja laba ekonomis perusahaan adalah 0 dan perusahaan
rugi karena bayar pajak. Jadi pajak pendapatan menghambat investasi.
Kredit pajak investasi (investment tax credit) digunakan untuk mendorong investasi
atau mengurangi disinsentif dari pajak. Kredit pajak adalah provisi pajak yang mengurangi
pajak perusahaan dalam jumlah tertentu untuk setiap rupiah yang dikeluarkan atas
barang modal. Karena perusahaan dapet cashback dalam bentuk pajak yang lebih
rendah, kredit tersebut menurunkan harga beli efektif dari unit modal Pk . Jadi kredit
pajak investasi menurunkan biaya modal dan meningkatkan investasi.

E) PASAR SAHAM DAN q TOBIN


Terdapat keterkaitan antara fluktuasi investasi dan fluktuasi pasar saham. Kok bisa?
Harga saham cenderung tinggi kalo perusahaan punya banyak peluang bagi investasi
yang menguntungkan, nah peluang ini menunjukkan pendapatan masa depan yang lebih
tinggi untuk stockholder. Jadi, harga saham mencerminkan insentif untuk investasi.
(sama kan kayak prinsipnya mankeu kalo market price reflect information ciye ciye)
Salah satu ekonom yaitu James Tobin menyatakan perusahaan mendasarkan
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈
keputusan investasinya pada rasio q = 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈 . Numeratornya
adalah nilai modal perekonomian yang ditentukan pasar saham, denominatornya adalah
harga modal jika dibeli hari ini.
Jika q >1 maka nilai pasar saham modal terpasang > biaya penggantian. Sehingga
para manager meningkatkan nilai pasar saham dengan membeli banyak modal. vice
versa (manager tidak akan mengganti modal sampai modal habis terpakai)
Untuk melihat keterkaitan antara teori investasi q dan model neoklasik adalah q Tobin
bergantung pada laba sekarang dan laba masa depan yang diharapkan dari modal
terpasang. Jika MPK >biaya modal maka ada laba dari modal. Laba menyebabkan
perusahaan menarik untuk dimiliki jadi harga pasar saham naik dan q tinggi. Vice versa.
Mengapa pasar saham dan aktivitas ekonomi cenderung berfluktuasi bersamaan?
Anggaplah ada penurunan harga saham, karena biaya penggantian modal stabil maka
penurunan di pasar saham biasanya dikaitkan dengan penurunan q Tobin. Kalo q turun
berarti ada pesimisme investor tentang profitabilitas sekarang dan masa depan dari
modal. Jadi fungsi investasi geser ke kiri. Investasi jadi rendah di tingkat bunga tertentu.
Akibatnya permintaan agregat barang dan jasa mengalami kontraksi (penurunan lah
gampangnya) jadi output dan tenaga kerja lebih kecil.
Selain itu ada 2 alasan lain. Pertama, saham adalah bagian dari kekayaan rumah
tangga, kalo harga saham turun ya kekayaannya turun. Imbasnya? konsumsi turun,
permintaan agregat turun. Kedua, penurunan harga saham mencerminkan berita buruk
tentang kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi longrun sehingga pertumbuhan
output tingkat alamiah dan penawaran agregat akan lebih lambat di masa depan dari
prediksi sebelumnya.

F) SUDUT PANDANG LAIN : HIPOTESIS EFISIENSI PASAR VS KONTES KECANTIKAN


KEYNES
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Hipotesis efisiensi pasar menyatakan harga pasar dari saham adalah penilaian
rasional terhadap nilai suatu perusahaan, dengan liat informasi terkini. Terdapat 2
landasan. Pertama, Setiap perusahaan di bursa saham diamati manager profesional.
Manager ini bertugas untuk membeli saham ketika harga saham dibawah nilai
sesungguhnya dan menjual ketika diatas nilai sesungguhnya. Kedua, Harga saham
ditentukan dari penawaran dan permintaan ekuilibrium. Jadi pada saat harga pasar,
Jumlah orang yang menganggap saham nilainya terlalu tinggi (overvalue) sama dengan
yang menganggap nilainya terlalu kecil (undervalue). Jadi saham harus dinilai fair.
Efisien secara informasi (informationally efficient) yaitu pasar saham
menggambarkan seluruh informasi yang tersedia tentang nilai dari aset.
Random walk adalah salah satu implikasi dari hipotesis pasar. Yang artinya perubahan
pada harga saham mustahil untuk diprediksikan berdasar informasi yang tersedia.
Menurut teori ini satu-satunya hal yang dapat menggerakkan harga saham adalah berita
yang mengubah persepsi pasar terhadap nilai perusahaan. Jika berita dapat diduga maka
itu bukan berita. Untuk alasan yang sama, perubahan harga saham juga harus tidak dapat
diduga.
Kontes kecantikan keynes adalah analogi yang cukup terkenal untuk menjelaskan
spekulasi di pasar saham. Jadi di koran disediakan gambar 100 orang cantik dan pembaca
diminta memilih 5 wanita tercantik. Hadiah diberikan kepada pembaca yang pilihannya
paling sesuai dengan konsensus peserta lainnya. Strategi terbaiknya adalah menebak 5
perempuan yang dipilih juga oleh pembaca lain. Jadi untuk memenangkan kontes
diperlukan kemampuan menebak pendapat orang lain dan bukan penilaian kecantikan
sejati. Keterkaitannya dengan nilai pasar dari saham adalah investor terbaik adalah
mereka yang dapat dengan tepat menebak psikologi masyarakat. Menurut keynes
pergerakan harga saham menggambarkan gelombang optimisme dan pesimisme yang
disebut semangat binatang(animal spirit).

G) BATASAN PENDANAAN
Batasan pendanaan (financing constraints) adalah batasan jumlah dana yang dapat
diperoleh dari pasar uang. Jika tidak mendapat pinjaman maka jumlah yang akan
dibelanjakan barang modal baru terbatas pada penghasilan saat ini. Batasan pendanaan
menyebabkan perusahaan menentukan investasinya berdasarkan arus kas sekarang
bukan profitabilitas yang diharapkan.
Dampak batasan pendanaan dapat dilihat di resesi jangka pendek terhadap
pengeluaran investasi. Jika perusahaan mengharapkan resesi cepat berlalu, mereka akan
terus melakukan investasi dengan harapan akan untung dimasa depan. Resesi pendek
hanya berdampak kecil untuk q Tobin dan membuat investasi lebih sensitif terhadap
kondisi ekonomi.
Kenaikan dalam batasan pendanaan adalah kegentingan kredit (credit crunch). Hal
ini dapat disebabkan karena banyak bank insolvent (bank adalah perantara antara
pemilik dan peminjam uang). Sehingga perusahaan dan investor sulit bertemu.

2. INVESTASI RESIDENSIAL
meliputi pembelian rumah baru yang akan ditinggali pembelinya dan yang akan
disewakan tuan tanah ke orang lain. Tapi asumsi di subbab ini hanya rumah yang akan
ditinggali pembeli saja.
A) EKUILIBRIUM SAHAM DAN PENAWARAN ALIRAN INVESTASI
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Model ini terdiri dari 2 bagian. Pertama, pasar stok rumah yang telah ada
menentukan ekuilibrium. Kedua, harga rumah menentukan aliran investasi residensial.
bagian a menunjukkan bagaimana harga relatif PH/P ditentukan oleh penawaran dan
permintaan stok rumah yang ada. Setiap titik waktu penawaran tetap (kurva vertikal).
Kurva permintaan miring kebawah karena semakin mahal harga rumah, orang-orang
tinggal dirumah yang lebih kecil,numpang atau bahkan tunawisma.
bagian b menunjukkan harga relatif rumah menentukan penawaran rumah baru.
Biaya tergantung dari tingkat harga keseluruhan P (biaya kayu,semen,batu bata, dll) dan
penerimaan tergantung PH . Semakin mahal harga relatif rumah, semakin besar insentif
bangun rumah dan semakin banyak yang dibangun. Karena itu aliran investasi residensial
bergantung pada harga ekuilibrium yang ditetapkan di pasar untuk rumah yang ada.
Model investasi residensial serupa dengan teori q investasi tetap bisnis. Menurut
model pasar, investasi residensial bergantung pada harga relatif rumah, harga relatif
rumah bergantung permintaan yang bergantung pada harga sewa yang diharapkan bila
menyewakan rumahnya.

B) PERUBAHAN PERMINTAAN RUMAH


Jika permintaan berubah maka harga ekuilibrium juga berubah dan mempengaruhi
investasi residensial. Beberapa yang meningkatkan permintaan rumah ada booming
ekonomi, kenaikan tingkat populasi or imigrasi.
Salah satu determinan permintaan rumah adalah tingkat bunga riil. Tingkat bunga
adalah biaya pinjaman atau opportunity cost. Jadi penurunan tingkat bunga menaikkan
permintaan, harga dan investasi residensial.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

C) PERLAKUAN PAJAK RUMAH


Pajak pendapatan memiliki pengaruh berlawanan. Pajak ini dapat menghambat
investasi perusahaan tapi juga mendorong rumah tangga berinvestasi perumahan. Kita
dapat menganggap pemilik rumah sebagai tuan tanah rumah mereka sendiri. Tuan tanah
ini dapat perlakuan khusus. Pajak pendapatan tidak menuntut untuk membayar pajak
atas hasil sewa (rumahnya sendiri) tapi boleh mengurangi interest expense sebagai
biaya pinjaman (inget akuntansi). Besarnya subsidi ini tergantung tingkat inflasi. Kalo
inflasi tinggi kan bunga nominal tinggi (bunga bank) jadi interest expensenya tinggi. Kalo
interest expense tinggi nanti ada tax saving dong kan EBT (earning before taxesnya) jadi
lebih kecil. Gitu.

3. INVESTASI PERSEDIAAN
A) ALASAN MENYIMPAN PERSEDIAAN
Motif perusahaan menyimpan persediaan:
- Meratakan tingkat produksi sepanjang waktu. Ketika penjualan rendah, barang
yang terjual lebih sedikit dan kelebihannya disimpan sebagai persediaan. Vice
versa. Sehingga perusahaan menyesuaikan produksi dengan fluktuasi penjualan ini.
Motif ini disebut pemerataan produksi (production smoothing).
- Persediaan dapat membuat perusahaan beroperasi lebih efisien. Dalam beberapa
cara, dapat disimpulkan bahwa persediaan sebagai faktor produksi : semakin
besar persediaan disimpan, semakin besar output yang dapat di produksi.
(ngestok suku cadang, display barang di toko)
- Menghindari kehabisan barang ketika penjualan melonjak dan disebut
pencegahan kehabisan barang (stock-out avoidance)
- Beberapa barang perlu berbagai tahap dan membutuhkan waktu. Ketika barang
baru selesai sebagian tp sudah disebut persediaan. Disebut? barang dalam proses
(WIP)

B) MODEL PERCEPATAN PERSEDIAAN


Model sederhana tanpa menyokong motif tertentu adalah model percepatan
(accelerator model). Yaitu model yang mengasumsikan bahwa perusahaan
menyimpan persediaan yang proporsional terhadap tingkat output perusahaan.
Ketika output tinggi, perusahaan manufaktur memerlukan lebih banyak bahan serta
persediaan yang disimpan, dan punya WIP banyak. Jika N adalah persediaan
perekonomian dan Y adalah output maka N= βY (β = parameter berapa banyak
persediaan yang akan disimpan sebagai proporsi output). Sedangkan Investasi
Persediaan (I) adalah perubahan dalam persediaan (∆N) maka I = ∆N = β∆Y
Ketika output naik, perusahaan menyimpan lebih banyak persediaan sehingga
investasi persediaan tinggi. vice versa (investasi persediaan negatif). Model ini
menyatakan bahwa investasi persediaan bergantung apakah perekonomian tumbuh
cepat atau lambat.

C) PERSEDIAAN DAN TINGKAT BUNGA RIIL


Tingkat bunga riil mengukur opportunity cost dari menyimpan persediaan. Kalo
bunga riil naik penyimpanan persediaan jadi mahal, jadi perusahaan berusaha
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

menurunkan persediaan. Vice versa. Makanya kenaikan bunga riil menekan


persediaan investasi. Makanya tahun 1980 banyak perusahaan menggunakan Just In
Time method dalam masalah persediaan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 14A
KEBIJAKAN STABILISASI
William McChesney memandang perekonomian tidak stabil secara inheren. Perekonomian
sering mengalami guncangan pada penawaran dan permintaan agregat. Kebijakan
makroekonomi seharusnya “condong melawan angin” yang mendorong perekonomian ketika
mogok dan memperlambat perekonomian ketika terlalu panas. (pro pake kebijakan aktif)
Milton Friedman memandang perekonomian stabil secara alamiah. Kebijakan ekonomi yang
buruk dikatakan sebagai penyebab timbulnya fluktuasi besar dan tidak efisien. Ekonom
berpendapat kebijakan ekonomi seharusnya tidak berusaha menyetel perekonomian. (kontra
ada kebijakan aktif)

1. APAKAH KEBIJAKAN SEHARUSNYA AKTIF OR PASIF?


Terdapat 2 pandangan terhadap kebijakan pemerintah, yang satu pro yang lain kontra,
yang satu mengatakan kalo kebijakan ada baiknya untuk mengatur perekonomian, yang
satunya mengatakan kalo pemerintah lebih baik lepas tangan aja. Alasannya apa? Berikut
alasannya :
A) LAMBANNYA IMPLEMENTASI DAN DAMPAK KEBIJAKAN
Terdapat 2 kelambanan dalam pelaksaan kebijakan stabilisasi : Kelambanan dalam
dan luar.
 Kelambanan dalam (inside lags) adalah waktu antara guncangan terhadap
perekonomian dan tindakan kebijakan dalam menghadapinya (waktu yang dibutuhkan
untuk menyadarp adanya guncangan hingga pengambilan kebijakan).
 Kelambanan luar (outside lags) waktu antara tindakan kebijakan dan pengaruhnya
terhadap perekonomian (waktu yang dibutuhkan kebijakan untuk memengaruhi
goncangan).

Kebijakan fiskal memiliki kelambanan dalam yang lebih panjang daripada kebijakan
moneter karena pembuatan kebijakan fiscal perlu persetujuan eksekutif dan legislative
(netepin UU pajak lebih lama daripada adjust suku bunga). Sedangkan kelambanan luar
kebijakan moneter lebih lama dari pada kebijakan fiscal karena pengaruh perubahan
jumlah uang beredar dan tingkat bunga terhadap investasi cenderung lebih lama. Saat
kebijakan jumlah uang beredar dan tingkat bunga berubah perlu waktu kurang lebih 6
bulan untuk membuat rencana investasi perusahaan. Kalau pemerintah melakukan
kebijakan fiscal (naikig G atau nurunin T) dampaknya lebih cepat terhadap Y.

Pendukung kebijakan pasif mengatakan kebijakan stabilisasi ini nyaris tidak mungkin
berhasil karena adanya kelambanan (karena dalam perekonomian yang cepet berubah,
bisa saja saat kebijakan mulai mengambil peran, ternyata perekonomian kembali
berubah menjadi kebalikan dari yang sebelumnya, sehingga kebijakan yang telah diambil
bukannya menstabilkan malah mendestabilkan).
Pendukung kebijakan aktif mengatakan karena ada kelambanan harusnya pembuat
kebijakan berhati-hati. Walaupun ada kelambanan, pemerintah tidak boleh milih
kebijakan pasif sepenuhnya karena bisa aja perekonomian tambah parah.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Penstabil otomatis (automatic stabilizers) dirancang untuk menurunkan kelambanan


dalam terkait kebijakan stabilisasi. Penstabil otomatis ini kebijakan yang dapat dorong or
nekan perekonomian waktu diperlukan tanpa bikin kebijakan baru (Jadi Karena tidak buat
kebijakan baru maka tidak ada jeda antara terjadinya guncangan dengan diambilnya
kebijakan). Contohnya PTKP dan tariff pajak pakai presentase dari penghasilan dan
bersifat proresif, saat penghasilan orang turun maka otomatis pajak yang harus dibayar
masyarakat akan turun bahkan tidak perlu bayar pajak, hal ini bermanfaat ketika
pendapatan turun maka masyarakat tidak mengalami penurunan konsumsi yang parah.

B) SULITNYA MELAKUKAN PERAMALAN EKONOMI


Karena ada kelambanan seperti dijelaskan sebelumnya, maka akan lebih ideal jika kita
bisa meramalkan situasi ekonomi masa depan sehingga kebijakan dapat diambil lebih
cepat. Walaupun melakukan peramalan cukup sulit, tapi ada beberapa cara untuk
melakukan peramalan, yaitu dengan menganalisa indikator utama (leading indicators)
yang merupakan data seri atau variable yang biasanya berfluktuasi lebih dulu di
perekonomian sebelum terjadinya penurunan ekonomi (penurunan di indikator ini bisa
nunjukin bakal ada resesi ke depan. vice versa). Cara lainnya yaitu model
makroekonometrik, adalah model komputer dengan banyak persamaan yang masing-
masing menunjukkan bagian perekonomian setelah membuat asumsi tentang jalur
pengaruh variabel eksogen sehingga menghasilkan prediksi akan variabel endogen.

C) KETIDAKTAHUAN, EKSPEKTASI, DAN KRITIK LUCAS


Ketidaktahuan menegaskan bahwa para ekonom harus berhati-hati ketika memberi
saran kebijakan. Dari ketidaktahuan ini makanya ekonom perlu berkekspektasi.
Ekspektasi memainkan peranan penting dalam perekonomian karena mempengaruhi
semua bentuk perilaku ekonomi. Misal berita pembagian THR tanggal 24 Mei akan
mempengaruhi keputusan konsumsi para PNS. Faktor paling penting dalam ekspektasi
menurut Lucas adalah kebijakan ekonomi. Lucas berpendapat bahwa metode evaluasi
kebijakan tradisional (model makroekonometrik standar dll) tidak secara tepat
memperhitungkan dampak kebijakan terhadap ekspektasi dan ini disebut Kritik Lucas.
Karena model tradisional tidak memperhitungkan ekspektasi ini maka hasil
peramalannya tidak akurat. Kritik ini memberi 2 alasan. Alasan sempitnya adalah bahwa
para ekonom yang mengevaluasi kebijakan alternatif perlu mempertimbangkan
bagaimana kebijakan mempengaruhi ekspektasi dan perilaku. Alasan luasnya, evaluasi
kebijakan lebih sulit, jadi para ekonom terlibat harus menunjukkan kerendahan hati.

D) CATATAN SEJARAH
Catatan sejarah harusnya dapat menunjukkan apakah kebijakan aktif memiliki
dampak yang lebih baik dari pasif atau sebaliknya. Jika perekonomian mendapat banyak
guncangan pada penawaran dan permintaan agregat dan kebijakan berhasil
melindungi perekonomian maka ini adalah bukti bagusnya kebijakan aktif. Jika
perekonomian mendapat sedikit guncangan tetapi fluktuasi berasal dari kebijakan
ekonomi yang tidak efektif, maka kasus ini adalah bukti kebijakan pasif lebih baik.
Contoh: depresi besar. Terdapat 2 pandangan. Pandangan pro kebijakan aktif adalah
bahwa depresi terjadi karena guncangan kontraktif terhadap pengeluaran perseorangan
sehingga pemerintah harus menggunakan kebijakan fiskal maupun moneter untuk
menstabilkan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Tapi ekonom pro kebijakan pasif mengatakan bahwa kebijakan moneterlah (penurunan
besar dalam money supply (JUB)) yang menyebabkan depresi. Menurut mereka jika bank
sentral menerapkan kebijakan moneter pasif yang meningkatkan JUB pada tingkat
mapan maka depresi tidak akan terjadi.
Jadi dari sejarah depresi ini tidak jelas mana kebijakan yang lebih baik karena tiap
pendukung memiliki pendapat yang berbeda menganai apa yang menyebabkan depresi.
2. APAKAH KEBIJAKAN SEHARUSNYA DIJALANKAN MENURUT ATURAN ATAU
KEBIJAKSANAAN?
Kebijakan dijalankan menurut aturan jika para pembuat keputusan mengumumkan
bagaimana kebijakan akan menanggapi berbagai situasi dan bersungguh-sungguh
menjalankannya. Kebijakan yang dijalankan menurut kebijaksanaan jika para pembuat
kebijakan bebas membuat penilaian atas berbagai peristiwa dan memilih kebijakan yang
cocok.
Terdapat perbedaan perdebatan antara aturan vs kebijaksanaan dan kebijakan aktif
vs pasif. Misal aturan kebijakan pasif bisa menspesifikasi pertumbuhan mapan dalam JUB
sebesar 3% pertahun. Kalo aturan kebijakan aktif bisa menspesifikasi
Pertumbuhan uang = 3% + (tingkat pengangguran – 6%)
aturan ini mengatakan kalo JUB tumbuh 3% jika tingkat pengangguran 6%, untuk setiap
persentase yg lebih dari 6%, pertumbuhan uang naik sebesar angka persentase
tambahan itu (untuk stabilisasi jika resesi).
Sebenarnya bagus jika dapat menerapkan kebijakan berdasarkan kebijaksanaan
karena bersifat fleksibel namun ada beberapa faktor yang tidak mendukung hal ini, yaitu
:

A) KETIDAKPERCAYAAN THD PARA PEMBUAT KEBIJAKAN DAN PROSES POLITIK


Ketidakpercayaan terhadap pembuat kebijakan karena adanya inkompetensi dan
oportunisme.
Inkompetensi dalam kebijakan ekonomi muncul karena beberapa alasan. Pertama,
proses politik mencerminkan pergeseran kekuasaan dari kelompok dengan kepentingan
khusus. Kedua, ilmu makroekonomi adalah ilmu rumit dan politisi tidak cukup
pengetahuan. Ketiga, ketidaktahuan ini membuat para politisi memilih kebijakan yang
menurut mereka menarik daripada benar-benar menyelesaikan masalah.
Oportunisme muncul ketika politisi yang memiliki kemampuan membuat kebijakan
memiliki tujuan yang bertentangan dengan kesejahteraan rakyat. Para ekonom khawatir
jika politisi menggunakan kebijakan makroekonomi untuk meraih dukungan publik (ada
insentif untuk menerapkan kebijakan yang membuat perekonomian terlihat baik pada
tahun2 pemilu). Manipulasi ekonomi untuk kepentingan pemilu disebut siklus bisnis
politik (political business cycle).

B) INKONSISTENSI WAKTU DARI KEBIJAKAN BERDASAR KEBIJAKSANAAN


(DISCRETIONARY POLICY)
Kebijakan berdasar kebijaksanaan dianggap lebih fleksibel, jadi pintar-pintarnya si
pembuat kebijakan. Tapi ada inkonsistensi waktu yaitu kecenderungan pembuat
kebijakan untuk melanggar kebijakan yang telah dibuat karena adanya insentif yang
bersifat rasional. (bisa aja setelah mengumumkan kebijakan terus masyarakat bertindak
sesuai ekspektasi mereka, eh malah mereka melanggar kebijakan yang dibuat). Makanya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

masyarakat sering tidak percaya, caranya gimana biar masyarakat percaya? harus ada
komitmen atas aturan kebijakan baku.
Contoh : polisi membuat kebijakan bahwa tidak ada negosiasi untuk teroris dan semua
teroris akan langsung ditembak ditempat. Namun saat ada aksi teroris yang menyandera
beberapa warga dan meminta tebusan, polisi mungkin akan melanggar kebijakannya
dengan berkompromi dengan teroris. Pembuat kebijakan ini punya insentif untuk
melanggar kebijaksanaan itu yaitu biar sanderanya cepet selamat. Ekstrimnya
sebenarnya jika polisi selalu konsisten dengan kebijakannya yang langsung tembak
ditempat maka teroris akan jera untuk melakukan penyanderaan karena saat polisi
konsisten dengan kebijakannya maka tidak akan ada untungnya bagi teroris untuk
menyandera (kalau nyandera pasti tidsak dapat tebusan dan akan mati).
Contoh lain : Untuk mendorong investasi, pemerintah mengumumkan tidak
mengenakan pajak pendapatan dari modal. Tapi pas pabrik-pabrik dibangun, pemerintah
tergoda untuk menetapkan pajak biar penerimaannya naik.

C) ATURAN KEBIJAKAN MONETER


3 aturan kebijakan yang dianjurkan banyak ekonom. Pertama, kelompok monetaris
(monetarists) menganjurkan bank sentral mempertahankan pertumbuhan JUB pada
tingkat mapan (sehingga output, kesempatan kerja, dan harga stabil). Namun
pertumbuhan mapan hanya akan menstabilkan permintaan agregat jika perputaran uang
stabil, padahal sering terdapat goncangan. Maka sebagian ekonom lagi mengatakan jika
terkadang JUB harus disesuaikan.
Kedua, penetapan sasaran GDP nominal. Jika GDP naik melebihi target, bank sentral
menurunkan pertumbuhan uang untuk memperkecil permintaan agregat. vice versa.
Ekonom percaya kebijakan ini menyebabkan stabilitas yang lebih besar dalam output dan
harga daripada kebijakan pertama.
Ketiga, penetapan sasaran inflasi. Bank sentral akan mengumumkan sasaran inflasi
(biasanya inflasi rendah) dan kemudian menyesuaikan JUB ketika inflasi aktual
menyimpang dari sasaran. Penetapan ini melindungi perekonomian dari perubahan
perputaran uang (sama dengan aturan kedua). Keunggulan aturan ketiga ini adalah lebih
mudah dijelaskan ke publik.
Para ekonom jarang menganjurkan aturan kebijakan moneter dalam bentuk
variabel riil karena susah diukur, mereka lebih sering menggunakan variabel nominal
(aturan 1-3).

D) ATURAN KEBIJAKAN MONETER JOHN TAYLOR


Bagian tersulit dari tugas bank sentral adalah memilih target untuk tingkat dana.
Pertama, jika inflasi memanas, tingkat dana harus naik. Kenaikan tingkat bunga berarti
JUB lebih kecil, lalu menyebabkan investasi dan output lebih rendah, pengangguran lebih
tinggi dan menurunnya inflasi.
Kedua, bila aktivitas ekonomi riil melambat (tercermin di GDP riil atau pengangguran),
tingkat dana harusnya turun. Jika tingkat bunga turun JUB lebih besar, sehingga investasi
dan output lebih tinggi, pengangguran lebih rendah. John Taylor menawarkan aturan
sederhana untuk tingkat dana
Tingkat dana federal nominal = inflasi + 2,0 + 0,5 (inflasi – 2,0)- 0.5 (senjang
GDP)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Senjang GDP (GDP gap) adalah persentase penurunan GDP riil dari estimasi tingkat
alamiahnya.
Aturan taylor membuat tingkat dana riil (tingkat nominal-inflasi) menanggapi inflasi dan
senjang GDP. Jika tingkat dana 2% bila inflasi 2% dan GDP berada di tingkat alamiah. Kalo
inflasi naik >2% tingkat dana naik 0,5% . vice versa. Menurut aturan taylor, kebijakan
moneter merespon inflasi dan kesenjangan output secara langsung.

E) INDEPENDENSI BANK SENTRAL


Para peneliti menemukan tidak adanya hubungan antara independensi bank sentral
dan aktivitas ekonomi riil. Seperti pengangguran rata-rata, volatilitas pengangguran,
pertumbuhan rata-rata GDP riil, dll. Independensi memiliki keuntungan inflasi yang lebih
rendah tanpa biaya.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 14B
UTANG PEMERINTAH
Bila pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran daripada mengumpulkan dana
melalui pajak, pemerintah akan meminjam dari sektor swasta untuk mendanai defisit
anggaran (Sukuk, SBR,dll). Akumulasi pinjaman ini dinamakan utang pemerintah.
1. BESARNYA UTANG PEMERINTAH
Menurut sejarah, penyebab utama kenaikan utang pemerintah adalah perang. Rasio
utang-GDP meningkat tajam selama perang dan turun lambat selama masa damai.
Ekonom mengatakan pola sejarah ini adalah cara yang tepat menjalankan kebijakan
fiskal.
A) PANDANGAN YANG BERMASALAH DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Ramalan ekonomi jauh dari tepat jadi gampang untuk bersikap sinis. Jika ramalan
hanya berdasarkan data dari masa lalu kebijakan yang dihasilkan bisa menyesatkan.
Makanya ekonom juga perlu melihat kedepan, tapi terdapat masalah dalam memprediksi
masa depan. apa saja?
Pertama, demografi. Karena adanya kemajuan teknologi yang meningkatkan harapan
hidup dan adanya KB, juga perubahan norma sosial, jumlah anak-anak semakin
berkurang. Akibatnya? lama-kelamaan lebih banyak manula daripada usia produktif
sehingga pengeluaran pemerintah meningkat sepanjang waktu untuk pembiayaan
pensiun.
Kedua, gambaran fiskal yang bermasalah yaitu peningkatan biaya perawatan
kesehatan. Faktor utama dalam peningkatan biaya perawatan kesehatan adalah
kemajuan ilmu kedokteran yang lebih baik tp lebih mahal. (manula juga makin banyak,
yang butuh biaya perawatan kesehatan yang lebih banyak juga)
Dengan adanya 2 masalah tadi yang membuat bengkak anggaran pemerintah, maka
para ekonom memberi saran kebijakan dengan mengurangi jaminan untuk manula.
Selain mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat, kebijakan tersebut bisa
mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung.

2. MASALAH PENGUKURAN
Defisit adalah jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai
operasinya.
Ekonom percaya defisit anggaran tidak mengukur secara akurat dampak kebijakan fiskal
terhadap perekonomian atau beban yang diberikan ke generasi pembayar pajak masa
depan. Berikut adalah 4 masalah terkait pengukuran defisit anggaran biasa.
A) INFLASI
Defisit seharusnya diukur dengan perubahan utang riil pemerintah bukan utang
nominal. Tapi defisit anggaran sekarang biasa diukur tanpa mengoreksi inflasi.
Asumsikan utang riil pemerintah tidak berubah (anggarannya seimbang) tapi utang
nominal harus naik pada tingkat inflasi (∆D/D = π) dimana π adalah tingkat inflasi dan D
adalah stok utang pemerintah. Jadi ∆D = πD. Pemerintah akan melihat perubahan utang
nominal ∆D dan akan melaporkan defisit anggaran sebesar πD. Sebagian besar ekonom
percaya bahwa defisit anggaran yang dilaporkan berlebih sebesar πD. (ini juga bisa
dilihat dari sudut pandang ketika pemerintah membayar bunga, kan inflasi tuh selisih
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

antara bunga nominal dan riil, kalo defisit harusnya diitung dengan utang riil, maka
perhitungan yang sekarang akan berlebih sebesar πD)
Contoh: Defisit 28 milliar, inflasi 8.6%, utang pemerintah awal tahun 495 milliar.
Karena itu (karena dihitung dalam nominal) defisit dinyatakan terlalu tinggi sebesar:
πD = 0,086 x 495 milliar = 43 milliar
Jadi seharusnya pemerintah surplus 15 milliar. Meskipun utang nominal naik, tapi utang
riil turun.

B) ASET MODAL
Menurut ekonom defisit anggaran seharusnya diukur sebagai perubahan utang
dikurangi perubahan aset. Kenapa? Karena kenaikan aset dan kenaikan utang sebenarnya
tidak ada perubahan kekayaan neto. Prosedur anggaran yang memperhitungkan aset dan
kewajiban disebut penganggaran modal (capital budgeting). Contoh : pemerintah
menjual gedung dan menggunakan uangnya untuk membayar utang. Dibawah prosedur
anggaran yang berlaku, defisit dilaporkan lebih rendah. Tapi dibawah penganggaran
modal, penerimaan yang diterima dari penjualan tidak mengurangi defisit, karena
penurunan utang = penurunan aset (inget akuntansi). Begitu juga kalo pemerintah
ngutang untuk beli aset baru, tidak ada defisit. Tapi kata ekonom ini agak susah. kenapa?
soalnya mendefinisikan aset pemerintah susah.

C) KEWAJIBAN YANG TIDAK DIHITUNG


Seperti uang pensiun PNS, kan sebenarnya ada bagian gaji yang ditabung untuk masa
pensiun, menurut ekonom sebenernya ini adalah kewajiban (liabilitas)nya pemerintah
(karena sebenernya sama aja kayak dipinjem dulu kan) tapi sama pemerintah tidak
dimasukkan ke kewajiban. Begitu juga sama jaminan sosial.
Bentuk kewajiban pemerintah yang sulit diukur adalah kewajiban kontinjen
(contingent liability) yaitu kewajiban yang muncul jika peristiwa khusus terjadi. Misal
pemerintah menjamin berbagai bentuk kredit perseorangan (pinjaman mahasiswa,
hipotek untuk keluarga miskin, dll). Tetapi kewajiban kontinjen ini tidak tercermin dalam
defisit anggaran soalnya nilainya ga jelas.

D) SIKLUS BISNIS
Kalo misal perekonomian sedang resesi, pengeluaran pemerintah bisa lebih banyak
dengan penerimaan yang berkurang. Kok bisa? resesi kan GDP turun, pengangguran naik,
otomatis lebih banyak masyarakat membutuhkan bantuan pemerintah tapi penerimaan
pajaknya turun (soalnya pake persentase kan).
Untuk memecahkan masalah ini pemerintah menghitung defisit anggaran yang
disesuaikan secara siklis (cyclically adjusted budget deficit)/ defisit anggaran
kesempatan kerja-penuh. Defisit ini didasarkan pada estimasi berapa pengeluaran dan
penerimaan pemerintah jika perekonomian berada di tingkat output dan kesempatan
kerja alamiah.

3. PANDANGAN TRADISIONAL ATAS UTANG PEMERINTAH (bab-bab sebelumnya)


A) PAJAK DAN INSENTIF
Ketika keuntungan yang didapat dikenakan pajak, insentif bekerja akan berkurang.
Ketika pendapatan dari modal dikenai pajak, insentif untuk menabung dan berinvestasi
berkurang. vice versa. Makanya sekarang ekonom mengajukan sistem pajak yang dipakai
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

adalah pajak konsumsi. Dibandingkan pajak pendapatan, pajak konsumsi memberikan


insentif lebih besar untuk menabung, investasi, dan mengakumulasi modal.

4. PANDANGAN RICARDIAN ATAS UTANG PEMERINTAH


Pandangan tradisional atas utang pemerintah mengasumsikan ketika pemerintah
memotong pajak dan menjalani defisit anggaran, konsumen menanggapi pendapatan
setelah pajak dengan konsumsi lebih banyak. Tapi ricardian mempertanyakan asumsi ini,
alasannya konsumen tidak hanya melihat pendapatan sekarang aja tapi juga masa depan
yang mereka harapkan (bab konsumen yang terkait antarwaktu-teori modern)
A) LOGIKA DASAR EKUIVALENSI RICARDIAN
Konsumen melihat ke depan memahami bahwa pinjaman pemerintah saat ini akan
mengakibatkan pajak yang lebih tinggi di masa depan. Kok bisa? karena pemotongan
pajak yang didanai utang pemerintah, tidak mengurangi beban pajak, pemotongan hanya
menjadwal ulang pajak. Makanya, pemotongan pajak harusnya ga bikin konsumen
mengkonsumsi lebih banyak. Logikanya kalo pemerintah masih punya utang tapi
melakukan pemotongan pajak, Kira-kira defisitnya tambah banyak ga? bisa-bisa di masa
depan pajak ditetapin lebih tinggi lagi dari sebelum dipotong, gitu lah kira-kira.
Prinsip umumnya bahwa utang pemerintah ekuivalen dengan pajak masa depan, dan
jika konsumen cukup melihat ke depan, pajak masa depan ekuivalen dengan pajak
sekarang. Jadi, mendanai pemerintah dengan utang adalah ekuivalen dengan
mendanai dengan pajak. Pandangan ini disebut ekuivalensi ricardian (ricardian
equivalence).
Implikasi dari pandangan ini adalah pemotongan pajak yang didanai utang tidak
mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga milih nabung kenaikan disposable incomenya
aja soalnya ada kewajiban bayar pajak (yang lebih besar) akibat pemotongan pajak
sekarang. Nah kan tabungan publik naik jadinya, trus penerimaan pajak turun,
pemerintah pinjem dari tabungan publik. Sebenernya ga ada perubahan apa-apa
akhirnya. Jadi konsumsi ga naik.
Apa iya kalo pajak turun terus konsumsi tetap? liat dulu kalo ternyata belanja
pemerintah turun, ya konsumen punya insentif untuk meningkatkan konsumsi karena ga
ada kewajiban bayar pajak masa depan akibat utang tadi. (yang naikin konsumsi berarti
masalah belanja pemerintahnya ya, bukan karena pajaknya)

B) KONSUMEN DAN PAJAK MASA DEPAN


Ekonom dengan pandangan tradisional tetap percaya bahwa prospek pajak masa
depan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap konsumsi saat ini, berikut adalah
pandangan mereka.
Miopia (Myopia) pendukung ricardian mengatakan konsumen bersikap rasional
waktu ambil keputusan, tetapi pendukung pandangan tradisional mengatakan
masyarakat berpandangan pendek, karena minim pengetahuan tentang defisit anggaran.
Jadi mereka Cuma mengambil keputusan dari sudut pandang (pajak turun-aja) dan
menganggap pendapatan disposabelnya naik. Jadi konsumsi naik dan tabungan nasional
rendah.
Batasan Peminjaman Menurut ricardian, pemotongan pajak yang didanai utang akan
meningkatkan pendapatan seseorang, tetapi tidak mengubah pendapatan/ konsumsi
seumur hidup. Tapi para pendukung pandangan tradisional mengatakan pendapatan
sekarang lebih penting daripada yang seumur hidup karena ada hambatan peminjaman
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

(udah ada di bab konsumsi ya). Makanya orang yang tidak mampu pinjam ini cenderung
tidak peduli dengan pendapatan masa depannya dan kenaikan disposable income
sekarang menaikkan konsumsinya.
Generasi masa depan argumen ketiga dari ekonom pandangan tradisional
mengatakan bahwa konsumen mengharapkan implikasi pajak masa depan tidak
menimpa mereka tapi generasi selanjutnya. Jadi karena ga ngaruh ke generasi sekarang
makanya konsumsi naik.
Tetapi ekonom Robert Barro memberi kritik atas alasan ini. Karena generasi masa
depan adalah anak dan cucu generasi sekarang, maka tidak bisa dipandang sebagai aktor
independen. Jadi generasi sekarang cenderung ngasih warisan ke anak dan cucu (kudu
nabung kan harusnya berarti). Tapi kalo ternyata orang tuanya berekspektasi anak dan
cucunya lebih kaya dari mereka, pandangan tradisional mungkin saja benar (karena
ortunya ga ninggalin warisan mereka nanggung kewajiban bayar pajak yang tadi sendiri).
Siapakah yang memenangkan perdebatan ini? tidak ada, 22nya masih bertahan
tergantung situasi yang ada.

5. PERSPEKTIF LAIN TENTANG UTANG PEMERINTAH


A) ANGGARAN BERIMBANG VS KEBIJAKAN FISKAL OPTIMAL
Kebanyakan ekonom menentang aturan ketat tentang anggaran berimbang. Ada 3
alasan mengapa kebijakan fiskal optimal kadang bikin defisit or surplus.
Pertama, stabilisasi. Defisit or surplus anggaran bisa membantu menstabilisasi
perekonomian. Ketika perekonomian mengalami resesi, pajak turun dan transfer (bantuan
pemerintah) otomatis naik, tapi ini bikin defisit. Aturan anggaran berimbang yang ketat
akan meminta pemerintah naikin pajak atau mengurangi pengeluaran yang akhirnya
menekan permintaan agregat.
Kedua,Tax Smoothing. Defisit or surplus bisa digunakan untuk mengurangi distorsi
insentif yang disebabkan oleh pajak. Pajak dibuat stabil dengan meminimalkan jumlah
biaya sosial pajak (kalo tarif pajak tinggi maka akan menekan perekonomian. contoh:pajak
pendapatan mengurangi insentif untuk bekerja). Kebijakan ini disebut tax smoothing
(penghalusan pajak)
Redistribusi Intergenerasi. Defisit anggaran bisa digunakan untuk menggeser beban
pajak dari generasi sekarang ke masa depan. Misal perang, generasi sekarang ngutang buat
biayain perang, nah generasi masa depan menerima manfaatnya tapi harus nanggung
utangnya.

B) DAMPAK FISKAL TERHADAP KEBIJAKAN MONETER


Ekonom menyatakan bahwa tingkat utang yang tinggi mendorong inflasi. Karena
utang pemerintah dispesifikasi dalam bentuk nominal, maka nilai utang riil turun pas harga
naik. Ini merupakan redistribusi biasa antara kreditor dan debitor yang disebabkan oleh
inflasi yang tidak diharapkan (debitor=pemerintah, kreditor=swasta). Tapi debitor bisa
seigniorage, jadi tingkat utang yang tinggi mempertinggi harga dan menurunkan nilai riil
utang.
Meskipun kebijakan moneter bisa diarahkan oleh kebijakan fiskal dalam beberapa
situasi, misal pas hiperinflasi klasik (ada pajak inflasi dan seigniorage), tapi situasi ini
tampak tidak normal untuk beberapa negara. Alasannya? Pertama, kebanyakan
pemerintah bisa mendanai defisit dengan menjual utang dan tidak perlu seigniorage.
Kedua, bank sentral sering punya independensi yang cukup menahan tekanan politik atas
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

kebijakan moneter yang ekspansif. Ketiga dan yang terpenting, inflasi adalah jalan keluar
yang buruk bagi masalah fiskal.

C) UTANG DAN PROSES POLITIK


Penggunaan utang sebagai instrumen pendanaan pengeluaran pemerintah
didapatkan dari proses politik yang rumit. Aturan anggaran berimbang untuk kebijakan
fiskal dengan alasan bahwa ha itu akan menjadikan biaya2 riil dari sarana publik disadari
oleh pembuat kebijakan. Hanya hambatan anggaran yang kuat yang harus
menyeimbangkan anggaran( memaksa politisi menilai apakah manfaat pengeluaran
benar-benar sesuai biayanya).

D) DIMENSI INTERNASIONAL
Defisit anggaran menurunkan tabungan nasional dan menyebabkan defisit
perdagangan (akhirnya pinjem dari luar). Hubungan antara kedua defisit ini menyebabkan
2 dampak lanjutan atas utang pemerintah.
Pertama, Tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan risiko bahwa
perekonomian akan mengalami pelarian modal (capital flight)-penurunan permintaan
atas aset nasional di pasar uang dunia. Investor internasional menyadari bahwa
pemerintah sebuah negara bisa dengan mudah menyelesaikan utang mereka dengan
mengaku pailit. Jadi ketika utang pemerintah melonjak, investor membatasi kawatir dan
membatasi pinjamannya. Jika kepercayaan hilang tiba2, hasilnya menjadi gejala pelarian
modal klasik :goncangan mata uang dan kenaikan tingkat bunga.
kedua, tingkat utang pemerintah yang tinggi didanai oleh utang luar negeri bisa
menurunkan pengaruh politis negara tersebut di kancah global.

E) MANFAAT OBLIGASI INDEKS


Obligasi yang menggunakan IHK (CPI) dalam membayar pengembalian. Misal obligasi
senilai 1000 membayar tingkat bunga 3,5%, tapi bunga itu tumbuh sesuai tingkat harga
keseluruhan yang diukur oleh IHK. Jumlah pokoknya juga di sesuaikan dengan IHK. Jadi
bunga 3,5% adalah bunga riil.
Obligasi ini memiliki manfaat:
- mendorong sektor swasta menerbitkan sekuritas yang diindeks sendiri
- mengurangi insentif pemerintah untuk menciptakan inflasi kejutan
- memberikan data yang bermanfaat bagi kebijakan moneter
- risiko inflasi yang lebih kecil
- inovasi keuangan yang lebih besar
- insentif pemerintah yang lebih baik
- kebijakan moneter yang lebih akurat
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 15
MANFAAT SISTEM KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM KRISIS EKONOMI
Nb: Karena keterbatasan, rangkuman ini menggunakan campuran bahasa inggris dan bahasa
Indonesia.

A. Fungsi Sistem Keuangan


1. Definisi
Financial system is the broad term for the institutions in the economy that facilitate the
flow of funds between savers and investors.

2. Financial Investment
 One piece of financial system is the set of Financial Markets through which
households can directly provide resources for investments. Two important financial
markets are:
a. Market for Bonds
A bond represents a loan from the bondholder to the firm. Raising investment
funds by issuing bonds is called debt finance.
b. Market for Stocks
A share of stock represents an ownership claim by the share holder in the firm.
Raising funds by issuing stock is called equity finance.
 Another piece of financial system is the set of Financial Intermediaries through which
households can indirectly provide resources for investment. A financial intermediary
stands between the two sides of the market and helps direct financial resources
toward their best use. Banks are the best-known type of financial intermediary.

3. Sharing Risk
 Intinya, setiap investasi yang dilakukan pasti ada risikonya. Semakin tinggi risiko,
semakin tinggi return yang yang diharapkan.
 Tapi, risiko dapat diturunkan dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah
Reducing risk by holding many imperfectly correlated assets. (Ingat materi mankeu).
Adapun salah satu cara untuk diversifikasi adalah Mutual Funds.
Mutual Funds are financial intermediaries that sell shares to savers and use their
funds to buy diversified pools of assets.
 There are limits to how much diversification reduces risk
a. Systematic risk, a macroeconomic event that affect may business at the same
time. In particular, recessions tend to reduce the demand for most products and
thus the profitability of most businesses. Diversification can’t reduce this kind of
risk.
b. Yet, it can largely eliminate the risk associated with individual businesses, called
Idiosyncratic Risk.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Dealing With Asymmetric Information


 Asymmetric information is a situation in which one party to an economic transaction
has more information about the transaction than the other. There are two classic
types of asymmetric information:
a. Hidden Knowledge About Attributes
Masalah yang akan timbul dari kurangnya informasi ini adalah adverse selection.
Adverse selection describes the tendency of people with more information to
sort themselves in a way that disadvantages people with less information.
b. Hidden Knowledge About Actions
Masalah yang akan timbul dari kurangnya informasi ini adalah moral hazard.
Moral Hazard is the risk that an imperfectly monitored agent will act in a
dishonest or otherwise inappropriate way.
 Finansial System sudah membangun berbagai macam institusi untuk memitigasi efek
dari kurangnya informasi ini. Bank adalah salah satu yang terpenting. Contohnya:
a. When a person applies for a bank loan, the application is scrutinized by loan
officers who are trained to evaluate businesses and their prospects.
b. Thus, the loan officers stand a good chance of uncovering the hidden attributes
that lead to adverse selection
c. To reduce the problem of moral hazard, bank loans may contain restrictions on
how the loan proceeds are spent, and the loan officers may monitor the business
after the loan is made.

5. Fostering Economic Growth


 Di materi sebelum UTS, Model Solow digunakan untuk mempelajari perkembangan
ekonomi jangka panjang. Pada model tersebut, semakin besar tabungan nasional,
semakin besar modal per pekerja yang diterima, semakin besar dia berproduksi dan
semakin besar juga income yang dinikmati masyarakat
 Tapi, pada model solow kita menggunakan asumsi bahwa hanya ada satu modal.
Kenyataannya ada banyak sekali perusahaan dengan berbagai proyek investasi yang
berkompetisi untuk medapatkan sumber ekonomi yang terbatas.
 Nah, agar alokasi tabungan ke investasi itu berjalan dengan benar sehingga
perekonomian makin baik, Government policy plays a role in helping ensure that the
financial system works well. Caranya:
a. First, it can reduce the problem of moral hazard by prosecuting fraud and similar
malfeasance.
b. Second, the government can reduce the problem of adverse selection by
requiring some kinds of disclosure.
 Karena kualitas dari instusi tiap negara berbeda, beberapa negara punya kualitas
yang bagus, sisanya kurang. Negara kaya biasanya punya market stock yang besar
dan sistem bank yang besar dari negara yang lebih miskin.

B. Krisis Keuangan
1. Pembuka
Setelah kita bahas bahagaima sistem keuangan bekerja, sekarang kita akan membahas
kenapa sistem keuangan mungkin berhenti bekerja and the broad macroeconomic
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

ramifications of such a disruption. A Financial Crisis is a major disruption in the financial


system that impedes the economy’s ability to intermediate between those who want to
save and those who want to borrow and invest.

2. The Anatomy of Crisis


Adapun urutan terjadinya krisis keuangan adalah

a. Asset-Price Boom and Busts


1. Often period of optimism, leading to a large increase in asset prices, precedes a
financial crisis. Sometimes people bid up the price of an asset above its
fundamental value. In this case, the market for that asset is said to be in the grip
of speculative bubble. Later, when sentiment shifts and optimism turn to
pessimism, the bubble bursts and prices begin to fall. The decline in asset prices
is the catalysts for the financial crisis.
2. Contoh simpelnya kayak batu akik kemarin. Harganya diatas dari nilai
fundamentalnya yang cuma batu indah. Krena trend, harga naik terus makin
mahal, diasumsikan seperti bubble. Ketika trendnya bergeser, minat berubah,
harganya akan jatuh lagi ke harga awal layaknya bubble besar yang pecah.

b. Insolvencies at Financial Institutions


1. A large decline in asset prices may cause problems at banks and other financial
institutions. To ensure that borrowers repay their loans, banks often require them
to post collateral (jaminan). A borrower has to pledge assets that the bank can
seize if the borrower defaults. Yet when asset decline in price, the collateral falls
in value, perhaps below the amount of the loan. In this case, if the borrower
defaults on the loan, the bank may be unable to recover money.
2. Kalau dinarasikan gini ya (semoga mudah dipahami)
a. Bank mencari keutungan dari leverage. Simplenya gini, bank nerima deposito
dari lu. Uang depositonya elu dipake bank untuk investasi ke orang yang mau
minjem uang.
b. Nah, supaya bank bisa yakin buat minjemin, bank perlu jaminan. Misal
jaminannya rumah. Setelah dijaminin, bank ngasi pinjeman 1000 dengan
jaminan rumah yg harganya juga 1000
c. Setelah berjalan, eh si peminjam gak bisa bayar, akhirnya jaminan dicarinin.
TAPI karena harga asset pada jatuh, rumahnya cuma laku 500
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

d. Bank akhirnya rugi 500, dia gak bisa balikin deposito lu yang 1000 kemarin
kan. Jadinya bank bisa bangkrut gegara turunnya harga asset dengan
mekanisme cerita ini. Gitu.

c. Falling Confidence
1. Lanjutan dari cerita diatas adalah a declining confidence in financial institution.
Bank yang tidak mampu membayar deposito dibantu oleh bank. Beberapa
deposito bank dibayar oleh pemerintah, beberapa enggak. Individuals with
uninsured deposits in these institutions pull out their money. Facing a rash of
withdrawals, banks cut back on new lending and start selling off assets to increase
their cash reserves.
2. As banks sell of some of their assets, they depress the market prices of these
assets. Because buyers of risky assets are hard to find in the midst of crises, the
asset’s prices can sometimes fall precipitously. Such phenomenon is called a fire
sale.

d. Credit Crunch
1. Lanjutan lagi dari cerita diatas, With many financial institution facing difficulties,
would-be borrower have trouble getting loans, even if they have profitable
investment projects.
2. Akhirnya bank makin heboh pengamanannya dalam memberikan pinjaman
karena adanya kejadian buruk sebelumnya. They required large down payments
and scrutinized borrower’s financial information more closely.
3. Intinya, makin susah pinjam uang, makin susah untuk berproduksi.

e. Recession
Karena susah banget buat pinjam uang untuk projek investasi baru, the overall
demand for goods and services declines. Turunnya permintaan agregat akan
menyebabkan turunnya GDP dan meningkatkan pengangguran. Resesi terjadi.

f. A Vicious Circle
Akhirnya adalah a vicious circle. The economic downturn reduces the profitability of
many companies and value of many assets. The stock market declines. Some firms go
bankrupt and default on their business loans. Many workers become unemployed and
default on their personal loans. Lalu akhirnya balik lagi ke tahap 1 (asset-price busts)
and 2 (financial institution insolvencies)

3. Policy Responses to a Crisis


a. Conventional Monetary and Fiscal Policy
Sesuai cerita diatas, efek dari krisis finansial adalah menurunnya permintaan agregat
yang menyebabkan turunnya GDP dan meningkatnya pengangguran. Solusinya sesuai
dengan materi IS-LM adalah pemerintah malekukan kebijakan fiskal dan moneter
untuk meningkatkan permintaan agregat, dengan cara:
1. Bank central dapat menambah jumlah uang beredar dan menurunkan interest
rates
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Pemerintah dapat meningkatkan belanja pemerintah dan memotong pajak.


Tapi, kebijakan diatas gak bisa dilakukan terus menerus, mengingar:
1. Bank central gak bisa memotong interest ratenya sampe dibawah 0%
2. Pemerintah gak bisa melakukan anggaran defisit terus menerus.

b. Lender of Last Resort


1. When the public starts to lose confidence in a bank, they withdraw their deposits.
In a system of fractional-reserve banking, large and sudden withdrawals can be a
problem. Many of bank’s assets are illiuquid/susah diubah jadi uang. Jadi, bank
gak bisa bayar uang yang mau ditarik sama orang-orang. A situation in which a
solvent bank has insufficient funds to satisfy its depositors’ withdrawals is called
a liquidity crisis.
2. Bank central bisa memberi solusi untuk keadaan diatas dengan cara meminjam
secara langsung ke bank. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat kembali kepada bank. Bank central akan menyerahkan sejumlah uang
dengan jaminan berupa asset illiquid. Nah, aksi meminjamkan uang pada saat
liquidity crisis ini disebut dengan Lender of Last Resort.

c. Injections of Government Funds


Jenis terakhir dari kebijakan pemerintah yang bisa diambil adalah dengan
menggunakan tabungan public untuk memperbaiki sistem finansial. Caranya dapat
berupa:
1. Memberikan tabungan public ke orang yang mengalami kerugian. Deposit
asuransi misalnya, pemerintah menjanjikan pengembalian ke depositor yang
mengalami kerugian karena bank menjadi insolvent.
2. Another way for the government to inject public funds is to make risky loans.
Normally, when the Federal Reserve acts as lender of last resorts, it does so by
lending to a financial institution that can ledge good collateral. But if the
government makes loans that might not be repaid, it is putting public funds at
risk.
3. A final way is foe the government itself to inject capital into financial institution.
In this case, rather than being just a creditor, the government gets an ownership
stake in the companies.

4. Policies to Prevent Crises


a. Focusing on Shadow Banks
1. Shadow banks are financial institutions that (like banks) are at the center of
financial intermediation but (unlike banks) do not take in deposits insured by the
FIDC.
2. Many policymakers have suggested that these shadow banks should be limited in
how much risk they take. One way to do that would be to require that they hold
more capital, which would in turn limit these firms’ ability to use leverage.
b. Restricting Size
Some economists have suggested that the problem would have been averted, or at
least would have been less severe, if the financial system had been less concentrated.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

When a small institution fails, bankruptcy law can take over as it usually does without
resulting in economy-wide problems.
c. Reducing Excessive Risk Taking
Some observers believe that one way to reduce the risk of future crises is to limit
excessive risk taking. Yet because risk taking is at the heart of what many financial
institutions do, there is no easy way to draw the line between excessive and
appropriate risk.
d. Making Regulation Work Better
Dengan belajar dari krisis sebelumnya, pemerintah harus membuat regulasi yang
lebih baik dari sebelumya untuk menghindari krisis yang sama.

C. Review: 4 Pelajaran dan 4 Masalah yang Belum Terpecahkan pada Makroekonomi


1. Empat Pelajaran Makroekonomi Terpenting
a. Pelajaran No 1: Dalam jangka panjang, kapasitas negara untuk memproduksi barang
dan jasa menentukan standar hidup penduduknya
1. Salah satu ukuran kesejahteraan ekonomi terbaik adalah GDP. GDP riil mengukur
output barang serta jasa total perekonomian dan, karena itu, kemampuan negara
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para penduduknya.
2. GDP tinggi adalah yang utama, lalu apa yang menentukan tingkat dan
pertumbuhan GDP? Pada jangka panjang, GDP bergantung pada faktor produksi
(modal dan tenaga kerja) dan teknologi untuk mengubah modal serta tenaga
kerja menjadi output. GDP tumbuh ketika faktor produksi meningkat atau
teknologi semakin maju.

b. Pelajaran No. 2: Dalam jangka pendek, permintaan agregat mempengaruhi jumlah


barang dan jasa yang diproduksi negara
1. Di jangka panjang, satu-satunya determinan GDP adalah penawaran barang dan
jasa. Tetapi dalam GDP jangka pendek, determinannya juga bergantung pada
permintaan agregat barang dan jasa.
2. Permintaan agregat penting karena harga bersifat kaku dalam jangka pendek.
Model IS-LM menunjukkan apa yang menyebabkan perubahan permintaan
agregat dan juga fluktuasi GDP jangka pendek.
3. Karena permintaan agregat sangat penting untuk fluktuasi jangka pendek, para
pembuat kebijakan memantau perekonomian secara ketat. Sebelum membuat
perubahan apapun dalam kebijakan moneter dan fiskal, mereka harus
mengetahui apakah perekonomian sedang mengalami booming atau menuju
resesi.

c. Pelajaran No. 3: Dalam jangka panjang, tingkat pertumbuhan unag menentukan


tingkat inflasi, tetapi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran
1. Selain GDP, inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja ekonomi yang
paling keyay diamati.
2. Jumlah uang beredar adalah determinan inflasi yang paling utama. Semakin
banyak uang yang beredar, inflasi akan meningkat. Pada jangka panjang, inflasi
yang tinggi meningkatkan tingkat bunga nominal (efek fisher)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3. Tingkat pengangguran alamiah ditentukan oleh tingkat pemisahan pekerjaan dan


perolehan pekerjaan, yang sebaliknya ditentukan oleh proses pencarian
pekerjaan dan kekakuan upah riil.
4. Jadi, inflasi dan pengangguran yang terus-menerus merupakan masalah yang
tidak terkait. Untuk melawan inflasi dalam jangka panjang, para pembuat
kebijakan harus mengurangi pertumbuhan uang beredar. Untuk melawan
pengangguran, mereka harus mengubah struktur pasar tenaga kerja. Dalam
jangka panjang, tidak ada tradeoff antara inflasi dan pengangguran

d. Pelajaran No. 4: Dalam jangka pendek, para pembuat kebijakan yang


mengendalikan kebijakan moneter dan fiskal menghadapi tradeoff antara inflasi
dan pengangguran
1. Dalam jangka pendek, pembuat kebijakan menghadapi tradeoff antara inflasi dan
pengangguran. Bila menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk
memperbesar permintaan agregat, maka inflasi akan naik dan pengangguran
turun. Dan juga berlaku untuk sebaliknya
2. Pergeseran kurva phillips bisa terjadi karena dua hal
a. Guncangan penawaran, seperti harga minyak
b. Ketika orang=orang mengubah ekspektasi inflasi mereka.

2. Empat Pertanyaan Makroekonomi Terpentin yang Belum Terjawab


a. Pertanyaan No. 1: Bagaimana seharusnya para pembuat kebijakan berusaha
meningkatkan tingkat output alami perekonomian?
1. Untuk meningkatkan output perekonomian, setiap kebijakan harus dirancang
untuk meningkatkat jumlah modal, memperbaiki penggunaan tenaga kerja, atau
meningkatkan teknologi. Namun gak ada cara sederhana dan murah untuk
mencapai tujuan ini.
2. Peningkatan modal membutuhkan kenaikan tingkat tabungan dan investasi.
Namun, peningkatan modal juga membutuhkan periode pengurangan konsumsi
untuk generasi sekarang
3. Untuk memperbaiki penggunaan angkatan kerja, banyak pembuat kebijakan
cenderung menurunkan pengangguran. Tingkat pengangguran alamiah dapat
diturunkan dengan mengurangi tunjangan asuransi-pengangguran atau dengan
menurunkan upah minimum. Tapi kebijakan ini juga akan menurunkan
kesejahteraan orang yang paling miskin di dalam masyarakat.
4. Semua ekonom setuju bahwa menciptakan institusi yang tepat adalah pesyaratan
bagi ekonomi di negara miskin.
5. Memperbesar tingkat kemanjuan teknologi adalah tujuan terpenting dari
kebijakan public. Model pertumbuhan Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan
terus-menerus dalam standar kehidupan pada akhirnya membutuhkan teknologi
yang terus menerus.

b. Pertanyaan No. 2: Apakah para pembuat kebijakan seharusnya berusaha


menstabilkan perekonomian?
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

1. Seperti kita ketahui, fluktuasi ekonomi dapat terjadi karena berbagai guncangan
serta bagaimana kebijakan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi fluktuasi ini.
Sebagian ekonom percaya bahwa para pembuat kebijakan seharusnya
menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengoffset guncangan agar
output dan kesempatan kerja mendekati tingkat alamiahnya.
2. Tapi, sebagian ekonom percaya bahwa kebijakan yang terbaik adalah kebijakan
pasif. Mereka menuding lamanya kesenjangan waktu dan sifat berubah-ubah
yang melekat dalam pengambilan keputusan ekonomi.
3. Lalu pertanyaannya, apakah manfaat dari stabilisasi ekonomi (dengan asumsi
stabilisasi dapat dicapai) akan besar atau kecil. Tanpa perubahan apapun dalam
tingkat pengangguran, kebijakan stabilisasi hanya mampu menurunkan besaran
fluktuasi di sekitar tingkat alamiah. Jadi, kebijakan stabilisasi yang berhasil akan
menghapuskan booming ekonomi dan juga resesi.

c. Pertanyaan No. 3: Berapakah biaya inflasi, dan berapakah biaya menurunkan


inflasi?
1. Biaya inflasi masih diperdebatkan. Ketika ekonom berusaha mengidentifikasi
biaya sosial dari inflasi, mereka hanya mampu menunjukkan biaya kulit sepatu,
biaya menu, dsb. Biaya ini akan membesar kalau hiperinflasi, tapi kalau rendah
biayanya rendah.
2. Biaya menurunkan inflasi juga serung diperdebatkan. Menurut kurva phillips,
menurunkan inflasi memburuhkan periode output yang rendah dan
pengangguran yang tinggi, dimana biaya menurunkan inflasi diukur oleh rasio
pengorbanan.
3. Sebagian ekonom menganggap biaya menurunkan inflasi bisa jauh lebih rendah
dari rasio pengorbanan dengan pendekatan ekspektasi-rasional. Sebagian lagi
percaya kalau menurunkan inflasi biayanya jauh lebih besar dari rasio
pengorbanan. Teori histeris menyatakan bahwa resesi yang disebabkan oleh
kebijakan disinflasioner dapat meningkatkan tingkat pengangguran alamiah.

d. Pertanyaan No. 4: Seberapa besarkah masalah utang pemerintah?


1. Kebayakan ekonom mengambil pandangan tradisional atas utang pemerintah.
Dimana ketika pemerintah menjalankan defisit anggaran dan melakukan
pinjaman, hal itu akan menyebabkan rendahnya tabungan nasional, investasi
yang kecil, dan defisit perdagangan. Dalam jangka panjang, hal itu menyebabkan
persediaan modal dengan kondisi mapan yang lebih kecil dari utang luar negeri
yang lebih besar. Utang pemerintah akan membebani generasi mendatang.
2. Sebagian ekonom bersifat skeptic. Para pendukung pandangan Ricardian
menyatakan bahwa defisit anggaran hanya menunjukkan substitusi pajak masa
depan untuk pajak saat ini. Selama konsumen bersikap memandang kedepan,
mereka akan menabung hari ini untuk memnuhi kebutuhan pajak masa depan
anak-anak mereka. Para ekonom ini percaya bahwa utang pemerintah hanya
memilki dampak yang kecil terhadap perekonomian.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 9
Sistem Akuntansi Pemda
1. Dasar Hukum
Paket UU Keuangan Negara
UU 17/2003
UU 1/2004
UU 15/2004

Pengelolaan Standar Akuntansi


PP Lainnya
Keuangan Daerah Pemerintah
PP 58/2005 PP 71/2010

PUSAP
Pedoman PKD PMK 238/PMK.05/2011
1. Permendagri 13/2006
2. Permendagri 59/2007
(Perubahan I) Pedoman Implementasi SAP BASIS AKRUAL
3. Permendagri 21/2011 Permendagri 64/2013
(Perubahan II)

Kebijakan Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah

Sistem Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah

2. Gambaran Umum Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Pada Pasal 5 PP No 58/2005 diatur lebih lanjut bahwa Kepala Daerah selaku pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, selanjutnya melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya kepada :
a. Sekretaris Daerah selaku koordinator Pengelola Keuangan Daerah
b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD)
c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna
barang
Kepala SKPD dalam pelaksanaan kewenangannya selaku PA dibantu oleh KPA (penunjukkan KPA
bersifat opsional), Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan
SKPD (PPK-SKPD), dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
Penyelenggaraan akuntansi dan penyusunan Laporan Keuangan merupakan tugas dari PPK-
SKPD. Jabatan PPK-SKPD, Bendahara, dan PPTK tidak boleh saling merangkap satu sama lain.

1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3. Konstruksi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)


Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terbagi ke dalam dua subsistem besar:
a. Sistem Akuntansi SKPD sebagai entitas akuntansi;
b. Sistem Akuntansi PPKD:
 Subsistem Akuntansi SKPKD sebagai SKPD (entitas akuntansi);
 Subsistem Akuntansi PPKD sebagai BUD (entitas akuntansi);
 Subsistem Akuntansi PPKD-Konsolidator (entitas pelaporan).
Laporan keuangan dari seluruh entitas akuntansi disampaikan kepada SKPKD (entitas
pelaporan) untuk dikonsolidasikan, sehingga menjadi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD).
Diagram Konstruksi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

LK-LRA-PPKD
LO-PPKD
LP-EKUITAS
NERACA-PPKD
CALK-PPKD
SA-PPKD LKPD
(KONSOLIDASIAN):
LRA; LO;
LP-EKUITAS, NERACA
SAPD LAK; CALK
SA-SKPD
LK-SPKD :
LRA-SKPD
LO-SKPD
SA-SKPD LP-EKUITAS
NERACA-SKPD
CALK-SKPD

•PENCATATAN BASIS AKRUAL


SISTEM
AKUNTANSI •Mencatat Pendapatan-LO; Beban; Aset; Kewajiban; dan Ekuitas
KEUANGAN •Akun resiprokal (timbal-balik) pada SKPD: “RK-PPKD”
(SAK) •Akun resiprokal (timbal-balik) pada PPKD: “RK-SKPD”

•PENCATATAN BASIS KAS


SISTEM •Mencatat Pendapatan-LRA
AKUNTANSI •Mencatat Belanja
PELAKSANAAN •Mencatat Pembiayaan (hanya di PPKD)
ANGGARAN
(SAPA) •Akun Penyeimbang: ‘ESTIMASI PERUBAHAN SAL (EPSAL)”

LAPORAN •Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) menghasilkan laporan keuangan


KEUANGAN berbasis akrual: LO, LPE dan Neraca
•Sistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (SAPA) menghasilkan laporan
keuangan berbasis kas: LRA.

2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. Pihak – Pihak Terkait dalam Penyelenggaraan Sistem Akuntansi SKPD


a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Fungsi : Untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan Laporan Keuangan
SKPD dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPD.
b. Bendahara Penerimaan SKPD
SPJ Bendahara Penerimaan SKPD beserta bukti transaksinya menjadi bahan bagi PPK-
SKPD untuk mencatat DPA-SKPD dari sisi penerimaan.
c. Bendahara Pengeluaran SKPD
SPJ Bendahara Pengeluaran SKPD beserta bukti transaksinya menjadi bahan bagi PPK-
SKPD untuk mencatat DPA-SKPD dari sisi transaksi belanja.
d. Pengurus Barang
e. Penyimpan Barang
f. Kepala SKPD (Pengguna Anggaran)
5. Pihak – Pihak Terkait dalam Penyelenggaraan Sistem Akuntansi SKPD
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPKD (PPK-SKPKD)
Fungsi : Untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan Laporan Keuangan
SKPD dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPKD.
b. BUD/Kuasa BUD
BUD/Kuasa BUD memperoleh rekening koran harian Kas Daerah termasuk bukti
transaksi dari Bank penyimpan Kasda. Berdasarkan rekening koran tersebut, PPK-
SKPKD mencatat transaksi pendapatan dan penerimaan pembiayaan PPKD.
c. Bendahara Pengeluaran PPKD
Laporan Pengeluaran Harian Transaksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan PPKD
disampaikan Bendahara Pengeluaran PPKD beserta bukti transaksinya menjadi bahan
bagi PPK-SKPKD untuk mencatat DPA-SKPKD dari sisi transaksi belanja dan
pengeluaran pembiayaan.
LPJ Bulanan disampaikan Bendahara Pengeluaran PPKD kepada PPKD melalui PPK-
SKPKD, digunakan sebagai bahan rekonsiliasi dengan LRA-PPKD
d. PPKD
Selaku Pengguna Anggaran
e. Kepala SKPD
Sebagai entitas akuntansi menyampaikan Laporan Keuangan kepada Kepala Daerah
melalui PPKD (sebagai entitas pelaporan) untuk keperluan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran SKPD sekaligus untuk keperluan penyusunan Laporan
Keuangan Konsolidasian

3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 10, 11, 12

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI BASIS AKRUAL

PERBANDINGAN PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM LRA & LO PEMDA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


URAIAN
(LRA) (LO)
PENDAPATAN
Pengertian Semua penerimaan RKUD yang menambah Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
SAL dalam periode tahun anggaran ybs yang penambah ekuitas dalam periode tahun
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar anggaran ybs dan tidak perlu dibayar kembali
kembali oleh pemerintah
Pengakuan a) Saat diterima pada RKUD; atau a) Timbunya hak atas pendapatan;
b) Saat diterima oleh SKPD (melalui Bendahara b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran
SKPD); atau masuk sumber daya ekonomi) tanpa
c) Saat diterima oleh entitas lain di luar Pemda terlebih dahulu adanya penagihan
atas nama BUD c) Saat timbulnya hak untuk menagih
pendapatan, untuk pendapatan yang
diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan
d) Saat timbulnya hak untuk menagih imbalan,
untuk pendapatan yang diperoleh sebagai
imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan

Klasifikasi Menurut kelompok/jenisnya : Menurut sumber pendapatan :


1) Pendapatan Pajak, 1) Pendapatan asli daerah
2) Pendapatan Retribusi, 2) Pendapatan transfer
3) Pendapatan Hibah, dsb 3) Lain-lain pendapatan yang sah

Pengukuran Azas bruto (dengan membukukan penerimaan - Azas bruto (dengan membukukan
bruto, dan tidak mencatata jumlah netonya atau penerimaan bruto, dan tidak mencatata
tidak dikompensasikan dengan pengeluaran) jumlah netonya atau tidak dikompensasikan
dengan pengeluaran)

- Transaksi pendapatan dalam bentuk


barang/jasa harus dilaporkan dalam LO
dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tsb pada tanggal transaksi

4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


URAIAN
(LRA) (LO)
Koreksi dan - Pengembalian yang sifatnya sistemik - Pengembalian yang sifatnya sistemik
pengembali (normal) dan berulang (recurring) (contoh : (normal) dan berulang (recurring) (contoh :
an restitusi penerimaan pajak) pada periode restitusi penerimaan pajak) pada periode
penerimaan maupun pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan LRA pendapatan LRA
- Koreksi & pengembalian yang sifatnya tidak - Koreksi & pengembalian yang sifatnya tidak
berulang yang terjadi pada : berulang yang terjadi pada :
a) Periode penerimaan pendapatan LRA a) Periode penerimaan pendapatan LRA
dibukukan sebagai pengurang dibukukan sebagai pengurang
pendapatan LRA pada periode yang pendapatan LRA pada periode yang
sama. sama.
Note : Note :
Hal ini juga berlaku apabila koreksi Hal ini juga berlaku apabila koreksi
kesalahan terjadi pada periode kesalahan terjadi pada periode
sebelumnya sepanjang laporan sebelumnya sepanjang laporan
keuangan belum diterbitkan keuangan belum diterbitkan
b) Periode sebelumnya & laporan keuangan b) Periode sebelumnya & laporan
tahun ybs telah diterbitkan/disampaikan keuangan tahun ybs telah
ke DPRD, dibukukan sebaai pengurang diterbitkan/disampaikan ke DPRD,
SAL (atau SiLPA) pada periode dibukukan sebaai pengurang SAL (atau
ditemukannya koreksi dan pengembalian SiLPA) pada periode ditemukannya
tsb. koreksi dan pengembalian tsb.

BELANJA (LRA) DAN BEBAN (LO)


Pengertian Semua pengeluaran dari RKUD yang Penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
mengurangi SAL (atau SiLPA) dalam periode dalam periode pelaporan yang menurunkan
tahun anggaran ybs yang tidak akan diperoleh ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
pembayarannya kembali oleh pemerintah konsumsi aset atau timbulnya kewajiban

Pengakuan Saat terjadinya pengeluaran dari RKUD (basis a) Timbulnya kewajiban


kas) Yaitu saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti
Note : keluarnya kas dari RKUD (tagihan)
Khusus pengeluaran melalui Bendahara b) Terjadinya konsumsi aset
Pengeluaran, pengakuannya dilakukan pada Yaitu saat pengeluaran kas kepada pihak
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tsb lain yang tidak didahului timbulnya
disahkan oleh unit yang melakukan fungsi kewajiban dan/atau konsumsi aset non-kas
perbendaharaan (BUD) atau oleh PA, dalam kegiatan operasional pemerintah
tergantung kebijakan akuntansi yang ditetapkan (konsumsi ATK, obat-obatan, dsb.)
c) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa
Yaitu saat terjadi penurunan nilai aset
sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu
(penyusutan aset tetap)

Klasifikasi - Menurut Klasifikasi ekonomi (jenis Menurut klasifikasi ekonomi yang pada
belanja) prinsipnya mengelompokkan beban
berdasarkan jenis beban.

5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


URAIAN
(LRA) (LO)
Yaitu pengelompokan belanja yang Untuk penyusutan/amortisasi aset tetap/tidak
didasarkan pada jenis belanja untuk berwujud menggunakan metode garis lurus
melaksanakan suatu aktivitas, meliputi : tanpa nilai residu, dengan periode penyusutan
a) Belanja pegawai semesteran
b) Belanja barang & jasa
c) Belanja modal
d) Belanja bunga
e) Belanja subsidi
f) Belanja hibah
g) Belanja bansos
h) Belanja bantuan keuangan
i) Belanja bagi hasil
j) Belanja tak terduga
- Menurut Organisasi
Yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi
pengguna anggaran
- Menurut Fungsi
Yaitu klasifikasi yang didasarkan pada
fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah
dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat

Berdasarkan format APBD


- Belanja Langsung
Yaitu belanja yang terkait langsung dengan
program/kegiatan, meliputi :
a) Belanja pegawai selain gaji & tunjangan
b) Belanja barang & jasa
c) Belanja modal
- Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang tidak terkait langsung
dengan program/kegiatan, meliputi :
a) Belanja pegawai terkait gaji & tunjangan
b) Belanja bunga
c) Belanja subsidi
d) Belanja hibah
e) Belanja bansos
f) Belanja bantuan keuangan
g) Belanja bagi hasil
h) Belanja tak terduga

Berdasarkan klasifikasi dalam SAP


- Belanja operasi, yaitu pengeluaran anggaran
untuk kegiatan sehari-hari pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek, meliputi :
a) Belanja pegawai
b) Belanja barang & jasa
c) Belanja bunga
d) Belanja subsidi

6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


URAIAN
(LRA) (LO)
e) Belanja hibah
f) Belanja bansos

Pengukuran Azas bruto  Azas bruto


 Beban dalam bentuk barang/jasa harus
dilaporkan dalam LO dengan cara
menaksir nilai wajar barang/jasa tsb pada
tanggal transaksi & diungkapkan dalam
CaLK
Koreksi - Terjadi pada periode pengeluaran belanja
dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama, berlaku juga untuk
koreksi kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya sepanjang lapkeu belum
diterbitkan

- Terjadi pada periode sebelumnya (setelah


lapkeu diterbitkan/disampaikan ke DPRD)
akan dicatat dalam pos pendapatan lain-lain
LRA

PEMBIAYAAN (LRA) & SURPLUS/DEFISIT LO


Pengertian Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali Penjumlahan selisih lebih/kurang antara
dan/atau pengeluaran yang akan diterima surplus/deficit kegiatan operasional, kegiatan
kembali, baik pada tahun anggaran non-operasional dan kejadian luar biasa
bersangkuran maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran Saldo Surplus/Defisit LO pada akhir periode
pemerintah terutama dimaksudkan untuk pelaporan dipindahkan ke LPE
menutup deficit atau memanfaatkan surplus
anggaran

7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


URAIAN
(LRA) (LO)
Klasifikasi - Penerimaan Pembiayaan -
Adalah semua penerimaan RKUD antara lain
berasal dari :
a) penerimaan pinjaman,
b) penjualan obligasi pemerintah,
c) hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah,
d) penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga,
e) penjualan investasi permanen lainnya
dan pencairan dana cadangan

- Pengeluaran Pembiayaan
Adalah semua pengeluaran RKUD antara
lain :
a) Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga
b) Penyertaan modal pemerintah
c) Pembayaran kembali pokok pinjaman
dalam periode tahun anggaran tertentu
d) Pembentukan dana cadangan
Pengukuran Azas bruto -

1) PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI ASET, KEWAJIBAN DAN EKUITAS

URAIAN ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Pengertian Sumber daya ekonomi yang dikuasai Utang yang timbul dari Kekayaan bersih
dan/atau dimiliki oleh pemerintah peristiwa masa lalu yang pemerintah yang
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu penyelesaiannya merupakan selisih antara
dan dari mana manfaat ekonomi mengakibatkan aliran aset dan kewajiban
dan/atau social di masa depan keluar sumber daya pemerintah pada tanggal
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh ekonomi pemerintah pelaporan
pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non-keuangan
yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya

8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

URAIAN ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Klasifikasi 1) Aset lancar, apabila : 1) Kewajiban jangka -
a) Diharapkan segera untuk pendek,
direalisasikan, dipakai, atau apabila diharapkan
dimiliki untuk dijual dalam waktu dibayar dalam waktu 12
12 (dua belas) bulan sejak tanggal (dua belas) bulan
pelaporan setelah tanggal
b) Berupa kas dan setara kas pelaporan

2) Aset non-lancar (selain yang 2) Kewajiban jangka


dimaksud dalam poin 1a dan 1b), panjang (selain yang
diklasifikasikan menjadi : dimaksud dalam poin 1)
- Investasi Jangka Panjang
- Aset tetap
- Dana Cadangan
- Aset lainnya (termasuk aset tak
berwujud)
Pengakuan - Pada saat potensi manfaat ekonomi - Timbulnya kewajiban -
masa depan diperoleh oleh seperti diterimanya
pemerintah dan mempunyai nilai atau tagihan
biaya yang dapat diukur dengan - Terjadi konsumsi aset
andal (dicatat sebesat cost)
- Pada saat diterima atau - Penurunan manfaat
kepemilikannya dan.atau ekonomi (dicatat
kepenguasaannya berpindah sebesar cost yang
dialokasikan dengan
rasional dan sistematis)
Pengukuran Sebesar nilai nominal : Sebesar nilai nominal -
a) Kas
b) Piutang

Sebesar biaya atau nilai perolehan :


a) Investasi Jangka Pendek
b) Persediaan, apabila diperoleh
dengan pembelian
c) Investasi Jangka Panjang
d) Aset tetap

Sebesar harga pokok produksi apabila


persediaan diperoleh dengan
memproduksi sendir

Sebesar nilai wajar apabila persediaan


diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan
Lain-lain Khusus untuk aset tetap disusutkan - Saldo ekuitas di Neraca
dengan metode garis lurus tanpa nilai berasal dari saldo akhir
residu secara semesteran ekuitas pada LPE

9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

AKUNTANSI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

POIN PENJELASAN
Pengertian SKPD adalah unit pemerintahan di lingkungkan Pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat
berbentuk dinas, badan dan kantor. Sebagai Pengguna Anggaran, SKPD harus
menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengguna anggaran yang dikelolanya
Alur Kas - Seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke RKUD/Kasda dan pengeluaran
dilakukan dari RKUD/Kasda, dimana Kasda dikelola oleh BUD/PPKD

- Walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA), aliran kas masuk
ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan ke Kasda.
Demikian juga untuk pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang
berasal dari Kasda yang dibayarkan dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD atau
dengan mekanisme uang persediaan oleh Bendahara pengeluaran SKPD

Hubungan 1) Aspek hubungan keuangan


antara SKPD SKPD diibaratkan sebagai kantor cabang, PPKD sebagai kantor pusat, dilihat dengan
dengan PPKD digunakannya akun RK-PPKD pada setiap SKPD, sementara PPKD menggunakan akun
RK-SKPD

2) Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran


SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, memiliki tanggung jawab untuk menyusun
laporan keuangannya masing-masing
Sistem 1) Subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran (basis kas) yang menghasilkan laporan
pembukuan keuangan berupa :
a) LRA
b) LP-SAL

2) Subsistem akuntansi finansial/keuangan (basis akrual) yang menghasilkan laporan


keuangan berupa :
a) LO
b) LPE
c) Neraca
d) CaLK
Struktur Tertuang dalam DPA SKPD, umumnya terdiri dari :
Anggaran 1) Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2) Anggaran Belanja Tidak Langsung (belanja pegawai berupa gaji & tunjangan)
3) Anggaran Belanja Langsung (belanja pegawai, barang & jasa, modal)

10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

JURNAL TRANSAKSI

Transaksi Jurnal Finansial Jurnal Anggaran

Est. Pendapatan Pajak xxx


Est. Pendapatan Retribusi xxx
EP SAL (Dr/Cr) xxx
App. Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
App. Belanja Pegawai – Honor xxx
App. Belanja Barang & Jasa xxx
Pencatatan Anggaran
No entry App. Belanja Modal xxx
berdasarkan DPA
Note :
Jurnal disesuaikan dengan DPA
Saldo EP SAL merupakan selisih antara saldo
anggaran Pendapatan dengan Angaran
Belanja

Bendahara Pengeluaran
menerima uang persediaan (UP) Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
No entry
atau tambahan UP dari BUD RK-PPKD xxx
berdasarkan SP2D UP/TU

Saat menerima pendapatan :


Kas di Bendahara Penerimaan xxx EP SAL xxx
Bendahara penerimaan Pendapatan Retribusi – LO xxx Pendapatan Retribusi – LRA xxx
menerima pendapatan retrbusi
dan menyetorkan ke Kasda Saat penyetoran :
RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx

No entry
Piutang Pendapatan Retribusi xxx
Pendapatan Retribusi – LO xxx

Saat pelunasan piutang :


Mengakui piutang retribusi atas Ketika diterima oleh Bendahara Penerimaan
Surat Ketetapan Retribusi yang Kas di Bendahara Penerimaan xxx
EP SAL xxx
belum dilunasi Piutang Pendapatan Retribusi xxx
Pendapatan Retribusi – LRA xxx
Ketika disetorkan ke Kasda
RK-PPKD xxx
Piutang Pendapatan Retribusi xxx

11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Transaksi Jurnal Finansial Jurnal Anggaran

Jika dalam Neraca terdapat saldo akun


Persediaan, di awal tahun perlu dibuat jurnal
pembalik :
No entry
Beban Persediaan xxx
Persediaan xxx

Ketika terdapat pembelian Persediaan,


dicatat sbb :
Belanja Barang & Jasa xxx
Beban Persediaan xxx
EP SAL xxx
Mencatat pembelian persediaan Persediaan xxx
dengan metode pendekatan
beban Penyesuaian di akhir tahun :
No entry
Persediaan xxx
Beban Persediaan xxx
Sejumlah sisa saldo persediaan di akhir
periode

Apabila diawal tahun tidak dilakukan jurnal


pembalik, penyesuaian saldo persediaan di
akhir tahun sebesar selisih antara saldo
persediaan awal tahun dengan akhir tahun

Realisasi belanja modal Aset Tetap (nama akun) xxx Belanja Modal xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx

Pembayaran Gaji & Tunjangan Beban pegawai – Gaji & Tunj xxx Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx

Penyesuaian beban dibayar


dimuka yang ketika Beban dibayar dimuka xxx
No entry
pencatatannya menggunakan Beban Barang & Jasa xxx
pendekatan beban

Beban (selain belaja modal) xxx


Pencatatan utang beban/belanja No entry
Utang beban/belanja xxx

Pelunasan utang beban/belanja Utang Beban/belanja xxx Belanja Barang & Jasa xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx

Beban Barang & Jasa xxx Belanja Barang & Jasa xxx
Beban Pegawai – Gaji & Tunj xxx Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
Beban Pegawai – Honor xxx Belanja Pegawai – Honor xxx
Pengesahan belanja yang Kas di Bendahara Pengeluaran xxx EP SAL xxx
dibayar dengan UP dan
sekaligus pengisian kembali UP Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
yang terpakai berdasarkan RK-PPKD xxx
SP2D-GU Note :
Note : Jurnal menyesuaikan data realisasi belanja
Jurnal menyesuaikan data realisasi belanja yang tersedia
yang tersedia

12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Transaksi Jurnal Finansial Jurnal Anggaran


Beban Barang & Jasa xxx Belanja Barang & Jasa xxx
Pengesahan SP2D GU Nihil atas
Beban Pegawai – Gaji & Tunj xxx Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
belanja UP terakhir (tanpa
Beban Pegawai – Honor xxx Belanja Pegawai – Honor xxx
pengisian kembali UP)
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx EP SAL xxx

Pengembalian sisa UP ke Kasda RK-PPKD xxx


No entry
berdasarkan bukti setoran Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Beban Penyisihan Piutang Tak tertagih


Penyisihan piutang tak tertagih
Penyisihan piutang tak tertagih
No entry
dan penghapusan piutang
Penyisihan piutang tak tertagih
Piutang

Kesalahan yang berulang (restitusi) :


Pendapatan … – LO xxx Pendapatan … – LRA xxx
RK-PPKD xxx EP SAL xxx

Kesalahan yang tidak berulang (non-


Koreksi atas kesalahan transaksi recurring) :
pendapatan Pendapatan … – LO xxx Pendapatan … – LRA xxx
RK-PPKD xxx EP SAL xxx

Atas kesalahan yang berasal dari tahun


sebelumnya, SKPD tidak perlu membuat
jurnal koreksi

Atas kesalahan yang terjadi pada tahun


berjalan (lebih bayar) :
RK-PPKD xxx EP SAL xxx
Beban xxx Belanja xxx
Koreksi kesalahan atas transaksi
belanja/beban
Atas kesalahan yang berasal dari tahun
sebelumnya :
RK-PPKD xxx EP SAL xxx
Lain-lain Pendapatan – LO xxx Lain-lain Pendapatan – LRA xxx

Belanja Modal xxx


Aset Tetap (sesuai jenisnya)* xxx
EP SAL xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara
Pengeluaran** xxx
Apabila Aset Tetap diperoleh
dengan cara membeli atau
membangun *)Apabila aset tetap diperolerh dengan cara
membangun namun belum selesai pada
akhir tahun anggaran, maka dicatat pada
akun “Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)”
**)RK-PPKD jika mekanisme LS, Kas di
Bendahara Pengeluaran jika UP/GU/TU

13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Transaksi Jurnal Finansial Jurnal Anggaran

Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx No Entry


Apabila Aset Tetap diperoleh dari
Pendapatan Hibah – LO xxx
Hibah

SKPD yang melakukan transfer


Ekuitas xxx No Entry
Akumulasi Penyusutan xxx
Apabila SKPD menerima transfer Aset Tetap xxx
dari SKPD lain pada Pemda yang
sama SKPD yang menerima transfer
Aset Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan xxx No Entry
Ekuitas xxx

Jika Aset Tetap yang dihapus tidak dapat


dijual
Akumulasi Penyusutan xxx No Entry
Kerugian Penghapusan Aset Tetap* xxx
Aset Tetap xxx

*) Apabila penghapusan karena alasan


biasa, akun tersebut dilaporkan di LO pada
pos “Surplus/Defisit Non-Operasional”.
Namun apabula penghapusan karena
hancur/rusak berat, maka dilaporkan di LO
pada pos “Pos Luar Biasa”
Penghapusan Aset Tetap

Jika Aset Tetap yang dihapus dapat dijual


Kas di Bendahara Pen/Peng xxx EP SAL xxx
Akumulasi Penyusutan xxx Pendapatan Lain-Lain (PAD) – LRA xxx
Defisit Penjualan Aset Tetap* xxx
Aset Tetap xxx

*) apabila terjadi Surplus maka akan dicatat


pada akun “Surplus Penjualan Aset Tetap”
di sisi kredit

14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

CONTOH FORMAT LAPORAN KEUANGAN PEMDA

15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 13
Akuntansi SKPD (lanjutan)
a) AKUNTANSI KEWAJIBAN
Kewajiban yang mungkin muncul di neraca SKPD adalah kewajiban jangka pendek antara lain
utang belanja, utang pemotongan PPh/PPN yang belum disetor ke kas negara.
1. Jurnal Pengakuan Utang Belanja
Umumnya dibuat melalui jurnal penyesuaian akhir tahun untuk mengakui belanja
barang/jasa yang sudah diterima/dinikmati Pemda/SKPD namun belum dibayar:

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)
Pengakuan Beban XX No Entry
Utang Utang Beban XX
Belanja
Utang Utang Beban XX Belanja XX
dibayar
RK-PPKD XX EPSAL XX
Kas di Bendahara Pengeluaran

2. Jurnal Terkait Utang PPh/PPN


Jurnal ini berasal dari pembayaran belanja yang dibayar oleh bendahara pengeluaran
(dengan menggunakan UP/TU). Bendahara Pengeluaran memiliki kewajiban
memungut/memotong PPh/PPN atas belanja yang menjadi objek pajak.
 Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)
Kas di Bend. Pengeluaran XX
Utang PPh XX
Utang PPN XX

Jurnal pemotongan/pemungutan PPh/PPN di atas dapat dibuat sekaligus


dengan jurnal pembayaran belanja/beban oleh Bendahara Pengeluaran:
Beban XX
Utang PPh XX
Utang PPN XX
Kas di Bendahara Pengeluaran XX

Saat uang hasil pemotongan disetorkan ke kas negara:


 Subsistem Akuntansi Keungan (Neraca)
Utang PPh XX
Utang PPN XX
Kas di Bendahara Pengeluaran XX

23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b) AKUNTANSI EKUITAS
Akun ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual Pemda/SKPD. Jurnal yang
terkait umumnya saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun untuk menutup akun
Pendapatan-LO dan Beban.

Pendapatan-LO XX
Surplus/Defisit-LO XX
Beban XX

Umumnya SKPD melaporkan defisit karena lebih bersifat Cost Center. Akun Surplus/Defisit
non-operasional dan pos luar biasa juga pada akhirnya akan ditutup kea kun Ekuitas.

RK-PPKD XX
Surplus/Defisit-LO XX
Ekuitas XX

24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 14
Akuntansi PPKD
a) AKUNTANSI PENDAPATAN PPKD
Pendapatan yang dicatat dalam akuntansi PPKD umumnya berupa Pendapatan Dana
Perimbangan seperti Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
 Pendapatan-LRA, diakui pada saat kas telah diterima di rekening kas daerah (Kasda).
 Pendapatan-LO, diakui dengan basis akrual, tergantung dari prosedur pemungutan
pendapatannya sendiri, didahului dengan penerbitan surat ketetapan atau tidak.
 Pendapatan tanpa melalui surat ketetapan, contohnya jasa giro/bunga. Jurnal
untuk mengakui pendapatan jenis ini dilakukan saat kas diterima di rekening Kasda.

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)
Pendapatan Piutang Pendapatan XX No Entry
dengan Surat
Ketetapan Pendapatan - LO XX
Diterima kas di Kas di Kasda XX EPSAL XX
Kasda (dengan
bukti) Piutang Pendapatan XX Pendapatan – LRA XX
Pemda baru Kas di Kasda XX
akan mencatat,
pendapatan
Pendapatan - LO XX
sudah masuk
rekening Kasda
Pendapatan Kas di Kasda XX
tanpa Surat Pendapatan - LO XX
Ketetapan

b) AKUNTANSI BELANJA PPKD


Transaksi belanja dicatat dalam subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran, yang dicatat
dengan basis kas untuk dilaporkan dalam LRA. Belanja yang dilaksanakan PPKD (selaku
pengguna anggaran) terdiri dari belanja tidak langsung selain belanja pegawai (gaji dan
tunjangan). Dalam anggaran PPKD tidak ada anggaran belanja langsung karena belanja
langsung dianggarkan di dalam DPA SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD.
 Belanja yang dibayar secara LS
Dicatat setelah kas dibayarkan dari rekening Kasda dengan bukti SP2D-LS
Belanja XX
EPSAL XX

 Belanja yang dibayar oleh Bendahara Pengeluaran PPKD


Apabila ada belanja yang tidak mungkin dibayar secara LS (ex: belanja bansos
dengan jumlah kecil), maka dibayarkan dari Uang Persediaan (UP). Pada
subsistem akuntansi pelaksanaan anggaran, jurnal dibuat saat SPJ belanja

25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

disahkan PPKD, sedangkan jurnal untuk mencatat penerbitan SP2D UP dicatat


di subsistem akuntansi keuangan
Belanja XX
EPSAL XX

c) AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Transaksi pembiayan akan berpengaruh terhadap LRA dan Neraca, tapi tidak dengan LO.

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran


(LRA)
Kas di Kasda XX EPSAL XX

Utang Jangka Panjang XX Penerimaan Pemb. - XX


Penarikan Pinjaman
Investasi Jangka Panjang XX Peng. Pemb.- Penanaman XX
Modal BUMD
Kas di Kasda XX EPSAL XX

d) AKUNTANSI ASET PPKD


1. Transaksi Investasi
a. Investasi Jangka Pendek

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)
Saat IJP dilakukan Investasi Jangka Pendek XX
dengan Bukti ex: SP2D
Kas di Kasda XX

Pendapatan IJP Kas di Kasda XX EPSAL XX

Pendapatan Bunga – LO XX Pendapatan Bunga XX


(PAD) – LRA
Pencairan/penarikan Kas di Kasda XX
IJP dengan bukti
(nota kredit, rekening Investasi Jangka Pendek XX
Koran)

b. Investasi Jangka Panjang


 Pada saat perolehan, akun investasi dicatat sebesar harga perolehan.
 Dalam cost method, Pemda tidak perlu mencatat laba/rugi yang diumumkan
investee, tetap hanya mencatat saat penerimaan dividen.
 Dalam equity method, Pemda/PPKD juga mencatat laba/rugi yg diumumkan
investee.
 Saat dijual, akun investasi jangka panjang dikredit sebesar nilai buku.

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)

26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Penanaman Investasi Jangka Panjang XX Peng. Pemb. – XX


Modal pada Penanaman Modal pada
BUMD BUMD
Kas di Kasda XX EPSAL XX

Pendapatan IJP Kas di Kasda XX EPSAL XX


(cost method,
<20%) Pendapatan Investasi –LO XX Pendapatan XX
(PAD) Investasi - LRA
Pendapatan IJP Investasi Jangka Panjang XX No Entry
(equity method,
>20% atau punya Pendapatan Investasi –LO XX
pengaruh (PAD)
signifikan)
Investee Kas di Kasda XX EPSAL XX
membayarkan
dividen Investasi Jangka Panjang XX Pendapatan XX
Investasi - LRA
Investasi Kas di Kasda XX EPSAL XX
dijual/privatisasi
Investasi Jangka Panjang XX Penerimaan Pemb. XX
– Penjualan
Investasi pd BUMD
Surplus (defisit) Penjualan XX
Investasi Jangka Panjang

2. Transaksi Dana Cadangan


Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan
Anggaran (LRA)
Pembentukan Dana Cadangan XX Peng. Pemb. – XX
Dana Cadangan Pembetukan Dana
Cadangan
Kas di Kasda XX EPSAL XX

Pendapatan Dana Cadangan XX No Entry


bunga ditambah
ke kas dana Pendapatan Bunga -LO XX
cadangan
Bunga dana Kas di Kasda XX EPSAL XX
cadangan
ditransfer ke Pendapatan Bunga -LO XX Pendapatan Bunga XX
Kasda -LRA
Pencairan Dana Kas di Kasda XX EPSAL XX
Cadangan
Dana Cadangan XX Penerimaan Pemb. XX
– Pencairan Dana
Cadangan

27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PERTEMUAN 15
Akuntansi PPKD
d) AKUNTANSI KEWAJIBAN PPKD
1. Kewajiban Jangka Pendek

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)
Belanja/Beban, Beban XX No Entry
sudah menjadi
Utang Beban XX
kewajiban, tapi
belum dibayar
Utang beban Utang Beban XX Belanja XX
dibayar tahun
anggaran Kas di Kasda XX EPSAL XX
berikutnya

2. Kewajiban Jangka Panjang


Saat pelunasan UJP, dicatat sebesar nilai nominalnya. Jika Pemda mendapat
keringanan pembayaran utang sehingga jumlah yang dibayar lebih kecil dari nilai
nominal, selisihnya dicatat di akun Surplus Pembayaran Kewajiban di kredit
(subsistem LO)
Jumlah yang dicatat dalam pengeluaran pembiayaan adalah jumlah yang dibayarkan
Pemda (subsistem LRA)

Transaksi Subsistem Akuntansi Keuangan (LO) Subsistem Akuntansi Pelaksanaan


Anggaran (LRA)
Penarikan/Penerbitan Kas di Kasda XX EPSAL XX
Utang Jangka
Utang Jangka XX Pen. Pemb. – XX
Panjang
Panjang Penarikan Pinjaman
Bunga yang sudah Beban XX No Entry
jadi kewajiban
PEMDA namun belum Utang Beban XX
dibayar
Saat bunga dibayar Beban (beban bunga tahun XX Belanja XX
berjalan)
Utang Beban (beban tahun XX EPSAL XX
sebelumnya)
Kas di Kasda XX

Utang Jangka Utang Jangka Panjang XX Peng. Pemb. – XX


Panjang dilunasi Pembayaran Pinjaman Jk.
Panjang
Kas di Kasda XX EPSAL XX

28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

e) AKUNTANSI EKUITAS PPKD AYAT JURNAL PENYESUAIAN/KOREKSI


Akun ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual Pemda/PPKD. Jurnal yang
terkait umumnya saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun untuk menutup akun
Pendapatan-LO dan Beban.

Pendapatan-LO XX
Beban XX
Surplus/Defisit-LO XX
Akun Surpus/Defisit-LO PPKD belum menunjukkan surplus/defisit di tingkat Pemda, karena
saldo akun tersebut belum merupaka gabungan dengan surplus/defisit darise luruh SKPD,
melainkan baru mencerminkan transaksi pelaksanaan DPA-PPKD.
Akun Surplus/Defisit non-operasional dan pos luar biasa juga pada akhirnya akan ditutup ke
akun Ekuitas.

Surplus/Defisit-LO XX
Ekuitas XX

f) PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (KONSOLIDASI LKPD)


Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasi merupakan pekerjaan sederhana karena
hanya menjumlahkan akun-akun yang sifatnya sama di alam laporan keuangan dari seluruh
SKPD ditambah akun-akun yang ada dalam laporan keuangan LKPD. Khusus untuk
penggabungan neraca, terdapat akun yang harus dieliminasi yaitu Akun Resiprokal (atau akun
transitoris di materi UTS) yang hanya mencakup akun RK-PPKD lawan RK-SKPD.
Problem dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lebih kepada volume pekerjaan
yang relatif besar sehingga membutuhkan energi yang relative besar dalam kecermatan,
ketelitian, dan kesabaran.

29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PEMERINTAH PROVINSI …………
Format Lapkeu PPKD PPKD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0

1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Has il Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipis ahkan xxx xxx xxx xxx
5 Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xxx xxx
6 Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx xxx xxx xxx
7
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Has il Pajak xxx xxx xxx xxx
11 Dana Bagi Has il Sum ber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
12 Dana Alokas i Um um xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokas i Khus us xxx xxx xxx xxx
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan xxx xxx xxx xxx
15
16 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
17 Dana Otonom i Khus us xxx xxx xxx xxx
18 Dana Penyes uaian xxx xxx xxx xxx
19 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
21
22 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
23 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah xxx xxx xxx xxx
26 JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
27
28 BELANJA
29 BELANJA OPERASI
30 Belanja Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Belanja Subs idi xxx xxx xxx xxx
32 Belanja Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Belanja Bantuan Sos ial xxx xxx xxx xxx
34 Jumlah Belanja Operasi xxx xxx xxx xxx
35
36 BELANJA TAK TERDUGA
37 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx x xxx
38 Jumlah Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
39 JUMLAH BELANJA xxx xxx xxx xxx
40
41 TRANSFER
42 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
43 Trans fer Bagi Has il Pajak xxx xxx xxx xxx
44 Trans fer Bagi Has il Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
45 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan xxx xxx xxx xxx
46
47 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
48 Trans fer Bantuan Keuangan ke Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
49 Trans fer Bantuan Keuangan ke Des a xxx xxx xxx xxx
50 Trans fer Bantuan Keuangan Lainnya xxx xxx xxx xxx
51 Jumlah Transfer Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
52 Jumlah Transfer xxx xxx xxx xxx
53
54 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER xxx xxx xxx xxx
55
56 SURPLUS/DEFISIT xxx xxx xxx xxx
57
58 PEMBIAYAAN
59 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
60 Penggunaan SiLPA xxx xxx xxx xxx
61 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
62 Has il Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipis ahkan xxx xxx xxx xxx
63 Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Pus at xxx xxx xxx xxx
64 Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
65 Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bank xxx xxx xxx xxx
66 Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xxx xxx
67 Pinjam an Dalam Negeri - Obligas i xxx xxx xxx xxx
68 Pinjam an Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xxx xxx
69 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Perus ahaan Negara xxx xxx xxx xxx
70 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Perus ahaan Daerah xxx xxx xxx xxx
71 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
72 Penerim aan Kem bali Piutang xxx xxx xxx xxx
73 Penerim aan Kem bali Inves tas i Dana Bergulir xxx xxx xxx xxx
74 Jumlah Penerimaan Pembiayaan xxx xxx xxx xxx
75
76 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
77 Pem bentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
78 Penyertaan Modal/ Inves tas i Pem erintah Daerah xxx xxx xxx xxx
79 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Pus at xxx xxx xxx xxx
80 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
81 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bank xxx xxx xxx xxx
82 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xxx xxx
83 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Obligas i xxx xxx xxx xxx
84 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xxx xxx
85 Pem berian Pinjam an kepada Perus ahaan Negara xxx xxx xxx xxx
86 Pem berian Pinjam an kepada Perus ahaan Daerah xxx xxx xxx xxx
87
88
Pem berian Pinjam an kepada Pem erintah Daerah Lainnya
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
30
89 JUMLAH PEMBIAYAAN xxx xxx xxx xxx
90
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN/ (SISA KURANG
91 PEMBIAYAAN ANGGARAN) xxx xxx xxx xxx
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PEMERINTAH PROVINSI ………


PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam rupiah)
No URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/ (%)
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
5 Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xxx xxx
6 Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx xxx xxx xxx
7
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
12 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan xxx xxx xxx xxx
15
16 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
17 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
18 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
19 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
21
22 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
23 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah xxx xxx xxx xxx
26 JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
27
28 BEBAN
29 BEBAN OPERASI
30 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
31 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
32 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
33 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
34 Jumlah Beban Operasi xxx xxx xxx xxx
35
36 BEBAN TRANSFER
37 Beban Transfer Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
38 Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
39 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
40 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa xxx xxx xxx xxx
41 Beban Transfer Keuangan Lainnya xxx xxx xxx xxx
42 Jumlah Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
43 JUMLAH BEBAN xxx xxx xxx xxx
44
45 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI xxx xxx xxx xxx
46
47 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
48 SURPLUS NON OPERASIONAL
49 Surplus Penjualan Aset Non lancar xxx xxx xxx xxx
50 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
51 Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
52 Jumlah Surplus Non Operasional xxx xxx xxx xxx
53
54 DEFISIT NON OPERASIONAL
55 Defisit Penjualan Aset Non lancar xxx xxx xxx xxx
56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
57 Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
58 Jumlah Defisit Non Operasional xxx xxx xxx xxx
59 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL xxx xxx xxx xxx
60
61 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx
62
63 POS LUAR BIASA
64 PENDAPATAN LUAR BIASA
65 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
66 Jumlah Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
67
68 BEBAN LUAR BIASA
69 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
70 Jumlah Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
71 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx
72
73 SURPLUS/DEFISIT-LO xxx xxx xxx xxx
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA


PPKD
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah xxx xxx
4 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
5 Penyisihan Piutang xxx xxx
6 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
7 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
8 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
11 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
12 Piutang Lainnya xxx xxx
13 RK SKPD …… xxx xxx
14 Jumlah Aset Lancar xxx xxx
15
16 INVESTASI JANGKA PANJANG
17 Investasi Nonpermanen
18 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
19 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
20 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
21 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
22 Jumlah Investasi Nonpermanen xxx xxx
23 Investasi Permanen
24 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
25 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
26 Jumlah Investasi Permanen xxx xxx
27 Jumlah Investasi Jangka Panjang xxx xxx
28
29 DANA CADANGAN
30 Dana Cadangan xxx xxx
31 Jumlah Dana Cadangan xxx xxx
32
33 ASET LAINNYA
34 Tagihan Jangka Panjang xxx xxx
35 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
36 Aset Tidak Berwujud xxx xxx
37 Aset Lain-laim xxx xxx
38 Jumlah Aset Lainnya xxx xxx
39
40 JUMLAH ASET xxx xxx
41
42 KEWAJIBAN
43
44 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
45 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
46 Utang Bunga xxx xxx
47 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
48 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx
49 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx xxx
51
52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
53 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
54 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
55 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx
56 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
57 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx
58
59 JUMLAH KEWAJIBAN xxx xxx
60
61 EKUITAS
62
63 EKUITAS
64 Ekuitas xxx xxx
65 Jumlah Ekuitas xxx xxx
66
67 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PPKD
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX


2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX
6 LAIN-LAIN XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX XXX

33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

TM 9
Chapter 7
The Cost of Quality and Accounting for Production Losses
(Job Order Costing)

Cost of Quality
Cost of Quality (CoQ) adalah biaya yang terjadi atau biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Cost of
Quality (CoQ) mencakup biaya atas suatu aktivitas atau kegiatan untuk memperoleh,
menjaga, mendeteksi, atau memulihkan kondisi barang jadi atau barang yang
diproduksi yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Konteks
pembahasan dari cost of quality fokus pada adanya produk yang rusak atau cacat,
yang tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan, bukan membahas tentang DM,
DL, dan FOH, walaupun di dalamnya ada DM, DL, dan FOH. Jadi, Cost of Quality (CoQ)
tidak sama dengan cost of production. Terdapat 3 macam Cost of Quality (CoQ), yaitu:
1. Scrap;
2. Spoilage;
3. Rework;
tiga hal tersebut dapat dikorelasikan dengan job costing dan process costing. Semakin
besar nilai scrap, spoilage, dan rework, proses produksi perusahaan tersebut makin
tidak berkualitas.

A. Jenis Cost of Quality


Cost of Quality (CoQ) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori sebagai berikut :
a. Prevention cost
Biaya yang dikeluarkan atau terjadi dalam rangka untuk menjaga (mencegah)
agar tidak terjadi suatu kegagalan produk /product failure (upaya pencegahan).
Contoh : biaya training pegawai, perawatan mesin berkala, dan pencetakan
buku manual kerja.
b. Appraisal cost

1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Biaya yang dikeluarkan atau terjadi dalam rangka untuk mendeteksi adanya
suatu product failure.
Contoh : biaya inspeksi, pemasangan early warning system, dan pemasangan
CCTV.
c. Failure cost
Biaya yang terjadi sehubungan dengan adanya kesalahan produksi atau produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Contoh : rework, spoilage, dan klaim garansi.

Skema Cost of Quality (CoQ)

INPUT PROCESS OUTPUT

Prevention Cost Appraisal Cost Failure Cost

Gambar A.1

B. Scrap
Barang sisa produksi yang tidak digunakan lagi dan tidak dijual dalam
proses produksi normal perusahaan tetapi masih memiliki nilai jual (salvage value)
walaupun nilai salvage value-nya kecil. Scrap tidak sama dengan sampah atau
limbah produksi (wasted). Penjualan scrap dapat menghasilkan pendapatan
untuk perusahaan meskipun nilai jual scrap sendiri jauh di bawah nilai produksi.
Contoh : PT. Alisan atau perusahaan penjahitan memiliki sisa kain perca. Jika
jumlah kain perca tersebut dikumpulkan dalam jumlah yang banyak dan laku
dijual, kain perca tersebut merupakan scrap.

Accounting treatment untuk scrap


Untuk scrap, fokus pada realisasi atas pendapatan yang diterima dari penjualan
scrap tersebut.

2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

1. Accounting treatment pada job costing


 Scrap can be attributed to a specific job
Merupakan hak konsumen atas penjualan scrap tersebut. Misalnya, ada
konsumen A yang memesan baju ke seorang tukang jahit dengan
membawa kain sendiri. Kemudian tukang jahit mengerjakan pesanan
konsumen tersebut. Saat baju sudah jadi ternyata masih terdapat sisa kain.
Lalu konsumen A meminta tukang jahit tersebut untuk menjualkannya
kepada pihak lain. Penjualan scrap ini merupakan haknya konsumen dan
menjadi pengurang dari work in process, sehingga saat pesanan baju
tersebut dibayarkan oleh konsumen A, penjahit membuat jurnal :
Cash xxx
Work in process xxx

 Scrap can’t be attributed to a specific job


Merupakan hak produsen/perusahaan atas scrap tersebut. Misalnya,
terdapat konsumen A, B, dan C yang memesan baju pada penjahit X
dengan membawa kain masing-masing dan kainnya sama. Saat terdapat
sisa dari kain-kain tersebut, penjahit X kesulitan untuk menentukan kain
sisa tersebut milik siapa sehingga tidak dapat diidentifikasi ke pekerjaan
atas pesanan konsumen A, B, atau C, sehingga kain sisa tersebut
merupakan hak penjahit tersebut. Saat penjahit tersebut menjual sisa kain
tersebut (scrap), salvage value atau nilai jual scrap tersebut akan dicatat
dengan alternatif sebagai berikut:
a) Sebagai pengurang beban produsen/perusahaan
Cash xxx
FOH control xxx

b) Sebagai penyesuaian terhadap akun COGS/COGS


adjustment (pengurang COGS)
Cash xxx
Cost of good sold xxx
c) Sebagai revenue lain (other income) produsen/perusahaan
Cash xxx

3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Scrap sales xxx


2. Accounting treatment pada process costing
 Scrap can’t be attributed to a specific job
Karena tidak ada campur tangan konsumen sehingga scrap tidak dapat
diatribusikan ke spesifik job.
 Salvage value / nilai jual
Nilai jual dapat dicatat sebagai :
1. Pengurang biaya produksi (pengurang Work in Process);
2. Pengurang biaya produksi atas produk yang terjual (pengurang COGS);
3. Pengurang FOH-Control atau diakui sebagai pendapatan dari scrap
(scrap sale).
(Pencatatan harus dilakukan perusahaan secara konsisten)

C. Spoilage Product
Barang rusak/cacat yang tidak sesuai standar yang dipersyaratkan dan tidak dapat
diperbaiki agar menjadi sesuai standar. Spoilage product fokus pada biaya yang
dikeluarkan. Karakteristik spoilage product antara lain:
1) Tidak cost justified untuk diperbaiki karena biaya yang dikeluarkan lebih
besar daripada manfaat yang dihasilkan;
2) Pencatatan fokus atas biaya produksi yang tertanam dalam spoilage
product tersebut;
3) Spoilage product ada yang dapat dijual dengan harga murah, ada pula
yang tidak dapat dijual sama sekali;
4) Hasil penjualan dari spoilage product tersebut mengurangi biaya produksi
atas spoilage product tersebut.
Accounting treatment untuk spoilage product
Accounting treatment pada job costing
 Kerusakan disebabkan oleh eksternal failure (permintaan konsumen)
1) Biaya produksi menjadi beban penuh bagi konsumen yang memesan
barang tersebut;
2) Akan diakui sebagai beban bagi konsumen, sehingga akan menambah
nilai work in process;

4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3) Jika ada salvage value maka akan mengurangi nilai work in process.
Perusahaan dapat menjual dengan menaksir nilai jual atas barang;
4) Jika perusahaan mengumpulkan unit-unit barang yang rusak tersebut
secara terpisah sebelum dijual, maka akan timbul akun “spoilage goods
inventory”;
5) Jurnal terkait accounting treatment di atas adalah:
Pembebanan biaya produksi
Work in process xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash xxx
Pengakuan barang jadi
Finished goods xxx
Work in process xxx
Pengakuan barang jadi jika ada salvage value
Finished goods xxx
Spoilage goods inventory xxx
Work in process xxx
Penjualan spoilage product
COGS xxx
Finished goods xxx
Cash/account receivable xxx
Sales xxx
Cash/account receivable xxx
Spoilage goods inventory xxx

 Kerusakan disebabkan oleh internal failure (dilakukan oleh produsen)


1) Biaya produksi menjadi beban penuh perusahaan/produsen;
2) Biaya produksi dibebankan pada FOH control;
3) Jika ada salvage value, maka akan mengurangi nilai FOH control;
4) Jika perusahaan mengumpulkan unit-unit barang yang rusak tersebut
secara terpisah sebelum dijual, maka akan timbul akun “spoilage goods
inventory”;

5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

5) Jurnal terkait accounting treatment di atas adalah:


Pembebanan biaya produksi
Work in process xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash xxx
Pengakuan barang jadi jika ada salvage value
Finished goods xxx
Spoilage goods inventory xxx
FOH control xxx pengakuan kerugian
Work in process xxx
Pengakuan barang jadi jika salvage value tidak ada
Finished goods xxx
FOH control xxx
Work in process xxx
Penjualan barang jadi
Cost of good sold xxx
Finished goods xxx
Cash/account receivable xxx
Sales revenue xxx
Penjualan spoilage product
Cash/account receivable xxx
Spoilage goods inventory xxx

D. Pembahasan Soal E7-1 Cost Accounting Carter 14th Edition


1) Accounts receivable $1.650
Scrap sales $1.650
2) Accounts receivable $1.650
Cost of good sold $1.650
3) Accounts receivable $1.650
FOH control $1.650
4) Accounts receivable $1.650
Work in process $1.650

6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

E. Pembahasan Soal E7-4 Cost Accounting Carter 14th Edition


Work in process – Job 308 $104.000
Raw material $50.000
Salary payable $18.000
Cash $36.000

Finished goods $94.000


Spoiled goods inventory $10.000
Work in process – Job 308 $104.000

Cost of good sold $94.000


Finished goods $94.000

Account receivable $103.400


Sales revenue $103.400
Notes : asumsi gross profit-nya 10% dari COGS

Cash $10.000
Spoiled goods inventory $10.000

Cost per unit dari Job 308 adalah


$94000 : 500 units = $188

F. Pembahasan Soal E7-2 Cost Accounting Carter 14th Edition


Work in process – Job 5587 $232

Raw material $160

Salary payable $24

Cash $48

Spoiled goods inventory ($1.5 x 80) $120

FOH Control $112

7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Work in process – Job 5587 $232

Cash $120

Spoiled goods inventory $120

8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

TM 10
Chapter 7
The Cost of Quality and Accounting for Production Losses
(Proses Costing)

A. Spoilage dalam Process Costing System


 Pada intinya, spoilage dalam process costing system sama dengan spoilage
dalam job costing system. Yang membedakan adalah hanya bahwa dalam
process costing system, spoilage product seluruhnya disebabkan oleh internal
failure, tidak ada yang disebabkan oleh external failure. Hal tersebut
dikarenakan sifat produksi dalam process costing system bersifat company
driven production process.
 Dengan demikian, seluruh biaya produksi atas spoilage dalam process costing
system seluruhnya akan diserap dan dialokasikan ke FOH Control, yang
dianggap sebagai kerugian.
 Secara fisik, spoilage product akan dihitung sendiri sebagai komponen dalam
sisi output untuk menghitung equivalent units. Dengan demikian, sisi output
akan terdiri dari units transferred out, units spoilage dan units in ending
inventory.
 Apabila spoilage product dalam process costing system memiliki salvage value
(nilai jual), maka nilai jual atas spoilage product tersebut akan dicatat sebagai
pengurang dari FOH Control.
 Perlu diingat bahwa FOH Control / kerugian atas spoilage product tidak dapat
dieliminasi seluruhnya, melainkan hanya dapat dikurangi saja. Sehingga, nilai
FOH Control / kerugiannya akan selalu ada.
 Secara lengkap dan kronologis, sistem pencatatan akuntansi sebagai berikut:
1. Pembebanan atas biaya produksi
Work in process xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash xxx

9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2. Pengakuan atas produk yang telah selesai


With no salvage value
Work in process – Dept. B xxx
FOH Control xxx
Work in process – Dept. A xxx
With salvage value
Work in process – Dept. B xxx
Spoilage Goods Inventory xxx
FOH Control xxx
Work in process – Dept. A xxx
Perlu diingat bahwa jurnal pencatatan spoilage product tidak mungkin
seperti ini:
Work in process – Dept. B xxx
Spoilage Goods Inventory xxx
Work in process – Dept. A xxx
3. Penjualan barang bagus
COGS xxx
Finished goods xxx
Cash/account receivable xxx
Sales xxx
4. Penjualan barang rusak
Cash/account receivable xxx
Spoilage goods inventory xxx

B. Rework Product
Characteristic of rework product
 Rework product merupakan barang yang tidak memenuhi standar atau cacat
sehingga perlu dilakukan pemrosesan/pengerjaan ulang agar menjadi
barang yang normal sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
 Perbedaan antara spoilage product dan rework product terletak pada
bisa/tidaknya barang tersebut untuk dikerjakan/diproses ulang. Apabila tidak
bisa diproses ulang berarti spoilage product, dan sebaliknya apabila bisa

10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

diproses ulang berarti rework product. Rework product dapat diperbaiki


kembali, sementara spoilage product tidak dapat dipulihkan kondisinya.
 Spoilage product pilihannya dapat dibuang menjadi sampah atau dijual
apabila memiliki salvage value. Sementara, rework product bisa
dikerjakan/dipulihkan kembali kondisinya.
 Sehingga, pencatatan atas rework product berfokus pada pembebanan atas
biaya produksi yang dikeluarkan dalam rangka untuk
memproses/mengerjakan ulang barang tersebut agar sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Sementara, spoilage product berfokus pada kerugian.

Accounting treatment for rework product


1. Rework dalam Job Costing System
a. Rework yang disebabkan oleh external failure
 Merupakan rework yang disebabkan oleh permintaan konsumen.
Maka, seluruh biaya produksi untuk pemrosesan/pengerjaan ulang
atau cost of rework atas product atau job tersebut sepenuhnya akan
ditanggung oleh konsumen.
 Perusahaan sama sekali tidak ikut serta dalam menanggung biaya
produksi atas rework tersebut / cost of rework.
 Cost of rework akan dibebankan sebagai komponen penambah biaya
produksi untuk product/job tersebut, dengan kata lain sebagai
penambah work in process.
 Menambah nilai work in process berarti menambah nilai finished
goods yang juga berarti menambah cost of product yang ditanggung
oleh konsumen. Dan pada akhirnya, cost of rework tersebut akan
dibebankan kepada produk akhir.
 Sehingga pencatatan cost of rework adalah sebagai berikut:
Work in process xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash/FOH Applied xxx

Perlu diingat bahwa :

11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

- yang dicatat adalah FOH Applied karena dibebankan ke


konsumen
- bukan FOH Control, karena FOH Control dibebankan ke
perusahaan
b. Rework yang disebabkan oleh internal failure
 Seluruh biaya produksi untuk pengerjaan ulang atau cost of rework
dalam internal failure atas product/job tertentu seluruhnya
ditanggung oleh perusahaan yang memproduksi barang/job
tersebut.
 Konsumen sama sekali tidak turut serta dalam menanggung biaya
produksi atas rework tersebut.
 Bagaimana apabila internal failure dalam job costing dicatat sebagai
external failure? Dalam hal ini, konsumen tidak melihat proses
produksi selama 24 jam sehingga dimungkinkan terjadinya
kecurangan seperti mencatat pembebanan cost of rework yang
disebabkan oleh internal failure menjadi external failure (dibebankan
ke konsumen). Namun, efek dari kecurangan tersebut adalah cost of
product atas job konsumen A lebih tinggi dibanding konsumen
lainnya.
 Kemudian, bagaimana apabila internal failure dalam process costing
dicatat sebagai external failure sehingga cost of rework dibebankan
seluruhnya ke produk yang akan ditanggung oleh konsumen. Hal
tersebut berdampak pada cost of product yang lebih tinggi dibanding
produsen lain yang menghasilkan barang dengan cost yang lebih
rendah, sehingga barang tidak dapat bersaing di pasar karena harga
yang terlalu tinggi.
 Solusi yang dapat dilakukan perusahaan adalah melakukan proses
produksi seefisien mungkin dan menghindari kesalahan sehingga
zero defect.

 Adapun pencatatan cost of rework adalah sebagai berikut:

12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

FOH Control xxx


Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash/FOH Applied xxx

2. Rework dalam Process Costing System


 Pada intinya, rework dalam process costing system konsepnya sama
dengan rework dalam job costing system. Yang membedakan adalah
hanya bahwa dalam process costing system, rework disebabkan oleh
internal failure dikarenakan sifat produksinya company driven
production process.
 Dengan demikian, seluruh biaya produksi yang dikeluarkan dalam
rangka rework akan diserap dan dialokasikan ke FOH Control
seluruhnya.
 Sehingga pencatatan cost of rework adalah sebagai berikut:
FOH Control xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash/FOH Applied xxx

C. Pembahasan Soal E7-5 Cost Accounting Carter 14th Edition


Rework Due to Internal Failure
Using Job Order Cost System
100 Metal Tables – Job 275

Before Inspection
Material $3.300
Labor $3.500 (150 hours x $10 per hour)
FOH Applied $1.800 ($12 per labor hour)
Total Cost $6.600

13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Rework (100 tables)


Material
0,50 x 100 $50
1 x 100 $100
$150
Labor $250 (1/4 x $10 x 100 tables)
FOH Applied $300 (1/4 x $12 x 100 tables)
Total Cost $700

Journal
1) WIP – Job 275 $6.600
Raw Material $3.300
Salaries Payable $1.500
FOH Applied $1.800
2) FOH Control $700
Raw Material $100
Salaries Payable $250
FOH Applied $300
3) Finished Good $6.600
WIP – Job 275 $6.600
Unit Cost Tables = $6.600/ 100 = $66

D. Pembahasan Soal E7-6 Cost Accounting Carter 14th Edition


Rework Due to Customer Change/External Failure
Using Job Order Cost System
1000 units of a custom designed gauge
Before Changed of Design
Material $20.000
Labor $15.000 (1000 hours x $15 per hour)
FOH Applied $30.000 ($30 per direct labor hour)
Total Cost $65.000

14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Rework (1000 unit gauge)


Material $1.000 ($1 x 1000 tables)
Labor $2.500 (10/60 x $15 x 1000 tables)
FOH Applied $5.000 (10/60 x $30 x 1000 tables)
Total Cost $8.500

Journal
1) WIP – TAC $65.000
Raw Material $20.000
Salaries Payable $15.000
FOH Applied $30.000
2) WIP – TAC $8.500
Raw Material $1.000
Salaries Payable $2.500
FOH Applied $5.000
3) Finished Good $73.500
WIP – TAC $73.500
(65.000+8.500)
4) COGS $73.500
Finished Good $73.500
5) Account Receivabke $110.250
Sales Revenue $110.250
(150% x $73.500)
Unit Cost Gauge = $73.500/ 1000 = $73,5

15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

E. Pembahasan Soal E7-7 Cost Accounting Carter 14th Edition


Island Company
Cost of Production Report – Forming Department (Department I)
August XXXX
Weighted Average Method
1. Physical Units Flow
INPUT: OUTPUT:
- Units in Beginning 1.000 - Units Transferred Out to 8.000
Inventory Finishing Department
- Units started in Process 9.000 - Units in Ending Inventory 1.500
- Unit Spoilage 500
- Total Input 10.000 Total Output 10.000

2. Equivalent Unit
P.U. DM DL FOH
Units transferred out to Finishing 8.000 8.000 8.000 8.000
Dept.
Units in Ending Invt. (100%DM; 1.500 1.500 900 750
60%DL; 50%FOH) (100% x 1500) (60% x 1500) (50% x 1500)

Unit Spoilage (100%DM; 100%DL; 500 500 500 500


100%FOH) (100% x 500) (100% x 500) (100% x 500)

Total Equivalent Units 10.000 9.400 9.250


Notes : Persentase spoilage sebesar 100% karena inspeksi dilakukan pada akhir
proses produksi dalam Forming Department
3. Cost as Input
DM DL FOH Total Cost
Cost of Work in Process Beginning 1.260 770 1.400 3.430
Cost Added During August 36.240 10.510 21.725 68.475
Total Cost As Input 37.500 11.280 23,125 71.905

4. Cost Per Equivalent Unit

DM DL FOH
Total Cost as Input 37.500 11.280 23.125
Total Equivalent Unit 10.000 9.400 9.250
Cost per Equivalent Unit 3,75 1,2 2,5
(Total Cost as Input / Total Equivalent Unit)

16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

5. Cost as Output

DM DL FOH Total Cost


Cost of Units Transferred to 30.000 9.600 20.000 59.600
Finishing Department (3,75 x 8000) (1,2 x 8000) (2,5 x 8000)

Cost of Units in Ending Inventory 5.625 1.080 1.875 8.580


(3,75 x 1500) (1,2 x 900) (2,5 x 750)
Cost of Units Spoilage 1.875 600 1.275 3.725
(3,75 x 500) (1,2 x 500) (2,5 x 500)
Total Cost As Output 37.500 11.280 23.125 71.905

Journal
1) WIP – Forming Dept. $68.475
Material $36.240
Salaries Payable $10.510
FOH Applied $21.725
2) WIP – Finishing Dept. $59.600
FOH Control $3.725
WIP – Forming Dept. $63.325

17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

F. Pembahasan Soal E7-10 Cost Accounting Carter 14th Edition


Suarez Valve Company
Cost of Production Report – Tooling Department (Department I)
March XXXX
FIFO Method
1. Physical Units Flow
INPUT: OUTPUT:
- Units in Beginning 2.000 - Units Transferred Out to 7.000
Inventory Finishing Department
- From WIP Beginning 2.000
- From Unit Started 5.000
- Units started in Process 13.000 - Units in Ending Inventory 3.000
- Unit Spoilage 5000
- Total Input 15.000 Total Output 15.000

2. Equivalent Unit
P.U. DM DL FOH
Units transferred out to Finishing 7.000
Dept.
- From WIP Beginning 2.000 0 600 800
(100%DM;70%DL;60%FOH (0% x 2000) (30% x 2000) (40% x 2000)

)
- From Unit Started 5.000 5.000 5.000 5.000
Units in Ending Invt. (100%DM; 3.000 3.000 1.800 1.200
60%DL; 40%FOH) (100% x 3000) (60% x 3000) (40% x 3000)

Unit Spoilage (100%DM; 90%DL; 5000 5.000 4.500 4.500


90%FOH) (100% x 5000) (90% x 5000) (90% x 5000)

Total Equivalent Units 13.000 11.900 11.500


Notes :
 Persentase DM sebesar 100% karena material ditambahkan pada awal
proses di Tooling Departement.
 Percentage of Inspection (PoI) sebesar 90%. (DL-FOH)
3. Cost as Input
DM DL FOH Total Cost
Cost of Work in Process Beginning 1.600 290 950 2.840
Cost Added During March 9.750 2.380 9.200 21.330
Total Cost As Input 11.350 2.670 10.150 24.170

4. Cost Per Equivalent Unit

18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

DM DL FOH
Cost Added During March 9.750 2.380 9.200
Total Equivalent Unit 13.000 11.900 11.500
Cost per Equivalent Unit 0,75 0,2 0,8

5. Cost Per Equivalent Unit

DM DL FOH Total Cost


Cost of Units Transferred to
Finishing Department
 WIP Beginning 1.600 290 950 2.840
 Cost Added to Complete 0 120 640 760
WIP Beginning (0,75 x 0) (0,2 x 600) (0,8 x 800)

Cost of Unit Complete and 1.600 410 1.590 3.600


Transferred Out from Units in
Beginning
Cost of Unit Complete and 3.750 1.000 4.000 8.750
Transferred Out from Units (0,75 x 5000) (0,2 x 5000) (0,8 x 5000)

Started In Period
Total Cost of units completed and 5.350 1.410 5.590 12.350
transferred out to Finished Goods
Cost of Units in Ending Inventory 2.250 360 960 3.570
(0,75 x 3000) (0,2 x 1800) (0,8 x 1200)
Cost of Units Spoilage 3.750 900 3.600 8.250
(0,75 x 5000) (0,2 x 4500) (0,8 x 4500)
Total Cost As Output 11.350 2.670 10.150 24.170

Journal
1) WIP – Tooling Dept. $21.330
Raw Material $9.750
Salaries Payable $2.380
FOH Applied $9.200
2) WIP – Finishing Dept. $12.350
FOH Control $8.250
WIP – Tooling Dept. $20.600

G. Pembahasan Soal E7-9 Cost Accounting Carter 14th Edition


Carver Petrolium Inc.
Cost of Production Report – Cracking Department (Department I)

19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

May XXXX
Weighted Average Method
1. Physical Units Flow
INPUT: OUTPUT:
- Units in Beginning5.000 - Units Transferred Out to 49.000
Inventory Refining Department
- Units started in Process 55.000 - Units in Ending Inventory 6.000
- Unit Lost In Process 5.000
- Total Input 60.000 Total Output 60.000
Notes : Shrinkage (penyusutan) dicatat sebagai unit lost in process

2. Equivalent Unit
P.U. DM CC
Units transferred out to Refining 49.000 49.000 49.000
Dept.
Units in Ending Invt. (100%DM; 6.000 6.000 4.200
70%CC) (100% x 6000) (70% x 6000)

Total Equivalent Units 55.000 53.200

Notes : Conversion Cost sebesar 70%


Shrinkage tidak dipertanggungjawabkan dalam COPR (step 2-5) karena
merupakan hal yang normal.
3. Cost as Input
DM CC Total Cost
Cost of Work in Process Beginning 1.900 240 2140
Cost Added During May 20.100 5.080 25.180
Total Cost As Input 22.000 5.320 27.320
4. Cost Per Equivalent Unit

DM CC
Total Cost as Input 22.000 5.320
Total Equivalent Unit 55.000 53.200
Cost per Equivalent Unit 0,4 0,1
(Total Cost as Input / Total Equivalent Unit)

5. Cost as Output

DM CC Total Cost
Cost of Units Transferred to 19.600 4.900 24.500
Refining Department (0,4 x 49000) (0,1 x 49000)

Cost of Units in Ending Inventory 2.400 420 2.820


(0,4 x 6000) (0,1 x 4200)
Total Cost As Output 22.000 5.320 27.320

20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Journal
1) WIP – Cracking Dept. $25.180
Material $20.100
Cash $5.080
2) WIP – Refining Dept. $24.500
WIP – Cracking Dept. $24.500
* Tanpa FOH Control karena shrinkage tidak dicatat (hal wajar)

21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

TM 11
Chapter 9 and 11
Materials and Labor

A. Materials: Controlling, Costing, and Planning

 Dalam sebuah perusahaan tidak mungkin hanya ada departemen yang terkait
dengan produksi, ada juga departemen yang menjalankan fungsi lain seperti
keuangan, pemasaran, kepegawaian, dll. yang selanjutnya disebut service
departement (akan dibahas pada Ch.13-14). Adapun dua Klasifikasi Departemen,
yang terdapat dalam sebuah korporasi dapat kita identifikasikan sebagai berikut:

1. Departement of Production (Departemen Produksi), yaitu departemen yang


mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Seperti Departement of Assembly,
Departement Mixing, Finishing dll yang berkaitan dengan proses produksi
intinya.
2. Departement of Suporting/Service, yaitu Departemen yang tidak dilalui
proses perubahan bahan baku menjadi bahan jadi. Seperti HRD, Finance,
Research and Development, dsb.

22
 Adapun secara umum alur/rantai control pengadaan dan penggunaan bahan baku adalah sebagai berikut:

FlOW CHART

Production budget
P.O
P.R MR
Vendor DEPT. Of RM DEPT 1 DEPT 1
Purchasing Warehouse
R.R
RR
MR
B.L MRC DEPT. FINANCE

MR
Invoice
DEPT. HR

Keterangan :
 MR : Material Requisition
 RR : Receiving Report
 PR : Purchase Requisition
 MRC : Material Rechord Card
 BL : Bill of Lading
 PO : Purchase Order
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Keterangan:
1. Pada awal periode, Departemen I dan Departemen II telah memiliki “Production
Budget” dan mengetahui berapa kebutuhan material untuk satu tahun kedepan;

2. Segala Material, baik Direct Material maupun Indirect Material dan ATK, disimpan
di “RM Warehouse” seperti: (Kayu, Paku, Amplas, dan bahkan kertas, pena dll)
yang dibutuhkan oleh baik Departemen yang langsung mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi, maupun Departemen yang berperan sebagai supporting unit
seperti Departemen Finance, Departemen Human Resourche, dll;

3. Ketika Departemen I dan Departemen II membutuhkan bahan baku, maka


mereka akan mengajukan Material Requisition kepada RM Warehouse. Begitu
juga ketika Departemen Finance dan Departemen HR membutuhkan ATK, kertas,
pena, dsbnya, maka mereka akan mengajukan Material Requisition kepada RM
Warehouse;

4. Setelah Menerima Material Requisition, RM Warehouse akan menyerahkan bareng


sesuai yang tercatat pada dokumen MR yang dibuat oleh Departemen I, II atau
Departemen Finance, HR;

5. RM Warehouse juga bertugas menjaga kelancaran lalu lintas barang, mencatat


rincian atas mutasi, in out dan saldo mutasi barang dalam bentuk dokumen
Material Record Card (MRC);

6. Ketika jumlah atau jenis barang yang diminta belum tersedia di Gudang Raw
Material, maka RM Warehouse akan menyerahkan dokumen Purchase Requisition
kepada Departement of Purchasing;

7. Setelah itu Departement of Purchasing akan melakukan pesanan kepada Vendor


berdasarkan dokumen Purchase Requisition itu menggunakan dokumen Purchase
Order.; (“sebagai catatan” pada awal periode, biasanya Departement of
purchasing telah melakukan survei ketersediaan barang, kesesuaian kualitas dan
harga dengan yang dibutuhkan dengan berbagai vendor. Sehingga ketika akan
melakukan purchase order, departement of purchasing sudah mengetahui vendor
yang dituju.

8. Setelah menerima purchase order, Vendor yang dituju akan menyerahkan barang
yang dipesan langsung kepada RM Warehouse, dengan dilindungi dokumen Bill
of Lading. Sekaligus menyerahkan Invoice kepada Dept. Of Finace.

9. Kemudian RM Warehouse akan memeriksa kesesuaian kuantitas dan kualitas


barang yang diterima dengan Dokumen Bill of Lading dan Dokumen Purchase
Requisition. Jika kuantitas dan kualitas barang telah sesuai pesanan, maka RM
Warehouse akan menerima (acc) barang, dan apabila kuantitas dan kualitas
24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

barang tidak sesuai dengan pesanan, maka RM Warehouse akan mereject atau
mengembalikan barang.

10. Setalah selesai melakukan pemeriksaan, RM Warehouse akan membuat dokumen


RR (Receiving Report) dalam 3 (tiga) rangkap. Rangkap satu disimpan di RM
Warehouse, dan rangkap dua dan tiga akan diserahkan ke Departement of
Financing dan Departement of Purchasing.

11. Departement of Finance kemudian memeriksa kesesuaian Invoice yang diberikan


oleh vendor dengan Dokumen Receiving Report yang diterima dari RM
Warehouse, dan setelah sesuai Departement og ginancing akan melakukan
pembayaran.

12. Ada barang yang sifatnya rutin, seperti Inventory, ATK, dll yang akan dibeli sesuai
dengan alur tersebut. Sedangkan untuk barang-barang tertentu yang sifatnya
tidak rutin, seperti Mesin dsbnya yang memiliki masa manfaat >1 tahun dan tidak
disimpan di RM Warehouse, maka Departemen tertentu yang membutuhkan
langsung meminta ke Departemen of Purchasing tanpa melalui RM Warehouse .

COST OF MATERIALS

 Selain biaya atas pembelian barang itu sendiri, biaya atas suatu barang
(bahan baku) juga terdiri dari biaya lain-lain, seperti:
- Biaya Asuransi (Insurance)
- Biaya Kirim/Transportasi (Freight)
- Biaya Handling
- Biaya Kemanaan (Security Cost)
- Biaya Perawatan (maintenance)
 Contoh: sebuah truck dari pelabuhan digunakan untuk mengangkut
beberapa material seperti kayu, lem, plastic, paku dll. Kemudian
pertanyaannya adalah “How to allocate this cost?”

- Dapat based on cost, dialokasikan berdasarkan persentase cost (harga


beli) setiap barang.
- Dapat based on weighting, dialokasikan berdasarkan bobot barang yang
diangkut.

PLANNING MATERIALS REQUIREMENT

25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Dalam melakukan perecanaan kebutuhan bahan baku, sangat bergantung


pada 2 faktor utama, yaitu:
1. Kuantitas
Ketika membeli terlalu banyak,
maka barang yang harus disimpan di RM Warehouse terlalu banyak,
sehingga biaya untuk menyimpan terlalu banyak.

Ketika membeli terlalu sedikit,


Maka akan muncul risiko gagal produksi karena saat proses produksi
bahan baku yang tersedia kurang misalnya, atau ketika ada order
sejumlah 500 misalnya tapi hanya bias menyediakan 100 tentu hal ini
akan berpotensi kehilangan konsumen.

2. Waktu
Jika semakin sering order ke vendor,
Biaya semakin tinggi, biaya asuransi, freight, dan handling terlalu tinggi.

Jika tidak sering order ke vendor, misal 1x setahun.


Akan muncul masalah baru, yaitu kapasitas storage. Daya tampung
gudang yang besar menyebabkan biaya gudang juga akan meningkat
tinggi.

*Ordering Cost = Biaya yang terjadi dalam proses bahan baku dari
vendor sampai ke Gudang

*Carrying Cost = Biaya yang dibutuhkan selama bahan baku berada di


Gudang s.d. di proses oleh Processing Departement.

 Dalam praktiknya apabila kita perkecil Ordering Cost, maka Carrying Cost
akan membesar, begitu juga sebaliknya. Untuk itu masalah dari perusahaan
adalah “Bagaimana agar ordering cost dan carrying cost ini besarnya
seimbang?”
=> solusinya adalah dengan menggunakan EOQ.

 EOQ (Economic Order Quantity)


Untuk menentukan berapa jumlah inventory (bahan baku) yang harus
dipesan dalam sekali pesanan, sehingga tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit.
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
Rumus EOQ adalah : √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪

RU = Annualy Required Unit, jumlah unit yang dibutuhkan untuk proses


produksi selama satu tahun (unit)
CO = Cost per order (Rp atau $)

26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

CU = Cost per unit of Materials (Rp/Unit)


CC = Carrying Cost percentage (%)

Kemudian pertanyaannya darimanakah asal rumus ini sebenarnya?


Jawabannya dijelaskan sebagai berikut.
Annual Cost (AC) = Ordering Cost (OC) + Carrying Cost (CC)
AC = (∑𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑥 𝐶𝑂) + (𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)
𝑅𝑈 𝐸𝑂𝑄
AC = (𝐸𝑂𝑄 𝑥 𝐶𝑂) + ( 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)
2

1
AC = (𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 𝐸𝑂𝑄 −1 ) + (2 𝑥 𝐸𝑂𝑄 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)

Selanjutnya, karena yang ingin kita cari EOQ maka persamaan tersebut kita
diferensialkan dengan membagi EOQ.
𝑑𝐴𝐶 1
= (𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 (−𝐸𝑂𝑄 −2 )) + ( 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)
𝑑𝐸𝑂𝑄 2
Setelah itu kita invers kan ke 0, sehingga:
−𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
ln 0 = +
𝐸𝑂𝑄 2 2
Selanjutnya kita dapat ubah persamaan tersebut menjadi ke ruas sebelah
kiri, menjadi:
𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
2
=
𝐸𝑂𝑄 2
Kita kalikan silang pembilang dengan penyebutnya masing-masing, menjadi:
2 𝑥 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 = 𝐸𝑂𝑄 2 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
Karena EOQ yang kita cari, kita pindahkan ke sisi kiri, sehingga didapati:
2 𝑥 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂
𝐸𝑂𝑄 2 =
𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
Sehingga kita dapati bahwa Rumus EOQ adalah : √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪

TM 12

27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Chapter 10
Just in Time and Backflush Costing

B. Materials : Controlling, Costing, and Planning

1. Economic Order Quantity


Pada awal pembelajaran Bapak Didik Kurniawan menjelaskan kembali tentang
EOQ, yaitu jumlah/kuantitas order paling ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk
meminimalkan cost of inventory (cost of ordering dan cost of carrying). Dimana EOQ
dijabarkan dengan rumus :

𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪

RU : Required Units per tahun


CO : Cost to Order per sekali order
CU : Cost per Unit
CC : Persentase carrying cost per unit barang

Note : CC yang digunakan dapat berupa satuan persentase atau dalam satuan
cost/mata uang, tergantung pembahasan pada buku referensinya. Di buku Cost
Accounting, 14th Edition by Charter, CC menggunakan satuan persentase (%).

Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan pembahasan latihan (exercise).

Chapter 9 : Cost Accounting, 14th Edition by Charter

E9-4 (1) Diketahui :


Annual usage : 100 units
Cost per unit : $55 per unit
Ordering cost : $5 per order
Carrying cost : 15%
Ditanya : EOQ?

Pembahasan:

𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪

𝟐 ×𝟏𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔×$𝟓
=√ = 11 units
$𝟓𝟓 ×𝟏𝟓%

E9-4 (3) Diketahui :


RU : 1200 units per 4 bulan  1200 unit x 3 = 3600 unit

28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Cost per unit : $100 per unit


Ordering cost : $200 per order
$𝟐𝟓
Carrying cost : $25  $𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟓%
Ditanya : EOQ?

Pembahasan:

𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪

𝟐 ×𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔×$𝟐𝟎𝟎
=√ $𝟏𝟎𝟎 ×𝟐𝟓%
= 240 units

Note : apabila cost of carrying per unit (CC) diketahui dalam satuan mata uang, maka
dapat langsung digunakan tanpa dikalikan dengan cost per unit (CU). CC dikalikan dengan
CU apabila CC yang diketahui adalah dalam satuan persentase (%)

E9-4 (4) Diketahui :


RU : 25.000 cartons
Cost per unit : $8 per carton
Ordering cost : $20 per order
Carrying cost : 25% of average inventory investment
Ditanya : EOQ?
Number of order?

Pembahasan:

𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶 𝟐 ×𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔×$𝟐𝟎


EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪
=√ $𝟖 ×𝟐𝟓%
= 707,11 cartons

𝑹𝑼 𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎 𝒄𝒂𝒓𝒕𝒐𝒏𝒔
Number of order : 𝑬𝑶𝑸
= 𝟕𝟎𝟕,𝟏𝟏 𝒄𝒂𝒓𝒕𝒐𝒏𝒔
= 35,36 kali

𝟑𝟔𝟓
Number of days (interval ke order selanjutnya) : 𝟑𝟓,𝟑𝟔
= 𝟏𝟎 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊

E9-4 (7) Diketahui :


RU : 48.000 dozen
Cost per unit : $20 per dozen
Ordering cost : $10 per order
Interest in inventory : 10%
Rent, insurance, tax : $0,4
EOQ kondisi 2 : 800 dozen*)

Ditanya : EOQ?
Annual inventory expense?

29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

*) untuk perhitungan soal annual inventory expense

Pembahasan:

Note: ketika perusahaan membeli inventory, berarti perusahaan telah menginvestasikan


uang yang dimiliki dalam bentuk inventory yang disimpan di gudang inventory. Jadi, semua
peluang investasi yang batal diambil perusahaan (misalnya, kesempatan investasi dalam
deposito atau saham), atas cost of investasi tersebut yang berupa interest (investasi
deposito) dan deviden (investasi saham) diperhitungkan sebagai cost of carrying inventory.
Jadi, pada soal terdapat interest in inventory, yang merupakan opportunity cost atas
deposito yang batal diambil karena pembelian inventory, berarti masuk ke CC.

Rent, insurance, tax merupakan cost dalam rangka menyimpan inventory, sehingga
masuk ke dalam CC.

$𝟎,𝟒
CC total : 10% + 𝟐𝟎
= 𝟏𝟐%
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶 𝟐 ×𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎 𝒅𝒐𝒛𝒆𝒏×$𝟏𝟎
EOQ = √ =√ = 632,45 dozen
𝑪𝑼×𝑪𝑪 $𝟐𝟎×𝟏𝟐%

AC = OC + CC
𝑹𝑼 𝟏
= ( × 𝑪𝑶) + ( × 𝑬𝑶𝑸 × 𝑪𝑼 × 𝑪𝑪)
𝑬𝑶𝑸 𝟐
𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎 𝟏
= ( 𝟖𝟎𝟎 × $𝟏𝟎) + (𝟐 × 𝟖𝟎𝟎 × $𝟐𝟎 × 𝟏𝟐%)
= $600 + $960
= $1.560

2. Determining Time to Order


 Setelah mengetahui kuantitas order yang tepat untuk meminimalkan cost of
inventory, perusahaan juga mengestimasikan waktu yang tepat untuk
melakukan order/pemesanan inventory.
 Pertanyaan mengenai kapan waktu yang tepat untuk memesan inventory
diketahui dengan mencari Order Point / Re-order Point.
 Sebelum membahas tentang Order Point/Re-Order Point, perlu dipahami
tentang Lead Time, yaitu masa/waktu tunggu antara pesanan
ditempatkan/dibuat hingga barang tersebut sampai di gudang dan siap untuk
digunakan.
 Safety Stock/Inventory Pengaman, yaitu stock/inventory yang dapat
digunakan agar proses produksi tetap berjalan ketika pesanan inventory belum
sampai/belum siap digunakan sesuai dengan waktu tunggu pesanan awal.
Misal : saat perusahaan melakukan pemesanan, terdapat waktu tunggu rata-
rata 5 hari. Jika hari ke-5 sampai dengan hari ke-8 pesanan inventory belum
sampai di gudang/belum siap digunakan, maka dalam 3 hari itu proses
produksi tidak bisa dilaksanakan. Maka, perusahaan untuk mengantisipasi hal
tersebut, memanfaatkan penggunaan safety stock.

30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Lead Time Total : mulai penempatan order sampai inventory siap


digunakan.
 Kondisi tanpa safety stock : ketika perusahaan telah melakukan
pemesanan di titik OP, maka selama waktu tunggu tersebut, proses produksi
tetap berjalan seperti biasa. Inventory yang digunakan dalam proses
produksi akan terus berkurang, dan pesanan wajib sampai di gudang dan
siap untuk digunakan ketika inventory tepat berada di level minimal/nol.
 Kondisi dengan safety stock : Lead time dibedakan menjadi 2, yaitu
Normal Lead Time dan Maximal Lead Time, yang didasarkan pada
pengalaman perusahaan atas pemesanan inventory kepada vendor/supplier.

Ilustrasi penentuan order/re-order point dijelaskan dengan menggunakan grafik berikut.

Misal :
Normal Lead Time : 6 hari
(waktu kedatangan normal hingga pesanan sampai di gudang)
Maximal Lead Time : 10 hari
(waktu kedatangan maksimal pesanan sampai di gudang)
Safety Stock : 4 hari

Selanjutnya, untuk lebih memahami penentuan order/re-order point, Bapak Didik


Kurniawan menjelaskan ilustrasi gambar 9-3 pada Chapter 9 : Cost Accounting, 14th Edition
by Charter.

Diketahui :

- Weekly usage : 175 units


- Normal lead time : 4 minggu

31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

- Total lead time : 9 minggu


- Safety stock : (9-4) minggu = 5 minggu

Ilustrasi figure 9-3 halaman 9-16 Chapter 9 : Cost Accounting, 14th Edition by Charter.

Pembahasan :

Kuantitas Safety Stock : 175 units/minggu x 5 minggu = 875 units


Kuantitas Order Point : 175 units/minggu x 9 minggu = 1575 units
Berdasarkan ilustrasi gambar di atas, pada minggu ke-7 perusahaan harus sudah
melakukan order (Order Point) sebesar EOQ. Apabila perusahaan melakukan order
lebih dari minggu ke-7, maka normal usage during normal lead time dan safety
stock akan habis sebelum minggu ke-16, yang mengakibatkan proses produksi
terhenti karena kekurangan materials.
Jadi perusahaan paling lambat placing the order/ order point di minggu ke-7,
pada saat kuantitas inventory di gudang tersisa 1575 unit.
Kuantitas normal usage during normal lead time: (Order point – Safety stock) =
1575 unit – 875 unit = 700 unit.
Saldo awal sebesar 2800 unit, maka selisih antara saldo awal dengan kuantitas
saat OP adalah sebesar 1225 unit (2800 unit-1575 unit). Untuk menentukan waktu

32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

penggunaan sampai dengan OP adalah 1225 unit: 175 unit/minggu = 7 minggu.


Jadi, posisi perusahaan saat ini memiliki saldo inventory sebanyak 2800 unit, unit
inventory tersebut digunakan terus menerus hingga sampai di minggu ke-7. Di
minggu inilah perusahaan harus melakukan pemesanan (OP/ROP) sebesar EOQ
(apabila perusahaan menetapkan EOQ).
Pada saat placing the order di minggu ke-7, pesanan pasti belum datang. Misalnya,
pesanan datang di minggu ke-11, maka interval waktu dari minggu ke-7 hingga
minggu ke-11 perusahaan menggunakan inventory sebesar 700 unit (normal
usage during normal LT).
Apabila pesanan datang di minggu ke-11, maka saldo inventory akan naik kembali.
Dan mekanisme penggunaan inventory akan berulang terus, hingga sisa inventory
sudah sampai di level 1.575 unit lagi, maka perusahaan akan melakukan
pemesanan kembali.
Apabila pesanan datang di minggu ke-13 misalnya, berarti perusahaan telah
menggunakan safety stock inventory selama 2 minggu, dan di minggu ke-13 saldo
inventory akan naik kembali.
Apabila pesanan datang melewati lead time yang telah diestimasi, misalnya
pesanan datang di minggu ke-17, maka perusahaan tidak dapat melakukan proses
produksi/stock out.

Selanjutnya, pembahasan soal terkait Order Point/Re-order Point.

Chapter 9 : Cost Accounting, 14th Edition by Charter

E9-7 Diketahui :
Material usage : 9600 units for 240 days
Normal lead time : 20 days
Maximum/total lead time : 35 days

Ditanya : Safety stock?


Order Point?

Pembahasan (dilengkapi ilustrasi gambar):

𝟗𝟔𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔
Daily usage : 𝟐𝟒𝟎 𝒅𝒂𝒚𝒔
= 𝟒𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕/𝒅𝒂𝒚

Safety stock : max lead time – normal lead time


: 35-20 days

33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

: 15 days
Quantity SS : 40 units/days x 15 days
: 600 unit

Order Point : total lead time x daily usage


: 35 days x 40 units/days
: 1400 units

Normal usage during normal lead time : 1400 units – 600 units
: 800 units

Tambahan :

Misalnya, inventory awal 1600 units, berapa hari lagi perusahaan akan melakukan
pemesanan?

𝟏𝟔𝟎𝟎−𝟏𝟒𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔
Jawab : 𝟒𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔/𝒅𝒂𝒚𝒔
= 𝟓 𝒅𝒂𝒚𝒔.

Jadi, perusahaan akan melakukan order setelah pemakaian material selama 5 hari.

Ilustrasi gambar:

3. Material Control Method


Adalah pengamanan terhadap inventory yang berupa materials. Tujuan
materials control adalah memastikan bahwa jumlah materials tidak mengalami
stockout, sehingga proses produksi dapat tetap berjalan serta untuk memastikan

34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

bahwa order/pemesanan dilakukan di saat yang tepat sesuai dengan perhitungan


OP/ROP. Beberapa metode material control :
a. Order cycling method
 Terdapat petugas gudang yang melakukan pemantauan berkala/regular secara
manual untuk memastikan jumlah inventory sehingga dapat melakukan
OP/ROP dengan tepat waktu.
 Pemantauan dilakukan secara berkala tergantung likuiditas inventory. Apabila
inventory yang ada di gudang semakin liquid, maka jangka waktu pemantauan
semakin pendek, begitu pula sebaliknya.
 Apabila perusahaan menerapkan ERP, pada saat inventory berada pada level
untuk melakukan OP/ROP, secara otomatis pemesanan akan dilakukan dan
terhubung ke server vendor.

b. Min-Max Method (Two bins method)


 Saat pengisian inventory, keranjang A dan keranjang B dalam kondisi penuh
(maksimal).
 Pada saat proses produksi berjalan, inventory yang berupa material pada
keranjang A digunakan hingga kondisinya minimal, sementara pada keranjang
B kondisinya masih penuh/maksimal.
 Pada saat keranjang A sudah kosong tersebut, wajib dilakukan OP/ROP.
Namun, agar proses produksi tetap berjalan, inventory pada keranjang B akan
digunakan selama waktu tunggu pesanan datang. Di sini, keranjang B
berfungsi sebagai safety stock.
 Pada saat pesanan datang, keranjang A dan B akan terisi penuh kembali
(maksimal).

Ilustrasi gambar untuk min-max method :

Keranjang Keranjang Keranjang Keranjang


A B A B

Kondisi penuh / Keranjang A minimum


maksimal Keranjang B maximum (as
Safety Stock)

c. Selective Controls

High value items Middle value items Low value items

35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Best available Average Low


Quality of personel
Complete Simple Not essential
Records needed
As guides,
Order Point and EOQ Infrequent review Strictly used
frequently review
used

Number of orders per Generally high Moderate Low


year
As short as
Normal Can be long
Replacement time possible
Low Moderate High
Amount of safety stock
High Moderate Low
Inventory turnover

C. Just-in-Time and Backflushing

Just-In-Time Backflushing
&

Sistem operasi / Sistem Sistem


perjalanan proses Pencatatan/Pembukuan

 Just-In-Time dan Backflushing saling terkait. Apabila suatu perusahaan


menerapkan sistem JIT, maka sistem pembukuannya menggunakan Backflushing,
bukan traditional accounting.
 Just-In-Time adalah reduction of any cost in inventory. Jadi, setiap pembelian
inventory tersebut mengandung cost of inventory.
 Investasi pada inventory adalah, perusahaan membeli inventory dan
menyimpannya di gudang, sehingga atas investasi inventory tersebut memerlukan
cost of ordering, cost o carrying, dan cost of maintenance.
 Konsep JIT diterapkan untuk meminimalisir cost of inventory tersebut, dengan cara
cost to order (CO) ditekan seminimal mungkin, dan cost of carrying (CC) sama
dengan 0 (nol). Maka, perusahaan tidak punya Raw Materials.
 Barang jadi/finished goods (FG) dalam traditional accounting akan disimpan di FG
Warehouse. Namun, penyimpanan ini memerlukan biaya. Konsep JIT menerapkan
penghapusan biaya pada FG Warehouse, sehingga tidak ada Inventory berupa
Finished Goods.

36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Jadi, konsep JIT yang digunakan dalam perusahaan tersebut menyebabkan


hanya ada Production Department (inventory yang ada hanya WIP).
 Namun, JIT hanya bisa diterapkan oleh suatu perusahaan apabila telah memenuhi
persyaratan tertentu.

37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

FOH Departementalization
Yaitu memilah-milah FOH menjadi beberapa departemen. Hal ini berfungsi agar
biaya produksi dapat diperhitungkan dengan lebih baik juga meningkatkan
pengendalian terhadap FOH. Setiap departemen membebankan FOH sesuai dari tariff
masing-masing departemen. Sehingga perhitungan biaya produk lebih baik dibanding
pembebanan alokasi FOH satu tariff. Karena tidak semua jenis produk melalui tahap
produksi yang sama. Ada yang melalui semua, ada juga yang tidak, hanya beberapa
departemen saja. Departementalisasi memfasilitasi responsibility accounting dan
pengendalian factory overhead cost dengan menetapkan cost menjadi tanggung
jawab tiap-tiap manajer departemen. Departemen diklasifikasikan menjadi
- Departemen produksi adalah departemen yang memproses produk dengan
mengubah atau merakit material. Departemen produksi meliputi antara lain
departemen pemotongan, perakitan, pencampuran, penyelesaian, dan pembotolan.
- Departemen jasa menyediakan layanan yang berkontribusi secara tidak langsung
ke proses produksi. Departemen jasa di antaranya adalah departemen pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pengendalian produksi, keamanan,
pengiriman, kesehatan, sumber daya manusia, dan kantin.

Namun berdasarkan biaya, diklasifikasikan menjadi


- Biaya departemen langsung, yaitu biaya produksi yang dengan mudah
ditelusuri dalam suatu departemen. direct departmental cost dapat diklasifikasikan
menjadi (a) supervisi, indirect labor, dan lembur, (b) fringe benefit, (c) indirect
material dan supplies, (d) reparasi dan pemeliharaan, dan (e) depresiasi dan sewa.
- Biaya departemen tidak langsung, Biaya departemen tidak langsung (indirect
departmental cost) adalah biaya yang terpakai oleh beberapa departemen, tidak
hanya oleh satu departemen atau dengan kata lain sulit untuk ditelusuri dalam
departemen spesifik. Biaya departemen tidak langsung meliputi biaya listrik, sewa
dan depresiasi. Biaya tersebut dialokasikan ke setiap departemen berdasarkan
ukuran pemakaian biaya oleh departemen masing-masing

Biaya departemen tidak langsung Dasar alokasi


Sewa gedung Luas lantai
Depresiasi gedung Luas lantai
Asuransi kebakaran Luas lantai
Pemeliharaan gedung Luas lantai
Superintendence Jumlah pegawai
Telepon Jumlah pegawai atau jumlah telepon
Listrik (fixed portion) Luas lantai

D. Penghitungan Tarif FOH Departemen


Factory overhead biasanya dibebankan ke produk berdasarkan machine hours,
direct labor hours, atau direct labor cost. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

pengalokasian factory overhead ke produk. Penetapan tarif overhead biasanya melalui


tahapan sebagai berikut:
1. All related FOH should be charge
Menghitung perkiraan total overhead tiap departemen baik departemen produksi
maupun departemen jasa pada tingkat aktivitas yang diharapkan dan memisahkan
menjadi fixed cost dan variable cost.
Direct FOH

RM Produce Dept FG

Service Dept Indirect FOH

2. FOH Allocation, yaitu mengalokasikan FOH berdasarkan persentase


(rate). Menyiapkan dasar alokasi untuk distribusi biaya departemen tidak
langsung dan biaya departemen jasa.

Total FOH Total FOH (Rp)


Rate = =
Total Allocation based Total M.H.

3. FOH Segmentation
Menghitung perkiraan total biaya departemen tidak langsung dan alokasikan ke
departemen-departemen yang mendapat manfaat.
a. Single rate
b. Multiple rate
4. How to allocate service to producing department
Mendistribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang mendapat manfaat.
Sebagai ilustrasi, PT Marko, suatu perusahaan manufaktur memiliki dua
departemen produksi yaitu P1 dan P2. Di samping itu, terdapat pula dua
departeman jasa yaitu J1 dan J2. Departemen jasa J1 memberi manfaat untuk J2,
P1, dan P2. Adapun departemen jasa J2 memberi manfaat kepada J1, P1, dan P2.
Data overhead cost tiap-tiap departemen sebelum alokasi biaya departemen jasa
dan persentase alokasi manfaat yang diberikan oleh departemen jasa adalah
sebagai berikut:

a. Direct method, Biaya departemen jasa dialokasikan hanya ke departemen


produksi dan mengabaikan alokasi dari departemen jasa ke departemen

39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

jasa lain. Dengan kata lain, me-nol-kan biaya pada departemen jasa untuk
dialokasikan ke tiap departemen produksi sesuai persentasenya.
Persentase alokasi oleh J1 ke departemen produksi totalnya 80%, begitupun
Departemen J2. Atas FOH awal selanjutnya alokasi berdasarkan besaran
persentase ke masing-masing departemen produksi

b. Step method.
Metode bertahap mengalokasikan biaya departemen jasa secara bertahap
berdasarkan urutan tertentu yang sudah ditentukan.(sequential method).
Salah satu penentuan urutan alokasi adalah dimulai dari departemen jasa
yang yang paling banyak memberikan manfaat kepada departemen lain dan
menerima paling sedikit manfaat dari departemen lain.
Pada metode bertahap departemen juga jasa mendapat alokasi biaya dari
departemen jasa lain. Namun tidak bisa memperhitungkan alokasi biaya antar
departemen jasa secara timbal balik . Apabila biaya suatu departemen jasa
sudah dialokasikan ke departemen lain, maka departemen jasa tersebut tidak
akan diperhitungkan lagi pada tahap selanjutnya. Artinya departemen jasa
tersebut sudah dianggap “selesai” dalam proses alokasi.
Dalam metode ini memperhatikan persentase alokasi dari dept. jasa ke dept.
jasa (total alokasinya 100%). Atas FOH awal selanjutnya alokasi berdasarkan
besaran persentase ke masing-masing departemen produksi

c. Reciprocal Method
Metode ini menggunakan perhitungan Aljabar. Metode ini meng-cover
permasalahan yang dihadapi oleh departemen-departemen sebelumnya, yaitu
alokasi berkaitan dengan departemen jasa. Jadi persentase total alokasi juga
100% namun dengan FOH awal yang disesuaikan dengan alokasi antar
departemen jasa.
Kembali kita gunakan data PT Marko. Dengan metode simultan total cost tiap
departemen jasa dinyatakan sebagai berikut:
J1 = 34.400 + 20%J2 .......... (1)
J2 = 20.000 + 20%J1 .......... (2)

40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Persamaan 1 menyatakan bahwa total cost J1 meliputi biaya overhead awal


J1 sebesar Rp34.400,00 ditambah alokasi biaya overhead J2 sebesar 20% dari
total cost J2. Persamaan 2 menyatakan bahwa total cost J2 meliputi biaya
overhead awal J2 sebeser Rp20.000,00 ditambah alokasi biaya overhead J1
sebesar 20% dari total cost J1. Untuk menyelesaikan dua persamaan ini,
persamaan 2 disubstitusikan ke sisi kanan persamaan 1 sebagai berikut:
J1 = 34.400 + 20%(20.000 + 20%J1)
J1 = 34.400 + 4.000 + 0,04J1
0,96 J1 = 38.400
J1 = 40.000
Setelah J1 diketahui sebesar Rp40.000,00 maka J2 dihitung menggunakan
persamaan 2 sebagai berikut:
J2 = 20.000 + 20%J1
J2 = 20.000 + 20% x 40.000
J2 = 20.000 + 8.000
J2 = 28.000
Distribusi biaya departemen jasa dihitung sebagai berikut:

41
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Activity based costing (ABC)


ABC, yaitu metode yang digunakan untuk menghitung biaya FOH yang dialokasikan
berdasarkan aktivitas. Metode ini lebih akurat dibandingkan dengan sistem costing
tradisional dimana biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke produk hanyalah
Direct Labor dan Direct Material. Dengan menggunakan ABC, kita juga bisa menelusuri
biaya-biaya lainnya berdasarkan aktivitas yang diperlukan dalam proses produksi.
Pada ABC, dasar untuk mengalokasikan overhead cost disebut driver. Driver terbagi
atas:
- Recources driver yaitu mengalokasikan biaya suatu resources (sumber daya)
ke pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Bila
dibandingkan dengan sistem costing tradisional, overhead cost biasanya
dialokasikan berdasarkan jumlah pegawai atau luas bangunan
- Activity driver yaitu mengalokasikan biaya suatu aktivitas ke produk-produk,
pelanggan, atau object biaya final lainnya. Final yang dimaksud merupakan
langkah terakhir dalam proses alokasi biaya produksi

Cost Drivers : - Based on volume


- Based on activity

M.H (Machine Hours) Design


D.LH (DL Hours) Setup
Square fed Volume Vs Activity Inspection
Number of employers Security
Total DM/ DL

Multiple rate (ABC) : - level Pabrik/Facility


- Level Product
- level Batch
- level Unit

1. Level Unit
Biaya level unit adalah biaya yang bertambah seiring dengan kenaikan jumlah unit
yang diproduksi. Driver level unit adalah ukuran aktivitas yang berbeda,
sesuai/proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi
2. Level Batch
Batch merupakan kumpulan unit-unit produk yang sama yang dihasilkan pada suatu
proses produksi. Biaya level batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch
yang diproduksi dan dijual. Contohnya seperti biaya untuk menyetel mesin (setup
cost) dan penanganan material (material handling). Jika material dipesan untuk
setiap batch, maka biaya pengadaan material termasuk biaya level batch. Jika
produk pertama dari tiap batch diperiksa, maka biaya pemeriksaan itu termasuk
biaya level batch

42
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Biaya level batch juga meliputi biaya nonproduksi. Misalnya bila produksi
berdasarkan pesanan pelanggan, maka biaya pemasaran dan administrasi atas
pesanan tersebut masuk dalam biaya level batch. Drivernya adalah ukuran aktivitas
yang berbeda, sesuai dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya
jumlah setup, order produksi dan permintaan material
3. Level Produk
Biaya level produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung terciptanya produk
yang berbeda yang tidak terpengaruh dengan jumlah unit yang diproduksi/dijual.
Contoh : Biaya desain produkm pengembangan produk, pembuatan prototype.
Apabila diperlukan biaya pelatihan karwayan maupun mesin untuk memproses
produk tersebut, maka termasuk dalam biaya level produk.
Selain biaya produksi, ada juga biaya nonproduksi yang masuk dalam biaya level
produk seperti biaya paten, riset pasar, dan promosi produk. Drivernya adalah
ukuran aktivitas yang berbeda, sesuai dengan jumlah jenis produk yang diproduksi
dan dijual, seperti jumlah perubahan desain, design hours, jumlah bagian produk.
4. Level Pabrik
Biaya level pabrik adalah biaya yang diperlukan agar pabrik bisa berproduksi,
meliputi biaya sewa, depresiasi, pajak bumi dan bangunan, dan asuransi bangunan
pabrik, dll
Driver level pabrik bisa berupa luas lantai, total biaya konversi, jumlah unit atau
total biaya langsung.

UNIT BATCH PRODUK PABRIK


Contoh Aktivitas
Memotong Penjadwalan Desain Penerangan
Merakit Set up mesin Prototipe AC
Mengepak Memindah bahan Iklan Keamanan
Contoh biaya
Sebagian biaya Upah petugas set up Gaji Desainer Depresiasi
listrik
Indirect Material Pengelola material Biaya Iklan Asuransi
Contoh Activity Driver
Unit Output Jumlah batch Jumlah produk Luas lantai
Jam kerja Jumlah set up Jumlah desain
Jam mesin Jumlah Pemindahan bahan Waktu desain

Unit based
Total FOH
Rate =
Total Allocation based (non volume)
Reconciliation
Total Cost : - Common (98%)
- Special (98%)

E-14-6

43
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Diketahui : manufacturing suppliers 50.00


Rate
1. Tradisional Costing = 800.000 / 200.000 = 4
FOH BB = 4 x 40.000
= 160.000
FOH sub BB = (50.000/800.000)x160.000 = 10.000

2. ABC = 50.000/200 = 250


FOH sub BB = 250 x 6
= 1.500

Selisih Tradisional Costing dan ABC adalah 10.000 – 1.500 = 8.500

P14-3
1. Rate FOH
a. Tradisional Costing
Total FOH / Basis 4.500.000
= 1,5
= 3.000.000

b. ABC
300.000
Setup = = 5.000/setup
60
Design 900.000
= 60/design
= 15.000
3.300.000
Other = = 1,1
3.000.000

2. Alokasi FOH Under TC


FOH Standard Customer Total
1,5 x 2.910.000 4.365.000
4.500.000
1,5 x 90.000 135.000

3. Alokasi FOH under ABC


FOH Standard Customer Total
5.000 x 30 setup 150.000
300.000
5.000 x 30 setup 150.000
60 x 12.000
720.000
design 900.000
60 x 3.000 design 180.000
1,1 x 2.910.000 3.201.000
3.300.000
1,1 x 90.000 99.000
Total FOH 4.071.000 427.000 4.500.000

4. Rekonsiliasi
a. Standars

44
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

FOH Total
FOH Under TC 4.365.000
Penyesuaian :
- Kelebihan biaya di batch (97%- (141.000)
50%)x300.000
- Kelebihan biaya di product (97%- (153.000)
80%)x900.000
Total Penyesuaian (294.000)
FOH under ABC 4.071.000

b. Custom
FOH Total
FOH Under TC 135.000
Penyesuaian :
- Kelebihan biaya di batch (50%- 141.000
3%)x300.000
- Kelebihan biaya di product (20%- 153.000
3%)x900.000
Total Penyesuaian 294.000
FOH under ABC 429.000

45
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Activity based management (ABM)


Merupakan penggunaan informasi yang diperoleh dari ABC untuk meningkatkan
kinerja perusahaan. Informasi dari ABC dapat membantu manajemen untuk
memanfaatkan kekuatannya. Dengan menerapkan ABC, manajemen harus
menyediakan beberapa informasi yang tidak diperlukan pada traditional costing.

Penerapan ABC memerlukan pengukuran activity cost pool, yaitu total cost tiap-tiap
aktivitas yang signifikan. Selanjutnya activity driver terbaik harus dipilih untuk
mengalokasi tiap-tiap activity cost pool. Dengan demikian, ABC menyediakan
pandangan baru terkait efisiensi suatu proses.

Pada umumnya sistem tradisional melaporkan biaya untuk tiap-tiap manajer sesuai
dengan area tanggung jawabnya. Overhead cost yang dilaporkan bisa dirinci ke unsur-
unsurnya seperti indirect material, indirect labor, supplies, dan listrik.

Sistem tradisional juga bisa menyediakan informasi total cost untuk tiap cost center
yang digunakan dalam proses produksi. Namun, sistem tradisional tidak memerlukan
pengamatan yang mendalam bagaimana suatu proses dikerjakan. Sistem tradisional
hanya mencatat berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan suatu proses.
ABM sangat memerlukan informasi bagaimana suatu proses dikerjakan secara detail.
Hal ini membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan perbaikan proses
produksi atau meningkatkan efisiensi.

46
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 9
Subjek PPh Badan
Subjek PPh Badan bukan hanya perusahaan. Yang dimaksud dengan badan adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN,
BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis,
lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan bentuk badan Iainnya. Subjek Pajak Badan dibedakan
menjadi dua yaitu :

1. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri


Subjek Pajak Badan dalam negeri adalah badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia. Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak
lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan Luar Negeri.
Subjek Pajak Badan Luar Negeri adalah badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang memperoleh atau menerima penghasilan di Indonesia baik melalui
BUT maupun tidak melalui BUT. Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat menjalankan
usaha melalui BUT ataupun pada saat menerima dan memperoleh penghasilan. Sedangkan
berakhirnya adalah pada saat tidak lagi menjalankan usaha di Indonesia dengan melalui BUT
atau tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

A. Subjek Pajak BUT


Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia (Pasal 2 ayat (5) UU PPh No 36 Tahun 2008). Walaupun BUT
adalah Wajib Pajak Luar Negeri tetapi pengenaan pajaknya disamakan dengan Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri dengan modifikasi dalam metode penentuan laba serta penambahan tarif
PPh Pasal 26 ayat (4).
Contoh : Misalnya BundesGesselshaft Gmbh Jerman mempunyai kantor cabang di Indonesia
berarti BundesGesselshaft Gmbh merupakan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia tetapi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu BUT di
Indonesia. BundesGesselshaft Gmbh dikenakan PPh di Indonesia melalui BUT tersebut. BUT dapat
juga berupa bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak Iebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Contoh : Misalnya Mr. Xie tinggal di Hongkong tetapi membuka jasa konsultan di Indonesia
berupa kantor cabang maka Mr. Xie dapat diartikan sebagai BUT Orang Pribadi yang menjalankan
usaha di Indonesia tetapi tidak bertempat tinggal di Indonesia.

1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

B. Pengecualian Subjek Pajak Badan


1) Beberapa Badan yang dikecualikan sebagai Subjek PPh adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia
dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;dan
2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;
d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c,
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2) Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pada
angka (1) huruf c ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pengecualian subjek pajak diatur dalam Pasal 3 dan penjelasan pasal 2 ayat 1 UU PPh jo. PMK No
215/PMK.03/2008 jo PMK 15/PMK.03/2010 jo PMK 156/PMK.010/2015

C. Hubungan Istimewa antara Subjek Pajak


Menurut Pasal 18 ayat (4) UU PPh Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi
karena ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan karena:
1. kepemilikan atau penyertaan modal;
2. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi.
3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau kesamping satu derajat.
Hubungan istimewa tersebut secara lengkap berbentuk sebagai berikut :
1. Hubungan Modal
Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal Iangsung atau tidak langsung paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih,
demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir. Hubungan
istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan yang berupa penyertaan
modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih secara langsung ataupun tidak
langsung.
Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan saham oleh PT A
merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya apabila PT B tersebut mempunyai 50% (lima
puluh persen) saham PT C, maka PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung
mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian
antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki
25% (dua puluh lima persen) saham PT D, maka antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat
hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan tersebut dapat juga terjadi antara orang pribadi
dan badan.
2. Hubungan Penguasaan
Hubungan istimewa karena pengusaan timbul jika Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak
lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik

2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

langsung maupun tidak langsung. Hubungan istimewa antara Wajib Pajak dapat juga terjadi
karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, kendati pun tidak
terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih
perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan antara
beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.

3. Hubungan Keluarga
Hubungan istimewa dapat timbul diantara orang pribadi-orang pribadi pemegang saham
perusahaan yang memiliki hubungan keluarga baik sedarah ataupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat (Pasal 18 ayat (4) UU PPh). Yang dimaksud
dengan orang-orang yang memiliki hubungan keluarga baik sedarah dalam garis keturunan
lurus dan atau ke samping satu derajat yaitu :
 Hubungan sedarah
ayah, ibu, dan anak (garis keturunan lurus satu derajat), saudara kandung atau saudara tiri
(garis keturunan ke samping satu derajat).
 Keluarga semenda
Mertua dan anak tiri (garis keturunan lurus satu derajat), ipar (garis keturunan ke samping
satu derajat).

Status hubungan istimewa diatas akan berpengaruh pada 4 hal yaitu :


1. Keuntungan atas jual beli aktiva tetap diantara subjek pajak yang memiliki hubungan istimewa
dihitung dengan cara mengurangkan harga pasar wajar aktiva tersebut dengan nilai bukunya.
Harga Pasar disini adalah nilai yang seharusnya diterima dalam transaksi normal (arm-length
transaction) (Pasal 10 ayat (1)) UU PPh; Ketentuan ini bertujuan untuk menghin dari jual beli secara
tidak wajar.
2. Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa (Pasal 18 ayat (3)) UU PPh;
3. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama
dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (Pasal 18 ayat (3a) UU PPh);
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham (orang pribadi atau
badan) atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan tidak boleh menjadi biaya (Pasal 9 ayat (1) huruf f UU PPh).

D. Kasus Subjek Pajak Badan


Contoh Kasus : Sahityan Construction Ltd. adalah perusahaan yang berdomisili di Inggris. Pada
bulan Juni 2007 memenangkan tender membangun gedung di Bintaro. Untuk melaksanakan
proyek tersebut Sahitya Construction Ltd. memiliki tiga pilihan bentuk usaha yaitu :
1. Membuka Sahitya Construction Ltd. cabang Tangerang Selatan;
2. Membentuk PT Sahityan Construction Indonesia yang berstatus Penanaman Modal Asing
(PMA);
3. Tidak membentuk badan apapun di Indonesia. Semua persiapan pekerjaan konstruksi
dilakukan di negara domisilinya. Begitu datang ke Indonesia langsung melaksanakan proyek
seefisien mungkin. Begitu selesai dan dibayar langsung balik lagi ke negara domisilinya.
Kasus : Bentuk usaha seperti apa yang dipilih dan apa konsekuensi pajaknya?

3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pembahasan :
Jika Sahityan Construction Ltd. Memilih bentuk usaha no. 3 tanpa membuat badan apapun di
Indonesia, maka bentuk usaha ini merupakan bentuk paling ideal karena resiko pajaknya kecil.
Tetapi tidak dapat dilakukan karena menurut UU PPh pasal 2 ayat (5) huruf i menyatakan
bahwa bentuk usaha tetap jasa konstruksi langsung muncul pada hari pertama proyek
dilaksanakan. Apabila proyek konstruksi adalah 1 tahun berarti Sahityan Construction Ltd
langsung menjadi subjek pajak luar negeri dengan BUT pada hari pertama pengerjaan proyek
konstruksi. Jadi, pengenaan pajak sama dengan WP DN.

Bentuk usaha cabang berdasarkan pasal 2 ayat (5) huruf b adalah bentuk usaha tetap sehingga
konsekuensi pajaknya sama seperti pilihan no. 3

Pilihan no.2, yaitu menjadi PMA berarti langsung menjadi subjek pajak dalam negeri, karena
PMA berdomisili / berkedudukan di Indonesia.

Notes : Jika Sahityan Construction Ltd, memilih menjadi BUT, maka pengenaan pajaknya
dikenakan 2 kali, yaitu saat BUT memperoleh penghasilan dari Indonesia, setelah dikurangi
biaya-biaya fiskal dikenakan tarif pph badan yaitu 25%. Perlakukaannya sama dengan Subjek
Pajak Bada dalam Negeri. Saat Laba Usaha yang telah dikurangi pajak ini dikirim ke luar Negeri,
maka Sahityan Construction Ltd juga harus memotong PPh pasal 26 atas, laba usaha yang
dikirim ke luar negeri ini. Kecuali jika Laba usaha tersebut ditanamkan kembali di Indonesia,
maka tidak dikenakan PPh Pasal 26.

4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 10
Objek PPh Badan
Pada prinsipnya Objek PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak. Objek PPh bagi Wajib Pajak Badan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Penghasilan WP Badan Dalam Negeri
Objek Pajak Badan dalam negeri adalah semua penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
Badan tersebut dengan prinsip WWI (World Wide Income), yang diterima baik dari dalam
maupun luar negeri. Hal ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
PenghasiIan.
2. Penghasilan WP Badan Luar Negeri (BUT maupun WP LN bukan BUT).
Penghasilan WP Badan Luar Negeri ada 2 macam yaitu :
a. Penghasilan WP Badan Luar Negeri BUT Dalam pasal 5 UU PPh diatur tentang Objek Pajak
BUT yaitu :
1) penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai;
2) penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian
jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dilakukan atau dijalankan oleh BUT di
Indonesia;
3) penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 UU PPh, yang diterima atau
diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta
atau kegiatan yang memberikan penghasilan tersebut.
b. Penghasilan WP Badan Luar Negeri Bukan BUT Penghasilan WP Badan Luar Negeri Bukan
BUT adalah penghasilan-penghasilan yang diterima atau diperoleh Badan Luar Negeri yang
bukan berasal dari usaha atau kegiatan di Indonesia tetapi berupa penghasilan modal
(passive income). Contohnya adalah penghasilan dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah,
maupun capital gain.

A. Klasifikasi Objek Pajak Badan


Objek Pajak Badan diatur dalam Pasal 4 UU PPh, yaitu :
1. Objek Pajak PPh Non Final (Pasal 4 ayat (1))
Pasal 4 ayat (1) UU PPh pada dasarnya menyatakan bahwa objek pajak badan adalah
tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan manjadi 3 macam yaitu :
 Penghasilan dari usaha atau kegiatan
a. laba usaha;
b. premi asuransi (yang diterima perusahaan asuransi);
c. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
d. hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan (yang diterima badan);
 Penghasilan dari modal (investasi)
a. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,


kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
c. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
d. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
e. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

 Penghasilan lain-lain
a. hadiah dari undian;
b. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
c. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
d. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
e. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
f. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
g. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
h. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
i. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
j. surplus Bank Indonesia.

2. Bukan merupakan Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3)).


Berikut Penghasilan yang bukan Objek Pajak bagi Wajib Pajak Badan:
a. Bantuan, Sumbangan, Zakat dan Hibah
1) Bantuan atau Sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
2) Harta Hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan diantara pihak pihak yang bersangkutan

6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
Contoh : Mr. A beli 50.000 lembar saham biasa di PT Sahityan dengan nilai nominal Rp
1.000,- dan nilai pasar saham saat itu. Rp 1.500,-. Mr. A membeli saham PT Sahityan
dengan menyerahkan uang tunai sejumlah lembar saham yang ia beli dengan harga
pasar saham saat itu. Atas Uang yang diterima oleh PT Sahityan sejumlah 75 juta rupiah
termasuk premiumnya Bukan merupakan Objek Pajak.
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai Wajib Pajak Dalam
Negeri, Koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 Dividen berasal dari cadangan laba ditahan; dan
 Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor

Contoh : Koperasi A dengan kepemilikan 5% memperoleh dividen dari PT Sahityan. PT


Bandung Lautan Api Tbk dengan kepemilikan 26% juga memperoleh dividen dari PT.
Sahitya. Atas Dividen yang diterima Koperasi A dan PT Bandung Lautan Api Bukan Objek
Pajak. Notes: untuk koperasi berapapun kepemilikannya, atas dividen yang diterimanya
bukan Objek Pajak.

d. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi kerja Maupun oleh Pegawai.
Contoh : PT Taspen memperoleh iuran Pensiun dari PT Sahityan dan Karyawannya. Atas
Iuran tersebut Bukan Objek Pajak, hal ini karena Pajak atas pembayaran pensiun,
dialihkan pengenaannya yaitu pada saat pegai yang pensiun menerima pensiun.
e. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan
f. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirkan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
 Merupakan Perusahaan Mikro, Kecil, Menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek.
g. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan, dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3. Objek Pajak PPh Final (Pasal 4 ayat (2));


Dibawah ini adalah Daftar Objek Pajak Badan yang dikenakan pajak bersifat final :

NO OBJEK PAJAK TARIF DASAR HUKUM


1. Penghasilan transaksi penjualan saham di 0,1% x Ph Bruto PP No. 41/1994 jo.
bursa efek: (0,1% x PPh Bruto) + PP No. 14/1997 jo.
- untuk semua transaksi semua saham (0,5% x nilai saham KMK-
- untuk transaksi penjualan saham sendiri pada saat IPO) 282/KMK.04/1997
jo SE-06/Pj.04/1997
2. Penghasilan berupa hadiah undian 25% X Ph Bruto PP No. 132/2000
3. Penghasilan bunga deposito, termasuk 20% x Ph Bruto PP No. 131/2000
simpanan pada bank DN yang memiliki
cabang di LN
4. Penghasilan bunga tabungan, jasa, giro, dan 20% x Ph Bruto
diskonto
5. Penghasilan dari sewa tanah dan/atau 10 % x Ph Bruto PP No. 5/2002
bangunan
6. Penghasilan perusahaan ventura dari 0,1 % x Ph bruto PP No.4/1995
transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan
pasangan usaha (syarat :merupakan
pengusaha kecil dan sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia)
7. Penghasilan yang diterima WP perusahaan 1,2 % X Ph bruto KMK-
pelayaran DN 416/KMK.04/1996
jo. SE-
29/PJ.04/1996
8. Penghasilan yang diterima WP perusahaan 2,64 % x Ph bruto KMK-417/KMK.04/
pelayaran LN dan/atau penerbangan LN 1996
9. Penghasilan yang diterima/diperoleh berupa 15 % x Ph Bruto 20 PP No. 139/2000
bunga atau diskonto obligasi yang dijual di % x Ph Bruto KMK-
bursa efek : 558/KMK.04/2000
- Diterima WP DN PP No. 6/2002
- Diterima WP LN PMK-
256/PMK.03/2008
10. Penghasilan berupa selisih lebih karena 10% x selisih dari KMK-
revaluasi aktiva tetap nilai appraisal dan 486/KMK.03/2002
NSBF
11. Pungutan PPh atas penyerahan premium, 0,25 % x penjualan
solar, premix kepada : 0,30 % x penjualan
- SPBU Pertamina
- SPBU Swasta

12. Pungutan PPh oleh Pertamina dan Badan 0,30 % x penjualan


Usaha selain Pertamina atas penyerahan
minyak tanah, gas LPG, dan pelumas
13. Penghasilan dari penjualan harta di
Indonesia yang diterima WP LN selain BUT di
Indonesia

8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

14. Dan premi asuransi yang dibayarkan kepada 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
perusahaan asuransi di LN bruto atau sesuai
tarif Tax Treaty
15. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
pajak dari suatu BUT di Indonesia (kecuali bruto atau sesuai
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di tarif Tax Treaty
Indonesia)
16. Penghasilan yang diterima /diperoleh WP LN 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
atas penghasilan yang bersumber dari bruto atau sesuai
Indonesia berupa : tarif Tax Treaty
- dividen
- bunga, termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
- royalti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
- hadiah dan penghargaan
- banyaknya

9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 11
1. Kompensasi Kerugian

Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi biaya-biaya yang diperkenankan oleh UU PPh ternyata
didapat kerugian (Net Loss), maka kerugian tersebut dapat mengurangi penghasilan neto (Net Profit)
selama 5 (lima) tahun berturut-turut setelah tahun kerugian tersebut.

Contoh soal 1:

Pada tahun 2018 PT. Petean mengalami kerugian fiskal sebesar Rp. 2.500.000.000. Data Profit/Loss
di tahun tahun berikutnya adalah sebagai berikut:

2019 Laba Rp. 500.000.000


2020 Rugi Rp. (600.000.000)
2021 Laba Rp. 0
2022 Rugi Rp. (300.000.000)
2023 Laba Rp. 200.000.000
2024 Laba Rp. 100.000.000
Bagaimana penghitungan kompensasi kerugian fiskalnya? Berapa saldo kompensasi kerugian setelah
lapor SPT 2024 . . . ?

Jawab:

Untuk mempermudah, mari kita buat tabel penghitungan tersendiri (dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Dapat Kompensasi


Laba/Rugi 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Saldo Kompensasi
2018 (2500) 500 200 1800 (hangus)
2019 500
2020 (600) 100 500
2021 0
2022 (300) 300
2023 200
2024 100
- Kerugian fiskal tahun 2018, dapat dikompensasikan ke tahun selanjutnya maksimal s.d.
2023, jadi walaupun masih tersisa saldo kompensasi sebesar 1800, nilai tersebut tidak bisa d
kompensasikan atas laba di tahun 2024, nilai saldo 1800 tadi hangus.
- Laba yang diperoleh tahun 2019 dan 2023 dapat terkompensasi atas kerugian tahun 2018,
sehingga tahun 2019 dan 2023 nilai PhKP adala nol 0.
- Laba tahun 2024 tidak bisa terkompensasi oleh rugi fiskal di tahun 2018 karena sudah lewat
batas kompensasi 5 tahun, namun bisa terkompensasi oleh rugi di tahun 2020.
- Kerugian fiskal tahun 2020 dapat dikompensasikan sampai dengan tahun 2025, sedangkan
kerugian fiskal tahun 2022 dapat dikompensasikan sampai dengan tahun 2027. Apabila
setelah lewat tahun tersebut masih terdapat sisa rugi fiskal, maka saldo rugi fiskal tersebut
hangus dan tidak dapat dikompensasikan.
- Nilai saldo kompensasi kerugian setelah lapor SPT 2024 adalah sebesar Rp. 800 (500+300)

10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Contoh Soal 2:

Informasi penghasilan Neto Laba atau Rugi PT. Glamor selama 7 tahun berturut-turut adalah sebagai
berikut:

2014 Rugi Rp. (600.000.000)


2015 Laba Rp. 200.000.000
2016 Rugi Rp. (600.000.000)
2017 Laba Rp. 100.000.000
2018 Rugi Rp. (700.000.000)
2019 Laba Rp. 300.000.000
2020 Laba Rp. 700.000.000
Bagaimana penghitungan kompensasi kerugian fiskalnya? Berapa saldo kompensasi kerugian setelah
lapor SPT 2020? Dalam Kasus ini PT. Glamor menggunakan fasilitas PP 46 di tahun 2017 dan 2018.

Jawab:

Tahun Dapat Kompensasi


Laba/Rugi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Saldo Kompensasi
2014 (600) 400 200
2015 400
2016 (500) 100 400
2017 700
2018 (300)
2019 300
2020 700
- Karena tahun 2017 dan 2018 WP dikenai tarif PPh Final atas kegiatan usahanya, maka di
tahun tersebut tidak bisa menerima dan memberi kompensasi kerugian.
- Laba di tahun 2015 terkompensasi oleh kerugian tahun 2014, sehingga PhKP 2015 adalah
Rp0.
- Laba di tahun 2019 terkompensasi oleh kerugian di tahun 2014 sebanyak Rp. 200jt dan di
tahun 2016 sebanyak Rp. 100jt sehingga PhKP tahun 2019 Rp. 0.
- Laba di tahun 2020 sebesar Rp. 700jt terkompensasi oleh kerugian di tahun 2016 sebesar Rp.
400jt. PhKP di tahun 2020 tersisa sebesar Rp. 300jt
- Tidak mempunyai saldo kompensasi kerugian setelah pelaporan SPT Tahunan 2020

11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Contoh Soal 3:

Informasi penghasilan Neto Laba atau Rugi CV. CEVEAN selama 7 tahun beruturut-turut adalah
sebagai berikut:
2014 Rugi Rp. (500.000.000)
2015 Laba Rp. 300.000.000
2016 Rugi Rp. (400.000.000)
2017 Laba Rp. 500.000.000
2018 Rugi Rp. (300.000.000)
2019 Laba Rp. 200.000.000
2020 Laba Rp. 100.000.000
Bagaimana penghitungan kompensasi kerugian fiskalnya? Berapa saldo kompensasi kerugian setelah
lapor SPT 2020? Dalam Kasus ini CV. CEVEAN telah dilakukan pemerikasaan dan terdapat koreksi
fiskal Laba tahun 2017 menjadi Rp. 800 jt dan Rugi tahun 2018 menjadi Rp. (500jt) sesuai Surat
Ketetapan Pajak.

Tahun Dapat Kompensasi Saldo


Laba/Rugi Koreksi
2015 2016 2017 2018 2019 2020 Kompensasi
2014 (500) 300 200
2015 300
2016 (400) 400
2017 500 800
2018 (300) (150) 150
2019 200
2020 100
- Laba / Rugi yang terjadi tahun 2017 dan 2018 berubah sesuai koreksi hasil pemeriksaan.
- Laba tahun 2017 senilai 800jt hanya terkompensasi 600jt karena sudah tidak memiliki saldo
rugi tahun sebelumnya, sehingga nilai labanya tersisa 200jt yang akan dikalikan tarif pajak.
- Laba tahun 2019 hanya terkompensasi 150jt dari rugi tahun 2018 (setelah pemeriksaan).
- Laba tahun 2020 tidak terkompensasi sama sekali karena tidak ada saldo rugi tahun
sebelumnya. Jadi nilai saldo rugi setelah lapor SPT 2020 adalah nol.

ntoh pemeriksaan dan keluar SKP gatau, nanti ditambahin

2. Tarif PPh Badan

Tarif Pajak WP Badan

12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Sebelum tahun 2009 Tahun 2009


Lapisan PhKP Tarif Pajak 28% Tahun 2010 dst
s.d. 50jt 10%
>50jt s.d. 100jt 15%
>100jt 30%
Fasilitas pengurangan 25%
tarif 5% bagi WP Badan
Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya. (Pasal 17 ayat 2b UU PPh, PP 81/2007 jo PP 77/2013)

Fasilitas Pengurangan Tarif, Pasal 31E UU PPh:


1) WP Badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d. Rp. 50M mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif yang dikenakan atas PhKP dari bagian peredaran
Bruto s.d. Rp. 4,8M
2) Besarnya bagian peredaran bruto sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dinaikkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.

4,8𝑀
Dapat Fasilitas: × 𝑃ℎ𝐾𝑃 = Y
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜

Tak dpt Fasilitas: PhKP – Y =z


PPh Terutang:
- (50% × 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓) × 𝑌 =……
- 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 × 𝑍 =……
PPh terutang = ……..

Contoh Soal:
1. Ph Bruto > 50M. Data Laporan keuangan PT Manis selama tahun pajak 2018 adalah sbb:

Peredaran Bruto Rp. 75,5M


PhKP Rp. 25,5M

Berapa PPh terutang?


Jawab:
Karena Peredaran Bruto lebih dari 50M, maka atas seluruh PhKP nya tidak mendapat Fasilitas.
PPh terutang = 25% x 25,5M = 6,375M
2. Ph Bruto s.d. 4,8M. Data Laporan keuangan PT Gula selama tahun pajak 2018 adalah sbb:

Peredaran Bruto Rp. 4,5M


PhKP Rp. 1,5M

Berapa PPh terutang?


Jawab:
Karena peredaran bruto tidak melebihi 4,8M maka atas seluruh PhKPnya mendapat fasilitas, sehingga:
PPh terutang = 12,5M x 1,5M = Rp. 187.500.000

13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

3. Ph Bruto >4,8M s.d. 50M. Data Laporan keuangan PT Getir selama tahun pajak 2018 adalah sbb:

Peredaran Bruto Rp. 30M


PhKP Rp. 3M

Berapa PPh terutang?


Jawab:
4,8𝑀
Dapat Fasilitas = 30𝑀 × 3𝑀 = 480.000.000
Tak dpt Fasilitas = 3.000.000.000 - 480.000.000 = 2.520.000.000

(50% × 25%) × 480.000.000 = 60.000.000


25% × 2.520.000.000 = 630.000.000
PPh terutang = 690.000.000

3. Kredit Pajak

Seperti yang telah dibahas dalam PPh OP, dalam PPh Badan kredit pajak merupakan komponen
pengurang PPh terutang. Kredit pajak diperoleh dari angsuran PPh Pasal 25 dan pemotongan oleh
pihak lain (Witholding) yang bersifat Non-final. Kredit Pajak dapat berupa PPh Pasal 22, 23, 24, 25.

Mungkin ada yang bertanya kenapa ga ada PPh Pasal 21? PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak
yang dilakukan pemberi kerja atas penghasilan yang diberikan kepada karyawan, sehingga itu
merupakan Kredit Pajak bagi karyawan dan tidak berkaitan langsung dengan penghitungan SPT
Tahunan Badan.

Penghasilan WP Badan yang diperoleh dari LN dan telah dilakukan pemotongan pajak diluar negeri,
atas Potongan pajak diluar negeri tersebut dapat dikreditkan (dikurangkan dari PPh terutang)
melalui mekanisme pengkreditan PPh Pasal 24 yaitu dengan cara memilih antara penghasilan yang
telah dipotong di luar negeri dengan kredit pajak yang dihitung dari penghasilan neto. Yang
diperbolehkan dikreditkan adalah yang lebih kecil antara PPh yang telah dipotong di LN dengan
perhitungan dari Ph Neto LN dibadingkan total Ph Badan (lihat contoh soal).

14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

contoh soal (lagi) PPh Pasal 24


Pada tahun 2018 Penghasilan dalam negeri menyatakan Rugi Rp 400jt sedangkan Penghasilan Luar
Negeri menyatakan untung Rp 500jt. Pajak yang telah dibayar diluar negeri sebesar Rp 150jt
Bagaimana penghitungan PPh 24 yang dapat dikreditkan? Asumsi Peredaran Bruto 4,5M

Jawab:
Penghitungan PPh terutang
Ph DN (rugi) (400jt)
Ph LN (untung) 500jt
PhKP 100jt

PPh terutang
50% x 25% x 100jt = 12,5jt
Kredit Pajak PPh 24 yang dapat dikreditkan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑁
= × 𝑃𝑃ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑃ℎ𝐾𝑃
500𝑗𝑡
= × 12,5𝑗𝑡
100𝑗𝑡
= 62,5jt

Tetapi Karena penghasilan Luar Negeri lebih besar dari penghasilan dalam negeri, maka maksimal
PPh 24 yang dapat dikreditkan adalah sebesar PPh atas PhKP yaitu 12,5jt.
(coba bandingkan dengan PPh yang sebenarnya dipotong sebesar 150jt, hanya boleh diakui 12,5jt)

4. Perhitungan PPh Kurang Bayar

Jumlah Seluruh Ph Bruto XXX

Biaya - biaya XXX

Jumlah Ph Netto Komersial XXX

Koreksi Fiskal: XXX


Positif XXX
(Negatif) (XXX)

Ph Netto Fiskal XXX

Kompensasi Kerugian XXX

Penghasilan Kena Pajak XXX

PPh Terutang XXX

Kredit Pajak: XXX


Dipungut Pihak ke3 XXX
Telah dibayar sendiri XXX

PPh Kurang / (Lebih) Bayar XXX

17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 12
Deductible Expense

Seperti yang sudah kita pelajari, untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak atau Laba
Fiskal, kita perlu melakukan Rekonsiliasi Fiskal. Rekonsiliasi Fiskal ini dilakukan atas semua
pendapatan dan biaya perusahaan. Rekonsiliasi atas Pendapatan dilakukan terhadap Pendapatan
yang dikenai PPh Final Pasal 4(2) dan Pendapatan yang Bukan Objek Pajak pasal 4 ayat (3).

Sedangkan biaya yang tidak diakui secara fiskal adalah :


a. biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
b. biaya yang dikeluarkan untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan
yang bukan Objek Pajak yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
c. biaya yang dikeluarkan untuk 3M mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
bersifat final yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh dan aturan pelaksanaannya.
d. biaya yang biasa diterapkan di luar praktik akuntansi yang sehat (kondisi tidak wajar)
e. biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya (antara lain tidak menggunakan bukti,
daftar nominatif, dan tanpa dokumen)
f. Pajak Masukan yang memenuhi kriteria :
a) Faktur Pajak atas perolehan BKP/JKP termasuk Faktur Pajak cacat, kecuali dapat
dibuktikan bahwa atas Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar oleh PKP.
b) Faktur Pajak yang dibuat atas perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan pasal 9 ayat (1)
UU PPh.
g. Biaya untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan yang dikenakan
pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus
sebagaimana yang tercantum dalam pasal 15 UU PPh dan aturan pelaksanaannya.

Apabila terdapat biaya-biaya yang digunakan secara bersama-sama baik untuk mendapatkan
penghasilan yang merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan PPh Final maupun
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak (Joint Cost), maka besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dihitung berdasarkan proporsi jumlah pendapatan yang merupakan objek pajak
dengan jumlah pendapatan yang dikenakan PPh final dan penghasilan yang bukan objek pajak
(penjelasan Pasal 6 UU PPh)

18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

DEDUCTIBLE EXPENSE
Adalah Biaya-biaya sebagai pengurang penghasilan bruto, di atur dalam (Psl 6 ayat (1) UU PPh). Pada
Prinsipnya, Biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) BIAYA YANG MERUPAKAN PENGURANG PENGHASILAN TANPA SYARAT APAPUN YAITU:


a. Beban atau biaya untuk 3M mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
memiliki masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun (Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh).
Contohnya : biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi
asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. Kerugian dan selisih kurs mata uang asing (Pasal 6 ayat (1) huruf e UU PPh)

2) BIAYA YANG MERUPAKAN PENGURANG PENGHASILAN DENGAN SYARAT-SYARAT TERTENTU


YAITU :
a. Beban penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun (pasal 6 ayat (2)).
Syaratnya :
Harta berwujud yang penyusutannya dapat dibiayakan atau harta tidak berwujud yang
dapat amortisasinya dapat dibiayakan adalah harta yang dimiliki dan digunakan (syarat
kumulatif) untuk 3M mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (pasal 11 ayat
(1) dan Pasal 11 A ayat (1));
b. Iuran kepada dana pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf c UU PPh).
Syaratnya :
Dana Pensiun yang menerima iuran pensiun tersebut pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;

19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

c. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta (Pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh).
Syaratnya :
Harta yang dijual atau dialihkan dimiliki dan digunakan (syarat kumulatif) dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk 3M mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
d. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan (Pasal 6 ayat (1) huruf f UU PPh).
Syaratnya :
Penelitian tersebut dilakukan di Indonesia;
e. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan (Pasal 6 ayat (1) huruf g UU PPh);
Syaratnya :
Berkaitan dengan kepentingan perusahaan; Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan
kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebanlan sebagai biaya adalah yang
diberikan kepada pelajar, mahasiswa dan pihak lain.
f. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh)
Syaratnya : memenuhi syarat kumulatif sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) jo
PMK-57/PMK.03/2010yaitu :
i. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
ii. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
iii. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh

g. Sumbangan dalam rangka penanganan bencana nasional


h. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
i. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
j. Sumbangan fasilitas pendidikan
k. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

Syaratnya untuk point g, h, i, j, k berdasarkan PP 93 tahun 2010


1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak Sebelumnya
2. Pemberian subangan dan/atau tidak menyebabkan kerugian pada tahun pajak Sumbangan
dan/atau biaya diberikan.
3. Didukung oleh bukti yang sah; dan
4. Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

Khusus untuk biaya pembangunan infrastuktur soisla atau CSR (Corporate Social Responsibility) ada
syarat tambahan yaitu:
1. Besarnya biaya yang dapat dikurangkan untuk 1 (satu) tahun tidak melebihi 5% (lima persen) dari
penghasilan neto Fiskal tahun pajak sebelumnya,
2. Diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.

20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

BIAYA TERKAIT BUNGA PINJAMAN


A. APABILA TERDAPAT BUNGA TABUNGAN/DEPOSITO
Dalam SE46/PJ.4/1995, ditegaskan bahwa:
1. Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-
Rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya, maka bunga
yang dibayar atau terutang atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dibebankan
sebagai biaya.
2. Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan
dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka bunga atas pinjaman yang boleh
dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman
yang melebihi jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau
tabungan lainnya
3.
Contoh
Pada tahun 2012 PT X mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri dengan batas maksimum
sebesar Rp 200.000.000,00 dan tingkat bunga pinjaman adalah 20%. Dari jumlah tersebut
telah diambil pada bulan Februari sebesar Rp 125.000.000,00 , pada bulan Juni diambil lagi
sebesar Rp 25.000.000,00 dan sisanya (Rp 50.000.000,00) diambil pada bulan Agustus 2012.
Disamping itu PT X mempunyai dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito dengan
perincian sebagai berikut :
- bulan Februari s.d. Maret sebesar Rp 25.000.000,00
- bulan April s.d. Agustus sebesar Rp 46.000.000,00
- bulan September s.d. Desember sebesar Rp 50.000.000,00
Dengan demikian berapa bunga pinjaman yang dapat dibebankan sebagai biaya?

Pertama, cari rata-rata pinjaman dan rata-rata deposito yang dimiliki PT X.


Rata-Rata Pinjaman
Pinjaman Jangka Waktu Jumlah
Bulan Januari 0 1 bulan 0
Bulan Februari s.d. Mei 125.000.000 4 bulan 500.000.000
Bulan Juni s.d. Juli 150.000.000 2 bulan 300.000.000
Bulan Agustus s.d. Desember 200.000.000 5 bulan 1.000.000.000
JUMLAH 1.800.000.000
Sehingga rata-rata pinjaman perbulan Rp 1.800.000.000,00 : 12 = Rp 150.000.000
Rata-Rata Deposito
Pinjaman Jangka Waktu Jumlah
Bulan Januari 0 1 bulan 0
Bulan Februari s.d. Maret 25.000.000 2 bulan 50.000.000
Bulan April s.d. Agustus 46.000.000 5 bulan 230.000.000
Bulan September s.d. 50.000.000 4 bulan 200.000.000
Desember
JUMLAH 480.000.000
Sehingga rata-rata deposito perbulan Rp 480.000.000,00 : 12 = Rp 40.000.000,00
Bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah = 20% x (150.000.000-40.000.000) = Rp
22.000.000

B. APABILA PINJAMAN UNTUK MEMBELI SAHAM


Bunga pinjaman tidak diperkenankan sebagai biaya APABILA pinjamannya dipergunakan untuk
membeli saham. Bunga pinjaman tersebut dikapitalisasi pada harga perolehan saham.

21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

C. APABILA PINJAMAN DIGUNAKAN PEMILIK SAHAM/GROUPNYA


Bunga pinjaman tidak diperkenankan sebagai biaya APABILA pinjamannya dipergunakan pemilik
saham atau grupnya.

D. APABILA PINJAMAN PADA MASA KONSTRUKSI


1. Jika pinjaman untuk membiayai pembangunan pabrik/bangunan lainnya dan mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun, maka biaya bunga pinjaman dikapitalisasi dalam harga
perolehan pabrik/bangunan dan pembebanannya melalui penyusutan.
2. Jika pinjaman untuk membeli tanah yang bukan merupakan persediaan barang dagangan,
biaya bunga pinjaman dikapitalisasi dengan harga perolehan tanah dan tidak dapat
disusutkan

BIAYA PEMBENTUKAN DAN PEMUPUKAN DANA CADANGAN


Biaya pembentukan dan pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya,
meliputi:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang
2. cadangan untuk usaha asuransi
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4. cadanganbiayareklamasiuntukusahapertambangan
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri

BIAYA PROMOSI
Berdasarkan PMK 02/PMK.03/2010 Biaya Promosi merupakan bagian dari penjualan yang
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian
suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan
penjualan. Bentuk biaya promosi yang diperkenankan maupun tidak diperkenankan adalah sebagai
berikut:
Biaya Promosi Tidak Termasuk Biaya Promosi
a. biaya periklanan di media elektronik, a. Pemberianimbalan berupa uang dan/atau
media cetak, dan/atau media lainnya; fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk
b. biaya pameran produk; apapun, kepada pihak lain yang tidak
c. biaya pengenalan produk baru; dan/atau berkaitan langsung dengan
d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan promosi;
promosi produk. b. Biaya promosi untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara (3M) penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak dan
yang telah dikenai pajak bersifat final

Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data penerima
berupa nama, NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti
pemotongan dan besarnya PPh yang dipotong dengan format atas pengeluaran biaya promosi
sebagai berikut :

22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Apabila tidak terdapat daftar Nominatif maka biaya promosi tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. Syarat Daftar nominatif ini juga berlaku bagi biaya entertaiment lainny seperti
biaya jamuan makan.
Ketentuan lainnya biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebagai beikut:
 Biaya promosi dilakukan untuk mempertahankan dan meningkakan penjualan
 Biaya promosi dikeluarkan secara wajar
 Dalam hal biaya promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk,
sepanjang belum dibebankan dalam penghitungan harga pokok penjualan.

BIAYA ENTERTAIMENT, REPRESENTASI, JAMUAN TAMU


Berdasarkan SE-27/PJ/1986, Biaya Entertaiment Representai, Jamuan atamu dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dengan syarat, WP harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah
benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil). Selain itu, Wajib Pajka
juga harus melampirkan daftar Nominatif sebagai syarat biaya entertaiment dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, berikut contoh daftar nominatifnya:

23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN DALAM BENTUK NATURA


YANG DAPAT DIKURANGKAN
Pada Umumnya, berdasarkan pasal ayat (1) huruf pemberian penggantian atau imbalan atas
pekerjaan dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan bruto.
Namun terdapat pengecualian mengenai jenis natura tertentu yang diatur lebih lanjut dalam PMK
nomor 167/PMK.03/2018 tentang Penyediaan Makanan dan Minuman serta Penggantian atau
Imbalan dalam bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu dan Berkaitan dengan
Pelaksanaan Pekerjaan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.
Berdasarkan PMK ini pemberian Natura/kenikmatan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto namun bukan merupakan penghasilan bagi yang menerimanya dapat
dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi:
a. Pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat
kerja
b. Pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat
pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian makan/minum di tempat kerja.
Meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan daerah tersebut, untuk pegawai dan keluarganya
berupa:
•tempat tinggal, termasuk perumahan;
•pelayanan kesehatan;
•pendidikan;
•peribadatan;
•pengangkutan;
•olahraga tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang
Sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus
menyediakannya sendiri.
3. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya,
meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan
(satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapanuntuk awak kapal, dan yang
sejenisnya

24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Perkara natura ini harus dipahami benar yaa teman, soalnya banyak jebakan di soal. Salah satunya
tentang fasilitas pengobatan, berikut tabelnya agar lebih mudah dipahami:

Jadi, kalau perusahaan menyediakan klinik atau mendatangkan dokter ke perusahaan lalu karyawan
dapat berobat disana, biaya klinik dan dokternya ini tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Tapi kalau perusahaan memberikan penggantian pengobatan dalam bentuk uang atau memberikan
tunjangan pengobatan, maka biayanya boleh dikurangkan.

ZAKAT
Berdasarkan PER-6/PJ/2011 Zakat dapat dibebankan sebagai biaya, JIKA diberikan kepada BADAN
/LEMBAGA yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ditetapkan sebagai penerima zakat,
serta Wajib Pajak melampirkan fotokopi bukti pembayaran pada SPT Tahunan PPh.

PEMBAYARAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH/PDRD


Berdsarkan SE-02/PJ.42/2002 semua pengeluaran untuk PDRD harus langsung dibiayakan di tahun
berjalan kecuali sanksi Bunga, Denda atau Kenaikan

KENIKMATAN DAN FASILITAS YANG DIBERIKAN UNTUK PEGAWAI, HANYA DAPAT DIBIAYAKAN
50% (KEP DIRJEN PAJAK - 220/PJ/2002)
a. Pembelian HP bagi pegawai untuk keperluan pekerjaan sebesar 50%nya dicatat sebagai
pembelian aktiva tetap kelompok I dan dijadikan biaya melalui penyusutan;
b. Biaya pulsa dan servis HP 50%-nya dapat menjadi biaya perusahaan;
c. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atas bus atau minibus yang dimiliki &
digunakan untuk antar jemput pegawai dicatat seluruhnya sebagai pembelian aktiva tetap
golongan II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan;
d. Biaya servis rutin atas bus atau minibus yang dimiliki & digunakan untuk antar jemput pegawai
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya;
e. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atas sedan atau sejenis yang dimiliki
& digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50 %-nya sebagai pembelian aktiva
tetap golongan II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan;
f. Biaya servis rutin atas sedan atau sejenis yang dimiliki & digunakan pegawai tertentu karena
jabatannya dicatat 50%-nya sebagai biaya;
g. Kenikmatan bagi pegawai berupa HP & antar jemput diatas bukan penghasilan pegawai;

25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

h. Termasuk kategori ponsel adalah pager;


i. Termasuk kategori sedan adalah minibus ( Kijang dan sejenisnya);
j. Termasuk kategori biaya pemeliharaan adalah biaya bahan bakar.

PEMBELIAN SOFTWARE
Pembelian Software Umum Langsung Menjadi Biaya Sedangkan pembelian Software Khusus Harus
Melalui Amortisasi.
a. Perlakuan PPh atas software umum
 Software umum adalah software yang digunakan oleh users umum;
 Biaya perolehan dan upgrade software umum merupakan revenue expenditure dan diakui
pada saat pengeluaran;
 Bila software umum dibeli bersama dengan hardware maka biaya perolehannya
dikapitalisasi bersama nilai hardware dan masuk aktiva berwujud kelompok 1;
b. Perlakuan PPh atas software khusus
 Software khusus adalah program yang dirancang untuk keperluan otomatisasi kegiatan
tertentu;
 Biaya perolehan software khusus dikapitalisasi sebagai intangible asset kelompok 1 dan
diamortisasi selama 4 tahun
PEMBAYARAN PBB DAN BPHTB
a. Biaya PBB harus langsung dibiayakan pada tahun berjalan;
b. Biaya BPHTB untuk pembelian tanah dicatat sebagai aktiva tidak berwujud dan diamortisasi
sesuai pasal 11 A sesuai masa hak atas tanah;
c. Biaya BPHTB untuk pembelian bangunan dikapitalisasi ke nilai bangunan dan didepresiasi
sesuai pasal 11;

PENYUSUTAN
Metode Penyusutan yang diperkenankan (Pasal 11 UU PPh):
1) bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut
(metode garis lurus atau straight line method)
2) bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method,
dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, kecuali untuk bangunan
hanya menggunakan garis lurus.
Menurut ketentuan pajak, nilai sisa suatu aktiva setelah berakhirna umur ekonomis adalah nihil.
Jadi, pajak tidak mengenal nilai sisa/nilai residu sehingga semua nilai perolehan harta harus habis
disusutkan.

Penyusutan dilakukan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan,


atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai
pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut

26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan

Jenis-jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan
Penyusutan, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009

Contoh 1:
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung permanen adalah sebesar Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2009 dan selesai untuk digunakan
pada bulan Juli 2010. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan
Maret tahun pajak 2010. Beban Penyusutan tahun 2010 adalah 6/12 x Rp1.000.000.000,00 x 5%=
Rp25.000.000,00
Contoh 2:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2009 dengan harga perolehan sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun.
Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka penghitungan
penyusutannya pada tahun 2009 adalah 6/12 x Rp 100.000.000,00 x 50% = Rp25.000.000,00

AMORTISASI

Metode Amortisasi yang diperkenankan (Pasal 11A UU PPh):


1. bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut (metode garis lurus atau straight line method)
2. bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif amortisasi atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method,
dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus
Amortisasi dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran
lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah
(goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Amortisasi dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran
Masa Manfaat dan Tarif Amortisasi

27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan
menggunakan metode satuan produksi
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain migas, hak pengusahaan
hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-
tingginya 20% (dua puluh persen) setahun

Contoh amortisasi di bidang penambangan:


Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yang mempunyai potensi 10.000.000
(sepuluh juta) ton kayu, sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diamortisasi sesuai
dengan persentase satuan produksi yang direalisasikan dalam tahun yang bersangkutan. Jika dalam
1 (satu) tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000 (tiga juta) ton yang berarti 30%
(tiga puluh persen) dari potensi yang tersedia, walaupun jumlah produksi pada tahun tersebut
mencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah potensi yang tersedia, besarnya amortisasi yang
diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun tersebut adalah 20% (dua
puluh persen) dari pengeluaran atau Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 13
NonDeductible Expense
Biaya-biaya yang TIDAK BOLEH dibebankan sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan, adalah:
1. biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
2. biaya yang dikeluarkan untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan yang
bukan Objek Pajak yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
3. biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
bersifat final yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh dan aturan pelaksanaannya.
4. biaya yang biasa diterapkan di luar praktik akuntansi yang sehat (kondisi tidak wajar)
5. biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya (antara lain tidak menggunakan bukti, daftar
nominatif, dan tanpa dokumen)
6. Pajak Masukan yang memenuhi kriteria :
a) Faktur Pajak atas perolehan BKP/JKP termasuk Faktur Pajak cacat, kecuali dapat dibuktikan
bahwa atas Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar oleh PKP.
b) Faktur Pajak yang dibuat atas perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan pasal 9 ayat (1) UU
PPh.
7. Biaya untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan yang dikenakan pajak
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus
sebagaimana yang tercantum dalam pasal 15 UU PPh dan aturan pelaksanaannya.

Berikut biaya-biaya yang TIDAK BOLEH sebagai pengurang penghasilan bruto menurut Pasal 9 ayat (1)
UU PPh:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
karena pembagian laba tersebut nantinya akan menjadi penghasilan badan yang akan dikenai
pajak.
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
Contoh : Biaya perbaikan rumah pribadi direktur, biaya perjalanan istri komisaris, biaya
pemeliharaan mobil pribadi pemegang saham dsb
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pertemuan 14
Rekonsiliasi Fiskal
Memasuki bagian paling penting nih dari semua pembelajaran Perpajakan II setelah UTS ini yaitu
Rekonsiliasi Fiskal. Tujuan akhir dari Pembelajaran kali ini adalah temen temen bisa menyusun SPT
Tahunan Badan dan menyesuaikan Laporan Keuangan Komersial Perusahaan dengan ketentuan-
ketentuan fiskal Pajak sehingga nantinya diperoleh Laba/Rugi Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak
yang menjadi dasar pengenaan PPh Badan. Gambaran tentang Rekonsiliasi Fiskal dapat dilihat di
bagan berikut

Dalam menghitung PPh terutang, WP Badan yang mengadakan pembukuan mendasarkan diri pada
laporan keuangan yang telah dibuatnya secara komersial. Dari laporan keuangan komersial tersebut
selanjutnya dilakukan Rekonsiliasi Fiskal yaitu suatu mekanisme penyesuaian pelaporan penghasilan
WP secara komersial menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
menghasilkan laba/rugi fiskal.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan baik untuk pos-pos pendapatan maupun pos-pos biaya. Secara umum
rekonsiliasi fiskal dilakukan dalam hal:

a. WP memiliki penghasilan yang dikenakan PPh Final Pasal 4(2)


Apabila WP memiliki penghasilan yang dikenakan PPh Final maka penghasilan tersebut harus
direkonsiliasi (dikeluarkan dari perhitungan PPh terutang pada akhir tahun) karena atas
penghasilan tersebut telah dikenakan PPh Final sehingga kewajiban pembayaran pajaknya sudah
selesai. Selanjutnya PPh Final yang sudah dibayar/dipotong atas penghasilan tersebut tidak boleh
lagi menjadi kredit pajak.
Contoh : Perusahaan mendapatkan bunga dan Jasa giro dari bank. Penghasilan tersebut harus
dikeluarkan dari perhitungan PPh terutang pada akhir tahun (direkonsiliasi) karena sudah
dipotong PPh final oleh bank, dan potongan PPh final tersebut tidak boleh dikreditkan
b. WP memiliki penghasilan yang bukan merupakan objek pajak (Pasal 4 ayat (3)
Apabila WP memiliki penghasilan yang bukan merupakan objek pajak maka penghasilan tersebut
harus juga direkonsiliasi karena WP tidak perlu membayar PPh atas penghasilan tersebut.

31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Contoh : PT Senior memperoleh dividen dari PT Junior yang merupakan anak perusahaan sebesar
Rp 100 juta. Penyertaan PT Senior pada PT Junior sebesar 45 %. Penerimaan dividen tersebut
tidak perlu diperhitungkan sebagai penghasilan dalam menghitung PPh terutang perusahaan
tersebut pada akhir tahun karena bukan merupakan obyek pajak.
c. WP mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan / Non
Deductible Expense (Pasal 9)
Apabila WP mengeluarkan biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan maka biaya
tersebut tidak bisa diperhitungkan dalam menghitung PPh terhutang pada akhir tahun secara
fiskal(direkonsiliasi), koreksi atas hal semacam ini disebut “beda tetap”. Hal ini akan menimbulkan
koreksi positif sehingga mengurangi jumlah biaya, menaikkan net income (secara fiskal), dan
otomatis menaikkan PhKP.
Contoh: Sanksi administrasi perpajakan menurut PSAK boleh menjadi biaya sedangkan menurut
pajak tidak boleh, jadi harus dikeluarkan dari daftar biaya-biaya supaya menghasilkan laba fiskal.
d. WP mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang tetapi metode pengakuan biaya
tersebut diatur tersendiri oleh ketentuan fiskal.
Apabila WP mengeluarkan biaya yang metode pengakuannya diatur tersendiri oleh ketentuan
pajak maka besarnya biaya yang boleh menjadi pengurang juga harus disesuaikan dengan
ketentuan pajak.
Contoh: Truk seharga 100 juta secara akuntansi dapat saja disusutkan selama 5 tahun. Tetapi
menurut pajak truk tersebut harus disusutkan selama 8 tahun. Akibatnya akan terjadi selisih biaya
penyusutan setiap tahunnya. Selisih ini biasa disebut “beda waktu” karena pada dasarnya nilai
yang disusutkan sama (jika secara akuntansi tidak ada nilai sisa) sampai menjadi 0, hanya porsi
pertahunnya saja yang berbeda.
e. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak serta
pendapatan yang yang dikenakan PPh Non Final ( Joint Cost )
Apabila WP mengeluarkan biaya yang semata-mata digunakan untuk mendapatkan penghasilan
yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak, maka biaya tersebut
harus direkonsiliasi seluruhnya. Adalah hal yang logis bila suatu penghasilan direkonsiliasi maka
biaya yang benar-benar terkait untuk mendapatkan penghasilan tersebut juga ikut direkonsiliasi.
Tetapi jika biaya tersebut digunakan untuk mendapatkan semua jenis penghasilan, misalnya biaya
penyusutan gedung, maka biaya yang boleh menjadi pengurang penghasilan harus dihitung secara
proporsional.
Contoh:
Dana Pensiun XYZ memiliki penghasilan sebagai berikut :
- penghasilan yang bukan obyek pajak Rp. 100jt
- penghasilan bruto lainnya (Objek Pajak) Rp. 300jt
- Jumlah penghasilan bruto Rp. 400jt

Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000,00, maka biaya yang boleh dikurangkan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan adalah sebesar ¾ x Rp 200jt=150jt
(nilai ¾ didapat dari perbandingan penghasilan Objek Pajak dengan yang Jumlah Ph Bruto).
2. Penghitungan PPh Badan (Pertemuan 11 no.4 halaman 14)
3. Penghitungan PPh Pasal 25 tahun berikutnya

Untuk menghitung angsuran PPh Pasal 25 WP Badan sama saja dengan WP OP, yaitu dengan
mengeluarkan penghasilan dan biaya yang bersifat tidak rutin, juga mengeluarkan kredit pajak atas
penghasilan yang tidak rutin tadi, sehingga didapat PhKP yang bersifat rutin, hitung Pajak terutangnya
lalu dibagi 12, didapatlah PPh Pasal 25 yang harus diangsur setiap bulannya di tahun depan.

32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Ringkasan Rekonsiliasi Fiskal


Penyesuaian FIskal
No Uraian Komersial Fiskal
Positif Negatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A Penjualan Neto X - - X
B Harga Pokok Penjualan X - - X
1 Persediaan Awal X - - X
2 Pembelian Neto X - - X
3 Tersedia untuk dijual X - - X
4 Persediaan Akhir (X) - - (X)
Jumlah B X - - X
C Laba Bruto (A-B) X - - X
D Beban Usaha
1 Gaji/Upah X - - X
2 Tunjangan PPh 21 X - - X
3 PPh 21 ditanggung Perusahaan*) X X -
4 Tunjangan dalam bentuk Uang X - - X
5 Tunjangan Premi Asuransi X - - X
6 Iuran Pensiun ke dana Pensiun X - - X
7 Tunjangan Hari Raya X - - X
8 Uang Lembur X - - X
9 Pengobatan
a. Cuma-Cuma *) X X - -
b. Penggantian *) X - - X
c. Tunjangan X - - X
10 Imbalan dalam bentuk natura X - - X
11 Perjalanan Dinas Pegawai X - - X
12 Biaya Seminar, diklat X - - X
13 Uang saku Pegawai Diklat X - - X
14 Kendaraan Dinas X 50%X - 50%X
15 Uang Pesangon X - - X
16 Beban Bunga X - - X
17 Sanksi Perpajakan X X - -
18 Beban Promosi -
- Dafnom, ada hub. Usaha X - - X
- Dafnom, tidak ada hub. Usaha X X - -
- Tidak ada Dafnom X X - -
19 Beban ATK X - - X
20 Beban Listrik, telpon X - - X
21 PBB, Pajak Daerah X - - X
22 Sumbangan X X - -
E Laba Usaha X X - X
F Penghasilan di Luar Usaha
1. Keuntungan Penjualan Mobil X - - X
2. Bunga Deposito X - X -
3. Sewa Bangunan X - X -
Penghasilan Neto Dalam Negeri X - - X
G Penghasilan Neto Luar Negeri X - - X
Jumlah Penghasilan Neto X - X X
Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan di pembahasan soal Komprehensif dibawah.

33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

a. Tidak Ada Koreksi Fiskal


b. KF +
Estimasi retur sebesar 25.000.000 tidak dapat dibiayakan
c. KF +, penghitungan ulang dengan metode FIFO
Persediaan Barang Awal 20.450.000.000
Pembelian 70.755.000.000
Persediaan Barang Akhir (45.545.000.000)
COGS 45.660.000.000
Koreksi Fiskal Positif = 51.645.000.000 - 45.660.000.000 = 5.985.000.000
d. Tidak Ada Koreksi Fiskal
e. Tidak Ada Koreksi Fiskal, Tunjangan PPh boleh dibiayakan seluruhnya
f. Tidak Ada Koreksi Fiskal
g. Tidak Ada Koreksi Fiskal, Biaya Pendidikan selama berhubungan dengan Pekerjaan boleh
dibiayakan diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf g
h. Tidak Ada Koreksi Fiskal
i. Tidak Ada Koreksi Fiskal, Biaya Promosi boleh dibiayakan selama belum dibebankan dalam HPP
PMK 02/PMK.03/2010
j. Koreksi Fiskal +, Biaya jamuan makan 150.000.000 tidak ada daftar Nominatif tidak boleh
dibiayakan
k. Koreksi Fiskal +
Biaya Listrik dan Air untuk Rumah Direktur NDE Ps. 9(1) 10.250.000
Biaya Penyediaan Pulsa, boleh dibiayakan 50% 12.500.000
Biaya Perbaikan Telepon, boleh dibiayakan 50% 500.000
Biaya Pembelian Telepon untuk pegawai teladan Natura, NDE Ps 9(1) 35.000.000
Koreksi Fiskal + 58.250.000
l. Koreksi Fiskal +
50% dari 270.000.000 tidak ada Dafnom + 25.000.0000 untuk kepentingan pribadi
Koreksi fiskal + = 160.000.000
m. Koreksi Fiskal + = 66.666.667
Aset Komersial Fiskal Koreksi
Telepon Seluler Dir. 20.000.000/5 50% x 20.000.000 x 25%
Pemasaran = 4.000.000 = 2.500.000 1.500.000
Telepon Seluler Staf 30.000.000/6 50% X 30.000.000 X 25%
Adm = 5.000.000 = 3.750.000 1.250.000
Sedan Dir. Pemasaran 6/12 x 520.000.000/10 50% x 6/12 x 520.000.000 x 12,5%
= 26.000.000 = 16.250.000 9.750.000
Bus Antar Jemput 650.000.000/12 Tidak dapat disusutkan karena SGU 54.166.667
Karyawan = 54.166.667 dengan Hak Opsi, yang dibiayakan
cicilannya berupa pokok dan
bunganya

n. Koreksi Fiskal + = (50% x 30% + 10%) x 95.875.000 = 23.968.750


Atas Biaya Pemeliharaan Kendaraan Direktur Boleh dibiayakan 50%, yang untuk mobil pribadi
tidak boleh dibiayakan seluruhnya
o. Tidak ada Koreksi Fiskal

39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

p. Koreksi Fiskal +
Biaya Pulsa Direktur Boleh dibiayakan 50% 27.500.000
Biaya Perbaikan Telepon, boleh dibiayakan 50% 7.500.000
Kupon Pulsa Listrik Natura, NDE Ps 9(1) 325.000.000
Koreksi Fiskal + 360.000.000
q. Koreksi Fiskal +
Asumsi Belum ada Adjustment, KF = 14/24 x 873.350.000 = 509.454.167
r. Koreksi Fiskal + = 370.833.333
Aset Komersial Fiskal Koreksi
Gedung 15.000.000.000/30 Secara Fiskal sudah tidak punya 500.000.000
= 500.000.000 masa manfaat
Kendaraan Niaga 6.000.000.000/10 6.000.000.000 * 12,5% (150.000.000)
= 600.000.000 = 750.000.000
Kendaraan Dinas Dirut 7/12 x 2.400.000.000/6 7/12 x 50% x 2.400.000.000 x 12,5% 145.8433.333
= 233.333.333 = 87.500.000
Bus Antar Jemput 5.000.000.000/10 5.000.000.000 x 12,5% (125.000.000)
Karyawan = 500.000.000 = 625.000.000
s. Koreksi Fiskal –
t. Tidak ada koreksi Fiskal
u. Koreksi Fiskal +, 50jt penghapusan piutang yang belum dipublikasi
v. Koreksi Fiskal + , yang boleh dibiayakan hanya 6 bulan saja
w. Koreksi Fiskal + , karna untuk kepentingan dirut, hanya 50% yang dapat dibiayakan
x. Koreksi Fiskal +, yang untuk direktur hanya dapat dibiayakan 50%nya
y. Koreksifiskal +, Pajak Rumah Dirut dan Sanksi Pajak tidak boleh dibiayakan
z. Koreksi Fiskal +, Penelitian dan Pengembangan yang dilakukan di LN tidak boleh dibiayakan
samasekali.
aa. Koreksi Fiskal -, Dividen atas kepemilikan saham paling rendah 25% Bukan Objek Pajak
bb. Koreksi Fiskal +, Harusnya dihitung dari nilai Bruto, jadi angka 278.500.000 dibagi 75%
cc. Koreksi Fiskal -, bunga deposito merupakan penghasilan final, jadi harus dikeluarkan dari
hitungan
dd. Koreksi Fiskal +, rata2 bunga adalah 65jt setahun dikurangi bunga deposito 56jt, jd yg bisa d
biayakan 9jt
ee. Tidak ada Koreksi Fiskal
ff. Koreksi Fiskal +, biaya lain – lain karna tidak memenuhi ketentuan deductible expense jadi
dikeluarkan semua.
gg. Semua dapat jadi kredit pajak

40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 9 : CHAPTER 12 – ANALYZING PROJECT CASH FLOW

Mengidentifikasi Arus Kas Inkremental

A. Arus Kas Inkremental


 Mengacu pada tambahan arus kas perusahaan yang berasal dari diterimanya sebuah proyek baru

B. Memprakirakan Arus Kas Inkremental


a) Sunk Costs (misalnya market research) dan overhead costs (misalnya utilities expenses)
bukanlah arus kas inkremental  Karena akan tetap ada baik kita memutuskan atau mengambil
suatu proyek ataupun tidak
b) Efek Sinergi  Seringkali adanya proyek baru akan mempengaruhi proyek lain atau proyek yang
sudah dijalankan oleh perusahaan tersebut.
 Efek tersebut bisa positif (misalnya : adanya produk baru juga meningkatkan penjualan
produk lama) ataupun negatif ( misalnya : adanya produk baru justru membuat pelanggan
beralih dan meninggalkan produk lama)
 Jika efek tersebut bisa diantisipasi (atau diperkirakan oleh analis) maka biaya dan
keuntungan tersebut relevan dalam analisis proyek
c) Opportunity costs  Walaupun cenderung sulit untuk dihitung/diperkirakan biaya
kesempatan termasuk dalam biaya yang relevan dimasukkan dalam perhitungan arus kas
inkremental
d) Working Capital Requirement – Ditentukan melalui total dari kenaikan piutang ditambah
kenaikan persediaan dan dikurangi kenaikan utang.
e) Abaikan pembayaran bunga dan Financing Costs lainnya  Karena unsur ini akan digunakan
pada saat menghitung NPV atau saat mendiskontokan arus kas suatu proyek

Memperkirakan Arus Kas Proyek

A. Menghitung Arus Kas Proyek

 Free Cash Flow  Jumlah uang yang tersedia (sisa uang) untuk didistribusikan kepada kreditur
dan investor. Digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan. Untuk menilai investasi
baru dan bahan pertimbangan kreditur untuk memberikan pinjaman
 Depreciation Expense  Diperhitungkan pada saat menghitung Net Operating Income tetapi
karena bukan pengeluaran kas, maka Depreciation Expense ditambahkan kembali

1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Capital Expenditure (CAPEX)  Pada awal proyek perusahaan mengeluarkan kas untuk membeli
aset tetap. Di akhir proyek, nilai sisa dari aset tetap (Salvage Value) ditambahkan kembali
 Net Operating Working Capital
 Pada saat penjualan meningkat, saldo piutang dagang perusahaan akan bergerak naik.
Oleh karena itu, proyek baru bisa berdampak pada meningkatnya investasi perusahaan
dalam bentuk persediaan barang. Keduanya berdampak pada arus kas keluar.
 Jika perusahaan mampu mendanai sebagian atau seluruh persediaan barang dengan
menggunakan kredit, maka hal ini akan menggantikan pengeluaran uang tunai sehingga
peningkatan bersihnya adalah sbb:

 Di akhir proyek akan ada pemulihan Net Operating Working Capital (NOWC ditambahkan
kembali pada perhitungan tahun terakhir proyek)

Contoh Soal : (Study Problem Bab 12 No.22 ,Edisi 12)


Diketahui : Tax Rate : 34%;
Discount Rate : 15%;
Life of the Project : 5 Tahun
Plant and Equipment : $ 14,800,000
Shipping : $ 200,000
Unit Sales : Tahun 1=70,000; Tahun 2=120,000; Tahun 3 = 120,000;
Tahun 4 = 80,000; dan Tahun 5 = 70,000
Sales Price (Year 1-4) : $300/unit
Sales Price (Year 5) : $250/unit
Variable Cost : $140/unit
Annual Fixed Cost : $700,000
Depreciation method : Straight Line over 5 years (No Salvage Value)
Working Capital Requirement :
 Initial Working Capital Requirement : $ 200,000
 For each year, the total investment in NOWC will be equal to 10% sales

Ditanya : Net Cash Flow, NPV, PI, IRR

2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

4. NPV = -$15,200,000 + {6,050,000/(1.15)1} + {11,730,000/(1.15)2} + {13,230,000/(1.15)3}

{10,206,000/(1.15)4} + {8,040,000/(1.15)5}

= -$15,200,000 + $5,260,869.565 + $8,869,656.217 + $8,698,939.755 + $5,835,313.625 +

$3,997,300.952 = $17,461,989.114 (Positif  Proyek diambil)

5. Profitability Index = NPV FCF Year 1-5 / Initial Outlay

= $32,661,989.11 / $15,200,000 = 2.14 (PI ≥ 1  Proyek diambil)

6. IRR = 54% (IRR > Discount Rate  Proyek Diambil)

Inflasi dan Capital Budgeting

A. Nominal cash flows = arus kas yang memperhitungkan inflasi masa depan (didiskontokan dengan
tingkat nominal)
B. Real cash flows = arus kas yang terjadi tanpa adanya inflasi (didiskontokan dengan tingkat bunga riil)

Contoh Soal : Memperkirakan Nominal Cash Flow (Study Problem Bab 12, No. 28, Edisi 12)

Diketahui : Cost/unit = $0.8 (will rise at a 10% rate over the next 3 years)
Price/unit = $ 1 (will rise at a 2% rate over the next 3 years)

Unit Sold = 5,7, dan 9 juta unit dalam 3 tahun kedepan

3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Ditanya : Gross Profit

Jawab :

Year 1 Year 2 Year 3


Cost/Unit 0.8 (1+10%) = $ 0.88 0.88 (1+10%)2 = $ 0.97 0.97 (1+10%)3 = $1.07
Price/Unit 1 (1+2%) = $ 1.02 1.02 (1+2%)2 = $ 1.04 1 (1+2%)3 = $ 1.06
Revenue $ 5,100,000 $ 7,280,000 $ 9,540,000
Variable Cost $ 4,400,000 $ 6,790,000 $ 9,630,000
Gross Profit $ 700,000 $ 490,000 $( 90,000)

Replacement Project Cash Flow

A. Expansion Project  Memperluas ruang llingkup operasi perusahaan, tanpa adanya penggantian
aset/kegiatan operasi
Replacement Project  Penggantian aset lama, sumber arus kas berasal dari cost saving dan/atau
peningkatan pendapatan (jika penggantian menambah kapasitas untuk
menghasilkan pendapatan)

B. Pengenaan Pajak pada Penjualan Aset Lama


a) Aset dijual diatas Nilai Buku  Dikenakan pajak atas keuntungan yang didapat  Pajak
mengurangi cash inflow dari penjualan aset lama.
Contoh : BV = 100,000; Harga Jual = 150,000; Tarif Pajak 30%  Tax on Gain = 0.3 (150,000-
100,000)
b) Aset dijual sesuai nilai buku  Tidak ada keuntungan  Tidak dikenakan pajak
c) Aset dijual dibawah nilai buku  Timbul rugi  Tax Savings dari besarnya kerugian  Adanya
restitusi pajak menambah cash inflow dari penjualan aset lama.
Contoh : BV = 100,000; Harga Jual = 70,000; Tarif Pajak 30%  Tax savings = 0.3 (100,000-
70,000)

C. Contoh Soal :

4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jawab :

Nilai CAPEX di tahun


kelima adalah Salvage
Value mesin baru

NPV  Jika positif, maka cost saving dari mesin baru mampu menutupi biaya dari penggantian aset

5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 10 : Chapter 13 – RISK ANALYSIS AND PROJECT EVALUATION

A. Alasan utama melakukan analisis risiko proyek


1) Arus kas proyek itu berisiko dan mungkin saja tidak sama dengan estimasi yang digunakan dalam
menghitung NPV.
2) Prakiraan (forecast) bisa saja bias, baik terlalu optimistis maupun terlalu pesimistis.

B. Nilai Ekspektasi (Expected Values)


 Nilai ekspektasi arus kas masa depan merupakan rata-rata probabilitas tertimbang (probability-
weighted average) dari seluruh arus kas yang mungkin terjadi. Expected Values digunakan untuk
menghitung NPV suatu proyek
 Contoh :
Berapakah nilai ekspetasi kas jika terdapat dua kemungkinan arus kas (atau pendapatan), yaitu
$100 dan $400 serta probabilitasnya adalah masing-masing 25% dan 75%.

Expected cash value = (0.25 x 100) + (0.75 x 400) = $325

C. Value Drivers
 Penentu dasar dari :
1) Pendapatan proyek, seperti: market share, market size, dan price; dan
2) Biaya, seperti: variable costs dan cash fixed costs yaitu biaya tetap selain depresiasi.
 Melalui identifikasi value drivers, manajer keuangan dapat fokus pada penajaman prakiraan atas
variabel-variabel utama dan memonitor pemicu nilai utama melalui umur/ masa proyek,
sehingga tindakan koreksi berkala dapat dilakukan.

D. Analisis Sensitivitas
 Tujuan dari analisis ini adalah untuk menghitung sejauh mana perubahan 1 Value Driver akan
mempengaruhi NPV.
 Contoh :
Data Awal
Diketahui : Units Sales : 200,000; Price : $25/unit; Variable Cost : $20/unit; Tax Rate : 30%, dan
Discount Rate : 12%)
Year-0 Years 1-4 Year-5
Revenues 5,000,000 5,000,000
Less: Variable cost $ (3,600,000.00)$ (3,600,000.00)
Less: Depreciation expense $ (300,000.00) $ (300,000.00)
Less: Cash fixed cost $ (400,000.00) $ (400,000.00)
Net operating income $ 700,000.00 $ 700,000.00
Less: Taxes $ (210,000.00) $ (210,000.00)
Net operating profit after tax $ 490,000.00 $ 490,000.00
plus: Depreciation expense $ 300,000.00 $ 300,000.00
less: CAPEX $ (1,800,000.00) $ 300,000.00
less:change in working capital $ (500,000.00) $ 500,000.00
Free cash flow $ (2,300,000.00) $ 790,000.00 $ 1,590,000.00

6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Dari data tersebut didapat NPV sebesar $ 1,001,714.68

Dengan menggunakan data value driver yang baru, NPV dihitung kembali untuk masing-masing
perubahan value driver. NPV dari masing-masing value driver lalu dibandingkan dengan NPV awal
dan menghasilkan data seperti berikut :

Value Drivers Expected NPV Revised NPV % Change


Unit Sales (-10%) $ 1,001,714.68 $ 648,446.62 -35%
Price per unit (-10%) $ 1,001,714.68 $ (259,956.99) -126%
Variable cost (+10%) $ 1,001,714.68 $ 220,414.70 -78%
Cash fixed cost (+10%) $ 1,001,714.68 $ 900,780.95 -10%

Analisis :

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Price/unit merupakan variabel yang sangat
berpengaruh pada NPV karena penurunan sebesar 10% akan menurunkan NPV sebesar 126%.
Sehingga manajer perlu memantau dan berhati-hati dalam menentukan price/unit.

*Jika % perubahan Value Driver tidak sama (misalnya : Price/unit -20% ; Unit Sales -10%)  %
perubahan dibagi terlebih dahulu dengan % perubahan Value Driver

E. Analisis Skenario
 Analisis sensitivitas sangat berguna untuk menentukan Value Driver yang paling berpengaruh
pada NPV, tapi analisis tersebut mengabaikan fakta bahwa beberapa Value Driver dapat
berubah berbarengan dan saling berkorelasi.
 Untuk perhitungannya sama dengan analisis sensitivitas hanya saja pada analisis ini ada 2 Value
Driver yang berubah pada satu kondisi
 Contoh :
Data Awal : Masih sama dengan contoh pada analisis sensitivitas kecuali pada Depreciation
Expense = $250,000 dan Salvage Value CAPEX =$250,000  NPV Awal : 209,934
Data Perubahan

Jawab :

Skenario I (NPV = $(326,276))

7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Skenario II (NPV = $ 1,471,606)

Year 0 Years 1-4 Year-5


Revenues $ 3,500,000.00 $ 3,500,000.00
Less: Variable cost $ (2,000,000.00) $ (2,000,000.00)
Less: Depreciation expense $ (250,000.00) $ (250,000.00)
Less: Cash fixed cost $ (400,000.00) $ (400,000.00)
Net operating income $ 850,000.00 $ 850,000.00
Less: Taxes $ (255,000.00) $ (255,000.00)
Net operating profit after tax $ 595,000.00 $ 595,000.00
plus: Depreciation expense $ 250,000.00 $ 250,000.00
less: CAPEX $ (1,500,000.00) $ 250,000.00
less:change in working capital $ (500,000.00) $ 500,000.00
Free cash flow $ (2,000,000.00) $ 845,000.00 $ 1,595,000.00

Analisis :

Investasi ini berisiko karena range Expected Value nya cukup besar dari $ (326,276) s.d.
$1,471,606 dengan Expected Value (Base) hanya sebesar $ 209,934. Karena Berisiko, manajer
perlu melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel mana yang harus lebih dikontrol.

F. Analisis Simulasi
 Menghasilkan ribuan estimasi nilai NPV yang akan membentuk ribuan nilai pada masing-masing
pemicu nilai investasi. Perbedaan nilai ini muncul dari masing-masing pemicu nilai pada
distribusi probabilitas individu.
 Proses simulasi meliputi lima langkah berikut ini:
1. Mengestimasi distribusi probabilitas masing-masing pemicu nilai utama.
2. Secara acak memilih satu nilai dari masing-masing pemicu nilai distribusi probabilitas
tersebut.
3. Menggabungkan nilai terpilih masing-masing pemicu nilai untuk mengestimasi arus kas
proyek tiap tahun selama umur proyek dan menghitung nilai NPV proyek.
4. Simpan nilai NPV yang telah dihitung dan ulangi langkah 2 dan 3. Software komputer akan
membantu mempercepat langkah 2 dan 3 untuk kegiatan yang berkali-kali.
5. Gunakan nilai NPV proyek yang telah disimpan tersebut untuk membentuk suatu
histogram atau distribusi probabilitas NPV.

8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 13-1 Probability Distribution of NPVs for the Marketing of Longhorn’s Brake Lights

Hasil akhir dari analisis simulasi adalah distribusi probabilitas dari NPV proyek.

Tidak hanya mengetahui berapa nilai Expected NPV, tetapi juga membuat probabilitas untuk
mencapai NPV yang positif ataupun negatif, misalnya pada Figur 13-1, Probabilitas untuk
mendapatkan NPV yang negatif adalah 15%

G. Break-Even Analysis
 Untuk mengetahui level minimum output/sales yang harus dicapai agar tidak rugi (Net Operating
Income = 0)

1) Accounting Break-Even Point


 Untuk menentukan jumlah yang harus dijual untuk menutupi Fixed dan Variable Cost
(termasuk di dalamnya Depreciation Expense)

 Titik Break-even menetapkan batas bawah dari level penjualan, dari perspektif akuntansi.
Tapi level penjualan yang break-even belum tentu menghasilkan NPV yang positif

9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

2) Cash Break-Even Point


 Karena berbasis kas, maka Depreciaton Expense dikeluarkan dari perhitungan

3) Analisis NPV Break-Even


 Level penjualan yang menghasilkan NPV = 0, berfokus pada kas
 Pada Figure 13-3 dilakukan perhitungan untuk unit sebanyak 7,500 s.d. 17,500.

H. Operating Leverage dan Volatilitas Arus Kas Proyek


 Komposisi biaya tetap dan biaya variabel tiap perusahaan berbeda-beda. Pencampuran biaya
operasional tetap dan variabel menentukan nilai operating leverage.
 Operating leverage dihasilkan dari penggunaan biaya tetap dalam operasional perusahaan dan
mengukur sensitivitas perubahan dalam operating income ke perubahan dalam penjualan.
 Degree of operating leverage (DOL) mengukur volatilitas Net Operating Income terhadap
perubahan pendapatan/penjualan

 Semakin tinggi DOL, semakin tinggi volatilitas Net Operating Income atas perubahan penjualan
 Degree of operating leverage (DOL) adalah suatu indikasi penggunaan operating leverage
perusahaan. DOL menurun seiring dengan peningkatan level penjualan di luar titik break-even.

10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

I. Real Option in Capital Budgeting


1) Timing Option  Menunda proyek hingga estimasi arus kas masa depan lebih menguntungkan
2) Expansion Option  meningkatkan skala dan lingkup sebuah investasi dalam merespon
permintaan yang terealisasi
3) Contract, Shut-down, and Abandonment options  Memperlambat produksi, atau
menghentikan produksi secara permanen.

Contoh (Opsi untuk Ekspansi)

Jika menurut Anda terdapat 40% peluang yang dapat menjadikan proyek ini menguntungkan dan
60% peluang bahwa proyek tidak akan menguntungkan, berapakah NPV proyek ini jika Anda ingin
membuka 10 restoran baru?

Info tambahan :

 Perpetual annual cash flow: if favorably received = $320,000 if not favorably received =
$80,000
 Discount rate = 10%

Jawab :

NPV (if favorably received) =($320,000 ÷0.10) - $2,400,000 = $800,000

NPV (if not favorably received) = ($80,000 ÷0.10) - $2,400,000 = -$1,600,000

Jika ingin membuka 10 restoran baru :

Expected Value = 10 (0.4 x 800,000) + (0.6 x -1,600,000) = $ 2,240,000 (Positif  Opsi Ekspansi
yang diambil)

11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 11 : CHAPTER 14 – THE COST OF CAPITAL

A. The Cost of Capital


 Cost of Capital  Biaya untuk mendapatkan pendanaan
 Karena pendanaan perusahaan biasanya berasal dari kombinasi antara Utang dan Saham maka
cost of capital yang digunakan adalah Weighted Average Cost of Capital (WACC)
 Pembiayaan melalui utang cenderung lebih murah karena biaya bunga dapat dibiayakan dalam
perhitungan PPh
 Risiko dari suatu perusahaan mempengaruhi WACC dalam 2 hal :
1) High Risk, High Return  Required rate of return makin tinggi jika perusahaan makin
berisiko
2) Risiko akan mempengaruhi bagaimana perusahaan memilih pendanaan yaitu proporsi
antara utang dan ekuitas
 WACC digunakan untuk:
1) Menilai keseluruhan perusahaan.
2) Menentukan tarif diskon proyek investasi.
3) Merupakan tarif yang tepat untuk digunakan saat mengevaluasi kinerja perusahaan

K = Cost of Capital
W = Proporsi pendanaan

B. Menghitung Biaya Utang (Cost of Debt)


 Tingkat Bunga yang digunakan adalah YTM (Market Rate) bukan Contractual Rate/Coupon Rate

 Contoh :
Berapakah nilai YTM suatu utang yang memiliki nilai nominal sebesar $1,000, tingkat bunga
kupon 5%, jatuh tempo 10 tahun, dan saat ini diperdagangkan sebesar $900?
Berapakah cost of debt-nya jika tarif pajak 30%?
Jawab : 900 = {1000 ÷ (1+i)10} + {5% x 1000 x (1- (1/(1+i)10 ) ÷ i}
Interest Rate = 6.38%
After-tax cost of Debt = Yield (1-tax rate) = 6.38 (1-.3) = 4.47%

 Estimasikan Cost of Debt dengan YTM suatu portofolio yang memiliki credit rating dan jatuh
tempo yang sama dengan utang perusahaan (misalnya credit rating BBB+ Jangka Waktu 30 thn)

12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

C. Biaya Saham Preferen (Cost of Preferred Equity)


 Kps  Required rate of Return 

 Contoh :
Saham preferen Relay Company diperdagangkan sebesar $25 per lembar. Berapakah biaya
saham preferen tersebut bila saham ini memiliki nilai nominal $35 dan memberikan
pembayaran dividen tahunan sebesar 4%?
Jawab : Kps = (4% x 35) ÷ 25 = 0.056 = 5.6%

D. Biaya Saham Biasa (Cost of Common Equity)


a) The Dividend Growth Model

 Contoh :
Diketahui : Price of common stock (Pcs ) = $19.39
Growth rate of dividends (g) = 4.69%
Dividend (D0) = $0.49 per share
Jawab : Kcs = {(D0 + g)/Pcs} + g = {(0.49 + 0.0469)/19.39} + 0.0469 = 7.45 %

 Mengestimasi tingkat pertumbuhan (g)


Rata-Rata Aritmatik
= (3.1% + 1.8% + 4.2% + 2.9%) /4 = 3%

Rata-Rata Geometri
= {(1+3.1%) x (1+1.8%) x (1+4.2%) x (1+2.9%)}1/4 - 1
= 2.99%

 Kelebihan : mudah digunakan ; Kelemahan : terlalu bergantung pada kualitas estimasi


tingkat pertumbuhan, asumsi yang tidak realistis tentang tingkat pertumbuhan dividen yang
konstan.

13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

b) CAPM (Capital Asset Pricing Model)

 Kelebihan : mudah digunakan, tidak bergantung pada asumsi dividen pertumbuhan nol.
 Kelemahan : pilihan akan risk-free tidak secara jelas ditentukan, estimasi beta dan market
risk premium sangat bervariasi bergantung pada data yang digunakan.

E. Apakah WACC perusahaan harus digunakan untuk mengevaluasi seluruh investasi baru?
Secara teori, tidak karena seluruh proyek memiliki risiko yang unik. Namun demikian, dalam praktik,
banyak perusahaan menggunakan WACC tunggal untuk seluruh proyeknya.

F. Biaya Mengambang dan NPV Proyek (Floatation Costs and Project NPV)
 Biaya Mengambang (Floatation costs) adalah fee yang dibayarkan kepada bank investasi dan
biaya yang terjadi pada saat sekuritas dijual dengan diskon dari harga pasar saat ini.
 Karena adanya biaya mengambang, maka perusahaan harus menaikkan nilai dana dari jumlah
yang diperlukan.

 Contoh :
Jika sebuah perusahaan membutuhkan dana $100 juta untuk mendanai proyek baru dan biaya
mengambangnya diperkirakan sebesar 5.5%, maka berapakah nilai yang harus ditetapkan
dalam penjualan sekuritas?
Jawab :
Flotation Cost Adjusted Initial Outlay = $100 juta ÷ (1 - 55%) = $105.82 juta
 Maka perusahaan harus menaikkan senilai $105.82 juta, termasuk di dalamnya biaya
mengambang sebesar $5.82 juta.

 Contoh : Memasukkan Flotation Cost dalam perhitungan NPV


Sebelum Tricon memutuskan pendanaan atas suatu proyek baru, kondisi pasar saham berubah
karena saham baru menjadi lebih mahal untuk diterbitkan.
Biaya mengambang meningkat menjadi 15% dari ekuitas baru yang diterbitkan dan cost of debt
meningkat menjadi 3%.
Nilai investasi $100 juta ; Debt = 40% ; Equity = 60%; NPV awal = $115 juta
Apakah proyek ini tetap visible? (asumsikan nilai PV dari arus kas masa depan tidak berubah).

14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Jawab :
1) Weighted Average Flotation Cost
= (Wd x Flotation Cost of Debt) + (Wcs x Flotation Cost of Equity)
= = 0.40 × 0.03 + 0.60 × 0.15
= 0.102 or 10.2%

2) Flotation Cost Adjusted Initial Outlay = $100 juta ÷ (1- 0.102)


= $111.36 juta

3) NPV = Present Value of the Future Cash Flow – Flotation Cost Adjusted Initial Outla
= $115 Juta - $111.36 Juta
= $3.64 juta

15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 12 : CHAPTER 15 –CAPITAL STRUCTURE POLICY

A. Capital Structure
 Terdiri atas : Equity dan Interest-bearing Debt (termasuk pinjaman jangka pendek)
 Capital Structure + non interest-bearing liabilities (misalnya : A/P) = Financial Structure
 Rasio :
o Debt Ratio = Total Liabilities ÷ Total Assets
 Mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan utang untuk mendanai asetnya
 Untuk menggambarkan Financial Structure

o Debt to Enterprise Value  Untuk menggambarkan struktur modal perusahaan.


Semakin tinggi rasio, semakin besar asumsi risiko finansial yang diasumsikan perusahaan

o Times Interest Earned Ratio = Net Operating Income atau EBIT ÷ Interest Expense
 Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dari operating
earnings.

B. Financial Leverage
 Melalui pinjaman atas sebagian modal perusahaan pada tingkat bunga tetap, perusahaan dapat
“mengungkit” (“leverage”) tingkat imbalan yang didapat dari total modalnya ke dalam suatu
ekuitas yang memberikan tingkat imbalan yang lebih tinggi.
 Contoh:
Jika perusahaan mendapatkan 17% dari investasinya dan harus membayar hanya 8% dari uang
yang dipinjam, maka 9% selisihnya menjadi milik perusahaan. Hal ini yang dikenal dengan istilah
favorable financial leverage.
Jika hasilnya kurang dari 8%, maka hal ini disebut dengan unfavorable financial leverage.

C. Teori Struktur Modal


 Teori M & M (Modigliani and Miller) menunjukkan bahwa, pada kondisi ideal, level utang
dalam struktur modal tidaklah berpengaruh pada nilai perusahaan Teori ini mendasarkan
pada asumsi:
1) Arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan
didanai.
2) Pasar keuangan adalah pasar sempurna.
 Asumsi kedua (pasar sempurna) menjelaskan bahwa kemasan arus kas, baik itu dibayarkan
kepada investor dalam bentuk dividen atau bunga, tidaklah penting.
 Bila dua asumsi tersebut digunakan, maka nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana
perusahaan didanai.

16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 15.2 Assumption 1: Cash Distributions to Bondholders and Stockholders Are Not
Affected by Financial Leverage

D. Capital Structure, the Cost of Equity, and the Weighted Average Cost of Capital
 Bila tidak ada pajak, maka WACC perusahaan juga tidak akan dipengaruhi oleh struktur
modalnya.
 Asumsikan kita sedang menilai sebuah perusahaan yang arus kasnya berupa perpetuitas. Nilai
perusahaan disajikan dalam persamaan

 Sepanjang nilai perusahaan dan arus kas perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal,
maka WACC perusahaan juga tidak akan terpengaruh.

 Cost of equity meningkat oleh adanya debt to equity ratio (D/E).


 Namun demikian, karena bobot yang lebih rendah pada ekuitas yang mahal, maka WACC
tidak berubah dan tetap sama dengan cost of capital perusahaan yang tidak diungkit
(unlevered firm).

 Contoh :
JNK dapat meminjam uang dengan bunga 9% dan jika tidak menggunakan financial leverage,
maka cost of capital-nya sebesar 11%.

17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Perusahaan memiliki debt-to-equity ratio sebesar 1.0, cost of debt sebesar 8%, dan WACC
sebesar 10%.
Berapakah cost of equity JNK?
Jawab :
Cost of Equity = K unlevered + {(K unlevered – Kd) x Debt to Equity Ratio}
= 11% + (11% - 8%) × (1)
= .14 or 14%

E. Mengapa pada realitanya struktur modal penting ?


 Manajer keuangan sangat peduli pada bagaimana perusahaan mereka didanai.
 Tentu saja ada konsekuensi negatif bagi perusahaan yang memilih struktur modal yang tidak
tepat, yang artinya, pada kenyataannya, paling tidak satu dari dua asumsi M&M dilanggar.

 Pelanggaran asumsi 1 :
Terdapat 3 alasan mengapa struktur modal mempengaruhi total arus kas yang tersedia bagi
utang perusahaan dan pemegang saham:
1) Bunga adalah tax-deductible expense sementara dividen tidak.
Maka, setelah pajak, perusahaan memiliki lebih banyak uang untuk disalurkan ke utang
mereka dan pemegang saham jika mereka menggunakan debt financing.
2) Debt financing membentuk kewajiban legal yang bersifat tetap.
Jika perusahaan gagal membayar kewajibannya, maka akan timbul biaya tambahan bagi
perusahaan dan bahkan bisa berujung pada proses kepailitan.
3) Ancaman kebangkrutan atau kepailitan dapat mempengaruhi perilaku eksekutif
perusahaan demikian pula dengan pegawai dan pelanggan

 Pelanggaran asumsi 2 :
Biaya transaksi menjadi penting karena adanya biaya inilah maka tingkat bunga di mana para
investor dapat meminjamkan uangnya berbeda dengan tingkat bunga di mana perusahaan
mampu meminjam uang. Bila ini adalah masalahnya, maka nilai perusahaan bisa bergantung
pada bagaimana mereka didanai.

F. Corporate Tax and Capital Structure


 Bunga adalah Tax-Deductible Expense  Semakin besar Debt, Semakin besar Biaya Bunga 
Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak semakin besar  Pajak semakin kecil
 Selisih corporate tax karena adanya kenaikan interest expense  Interest Tax Saving
 Tax savings ini menambah nilai bagi perusahaan dan menyediakan insentif bagi perusahaan
untuk memasukkan lebih banyak utang.

18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

G. Corporate Tax and WACC


 Pengurangan pajak atas biaya bunga (tax deductibility of interest expense) menyebabkan WACC
perusahaan menjadi turun karena pengurangan tersebut akan masuk ke dalam utang di struktur
modalnya.

 Contoh
Cost of capital JNK jika ia menggunakan no financial leverage adalah 11%. Perusahaan memiliki
debt equity ratio sebesar 1.0, cost of debt sebesar 8% sebelum pajak, dan tarif pajak 40%.
Berapakah nilai cost of equity dan WACC-nya jika debt to equity ratio sebesar 1 (yaitu 50% utang
dan 50% ekuitas).
Jawab :
Cost of Equity = K unlevered + {(K unlevered – Kd) x Debt to Equity Ratio x (1-Tax Rate)}
= 11% + {(11% - 8%) (1) (1-40%)}
= 12.8%
Kwacc = {8% (1-40%) x 50%} + {12.8% x 50%) = 8.8%

 Jika kita meningkatkan debt to equity ratio  WACC akan menurun sedangkan cost of equity
akan meningkat.
 Oleh karena itu, tax benefit dari pembayaran bunga lebih menyukai menggunakan utang
daripada ekuitas

19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

H. Bankruptcy and Financial Distress Costs


 Meskipun utang menyediakan tax saving yang bernilai, sebuah perusahaan tidak dapat terus-
menerun meningkatkan utangnya.
 Bila kewajiban utang perusahaan (yaitu biaya bunga) melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas, maka perusahaan bisa saja dipaksa masuk dalam kebangkrutan dan
memunculkan biaya tekanan finansial (financial distress costs).

I. The Tradeoff Theory and the Optimal Capital Structure


Karena kedua faktor tersebut dapat memiliki dampak material terhadap peranan struktur modal dalm
menentukan nilai perusahaan dan perusahaan harus menukar plus dan minus dari kedua faktor
tersebut.
a. Biaya bunga adalah tax deductible
b. Utang menjadikannya lebih mirip bahwa perusahaan akan berpengalaman dengan financial
distress costs.

20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

J. Capital Structure Decisions and Agency Costs


 Debt financing dapat mengurangi biaya keagenan (agency costs).
 Debt financing dalam bentuk kewajiban tetap akan mengurangi pengendalian diskresionari
perusahaan terhadap kas dan pada akhirnya mengurangi pengeluaran yang tidak bermanfaat.

K. Making Financing Choices When Managers are Better Informed than Shareholders
1) Saat perusahaan menerbitkan saham baru, ia merasa bahwa saham perusahaan overpriced dan
selanjutnya harga saham secara umum anjok. Hal ini menyediakan suatu insentif tambahan bagi
perusahaan untuk lebih memilih utang.
2) Stewart Myers mengatakan bahwa dikarenakan banyaknya isu yang berkembang di saat
perusahaan menerbitkan saham, maka akibatnya perusahaan cenderung untuk mengikuti
langkah/ urutan berikut dalam menambah modalnya:
 Sumber pendanaan internal.
 Marketable securities
 Utang (debt)
 Sekuritas campuran (Hybrid securities)
 Saham (Equity)

L. Implikasi manajerial
1) Level utang yang lebih tinggi dapat menguntungkan perusahaan dalam hal tax savings dan
berpotensi mengurangi biaya keagenan.
2) Level utang yang lebih tinggi meningkatkan probabilitas biaya kesulitan keuangan (financial
distress cost) dan meng-offset pajak serta manfaat biaya keagenan dari utang tersebut.

M. Membuat keputusan pendanaan


 Melalui pembandingan atau benchmarking struktur modal sebuah perusahaan, kita
membandingkan struktur modal perusahaan saat ini dan struktur modal yang akan diajukan
dengan kondisi perusahaan yang berada dalam lini bisnis yang sama sehingga akan memiliki
risiko yang sama pula.
Tabel 15.3 menyajikan template sederhana dalam benchmarking.

21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Contoh :

Berdasarkan alternatif pendanaan utang, akan seperti apakah rasio keuangan Sister Sarah dalam dua
tahun setelah perusahaan membayar kembali $4 juta pinjamannya (asumsi tidak ada hal lain yang
berubah)?

• Total interest expense pada income statement berkurang sebesar $4 juta setelah utang
dibayarkan.

• Interest expense berkurang sebesar $320,000 (=$4,000,000 × .08)

• Interest expense baru = $1,280,000 – $320,000 = $960,000

22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Tabel 15.3 dapat digunakan untuk menyelesaikan empat rasio financial leverage utama.

 Seluruh rasio menurun dan menjadi semakin baik. Bila dibandingkan dengan ratio pembanding,
alternatif utang masih lebih agresif dibandingkan dengan norma perusahaan.
 Manajemen perusahaan akan menentukan apakah perusahaan dapat mendukung nilai yang lebih
tinggi dari rata-rata leverage berbasis prospek pendapatan masa depan.

23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

N. Financial Leverage and the Level of EPS


 Perusahaan yang menggunakan lebih banyak debt financing akan merasakan ayunan yang lebih
besar dalam EPS mereka untuk merespon perubahan dalam revenues dan operating earnings.Hal
inilah yang biasa disebut dengan financial leverage effect.

Table 15.4 Alternatif Struktur Keuangan yang dapat dipertimbangkan oleh House of Toast, Inc.

24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

O. Financial Leverage dan Volatilitas EPS


Tabel di bawah ini juga mengilustrasikan dampak financial leverage atas volatilitas dari earnings per
share.

 Saat EBIT tinggi, perusahaan dengan leverage lebih tinggi akan menghasilkan EPS yang tinggi.
 Namun demikian, jika EBIT jatuh, maka perusahaan yang menggunakan lebih banyak financial
leverage akan menanggung penurunan yang besar dalam EPS dibandingkan dengan perusahaan
yang mengandalkan financial leverage yang lebih sedikit.

P. Menggunakan Bagan EBIT-EPS untuk Menganalisis Dampak Struktur Modal terhadap EPS
Bagan EBIT-EPS menganalisis:
 Apakah perencanaan utang menghasilkan level EPS yang lebih tinggi pada kisaran nilai EBIT.
 Kemungkinan ayunan pada EPS yang dapat terjadi pada alternatif-alternatif struktur modal.

Contoh :

House of Toast sangat menyukai investasi baru. Namun demikian, dalam satu minggu sejak
pertama kali proyek dianalisis, perusahaan mengetahui bahwa pengetatan kredit di pasar
keuangan telah menyebabkan cost of debt financing dari rencana pinjaman meningkat 10%.
Berapakah level EBIT yang menghasilkan EPS nol untuk tarif pinjaman baru?

Alternatif struktur modal saat ini dan prospektif dapat digambarkan dengan menggunakan neraca
proforma

 Struktur modal perusahaan akan mempengaruhi baik EPS pada level operating earning
tertentu (EBIT) maupun volatilitas perubahan EPS terkait dengan perubahan EBIT.

25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

 Kita dapat menggunakan Laporan Laba Rugi Proforma untuk kisaran level EBIT yang diyakini
oleh perusahaan relevan dengan performa masa depan.

 Kita menghitung EPS pada kisaran EBIT $5,000 s.d. $35,000.


 Kisaran EPS adalah terendah -$1.33 ke tertinggi $8.67.
 Pada EBIT sebesar $9,000, maka EPS sama dengan nol.

26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Q. Menghitung Titik Indeferen EPS untuk Alternatif Struktur Modal


Titik perpotongan dari dua garis struktur modal dapat dilihat pada Figure 15-7 yang disebut dengan
EBIT-EPS indifference point.
Titik tersebut menggambarkan level di mana EPS akan sama dengan rencana pendanaan yang dipilih
oleh perusahaan.

 Pada EBIT bernilai lebih besar dari level indeferen EBIT, maka rencana pendanaan yang more
leverage akan menghasilkan EPS yang lebih tinggi.
 Pada EBIT bernilai lebih rendah dari level indeferen EBIT, maka rencana pendanaan yang
melibatkan less leverage akan menghasilkan EPS yang lebih tinggi.

R. Survey Evidence: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Utang CFO


Figure 15.8 melaporkan hasil survei dari 392 CFO yang ditanyai tentang determinan potensial dari
pilihan struktur modal dengan skala 0 s.d. 4 (0 = tidak penting, 4 = sangat penting).

27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 12 DIVIDEND POLICY (BAB 16)

Pendahuluan
Saat perusahaan menghasilkan kas dari kegiatan usahanya, apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan
terhadap kas tersebut?
1. Menggunakan kas untuk mendanai investasi baru,
2. Menggunakan kas untuk membayar beberapa tagihan/ utang perusahaan, dan/atau
3. Mendistribusikan kembali kas kepada para pemegang saham, baik berupa dividen kas
maupun pembelian kembali saham.
1. Bagaimana Perusahaan Mendistribusikan Kas Kepada Para Pemegang Saham?
Distribusi kas dapat dilakukan dalam dua bentuk:
1. Cash dividend - kas dibayarkan secara langsung kepada para pemegang saham.
2. Share repurchase – perusahaan menggunakan kasnya untuk membeli kembali sahamnya sendiri
yang dijual di pasar modal, sehingga dapat menurunkan jumlah saham yang beredar.
Pengaruh terhadap neraca sbb:
– Sisi Aset- kas akan berkurang karena pembayaran dividen dan pembelian kembali saham.
– Sisi Ekuitas – terdapat penurunan secara catatan.

Figure 16.1 Historical Distributions to Shareholders through Dividends and Share Repurchases

28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Dividen Kas
Kebijakan dividen perusahaan menentukan berapa banyak kas yang akan didistribusikan ke para
pemegang saham dan kapan pendistribusi ini dilakukan.
Kebijakan dividen memiliki dua atribut utama:
– dividend payout ratio, dan
– Pola pembayaran dividen dalam kurun waktu tertentu.
Prosedur Pembayaran Dividen (Tanggal yg diberikan hanya contoh)
Ex dividend date merupakan hari pertama dimana pemegang saham tidak berhak lagi mendapatkan
dividen dari suatu perusahaan, biasanya dua hari kerja sebelum record date.

Pembelian Kembali Saham (Repurchase/ Stock Buyback)


Pembelian kembali sahan adalah saat di mana perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk
membeli kembali saham perusahaan yang beredar. Hal ini mengakibatkan adanya pengurangan dalam
saldo kas, setara dengan jumlah lembar saham yang dibeli.
• Open Market Repurchase – Perusahaan membeli saham di pasar modal, biasanya melakukan
pembeliannya sedikit demi sedikit tiap hari. Hal ini adalah cara yang paling lazim dilakukan.
• Tender Offer – Perusahaan melakukan penawaran resmi kepada para pemegang saham untuk
membeli kembali saham dengan jumlah dan harga tertentu. Harga penawaran ditetapkan di atas
harga pasar untuk menarik minat penjual.
• Direct Purchase from a large investor – Perusahaan membeli saham dari satu atau lebih
pemegang saham mayoritas melalui suatu negosiasi. Cara ini jarang dilakukan.

Peraturan Pajak Personal – Dividend Versus Capital Gains Income


Secara historis, aturan perpajakan lebih menyukai capital gain daripada dividend income. Namun,
aturan pajak tahun 2006, menurunkan tarif pajak atas dividen dan capital gain dari investasi jangka
panjang (saham yang dimiliki lebih dari satu tahun) sebesar 15% untuk semua orang.

Distribusi Nonkas: Stock Dividends dan Stock Splits


• Stock dividend adalah suatu distribusi prorata atas tambahan lembar saham perusahaan kepada
para pemegang saham saat ini.
• Contoh: Perusahaan membayar suatu dividen saham sebesar $0,20 per lembar saham atas 2
lembar dari 10 lembar saham yang dimiliki.

29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

• Stock split secara esensial adalah dividen saham yang sangat besar.
• Contoh: 2-for-1 split dimaksudkan pemegang saham akan menerima dua lembar saham baru
atas setiap satu lembar saham lama yang dimiliki, tetapi harga saham akan berkurang
setengahnya.

Alasan Pemikiran Stock Dividend or Split


Salah satu alasan pemikirannya adalah bahwa terdapat kisaran harga perdagangan yang optimal atas
harga saham perusahaan. Jika harga telah melebihi kisaran optimal, maka saham dapat dibawa
kembali ke angka kisaran optimal dengan cara melakukan stock split atau membayar stock dividend.

2. Pentingkah Kebijakan Dividen?


Modigiliani dan Miller berpendapat bahwa tanpa pajak dan biaya transaksi, maka dividen kas dan
pembelian kembali saham adalah ekuivalen dan saat pendistribusian menjadi hal yang tidak penting
(pendapat ini disebut dividend irrelevancy proposition).

The Irrelevance of the Distribution Choice


Pilihan distribusi tidak relevan berdasarkan kondisi atau asumsi berikut ini:
1. Tidak ada pajak.
2. Tidak ada biaya transaksi yang terjadi, baik dalam pembelian maupun penjualan lembar saham.
3. Operasionalisasi perusahaan dan kebijakan investasinya bersifat tetap.
Proposisi ketidakrelevanan dividen dapat diilustrasikan dalam dua cara:
1. Saat pendistribusian dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Dalam ketiadaan pajak dan biaya transaksi, dividen kas adalah ekuivalen terhadap lembar saham
yang dibeli kembali

Ilustrasi
Dividend Policiy Alternative #1: Clinton Enterprise punya $35 million cash di tangan untuk bayar
dividen langsung (D0) dan $135 million (D1) dibayarkan di ujung tahun saat perusahaan berhenti
beroperasi. kequity = 15%
Dividend Policy Alternative #2: Clinton Enterpise punya $35 million cash di tangan sekarang dan
$135 million saat perusahaan berhenti. Clinton menerbitkan saham seharga $17,5 million (uang
masuk), sehingga Clinton bisa membayarkan dividen sekarang (D0) senilai $52.5 million ($35+$17,5).
Required rate of return 15%, setahun kemudian dividen yang dibayarkan untuk saham baru yang
diterbitkan adalah $20.125 million (Future Value dari $17,5 million x [1+0,15] = 20.125). Sehingga
cash flow dividen untuk pemegang saham lama di tahun ke1 (D1) adalah sebesar $114.875 million
($135 million - $20.125 million).

Grafik dan perhitungan pembuktian pendapat Modigiliani dan Miler sbb:

30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 16.2 Dividend Policy Choices Faced by Clinton Enterprises

CHECKPOINT 16.1: CHECK YOURSELF


Harga Saham dan Saat Pembayaran Dividen

Problem
Perusahaan mempertimbangkan dua alternatif:
– Membayar $4 juta hari ini dan $30 pada tahun pertama sebagai dividen likuidasi; atau
– Membayar $8 juta hari ini dan membayar $25.52 di tahun pertama ($30 juta - $4 juta*1.12
dibayarkan kepada pemegang saham baru)
Asumsikan Alternatif Nomor 3, dimana Northwest Wire and Cable memutuskan untuk meningkatkan
dividen periode berjalan ke angka hanya sebesar $8 juta. Tunjukkan bahwa ekuitas perusahaan pada
skenario ini menjadi $30.79 juta.

31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Solve
Nilai ekuitas perusahaan Northwest Wire and Cable adalah sama dengan nilai present dari expected cash
dividends perusahaan. Kita dapat mengestimasinya menggunakan persamaan berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑒𝑎𝑟 1
Value of Firm′ Equity = DividendYear0 +
(1 + 𝑘𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Value – Alternative 1
Value = $4 million + $25.52 million /(1.12)1
Value = $30.79 million

Value – Alternative 2
Value = $8 million + $30 million /(1.12)1
Value = $30.79 million

Analyze
• Contoh ini mengilustrasikan bahwa saat pembayaran dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
• Hal ini benar karena kita tetap menahan arus kas investasi perusahaan. Kita juga mengasumsikan
bahwa saham baru dapat diterbitkan berdasarkan syarat yang sama dengan saham lama.

Bentuk Pembayaran (Cash Dividend Versus Share Repurchase) Tidaklah Relevan

Tabel 16-1 mengilustrasikan dua kemungkinan penggunaan $1,000,000 dalam arus kas:
1. $1,000,000 cash dividend.
2. $1,000,000 stock repurchase.
3. Diketahui bahwa nilainya sama sehingga seorang investor akan berbeda di antara dua pilihan tersebut.
Table 16.1 Wealth Effects of Cash Distributions: Dividends and Share Repurchases

32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Pengaruh Kesejahteraan Individual: Pajak Personal

Apa sajakah aturan pajak yang terkait dengan dividen dan pembelian kembali saham?
1) 100% dividen kas adalah kena pajak di tahun dividen tersebut diterima.
2) Saat individu menjual saham-sahamnya, maka pajak hanya dihitung atas capital gain.
3) Jika investor tidak menjual saham-sahamnya ke perusahaan dalam rangka pembelian kembali saham,
maka tidak ada keuntungan yang dikenakan pajak.

Tabel 16.2 menunjukkan konsekuensi arus kas dari metode alternatif pendistribusian kas kepada para
pemegang saham yang disebutkan dalam Tabel 16-1. Diasumsikan bahwa baik dividen maupun capital
gains dikenakan pajak 15%.

Table 16.2 Dividends versus Share Repurchases with Personal Taxes

Mengapa Kebijakan Pajak Penting?

Transaksi itu berbiaya mahal


– Selama pajak masih ada di saat dividen diterima dan biaya transaksi terjadi di saat pembelian dan
penjualan saham, maka para investor akan lebih menyukai untuk memilih perusahaan yang memiliki
kebijakan dividen yang cocok dengan keinginan mereka. Karena perusahaan dengan kebijakan dividen
yang berbeda, menarik dividend clienteles yang berbeda, maka merupakan hal penting bahwa
kebijakan dividen tetaplah stabil.

33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Informasi yang dibawa oleh pengumuman dividen dan pembelian kembali saham
– Informasi dapat mempengaruhi penilaian masa datang.
– Perusahaan cenderung untuk meningkatkan dividennya pada saat dividen dapat ajeg di masa datang.
Pada kasus seperti ini, peningkatan dividen adalah kabar yang sangat baik.
Pembelian kembali saham juga dipandang sangat disukai sepanjang nampak bahwa:
– Perusahaan telah menghasilkan banyak uang dibandingkan yang dibutuhkan saat ini, dan/ atau
– Ekuitas saat ini di bawah harga (underpriced).
Informasi yang diberikan oleh Dividen Saham dan Pemecahan Saham

– Pengumuman tentang dividen saham dan pemecahan saham cenderung berdampak positif terhadap
harga saham. Beberapa manajer memberikan saran kepada perusahaan agar memiliki rentang
perdagangan yang lebih diinginkan (preferred trading range) dan pemecahan saham membantu
membawa harga saham ke dalam rentang tersebut

3. Kebijakan Distribusi Kas Dalam Praktik


Kestabilan Pembayaran
Dalam sebuah survei terhadap para CFO, sebagian besar CFO mengakui pentingnya menjaga konsistensi
dan kestabilan dalam kebijakan dividen (see figure 16.3)

Figure 16.3 Survei terhadap Pendapat CFO tentang Isu Kebijakan Dividen

34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 16-4 mengungkapkan bahwa keputusan membeli kembali saham dipicu oleh feeling pihak eksekutif
bahwa saham merupakan investasi yang baik, relatif terhadap nilai sesungguhnya (true value) dari saham
itu sendiri dan bahwa terdapat kesenjangan dalam peluang berinvestasi yang baik untuk
menginvestasikannya.

Figure 16.4 Faktor-Faktor Penting terhadap Keputusan Membeli Kembali Saham Perusahaan Anda.

35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Table 16.3 Ikhtisar Pandangan Eksekutif Keuangan tentang Kebijakan Pembayaran Dividen

Residual Dividend Policy

Melalui residual dividend policy, perusahaan mendanai investasinya terlebih dahulu dengan
menggunakan earning-nya sendiri. Dividen dibayarkan dari residual earnings yang tidak membutuhkan
pendanaan terhadap peluang investasi baru.

Faktor-Faktor Lainnya yang Memainkan Peran dalam Penentuan Berapa Besar Kas harus Distribusikan
• Posisi Likuiditas Perusahaan.
• Kesenjangan Sumber-Sumber Pendanaan Lainnya.
• Kemampuan Terprediksinya Earnings

36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 13: FINANCIAL FORECASTING AND PLANNING (BAB 17)

1. Overview of Financial Planning (Perencanaan Keuangan)


Tujuan utama dari penyiapan rencana keuangan adalah untuk mengestimasi kebutuhan keuangan masa
yang akan datang.
Sebagian perusahaan menggunakan 3 jenis perencanaan berikut ini:
– Strategic planning  definisi secara sederhana, bagaimana perusahaan merencanakan untuk
menghasilkan uang di masa yang akan datang. Hal ini digunakan sebagai panduan bagi seluruh
perencanaan lainnya.
– Long-term financial planning plan  secara umum mengacu pada periode 3 – 5 tahun dan berkaitan
dengan estimasi Laporan Laba Rugi dan Necara perusahaan.
– Short-term financial planning  rentang periodenya 1 tahun atau kurang, dan penggambarannya
sangat detil dalam mengantisipasi arus kas perusahaan. Format yang umumnya digunakan dalam
adalah cash budget.

2. Mengembangkan Rencana Keuangan Jangka Panjang


Tiga langkah dasar
Step 1: Membuat Prakiraan Penjualan
Prakiraan penjualan umumnya didasarkan pada:
1. Tren penjualan masa lalu; dan
2. Pengaruh segala bentuk pengantisipasian kejadian-kejadian yang mungkin berdampak besar
pada tren tersebut.
Step 2: Menyiapkan Pro Forma Financial Statements
– Laporan keuangan ini membantu memprakirakan kebutuhan aset perusahaan untuk mendukung
prakiraan pendapatan (langkah 1).
– Teknik yang paling umum adalah percent of sales method yang menyajikan expenses, assets, dan
liabilities pada periode yang akan datang dalam bentuk persentase penjualan.
Step 3: Mengestimasi Kebutuhan Keuangan Perusahaan
– Dengan menggunakan laporan keuangan proforma, maka kita dapat menentukan kebutuhan arus kas
perusahaan.

Contoh Prakiraan Keuangan: Ziegen, Inc.


Table 17-1 mengilustrasikan bagaimana Ziegen, Inc. menggunakan percent of sales method untuk
membuat laporan laba rugi dan neraca proforma.
Langkah 1: Memprakirakan Revenues dan Expenses
– Analis keuangan Zeigen mengestimasi bahwa perusahaan akan menghasilkan pendapatan sebesar
5% dari proyeksi penjualan sebesar $12 juta pada tahun 2014.
– Zeigen merencanakan untuk menahan separuh dari pendapatannya dan mendistribusikan sisanya
sebagai dividen.
– Perhatikan Table 17-1

37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 2: Menyiapkan Laporan Keuangan Proforma


– Kebutuhan perusahaan akan aset untuk mendukung penjualan diprakirakan dengan menggunakan
percent of sales method, dimana tiap item dalam neraca diasumsikan bervariasi sesuai dengan
persentasenya dari penjualan tahun 2013.
Langkah 3: Mengestimasi Kebutuhan Keuangan Perusahaan
– Hal ini melibatkan pembandingan level yang diproyeksikan atas aset yang dibutuhkan untuk
mendukung prakiraan penjualan terhadap sumber-sumber daya keuangan yang tersedia. Mudahnya,
kini kita memprakirakan bagian liabilitas dan ekuitas perusahaan dalam neraca proforma.

Sumber-Sumber Keuangan Spontan:


Accounts Payable dan Accrued Expenses
Disebut juga sebagai spontaneous financing sources, merupakan satu-satunya liabilitas yang bervariasi
secara langsung terhadap penjualan. The percent of sales method dapat digunakan untuk memprakirakan
level dari kedua sumber pendanaan ini.

38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Sumber Keuangan Diskresi (Bebas)


• Perolehan pendanaan melalui notes payable, long-term debt, dan common stock membutuhkan
diskresi manajemen dan itulah mengapa sumber pendanaan ini disebut sebagai discretionary
sources of financing.
• Menahan earning juga merupakan suatu sumber keuangan diskresi karena hal ini merupakan
hasil dari diskresi kebijakan dividen perusahaan.

Discretionary Financing Needs (DFN)


= {Total Financing Needs} - {Projected Sources of Financing}
= {$7.2 m} – {$2.4m in spontaneous financing + $2.5m in short and long-term debt + $1.8 million in
equity}
= $7.2 million - $6.7 million
= $500,000

• Perusahaan harus mendapatkan $500,000 dengan beberapa kombinasi pinjaman (jangka pendek atau
jangka panjang) atau penerbitan saham.
• Selama dibutuhkan keputusan manajemen, maka mereka mengacu pada discretionary financing
needs (DFN) perusahaan.

Jika hasil DFN Postif (+)  butuh buang


Negatif (-)  kelebihan uang

Menganalisis Efek Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap DFN Perusahaan


Tabel di bawah menunjukkan bahwa selama rasio pembayaran dividen (dividend payout ratios) dan marjin
keuntungan bersih (net profit margin) bervariasi, maka DFN juga akan berubah secara signifikan dari
negatif $40,000 menjadi $764,000. (angka given)

DPR = dividend : net income


Semakin tinggi DPR -> firm semakin membutuhkan uang (DFN makin tinggi)

39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

DFN for Various Net Profit Margins and Dividend Payout Ratio (DPR)
Net Profit Margin DPR =30% DPR=50% DPR=70%

1% $716,000 $740,000 $764,000

5% $380,000 $500,000 $620,000

10% $(40,000) $200,000 $440,000

• Table 17-2 mempertimbangkan dampak tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 0%, 20%, dan
40% terhadap DFN.
• Nampak bahwa rentang DFN dari ($250,000) pada tingkat pertumbuhan 0% hingga $1,250,000
pada tingkat pertumbuhan 40%. DFN negatif mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
kelebihan nilai dollar dalam pendanaannya.
Table 17.2 Discretionary Financing Needs (DFN) and the Growth Rate in Sales

40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 17.1 Sales Growth and the Discretionary Financing Needs of the Firm

CHECKPOINT 17.1: CHECK YOURSELF


Mengestimasi DFN
The Problem
Manajemen Pendleton mengestimasi bahwa berdasarkan kondisi yang paling optimistik, tingkat
pertumbuhan penjualan pada tahun 2014 adalah 25%. Asumsikan bahwa net income adalah 5% dari
penjualan perusahaan dan bahwa, baik aset lancar maupun aset tetap, sama dengan suatu persentase
yang tetap terhadap penjualan (sebagaimana dalam prakiraan di atas), maka berapakah estimasi anda
terhadap DFN perusahaan pada kondisi optimistik seperti ini?
Langkah 1: Picture the Problem
DFN perusahaan adalah sama dengan kebutuhan pendanaan perusahaan untuk suatu tahun yang tidak
disediakan oleh sumber-sumber spontan, seperti accounts payable dan accrued expenses ditambah
dengan retained earnings dalam suatu periode.
Langkah 2: Decide on a Solution Strategy
Kita dapat menghitung DFN dengan menggunakan persamaan berikut ini:

41
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 3: Solve

Langkah 4: Analyze
• DFN = $5,000,000 – $1,250,000
– $625,000 – $500,000
– $1,000,000 – $1,312,500
= $312,500
• Jika perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 25%, maka Pendleton dapat
mengharapkan untuk meningkatkan dana sebesar $312,500 pada tahun depan.

3. Mengembangkan Rencana Keuangan Jangka Pendek


Rencana keuangan jangka pendek biasanya disajikan dalam bentuk cash budget yang berisikan hal-hal detil
dalam penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini meliputi elemen-elemen utama berikut ini:
– Cash receipts,
– Cash disbursements,
– Net change in cash, and
– New financing needed.
Menggunakan Cash Budget
1) Hal ini merupakan alat yang bermanfaat dalam memprediksi jumlah dan waktu kebutuhan keuangan
perusahaan di masa yang akan datang.
2) Juga merupakan alat yang bermanfaat dalam mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha
perusahaan.

42
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Table 17.3 Melco Furniture, Inc. Cash Budget for the Six Months Ended June 30, 2014

43
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 15 Corporate Risk Management (BAB 20)

1. Lima langkah proses manajemen risiko perusahaan, yaitu:


1) Mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko utama perusahaan.
2) Menentukan mana jenis risiko yang harus diterima dan mana yang harus dialihkan
3) Menentukan berapa banyak risiko yang dapat ditanggung.
4) Menyatukan risiko ke dalam seluruh keputusan dan proses perusahaan
5) Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan.

Langkah 1: Mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko utama perusahaan


• Mengidentifikasi risiko-risiko dalam berkaitannya untuk memahami faktor-faktor yang memicu
volatilitas arus kas perusahaan. Contoh, Demand risk, Commodity risk, Country risk, Operational
risk, Foreign Exchange risk.
• Manajemen risiko secara umum berfokus pada pengelolaan faktor-faktor eksternal yang dapat
menyebabkan volatilitas arus kas perusahaan.

Langkah 2: Menentukan mana jenis risiko yang harus diterima dan mana yang harus dialihkan
Ini, mungkin, adalah langkah yang paling kritis (penting). Contoh, perusahaan eksplorasi dan pengolahan
minyak dan gas, secara historis, memilih untuk menanggung risiko fluktuasi harga minyak dan gas. Oleh
karena itu, beberapa perusahaan telah memilih untuk secara aktif mengelola risiko.

Langkah 3: Menentukan berapa banyak risiko yang dapat ditanggung


• Figure 20-1 di bawah ini mengilustrasikan distribusi arus kas untuk strategi mengelola tiga risiko.

44
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

• Strategi khusus yang dipilih akan bergantung pada perilaku perusahaan terhadap risiko dan
analisis cost/benefit analysis dari strategi pengelolaan risiko.

Langkah 4: Menyatukan risiko ke dalam seluruh keputusan dan proses perusahaan


• Perusahaan harus mengimplementasikan suatu sistem untuk mengendalikan terbukanya risiko
perusahaan.
• Contoh, untuk risiko-risiko yang akan dialihkan, perusahaan harus menentukan suatu alat yang
tepat untuk mengalihkan risiko, seperti membeli polis asuransi.

Langkah 5: Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan


Sistem pengawasan yang efektif memastikan bahwa keputusan sehari-hari perusahaan bersifat
konsisten dengan profil risiko yang telah dipilih.

2. Mengelola Risiko Dengan Kontrak Asuransi


Asuransi adalah suatu metode pengalihan risiko kerugian dari perusahaan ke pihak ketiga, dengan
membayar suatu premi.
Jenis-Jenis Kontrak Asuransi

3. Mengelola Risiko Dengan Melakukan Lindung Nilai (Hedging) Melalui Kontrak Serah (Forward
Contracts)
Lindung Nilai atau Hedging mengacu pada suatu strategi yang didesain untuk mengimbangi terjadinya
risiko harga. Contoh, jika Anda sedang merencanakan untuk membeli 1 juta Euro dalam waktu 6 bulan,
maka hal ini akan membebani Anda bila nilai Euro semakin menguat. Risiko seperti ini dapat dimitigasi
dengan kontrak serah atau forward contracts.
Kontrak Serah atau Forward contract adalah suatu kontrak di mana suatu harga disepakati hari ini
untuk aset yang akan dijual atau dibeli di masa akan datang.

45
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Karena harga telah “dikunci” hari ini, maka risiko yang terjadi di masa datang berupa fluktuasi harga,
dapat dieliminasi.
• Jika Anda sedang merencanakan untuk membeli 1 juta Euro dalam waktu 6 bulan, maka Anda
dapat bernegosiasi dengan menggunakan kurs Euro hari ini (katakanlah 1 Euro = $1.35) melalui
kontrak serah.
• Dalam 6 bulan, berapapun kurs Euro terhadap Dollar, kewajiban Anda untuk mendapatkan 1 juta
Euro adalah $1.35 per Euro atau $1.35 juta.
• Tabel berikut menunjukkan potensi skenario masa datang dan arus kasnya. Terlihat bahwa
kontrak serah membantu mengurangi risiko jika Euro terapresiasi. Sebaliknya, jika Euro
terdepresiasi, maka kontrak serah mewajibkan perusahaan untuk membayar jumlah yang lebih
tinggi.

Figure 20.2 Delivery Date Profits or Losses (Payoffs) from a Forward Contract

CHECKPOINT 20.1: CHECK YOURSELF

Hedging Crude Oil Price Risk using Forward Contract

The Problem

Misalkan profit yang dapat diperoleh Progressive jika ia memilih untuk melakukan lindung nilai hanya
80% dari pengantisipasian 1 juta barrel minyak mentah sebagaimana kondisi yang telah dijelaskan.

46
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 1: Picture the Problem

• Gambar memperlihatkan bahwa harga masa depan dari minyak mentah dapat berdampak
dramatis terhadap total biaya 1 juta barel minyak mentah.

• Jika harga tidak dikelola, maka hal ini dapat secara signifikan mempengaruhi profit masa depan
perusahaan.

Langkah 2: Decide on a Solution Strategy


Perusahaan dapat melakukan lindung nilai terhadap risikonya dengan membeli kontrak serah. Hal ini akan
“mengunci” harga masa depan minyak pada harga penyerahan sebesar $130 per barel.

Langkah 3: Solve
Tabel di bawah berisikan perhitungan profit perusahaan untuk kasus dimana harga minyak mentah tidak
dilakukan lindung nilai (kolom E), hasil dari kontrak serah (kolom F), dan profit perusahaan dimana harga
minyak mentah 80% dilakukan lindung nilai (kolom G).

47
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 4: Analyze

• Total biaya minyak mentah meningkat seiring meningkatnya harga minyak mentah. Profit
tahunan yang tidak dilakukan lindung nilai berkisar dari: rugi $5 juta hingga untung $25 juta.
• Dengan 80% dilakukan lindung nilai, kerugian terhindarkan dan perusahaan mendapat profit akhir
berkisar dari $3 juta hingga $5 juta. Kontrak serah secara nyata menguntungkan perusahaan pada
saat harga minyak lebih besar dari $130.

Melakukan Lindung Nilai Risiko Valuta Menggunakan Kontrak Serah

• Risiko mata uang dapat dilakukan lindung nilai dengan menggunakan kontrak serah.
• Contoh, jika Disney mengharapkan dapat menerima ¥500 juta dari pengoperasian usahanya
selama 3 bulan di Tokyo, maka Disney dapat “mengunci” nilai tukar valuta untuk menghindari
kerugian bila Yen melemah dalam waktu 3 bulan mendatang.
Disney akan mengikuti 2 langkah prosedur untuk melakukan lindung nilai atas risiko valuta:
1) (Hari ini): Melakukan kontrak serah yang menyepakati Disney menjual ¥500 juta pada harga
penyerahan, katakanlah, $0.0095/ ¥.
2) (Dalam 3 bulan): Disney akan mengonversi uang ¥500 juta pada harga penyerahan, yang
menghasilkan uang sebesar $4,750,000 (¥500 juta × $0.0095=$4,750,000).

Keterbatasan Kontrak Serah


1. Risiko kedit atau gagal bayar (credit or default risk): kedua pihak terkena risiko yaitu dimana pihak
lainnya mungkin gagal memenuhi kewajiban mereka.
2. Berbagi informasi strategis: Masing-masing pihak mengetahui risiko khusus yang di-lindung nilai-
kan.
3. Cukup sulit untuk menentukan nilai pasar dalam negosiasi kontrak, karena kontrak ini tidak
diperdagangkan.

4. Mengelola Risiko Dengan Transaksi Perdagangan Derivatif (Exchange-Traded Derivatives)


Kontrak derivatif adalah suatu sekuritas yang nilainya diturunkan (derived) dari nilai aset atau sekuritas
utama (underlying asset or security), seperti misalnya minyak dan mata uang. Transaksi perdagangan
derivatif tidak dapat dikustomisasi (seperti halnya kontrak serah) dan hanya tersedia untuk aset tertentu
dan memiliki jatuh tempo yang terbatas.
Kontrak Berjangka (Futures Contract)
• Kontrak berjangka adalah suatu kontrak untuk membeli atau menjual komoditas yang telah
ditetapkan (misalnya, gandum) atau suatu klaim finansial (misalnya, obligasi negara) dengan harga
tertentu pada suatu waktu yang telah ditetapkan.
• Ada2 dua kategori kontrak berjangka: komoditi berjangka (commodity futures) dan keuangan
berjangka (financial futures).

Mengelola Risiko Gagal (Default Risk) dalam Pasar Berjangka (Future Market)
Pencegahan kegagalan (default) pada kontrak berjangka dilakukan melalui dua cara, yaitu:

48
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

1. Margin – bursa berjangka mewajibkan para partisipan bursa untuk menyerahkan jaminan
(collateral) yang disebut margin.
2. Marking to Market – keuntungan dan kerugian harian dari kontrak serah suatu perusahaan
dipindahkan ke atau dari akun margin perusahaan yang bersangkutan.

Figure 20.4 Marking to Market on Futures Contracts

Lindung Nilai dengan Kontrak Berjangka (Hedging With Future)


Mirip dengan kontrak serah, perusahaan dapat menggunakan kontrak berjangka untuk melindungi nilai
(hedge) risiko harga mereka.
 Jika perusahaan berencana untuk membeli, ia dapat masuk ke dalam long hedge dengan membeli
kontrak berjangka yang tepat.
 Jika perusahaan berencana untuk menjual, ia dapat masuk ke dalam short hedge dengan menjual
(atau going short) suatu kontrak berjangka.
 Basis risk terjadi manakala harga aset yang mendasari kontrak berjangka tidak secara sempurna
berkorelasi dengan risiko harga yang diupayakan perusahaan untuk dilakukan lindung nilai.
 Jika aset tertentu tidak tersedia, maka alternatif terbaik adalah menggunakan suatu aset yang
perubahan harganya sangat berkorelasi dengan aset tersebut.

Kontrak Opsi (Option Contracts)


• Opsi adalah hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual lembar saham atau aset yang
jumlahnya telah ditentukan dengan harga tertentu selama periode yang telah ditentukan.
• Hak pemegang opsi untuk membeli dikenal dengan istilah call option sedangkan hak untuk
menjual dikenal dengan istilah put option.
Contoh, jika Anda membeli sebuah call option atas 100 lembar saham XYZ dengan harga premi sebesar
$4.50 dan harga pelaksanaan sebesar $40 dan jatuh tempo dalam 90 hari, berarti:
 Anda dapat membeli saham XYZ pada harga $40, meskipun harga pasar saham tersebut mungkin
di atas $40.
 Jika harga saham turun di bawah $40, Anda akan memilih untuk tidak menggunakan kontrak opsi
Anda dan kehilangan premi yang sudah dibayarkan.

49
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

A Graphical Look at Option Pricing Relationships


Figures 20-5 hingga Figures 20-8 secara grafis menggambarkan tanggal daluwarsa profit dan loss dari
posisi opsi-opsi berikut:
 Buying a call option (figure 20-5)
 Selling or writing a call option (figure 20-6)
 Buying a put option (figure 20-7)
 Selling or writing a put option (figure 20-8)

Figure 20.5 Expiration Date Profit or Loss Figure 20.6 Expiration Date Profit or Loss
from Purchasing a Call Option from Selling (Writing) a Call Option

Figure 20.7 Expiration Date Profit or Loss Figure 20.8 Expiration Date Profit or Loss
on Holding a Put Option from Selling (Writing) a Put Option

50
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Figure 20.9 Option Price Quotes for Apple Computers (AAPL) on December 27, 2012

CHECKPOINT 20.2: CHECK YOURSELF


Menentukan Titik Break-Even dan Profit atau Loss atas suatu Call Option
The Problem
Jika Anda membayar $5 untuk mendapatkan suatu call option dengan harga pelaksanaan (exercise price)
sebesar $25, dan saham dijual dengan harga $35 pada saat tanggal daluwarsa, berapakah profit dan loss
Anda? Berapakah nilai titik impas atas call option tersebut?
Langkah 1: Picture the Problem

51
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Profit/Loss from buying Calls


$15

$10

$5
Profit

$0
$0 $10 $20 $30 $40 $50
($5)

($10)
Future Stock Price

Langkah 2: Decide on a Solution Strategy


• Break-even Point = Exercise price + Premium
• Profit = (Stock price – Exercise price) – Premium
– If (stock price – exercise price) is negative, the profit or losses is equal to $0 – Premium.

Langkah 3: Solve
• Break-even Point = Exercise price + Premium
= $25 + $5
= $30
• Profit (at stock price of $35)
= (Stock Price – Exercise Price) – Premium
= ($35 - $25) - $5
= $5
Langkah 4: Analyze
• Grafik di langkah 1 menunjukkan bahwa pembeli opsi akan mulai melaksanakan hak opsinya saat
harga berada di $25.
• Pembeli opsi akan mendapatkan $1 (sebelum mempertimbangkan premi opsi) untuk tiap $1
dimana harga saham meningkat di atas $25. selama premi opsi adalah $5, pada harga saham
sebesar $30, posisi opsi menghasilkan $5 yang menutupi nilai premi dan mengarah pada situasi
tidak untung dan tidak rugi.

5. Menilai Opsi dan Swap


Nilai opsi dapat dipandang sebagai nilai present dari hasil yang diharapkan saat opsi jatuh tempo/
daluwarsa. Model penilaian (pricing model) opsi yang paling dikenal adalah Black-Scholes Option
Pricing Model (BS-OPM).

52
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Terdapat enam variabel yang mempengaruhi harga suatu opsi, yaitu:


1. Harga saham yang dijadikan acuan opsi (The price of the underlying stock)
2. Harga pelaksanaan opsi (The option’s exercise or strike price)
3. Lamanya waktu yang masih tersisa hingga daluwarsa (The length of time left until
expiration)
4. Volatilitas harga saham yang diharapkan (The expected stock price volatility)
5. Tingkat bunga bebas risiko (The risk free rate of interest)
6. Hasil dividen dari saham yang dijadikan acuan opsi (The underlying stock’s dividend yield)

Black-Scholes option pricing model untuk call options dinyatakan sebagai berikut:

53
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

CHECK POINT20.3: CHECK YOURSELF


Menilai Call Option dengan Menggunakan Black-Scholes Model

THE PROBLEM

Data yang diberikan:


– Current price of stock = $32
– Exercise price = $25
– Maturity = 90 days or 0.25 years
– Variance in stock returns = .16
– Risk-free rate =12% per annum
Estimasikan nilai call option di atas pada saat harga pelaksanaan hanya sebesar $25.

Langkah 1: Picture the Problem

Profits from Buying Calls


$15
Profits, Exercise Price =$25

$10

$5

$0
$0 $10 $20 $30 $40 $50
($5)

($10)
Stock Price

54
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 2: Decide on a Solution Strategy

Persamaan 20-1 dapat digunakan untuk menentukan nilai call option dengan menggunakan Black-Scholes
option pricing model.

Langkah 3: Solve

55
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 4: Analyze

• Nilai opsi ini dengan menggunakan BS-OPM adalah $7.95.

• Harga saham saat ini sebesar $32 merepresentasikan profit sebesar $7 di atas harga pelaksanaan
$25. Tambahan sebesar $0.95 dapat dipandang sebagai time value dari call option yaitu premi
yang tersedia di pasar untuk suatu kemungkinan di mana harga saham akan meningkat lebih tinggi
selama 90 hari ke depan.

Kontrak Tukar-Menukar (Swap Contract)

• Swap contract berupa kegiatan tukar-menukar (swapping) atau perdagangan (trading) satu set
pembayaran kepada pihak lain.
• Tingkat bunga swap (Interest rate swap) berupa pembayaran bunga tetap perdagangan atas
pembayaran tingkat bunga mengambang.
• Mata uang swap (currency swap) berupa pertukaran kewajiban utang dalam mata uang berbeda.

Figure 20.10 Fixed Rate for Floating Interest Rate Swap

Credit Default Swaps

Jika seorang investor khawatir bahwa obligasi yang dimilikinya akan gagal bayar (default), maka ia dapat
membeli credit default swap yang akan membayar bila pembayaran obligasi mengalami kegagalan.

Namun demikian, instrumen ini telah disalahgunakan dan memainkan peran sentral pada terjadi krisis
pasar keuangan global yang mengarah pada kondisi resesi di Amerika dan negara-negara lain.

56
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

RPS 14: INTERNATIONAL BUSINESS FINANCE (BAB 19)


1. PASAR VALUTA ASING DAN KURS VALUTA ASING (Foreign Exchange Markets and the Currency
Exchange Rates)
Pasar Valuta Asing:
 Pasar keuangan terbesar yang memiliki volume perdagangan harian lebih dari $4 trilyun.
 Dikelola dalam bentuk over-the-counter market
 Perdagangan didominasi oleh sedikit mata uang termasuk U.S. dollar, Japanese Yen, dan Euro.
 Partisipan utama meliputi para importir/ eksportir, para pedagang mata uang, dan para manajer
portofolio/ para investor.

Kurs Valuta Asing


 Kurs valuta secara sederhana adalah nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai
mata uang negara lain.
 Contoh, jika kurs mata uang U.S. dollar terhadap Euro adalah sebesar $1.35 terhadap 1, maka
hal ini berarti bahwa dibutuhkan $1.35 untuk membeli satu Euro.

57
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Table 19.1 Kurs Valuta Asing (December 26, 2012)

• Direct quote – menggambarkan jumlah unit dalam dollar Amerika untuk membeli 1 unit mata
uang asing. Anda membutuhkan $0.99 untuk membeli 1 dollar Kanada (see table 19.1).
• Indirect Quote – menggambarkan jumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli
satu dollar Amerika. Anda membutuhkan C$1.0074 untuk membeli 1 dollar Amerika (see table
19.1).
• Direct quote untuk Chilean Peso adalah 479.35. Dengan demikian, indirect quote-nya menjadi:
Indirect quote = 1÷ 479.35 =0.0021

CHECKPOINT 19.1: CHECK YOURSELF


Pertukaran Valuta

Problem
Misalkan seorang penguasa asal Amerika harus membayar sebesar $2,000 kepada seorang warga negara
Inggris pada tanggal 26 Desember 2012. Berapa banyaknya uang pounds yang diterima oleh warga
negara Inggris tersebut?

Langkah 1: Picture the Problem


Faktor penentu dari jumlah uang pound yang diterima oleh warga negara Inggris adalah kurs mata
uang antara dollar dengan pound.

58
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Grafik berikut menunjukkan bahwa jumlah yang diterima dalam Pound berbeda-beda bergantung pada
kurs tukarnya. Oleh karena itu, jika kurs tukar adalah 1$=£.8, maka warga negara Inggris tersebut akan
menerima hanya £1,600.

Exchange Rate Impact on


Pounds Received
2500
2000
Pounds

1500
1000
500
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Pounds per Dollar

Langkah 2: Decide on a Solution Strategy

Untuk menentukan jumlah pound yang akan diterima oleh warga negara Inggris atas jumlah dollar
sebesar $2,000, kita memerlukan informasi tentang jumlah pound yang diperlukan untuk membeli satu
dollar Amerika, yaitu indirect exchange rate quote.

Langkah 3: Solve

Jumlah uang pound yang diterima:

= (£/$ × $) × $2,000

= Indirect quote × $2,000

= £ 0.6198/$ × $2,000

= £1,239.60

Langkah 4: Analyze

• Warga negara Inggris akan menerima £1,239.60 menggunakan indirect quote.


• Jika kita menggunakan direct quote, kita akan mendapatkan jawaban yang salah, yaitu
£3,226.60 (2000 × 1.6133)

Kurs Tukar dan Arbitrase

• Arbitrase adalah proses membeli dan menjual di lebih dari satu pasar untuk mengurangi risiko
kerugian karena selisih kurs.
• Arbitrasi sederhana mengeliminasi perbedaan kurs tukar mata uang lintaspasar untuk satu mata
uang.

59
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Asked and Bid Rates

• Asked rate (selling rate) – nilai kurs saat bank menjual mata uang asing.
• Bid rate (buying rate) – nilai kurs saat bank membeli mata uang asing.
• Perbedaan antara kurs jual dan kurs beli dikenal dengan istilah bid-asked spread.

Kurs Silang (Cross Rates)

Kurs silang adalah penghitungan kurs tukar untuk suatu mata uang dari kurs tukar dua mata uang lainnya.
Cth: Diketahui dollar/pound ($/£) exchange rate = 1.6133
Kurs euro/dollar (€/$) exchange rate= 0.7585
Berapa exchange rate euro/pound (€/£) ?
Jawab:

1. 6133 x 0.7585 = €.12237/£

Jadi, pound/euro exchange rate=


1/ 1.2237 = £0.8172/€ (hasilnya sama seperti table di bawah)

Table 19.2 Key Currency Cross Rates (December 26, 2012)

Jenis Transaksi Pertukaran Valuta Asing

• Spot exchange rate adalah kurs atas pengiriman segera (immediate delivery).
• Forward exchange rate adalah kurs yang disepakati hari ini namun untuk pelaksanaan pengiriman
atau pembayaran di masa yang akan datang.
• Spot and forward rate quotes diberikan pada Table 19-1.
• Forward rate biasanya mengacu pada premium atau diskon pada spot rate yang berlaku. Contoh,
Franc Switzerland untuk 30 hari bernilai 0.0001 premium (0.9773 - 0.9772) .

60
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

• Premium atau diskon ini dikenal dengan nama forward-spot differential.


• Forward-spot differential dapat digambarkan sbb:

Dimana F= the forward rate, direct quote

S = the spot rate, direct quote

Premium atau diskon dapat juga digambarkan dalam bentuk persentase tahunan, yang dihitung dengan
cara sbb:

CHECKPOINT 19.2: CHECK YOURSELF


Menentukan Persen-per-tahun Premium atau Diskon
The Problem

Dari informasi yang diberikan (berdasarkan table 19.1) , berapakah premiun atau diskon dari spot rate
yang berlaku saat ini untuk mata uang Yen satu bulan?

Langkah 1: Picture the Problem

Langkah 2 dan Langkah 3

F= 0.001180 , S=0.02279 n=1 month, F>S  annualized percentage premium

Annualized percentage premium= (0.01180 -0.01179)/0.01179 × (12/1) × 100 = 1.018%

61
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 4: Analyze

Kita peroleh besarnya premium 1.018% dimana forward rate lebih besar daripada spot rate.
Tingkat premium atau diskon ditentukan oleh kekuatan pasar.

2. Paritas Tingkat Bunga Dan Daya Beli (Interest Rate and Purchasing Power Parity)
Paritas Tingkat Bunga
Paritas tingkat bunga adalah suatu teori yang dapat digunakan untuk menghubungkan perbedaan dalam
tingkat bunga pada dua negara dengan rasio spot dan forward exchange rate dari mata uang kedua
negara tersebut

Paritas tingkat bunga berarti bahwa Anda mendapatkan total imbalan yang sama dari dua opsi berikut
ini:
– Menginvestasikan dollar dalam suatu tingkat bunga bebas risiko; atau
– Mengkonversi dollar ke mata uang Yen Jepang dan menginvestasikannya dalam tingkat bunga
bebas risiko di Jepang setelah itu mengkonversinya kembali ke dalam dollar.

Contoh:

Anda memiliki $1,000,000 untuk diinvestasikan dan Anda memperhatikan kurs pasar sbb:
1$ = ¥ 106
180-day forward rate = 103.50
U.S. 180-day risk-free interest rate = 4.4%
Japan 180-day risk-free interest rate = 2%
Tentukan berapakah paritas tingkat bunganya?
Opsi I : Menginvestasikan langsung di USA dan menghasilkan 4.4%
1,000,000 * 1.044 = $1,044,000
Opsi II: (a) Mengonversi menjadi Yen pada spot rate = ¥ 106,000,000
(b) Menginvestasikan pada tingkat bunga 2%
= ¥106,000(1.02) = ¥ 108,120,000
(c) Menginversikan ke dalam $ pada forward rate
= 108,120,000 ÷103.5 = $1,044,638
==> Perbedaan sebesar $638 ==> Paritas Tingkat Bunga tidak berlaku

62
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Paritas Daya Beli dan Hukum Satu Harga


Berdasarkan teori paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP), kurs valuta tersesuaikan
sehingga barang-barang yang identik biayanya sama, dimanapun di belahan bumi ini dibeli. Dasar dari
PPP adalah hukum satu harga atau law of one price.

Key Currency Cross Rates (December 26, 2012)

• Perbedaan pada harga Big Mac dapat dijelaskan melalui perbedaan dalam pajak, biaya buruh,
biaya bahan baku, dan biaya sewa di antara berbagai negara.
• Secara umum, kita berharap PPP (Purchasing Power Parity) berlaku pada barang-barang yang
dapat dikirimkan dengan ongkos yang murah di antara berbagai negara. PPP sepertinya tidak
berlaku untuk barang-barang nonperdagangan seperti makanan restoran dan usaha potong
rambut.

The International Fisher Effect


International Fisher Effect (IFE) mengasumsikan bahwa real rates of return are the same di seluruh dunia,
sehingga apabila terdapat perbedaan nominal imbalan di dunia maka hal ini terjadi karena adanya
perbedaan tingkat inflasi.

63
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Contoh Berapakah nilai nominal tingkat bunga di UK dan USA, bila tingkat inflasi yang diperkirakan di UK
6% dan di USA 3%.
Asumsikan bahwa real rate of interest sama dengan 2% di kedua negara tersebut.
• USA = .03 + .02 + [.03×.02] = 5.06%
• UK = .06 + .02 + [.06×.02] = 8.12%
IFE memberikan peringatan bahwa kita jangan berinvestasi pada suatu negara hanya karena
negara tersebut menawarkan tingkat bunga yang paling tinggi. Tingkat bunga yang tinggi
memberikan indikasi bahwa inflasinya juga tinggi. Oleh karena ini, setiap keuntungan yang
diperoleh dari tingkat bunga akan ter-offset oleh kerugian akibat depresiasi valuta asing.

3. Penganggaran Modal Untuk Investasi Asing Langsung (Capital Budgeting For Direct Foreign
Investment)
Direct foreign investment terjadi pada saat suatu perusahaan dari suatu negara melakukan investasi
fisik dalam bentuk pembangunan gedung pabrik di negara lain. Suatu multinational corporation (MNC)
merupakan pihak yang dapat mengendalikan investasi seperti ini.
• Alasan utama dari dilakukannya direct foreign investment oleh perusahaan-perusahaan Amerika
adalah prospek imbalan yang lebih besar dari investasi seperti ini.
• Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi asing sama dengan metode yang
digunakan untuk mengevaluasi keputusan penganggaran modal di dalam negeri.

CHECKPOINT 19.3: CHECK YOURSELF


International Capital Budgeting
The Problem
Suatu perusahaan Amerika sedang mencari proyek baru yang dapat menghasilkan arus kas seperti di
bawah ini, dengan harapan dapat dikembalikan kepada perusahaan induk dan diukur dalam South
African Rand (SAR).

Year Cash flow (in millions of SAR)


0 -20
1 10
2 10
3 6
4 6
Selain itu, risk-free rate di Amerika adalah 4 persen, dan proyek ini lebih berisiko dibandingkan sebagian
besar proyek lainnya, juga perusahaan menetapkan 10 persen premium di atas risk-free rate. Sehingga,
tingkat diskonto yang pantas untuk proyek ini adalah 14 persen.
Current spot exchange rate adalah 0.11 SAR/$, dan the 1-year forward exchange rate adalah 0.107SAR/$.
Berapakah NPV proyek tersebut?

64
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Langkah 1: Picture the Problem

Garis waktu tersebut menggambarkan sbb:


– The discount rate is 14%.
– A cash outflow of -20 million SAR occurs at the beginning of the first year (at time 0), followed by
positive cash inflows during the next four years.

Langkah 2: Decide on a Solution Strategy

• Untuk menghitung NPV proyek, kita perlu untuk mengonversi terlebih dahulu South African Rand
ke dalam U.S. dollars. Namun demikian, kita hanya memiliki 1-year forward rates.
• Kita dapat menggunakan persamaan 19-5 dan forward rate and spot rate yang ada untuk
menentukan interest rate differential dari kedua negara tersebut.
• 1 year forward rate = (interest rate differential) × (spot exchange rate)
• Kita dapat menggunakan forward rate untuk mengonversi arus kas yang diukur dalam SARs menjadi
U.S. dollars. Setelah kita memiliki arus kasnya, maka kita dapat menghitung NPV dengan
menggunakan tingkat diskonto 14%.

Langkah 3: Solve

• Interest rate differential


= Forward rate/spot rate
= .107/.1= 0.9727
• Kita dapat menggunakan interest rate differential untuk menghitung forward exchange rate dan
kemudian mengonversi arus kas berdenominasi SAR ke dalam U.S. dollars.

65
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA

Using Excel Spreadsheet

Langkah 4: Analyze

Catatan, arus kas yang relevan adalah arus kas yang diharapkan akan diserahkan kembali ke negara asal
termasuk initial cash outflow-nya. Juga, tingkat diskonto harus dalam mata uang yang sama dengan arus
kas yang dilakukan penghitungan. Di sini, tingkat diskoto dalam U.S. dollars, sehingga kita pun harus
mengonversi arus kas dalam SAR menjadi ke dalam U.S. dollars.

Foreign Investment Risks

Risiko-risiko dalam penganggaran modal dalam negeri muncul dari dua sumber, yaitu:
 Risiko bisnis (Business risk) berhubungan dengan produk atau jasa tertentu dan ada ketidakpastian
dengan pasar.
 Risiko Keuangan (Financial risk) adalah risiko yang muncul dari investasi sebagai akibat dari bagaimana
proyek tersebut didanai.
Investasi asing langsung juga meliputi Political risk – yaitu ketidakstabilan politik suatu negara yang
muncul karena perubahan kebijakan, seperti:
 Eksplorasi tanah dan peralatan.
 Pendapatan anak perusahaan asing yang tidak dapat dikonversi.
 Perubahan substansial dalam tarif pajak.
 Ketentuan tentang kepemilikan pihak lokal dalam usaha.
Exchange rate risk – yaitu risiko bahwa nilai investasi dan operasional perusahaan akan berdampak
terbalik dengan perubahan nilai kurs. Contoh, jika Yen Jepang terdepresiasi, maka dapat diterjemahkan
bahwa sedikit dollar yang akan bisa dikirimkan kembali ke Amerika.

66

Anda mungkin juga menyukai