I. INVESTMENTS
Adalah penanaman uang/ modal dalam suatu perusahaan/ proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Dalam akuntansi, investasi termasuk ke dalam bagian Aset perusahaan.
2. Debt Investment
Adalah investasi dalam bentuk obligasi, baik obligasi pemerintah maupun obligasi
perusahaan.
a. Akuisisi Obligasi
Pada saat akuisisi, obligasi dicatat menggunakan metode cost. Harga perolehan
(cost) adalah sebesar segala biaya yang muncul untuk memperoleh obligasi tsb,
seperti harga obligasi itu sendiri, broker fee, dll.
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Berkah Sentosa membeli investasi berupa
obligasi senilai Rp 100.000.000 dengan suku bunga contractual sama dengan
suku bunga pasar sebesar 10%. Selain itu, dalam rangka perolehan obligasi
tersebut PT Berkah Sentosa membayar biaya perantara sebesar Rp 2.500.000.
Bunga obligasi dibayar per tanggal 1 Januari.
1 Jan 18 Debt Investment Rp 102.500.000
Cash Rp 102.500.000
b. Pengakuan Bunga
Pada tanggal 31 Desember 2018, PT Berkah Sentosa mengakui bunga tahunan
yang akan diterima pada tanggal 1 Januari 2018.
31 Des 18 Interest Receivable Rp 10.000.000
Interest Revenue Rp 10.000.000
*) 10% x Rp 100.000.000
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
c. Penjualan Obligasi
Penjualan obligasi dicatat dengan mengkredit akun debt investment senilai harga
perolehan (cost). Kemudian perusahaan mencatat untung/ rugi atas penjualan
obligasi senilai selisih antara kas bersih yang diterima (harga jual dikurangi biaya
broker) dengan cost.
Pada tanggal 2 Januari 2019, PT Berkah Sentosa menjual investasi obligasinya
senilai Rp 80.000.000
2 Jan 19 Cash Rp 80.000.000
Loss on Sale of Debt Investment Rp 22.500.000
Debt Investment Rp 102.500.000
3. Share Investment
Ketika perusahaan memegang saham dari perusahaan yang berbeda, kelompok
sekuritas diidentifikasi sebagai investment portofolio. Pencatatan akuntansi untuk
investasi saham tergantung pada tingkat pengaruh investor atas operasi dan urusan
keuangan dari investee.
Kepemilikan < 20%
Pencatatannya menggunakan metode cost dengan penyesuaian terhadap Fair
Value, dimana perusahaan mencatat investasi sebesar harga perolehan (cost)
dan mengakui pendapatan hanya saat menerima cash dividend. Pengaruh
kepemilikan saham < 20% adalah tidak signifikan.
a. Akuisisi Saham
Sama seperti debt investment, biaya yang dicatat saat akuisisi saham adalah
seluruh pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh saham, termasuk
broker fee.
Pada tanggal 1 Juli 2018, PT Berkah Sentosa mengakuisisi 100 lembar saham
dari PT Jaya Abadi (10% kepemilikan). PT Berkah Sentosa membayar Rp
5.000 untuk tiap lembarnya.
1 Jul 18 Share Investment Rp 500.000
Cash Rp 500.000
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
b. Penerimaan Dividend
Jika PT Berkah Sentosa menerima dividend sebesar Rp 20 pada tanggal 30
Juni 2019 untuk setiap lembar saham, maka:
30 Jun 19 Cash Rp 2.000
Dividend Revenue Rp 2.000
*) Rp 20 x 100 lembar
c. Penjualan Saham
Sama seperti debt investment, penjualan share investment dicatat dengan
mengkredit akun share investment sebesar biaya perolehan dan mendebit
akun cash sebesar kas bersih yang diterima. Apabila terdapat selisih, maka
diakui sebagai Gain/ Loss on Sale of Share Investment.
Pada tanggal 31 Desember 2019, PT Berkah Sentosa menjual seluruh saham
PT Jaya Abadi yang dimilikinya (100 lembar) dengan menerima kas sebesar
Rp 510.000
31 Des 19 Cash Rp 510.000
Share Investment Rp 500.000
Gain on Sale of Share Investment Rp 10.000
PENTING!!!
Fair Value adjustment modelnya seperti AFDA, yaitu disesuaikan setiap akhir
periode. Jadi jurnalnya adalah sebesar berapa yang harus ditambah/ dikurang untuk
dapat saldo unrealized Gain/Loss pada tahun ybs. Jadi teliti dulu yaaa kalo misal ada
saldo Fair Value adjustment di awal periode (di neraca awal tahun).
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
*Nah Revenue/ Loss from Share Investment ini akan dilaporkan di Income
Statement di bagian Other Income and Expense.
Contoh lebih jelasnya ada di KIESO halaman 618-621 yaa. Yang penting
perhatikan step-stepnya!
OPERATING ACTIVITIES
kecuali Dividend Payable
(Financing Activities)
PT. ABC
Statement of Financial Position
For The Year Ended ………..….
ASSETS LIABILITIES
Current Assets Current Liabilites
!! PENJELASAN !!
Depreciation/Amortization Expense tidak ada hubungannya dengan kas, sehingga harus
dihilangkan efeknya pada Net Income. Dikarenakan efek awalnya mengurangi Net
Income, dalam mencari Net Cash harus ditambahkan kembali.
Loss/Gain on Disposal of Plant Assets/Non-Trading Investment harus dihilangkan
efeknya pada Net Income karena bukan termasuk dalam aktivitas operasional
(melainkan aktivitas investasi). Dikarenakan Loss efek awalnya mengurangi Net Income,
untuk menghilangkan efeknya harus ditambahkan kembali. Sebaliknya, karena Gain
berefek menambah, jadi harus dikurangkan untuk menghilangkan efeknya.
Nilai Increase / Decrease didapat dari selisih saldo awal periode berjalan (atau saldo
akhir periode sebelumnya) dengan saldo akhir periode berjalan atas suatu akun.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Mengapa Kenaikan Current Assets (Increase in Current Assets) berefek mengurangi Net
Income?
Contoh :
Accounts Receivable = Saldo Awal Rp10.000.000
Saldo Akhir Rp20.000.000
Kenaikan Rp10.000.000
Hubungan Account Receivable dengan Net Income yakni atas Sales secara kredit,
apabila terdapat kenaikan saldo Account Receivable dapat diasumsikan bahwa terdapat
nilai penjualan tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp10.000.000. Jika nilai Sales pada Income Statement sebesar Rp100.000.000, maka
nilai Sales yang diterima secara tunai hanya sebesar Rp90.000.000.
= Kenaikan Account Receivable > menurunkan Sales > menurunkan Net Income
Contoh lagi yaa:
Prepaid Rent = Saldo Awal Rp 7.000.000
Saldo Akhir Rp10.000.000
Kenaikan Rp 3.000.000
Hubungan Prepaid Expense dengan Net Income yakni atas Rent yang bebannya
telah diakui (Rent Expense), apabila terdapat kenaikan saldo Prepaid Rent artinya
terdapat nilai sewa tahun berjalan yang telah dibayar namun belum dapat diakui sebagai
beban sebesar Rp3.000.000. Jika nilai Rent Expense pada Income Statement sebesar
Rp20.000.000, maka nilai Rent yang sebenarnya sudah dibayar pada tahun berjalan
sebesar Rp23.000.000.
= Kenaikan Prepaid Rent > menaikkan Rent Expense > menurunkan Net Income
Increase In Current Assets > Decrease In Revenue > Decrease in Net Income
Increase In Current Assets > Increase In Expense > Decrease in Net Income
BERLAKU SEBALIKNYA UNTUK DECREASE IN CURRENT ASSETS
saldo Unearned Rent Revenue artinya terdapat nilai pendapatan sewa yang telah
diterima pembayarannya dari pelanggan namun belum dapat diakui sebagai
pendapatan tahun berjalan sebesar Rp5.000.000. Jika nilai Rent Revenue pada Income
Statement sebesar Rp150.000.000, maka nilai kas yang telah diterima dari Rent
sebenarnya adalah sebesar Rp155.000.000.
= Kenaikan Unearned Rent Revenue > menaikkan Rent Revenue > menaikkan Net Income
Increase In Current Liabilities > Decrease in Expense > Increase in Net Income
Increase in Current Liabilities > Increase in Revenue > Increase in Net Income
BERLAKU SEBALIKNYA UNTUK DECREASE IN CURRENT LIABILITIES
PENTING :
Untuk Direct Method (Metode Tidak Langsung), dikarenakan transaksi
ditelusuri untuk tiap-tiap aktivitas, nilai Increase/Decrease tidak
dicantumkan pada Laporan (seperti pada Indirect Method), namun nilai
tersebut digunakan untuk menghitung nilai kas masuk/kas keluar atas
suatu transaksi.
Cash Rp52.000.000
Accumulated Depreciation - Building Rp50.000.000
Gain on Disposal of Plant Assets Rp 2.000.000
Building Rp100.000.000
INDIRECT METHOD
!! YANG BERBEDA HANYA PENYAJIAN OPERATING ACTIVTIES, UNTUK INVESTING & FINANCING
ACTIVITIES BAIK INDIRECT MAUPUN DIRECT DISAJIKAN DENGAN FORMAT YANG SAMA !!
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
1. Akuntansi Manajerial
Adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan
informasi akuntansi untuk manajer/ manajemen dalam suatu organisasi dan untuk
memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan
memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan
fungsi control.
Akuntansi Manajerial
Informasi manajerial dirancang untuk kebutuhan spesifik perusahaan. Informasi ini
termasuk:
a. Historical Data, memberikan ukuran objektif dari kegiatan operasi di periode yang
lalu.
b. Estimated Data, memberikan perkiraan subjektif tentang keputusan masa depan
Manajemen perusahaan menggunakan informasi tersebut untuk mengarahkan
operasi harian, perencanaan masa depan, dan mengembangkan strategi bisnis.
Berbeda dengan akuntansi keuangan (Financial Accounting), akuntansi manajerial
tidak harus selalu:
Disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini
dikarenakan hanya manajemen yang menggunakan informasi tersebut.
Dilaporkan pada interval yang tetap. Jadi perusahaan boleh saja membuat
laporan keuangan kapan saja ketika dibutuhkan. Tidak harus selalu setiap 1
tahun/ 1 siklus operasi.
Disiapkan untuk bisnis secara keseluruhan. Sebagian besar laporan manajemen
disiapkan untuk produk, proyek, wilayah penjualan, atau segmen tertentu.
Manufacturing Cost
Merupakan biaya dari material yang digunakan dalam memproduksi suatu
produk, juga biaya yang digunakan untuk mengubah material menjadi produk
jadi.
a. Direct Material Cost
Merupakan biaya material yang membentuk sebuah produk jadi. Misal, biaya
tepung terigu untuk pembuatan kue. Biaya yang dapat dikategorikan sebagai
Direct Material apabila memiliki unsur biaya:
- Bagian integral dari produk jadi
- Biaya yang signifikan dari total biaya produk
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 9
PERMINTAAN AGREGAT I : MEMBANGUN MODEL IS-LM
A. Definisi
1. Model IS-LM adalah model yang menunjukkan apa yang menyebabkan kurva permintaan
agregat bergeser.
2. Terdapat dua bagian model, yaitu:
a. Model IS (Investasi-Saving)
Model yang menyatakan apa yang terjadi pada pasar barang dan jasa.
b. Model LM (Liquidity-Money)
Model yang menyatakan apa yang terjadi pada penawaran dan permintaan terhadap
uang.
Look!
Kurvanya adalah MPC. Kenapa bergerak keatas? Karena makin tinggi
pendapatan, maka konsumsi akan semakin tinggi, dan E akan naik.
3. Aktual dan Direncanakan itu selalu beda.
Kenapa? Masalah utamanya adalah investasi persediaan. Perusahaan mungkin
terlibat dalam investasi persediaan yang tidak direncakan, penyebabnya bisa
karena penjualan yang tidak sesuai harapan.
c. Perekonomian dalam Ekuilibrium
1. Perekonomian akan ekuilibrium ketika :
Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Ekspenditure
Y =E
2. Kurvanya :
Look!
Itu garis kurva Y nya bentuknya 45 derajat keatas ya. Selalu gitu. Udah pasti.
Tinggal E nya nanti yang bergerak-gerak.
3. Kenapa Ekuilibriumnya di Y = E?
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Asumsikan bahwa Pengeluaran Aktual adalah total barang yang diproduksi, dan
Pengeluaran yang Diharapkan adalah barang yang benar-benar laku.
a. Titik Y1, Aktual > Diharapkan.
Pada titik ini, barang yang diproduksi lebih banyak dari yang laku. Akhirnya
produksi yang berlebih akan disimpan sebagai persediaan, dan perusahaan
akan memutuskan untuk mengurangi produksi. Akibatnya jumlah Y akan
berkurang agar sesuai dengan jumlah barang yang terjual, titik ekuilibrium.
b. Titik Y2, Aktual < Diharapkan
Pada titik ini, barang yang laku lebih banyak dari yang diproduksi. Dititik ini
barang yang lebih diproduksi saat titik Y1 dikeluarin semua, dijuaaal!. Trus kl
udah abis stoknya, perusahaan akan merekrut banyak pekerja untuk
menambah produksi sehingga Y akan naik ketitik ekuilibrium.
3. Adapun Rumusnya :
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pengganda Pajak
1. Definisi sama kayak pengganda belanja pemerintah ya, intinya setiap
kenaikan pajak $1 maka Y akan turun berapa.
2. Adapun karakteristiknya :
a. Nilainya negatif. Karena kenaikan pajak akan mengurangi konsumsi yang
akan menurunkan pendapatan
b. Lebih besar dari satu. Alasannya sama kayak belanja pemerintah polanya.
c. Lebih kecil dari pengganda belanja pemerintah
Konsumen menghemat bagian (1-MPC) dari pemotongan pajak, sehingga
dorongan awal belanja dari pemotongan pajak lebih kecil daripada
kenaikan yang sama dalam G.
3. Adapun rumusnya:
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Cara bacanya, kalau pajak naik $1, maka pendapatan turun $4.
Look!
Yang berubah itu Gnya, akibatnya Ynya berubah juga. Tetapi, r nya tetap. Sehingga
pada kurva IS, terjadi pergeseran ke kanan.
r = Berhubungan terbalik
Y = berhubungan searah.
b. Kurva LM
Misal, terdapat kenaikan pendapatan (Y), ini akan menyebabkan kurva permintaan
uang bergeser ke atas. Akibatnya r akan naik juga.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Look!
Perubahan M akan menggeser penawaran kurva LM ke kiri. Akibatnya r akan
bergeser ke atas tetapi Y nya tetap.
2. Ekuilibrium Perekonomian
Titik dimana kurva IS dan kurva LM berpotongan yang akan memberikan tingkat bunga r
dan pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk pasar barang & jasa serta pasar uang.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Berdasarkan gambar diatas, apa yang kita pelajari ini adalah bagian kecil awal untuk dapat
memahami fluktuasi ekonomi jangka pendek ya!
Usahain paham bagian ini, karena materi ini akan berhubungan ke bab-bab berikutnya.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 10
PERMINTAAN AGREGAT II : PENERAPAN MODEL IS-LM
Jadi, BI akan menurunkan jumlah uang beredar agar LM bergeser ke kiri, sehingga
r tetap konstan tapi berdampak pada penurunan Y yang sangat parah
(memperburuk resesi).
3. Mempertahankan Pendapatan, Y
Untuk mengatur tingkat bunga BI perlu melakukan operasi pasar untuk merubah
JUB Sehingga r akan berubah.
BI lebih sering pakai tingkat bunga karena :
a. Guncangan lebih sering pada IS daripada LM
b. JUB susah untuk diukur tingkat bunga lebih mudah diukur dalam jk. Pendek
Simpulan :
1. Perubahan pd tingkat harga (endogen) Pergerakan di sepanjang kurva AD
2. Perubahan selain harga (eksogen) Pergeseran pada kurva AD.
2. Model IS-LM dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Pada sub-bab ini, kita tentuin kurva IS-LM akan mempengaruhi jangka panjang dan
bisa ngebandingin bedanya model Keynesian sama model klasik.
b. Kurva IS-LM dan Model AS-AD
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Penjelasan :
1. Kurva IS-LM
Pergerakan dari K ke C hanya bisa dilakukan dari kebijakan moneter. Gak bisa
bergerak dengan sendirinya.
2. Kurva AD/AS Klasik
Pergerakan dari K ke C terjadi dengan adanya penyesuaian harga secara langsung
untuk menjamin Ynya selalu dititik alamiah.
c. Perbedaan Model Klasik dan Model Keynesian
1. Model Keynesian
IS Y = c(Y-T) + I(r) + G
IM M/P = L (r,Y)
Ada 3 variabel endogen, yaitu Y, P dan r. Dengan asumsi P tetap, maka r dan Y aja
yang bisa disesuaikan untuk memenuhi persamaan IS-LM
2. Model Klasik
Asumsi Y adalah tetap, jadi P dan r yang berubah untuk memenuhi persamaan
IS-LM
3. Simpulan
a. Keynesian Jangka pendek, dimana harga tetap tapi Y dan r berubah
b. Klasik Jangka panjang, dimana Y tetap tapi P dan r berubah.
C. Depresi Besar
Teori Keynesian lahir karena adanya depresi besar ini. Jadi boleh dipahami aja. Baca dibuku
untuk cerita super lengkap.
1. Hipotesis Pengeluaran: Guncangan pada Kurva IS
a. Hipotesis Pengeluaran
Hipotesis yang meletakkan kesalahan terjadinya depresi besar pada penurunan
eksogen dalam pengeluaran atas barang dan jasa. Buktinya :
1. Penurunan pendapatan yang diikuti dengan turunnya tingkat harga
2. Pergseran kontraktif kurva IS ke kiri
b. Alasan Kurva IS Bergeser
1. Turunnya Konsumsi
2. Turunnya Investasi Investasi perumahan yang booming tiba-tiba jatuh karena
berkurangnya imigran, yang menyebabkan populasi mengecil/melambat.
c. Depresi Besar Terjadi Efeknya ke Penurunan Pengeluaran
1. Banyak Bank Bangkrut
Bank andilnya besar atas penawaran dana investasi Bank berkurang
Investasi berkurang Toko banyak yang gak buka.
2. Pemerintah Fokus pada Keseimbangan Anggaran
Pemerintah fokus pada anggaran yang seimbang, sehingga menaikkan pajak yang
menyebabkan konsumsi turun, serta melakukan penghematan dengan
mengurangi belanja pemerintah.
2. Hipotesis Uang: Guncangan pada Kurva LM
a. Hipotesis Uang
Depresi besar terhadi karena FED membiarkan JUB turun dalam jumlah yang besar.
Dengan bukti di tahun 1929 – 1933 JUB turun 25% dan pengangguran naik.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 11
PEREKONOMIAN TERBUKA: MODEL MUNDELL-FLEMING DAN REZIM KURS
A. Model Mundell-Fleming
1. Asumsi: Perekonomian Terbuka Kecil dengan Mobilitas Modal Sempurna
a. Asumsi Perekonomian Terbuka Kecil
Ini artinya tingkat bunga (r) yang akan digunakan adalah tingkat bunga dunia (r*)
r = r*.
r* nilainya eksogen ya
b. Mengapa bisa sama?
Jadi, negara yang kita pakai sebagai dasar sekarang punya akses mobilitas modal
sempurna ke dunia. Aliran modal internasional cukup memadai untuk
mempertahankan tingkat bunga domestik sama dengan tingkat modal dunia.
Eh? Kok bisa ya? Gini ceritanya :
Misal r > r* ini berarti tingkat bunga domestik itu lebih besar daripada tingkat
bunga dunia. Yaudah orang-orang di dunia akan investasi ke domestik dong soalnya
nguntungin. Makin banyak aliran uang yang masuk, akhirnya r domestik turun lagi
sampe sama dengan r*.
2. Pasar Barang dan Kurva IS*
a. Persamaan Perekonomian Terbuka
Karena ini perekonomian terbuka, maka persamaan pendapatan/outcome :
Y = C( Y – T ) + I (r*) + G + NX (e)
Nah, sekarang kita lacak, mana yang eksogen mana endogen.
1. Eksogen Kebijakan fiskal (G, T) dan Tingkat bunga (r*)
2. Endogen Y dan juga e
Masih inget e? materi sebelum UTS.
b. Apa itu e?
e adalah Kurs Nominal. Sedangkan ϵ adalah kurs riil
Nah, sekarang kita pake asumsi harga tetap ya, jadi P = P*, sehingga akibatnya e = ϵ.
Naik turunnya kurs nominal akan menyebakan kurs riil berubah.
c. Kurva IS*
Karena yang endogen sekarang itu e sama Y, untuk kurva IS* kita cari hubungan antara
si e sama Y.
Ingat. Semakin tinggi kurs nominal suatu negara (e), maka harga uangnya makin
mahal/menguat. Karena harga tetap, maka kurs nominal = kurs riil. Akibatnya,
semakin tinggi e, harga barang domestik relatif lebih mahal dari harga barang luar
negeri, sehingga ekspor barang akan semakin rendah dan impor akan lebih banyak,
alias NX nya mengecil.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Mari kita analisis. (Cara analisis sama kayak IS-LM kemarin ya)
a. The Net-Export Schedule (Skejul NX)
1. Misalnya, terjadi kenaikan dalam kurs nominal
2. Akibatnya jumlah ekspor akan menurun dan jumlah impor akan meningkat,
sehingga NX akan turun (Sesuai penjelasan diatas)
3. Oleh karena itu, NX akan turun sebesar ΔNX.
b. The Keynesian Corss (Perpotongan Keynesian)
1. Karena NX turun, akibatnya E akan turun kan yak geser ke bawah
2. E turun, akibatnya Y akan turun juga.
c. The IS* Curve
1. Jadi, jelas kan Naiknya e akan berakibat akhir pada turunnya Y
2. Jadilah kurva IS*. Hubungan berkebalikan antara e dan Y. Selamat!
3. Pasar Uang dan Kurva LM*
a. Persamaan Perekonomian Terbuka
(M/P)s = L( r*, Y )
Sekarang cek, mana eksogen mana endogen :
1. Eksogen = (M/P)S Ditentuiin BI, r*
2. Endogen = Y.
Look! Endogennya cuma si Y, kurs nominal “e” gak memberi dampak pada kurva LM
b. Kurva LM*
Karena e tidak memberikan dampak pada Y, jadi kurvanya ya gitu, lempeng aja lurus.
Karena hubungan e dan Y tidak ada.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
b. Model Mundell-Fleming
Ekuilibirum pasar barang-jasa dan pasar uang berada dititik pertemuan antara kurs
nominal (e) dan Y Ingat asumsi P=P*.
kurs nominal (e) akan menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan simultan di pasar
barang dan pasar uang.
2. Kebijakan Fiskal
a. Case
Misal pemerintah mendorong pengeluaran domestik, sehingga belanja pemerintah
(G) naik. G naik E naik IS* geser ke kanan Tinggal gambar Kurva Mundell dan
liat dampaknya.
b. Kurva
b. Kurva
Akibatnya e turun dan Y naik. Buat yang pengen tau alasannya, silahkan baca narasi.
c. Narasi/Penjelasan
1. Ketika Bank Sentral menaikkan jumlah uang beredar Dampaknya penawaran
uang akan meningkat r domestik akan turun
2. Turunnya r domestik mengakibatkan alokasi modal internasional dibawa keluar
agar lebih menguntungkan. Sehingga menyebabkan r akan perlahan naik sehingga
sama lagi dengan r*
3. Adanya alokasi modal keluar menyebabkan penawaran uang rupiah jadi banyak
banget, sehingga rupiah jadi melemah alias kurs nominal (e) jadi turun
4. Turunnya e menyebabkan harga dalam negeri relative lebih murah dari luar
negeri, sehingga ekspor jadi makin banyak dan impor berkurang. NX jadi naik
5. Naiknya NX akan menyebabkan Y naik. (akhirnya selesai, panjang ya haha)
4. Kebijakan Perdangan
a. Case
Kebijakan perdagangan ini maksudnya kebijakan yang seperti adanya tarif impor atau
kuota impor itu. Misal sekarang keadaannya pemerintah membatas impor Impor
turun menyebabkan NX naik Geser IS* ke kanan. Kurvanya :
b. Kurva
Akibatnya e akan naik tapi Y nya tetap. Buat yang penasaran, ayo baca narasi!
c. Narasi/Penjelasan :
Ini polanya sama persis kayak sebelum-sebelumnya, ringkasnya gini ya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Kuota impor turun NX naik Y naik r naik trus alokasi modal dari luar negeri
masuk ke dalam negeri agar lebih untung r turun sampe sama dengan r* adanya
alokasi modal dari luar negeri berakibat pada menguatnya rupiah e naik NX
turun lagi Y turun lagi.
Makanya e nya naik, tapi Y nya malah tetap. Ini berakibat pada berkurangnya transaksi
jual beli internasional.
2. Kebijakan Fiskal
a. Case
Misal Pemerintah menaikkan G E akan bertambah IS* geser ke kanan. Tapi
karena Bank Sentral pengen kursnya tetap, maka LM* juga akan di geser ke kanan
dengan cara naikin JUB. Berikut Kurvanya
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
b. Kurva
Akibatnya adalah e akan tetap, tapi Y akan bergeser ke kanan. Gak ada narasi ya,
soalnya di buku gak dijelasin. Pake kurva aja pake jelasin.
3. Kebijakan Moneter
a. Case
Misal Bank Sentral ingin mempertahan kurs, tapi tetap mau menambah JUB dengan
cara membeli obligasi dari masyarakat. Efeknya penawaran uang akan bertambah
Kurva LM* geser ke kanan. Kurvanya :
b. Kurva
Nah, jadi jelas Turunnya P akan menyebabkan Y naik. Sesuai Kurva AD, hubungan
berkebalikan antara P dan Y.
2. Model Mundell-Fleming di Jangka Panjang
Di Jangka Panjang, karena kita akan melihat perubahan harga, maka e tidak bergerak
bersamaan dengan ϵ (e ≠ ϵ)
Misalkan Y < Y Optimal, maka akan ada tekanan untuk menurunkan harga, agar Y naik
sampai Y optimum.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jika P turun (M/P)s akan naik LM* geser ke Kanan ϵ (kurs riil) akan turun NX
akan naik Y akan Naik
SEKIAN. TERIMAKASIH.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 12
PENAWARAN AGREGAT DAN TRADEOFF JANGKA PANJANG ANTARA INFLASI
DAN PENGANGGURAN
A. Pembuka
Pada bab ini, kita akan mempelajari penawaran agregat dan mengembangkan teori-teori
yang menjelaskan posisi serta kemiringan kurva penawaran agregat.
Di sebelum UTS, kita mempelajari bahwa dalam jangka panjang, harga bersifat fleksibel
dan kurva penawaran adalah vertical. Sedangkan pada jangka pendek, harga bersifat kaku
dan kurva penawaran agregat tidak berbentuk Horizontal.
Nah, sekarang kita akan mendefinisikan lagi pemahaman kita tentang penawaran agregat
jangka pendek agar lebih baik menggambarkan dunia nyata, dimana beberapa harga kaku,
dan yang lainnya tidak
Kalau disimplikasi, ketika tingkat harga P naik Y naik Alias kurva penawaran
Agregat
5. Kurva penawaran agregat dapat ditulis dengan rumus :
Y = Yalamiah + alpha (P – EP)
6. Berikut kurva dan penjelasannya
Output menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat
harga yang diharapkan.
4. Ikthisar dan Implikasi
a. Kesimpulan
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Ketiga model diatas tidak ada yang salah, semuanya benar dan saling melengkapi.
Adapun kesimpulan utamanya adalah persamaan penawaran agregat :
Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan
melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari yang diharapkan, maka
output turun lebih rendah dari tingkat alamiah.
b. Implikasi
Sekarang, mari kita coba analisis kasus menggunakan kurva AS-AD dimana AS sesuai
dengan yang kita pelajari diatas.
1. Kasus: Terjadi kenaikan yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat, misal
ekspansi moneter yang tidak diharapkan.
a. Jangka pendek, AD geser ke kanan ekuilibirum bergeser dari A ke B P
naik dari P1 ke P2.
b. Karena orang-orang tidak mengharapkan kenaikan tingkat harga ini, tingkat
harga yang diharapkan tetap pada EP2, dan output naik dari Y1 ke Y2 (diatas
alamiah) Terjadi booming.
c. Tapi, boomingnya tidak abadi, dalam jangka panjang, tingkat harga akan naik
ke P3 yang menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri. Ekuilibirum
pindah dari B ke C, dan P2 naik ke P3 serta ouput berpindah dari Y2 ke Y3,
yaitu Y alamiah.
2. Analisis diatas menunjukkan prinsip penting:
a. Ketidaknetralan Moneter Jangka Pendek, ditunjukkan dengan pergerakan
ekuilibrium titik A ke titik B
b. Netralitas Moneter Jangka Pendek, ditunjukkan dengan pergerakan dari titika
A ke titik C.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
dimana beta adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran
siklis.
b. Derivasi kurva phillips
Darimana rumus diatas berasal? Berikut penjelasannya (detail lengkap ada di buku
halaman 376)
1. Rumus diatas dapat diderivasi dari rumus penawaran agregat
Jadi, P – P tahun lalu adalah perbandingan antara tingkat harga sekarang dengan
tingkat harga taun lalu, alias pi atau inflasi. Maka persamaan akan menjadi
4. Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingat hukum Okun yang
menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding
terbalik dengan penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah; yaitu, bila
output lebih tinggi dari tingkat output alamiah, penganggurannya lebih rendah
dari tingkat pengangguran alamiah. Penulisannya adalah
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
5. Jadi, dengan tiga tahap diatas, jadilah persamaan kurva Phillips dari persamaan
penawaran agregat.
c. Simpulan
Jadi, persamaan kurva phillips dan persamaan agregat jangka panjang pada dasarnya
sama, kedua persamaan ini menunjukkan hubungan antara variabel riil dan nominal
yang menyebabkan dikotomi klasik tidak berlaku di jangka pendek.
1. Persamaan penawaran agregat output terkait dengan pergerakan yang tidak
diharapkan dalam tingkat harga
2. Persamaan kurva phillips pengangguran terkait dengan pergerakan yang tidak
diharapkan dalam tingkat inflasi.
3. Ekspektasi Adaptif dan Inersia Inflasi
a. Ekspektasi Adaptif
Suatu pendekatan yang mengasumsikan bahwa ekspektasi masyarakat tentang inflasi
masa mendatang didasarkan pada pengamatan inflasi terkini. Misalnya ekspektasi
inflasi = indlasi actual tahun lalu
b. Inersia Inflasi
Ketika kurva phillips ditulis dalam bentuk diatas (pi ekspektasi = pi tahun lalu), maka
inflasi mempunyai inertia :
1. Tanpa guncangan penawaran (supply shock) atau pengangguran siklikal, inflasi
akan berlanjut tanpa batas pada tingkat saat ini
2. Inflasi masa lalu mempengaruhi ekspektasi inflasi saat ini, yang pada gilirannya
mempengaruhi upah dan harga yang ditetapkan.
3. Tingkat pengangguran alamiiah pada keadaan ini disebut dengan NAIRU atau
Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment.
4. Intinya, kalau ekspektasi inflasi pakai inflasi tahun lalu, inflasi akan naik terus
dengan stabil. Keuali ada guncangan pada penawaran atau pengangguran siklikal.
4. Dua Penyebab Naik dan Turunnya Inflasi
Berdasarkan rumus kurva Philips, kan ada tiag variabel tuh yang menyebabkan inflasi. Pi
ekspektasi udah dibahas diatas, nah sisa lagi dua variable, yaitu :
a. Pengangguran siklis
Pengangguran siklis akan memberi tekanan ke atas dan kebawah pada inflasi.
1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
inflasi yang timbul akibat guncangan permintaan. Permintaan yang positif
terhadap permintaan agregat akan menyebabkan pengangguran turun di bawah
tingkat alamiahnya, yang menarik laju inflasi untuk naik.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Kurva diatas adalah kurva phillips dan menunjuukan tradeoff jangka pendek antara inflasi
dan pengangguran.
a. Misal pengangguran berada di tingkat alamiahnya (u = un), maka inflasi hanya
bergantung pada inflasi yang diperkirakan dan guncangan penawaran (pi = pi
ekspektasi + v).
b. Jika inflasi yang diharapkan naik, maka kurva akan bergeser ke atas dan tradeoffnya
inflasi akan lebih tinggi pada seluruh tingkat pengangguran
Dan misalkan FED mengumumkan akan melakukan suatu hal yang diperlukan untuk
mengurangi inflasi dari 6% menjadi 2% sesegera mungkin. Jika pengumuman ini
kredibel, dan ekspektasinya rasional, maka pi ekspektasi akan turun, mungkin bisa
turun sebesar 4% penuh sehingga pi bisa turun tanpa kenaikan u.
8. Histeresis dan Tantangan terhadap Hipotesis Tingkat-Alamiah
a. Analisis tentang biaya disinflasi dan fluktuasi ekonomi didasarkan pada hoptesis
tingkat alamiah, yaitu
“Fluktuasi dalam permintaan agregat mempengaruhi output dan kesempatan kerja
hanya dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, perekonomian kembali ke
tingkat output, kesempatan kerja dan pengangguran yang dijelaskan oleh model
klasik”
b. TAPI, para ekonomi menantang hipotesis deiatas dengan menyatakan bahwa
permintaan agregat bisa mempengaruhi output dan kesempatan kerja meskipun
dalam jangka panjang
c. Histeresis, yaitu pengaruh jangka panjang dari sejarah terhadap variabel seperti
tingkat pengangguran alamiah. Guncangan negatif dapat meingkatkan Un, sehingga
perekonomian mungkin tidak pulih. Misal :
1. Keahlian pekerja yang menganggur siklis mungkin menburuk saat menagnggur,
dan mereka mungkin tidak menemukan pekerjaan saat resesi berakhir
2. Pekerja yang menganggur siklis mungkin kehilangan pengaruh mereka dalam
pengaturan upah, sehingga orang dalam/pekerja yang dipekerjakan punya
kekuatan untuk menawar upah lebih tinggi sehingga orang luar/penganggur siklis
bisa menjadi pengangguran struktural saat resesi berakhir.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 13A
KONSUMSI
“don’t save what is left after spending, but spend what is left after saving”
Pendahuluan
Konsumsi adalah salah satu komponen dalam GDP yang sangat penting dan dapat digunakan
sebagai bahan analisa karena selain mempengaruhi konsumsi itu sendiri konsumsi juga
mempengaruhi tingkat tabungan dan pertumbuhan ekonomi.
- Analisa jangka panjang : Keputusan konsumsi dapat menunjukkan tingkat tabungan yang
merupakan determinan penting dari persediaan modal dalam kondisi mapan dan tingkat
kesejahteraan ekonomi. (bab 7 dan 8)
- Analisa jangka pendek : Keputusan konsumsi berperan dalam permintaan agregat
sehingga fluktuasinya adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi. MPC
adalah determinan dari multiplier kebijakan fiskal. (bab 10 dan 11)
Bab ini menjelaskan konsumsi yang lebih terperinci dilihat dari berbagai sudut pandang 6
tokoh ekonomi...keynes,fisher,modigliani,friedman,hall dan laibson. Apa aja yang dibahas?
cekidot gesss
2. IRVING FISHER
model yang dikembangkan oleh fisher digunakan untuk menganalisis bagaimana
konsumen memikirkan masa depan dan rasional membuat pilihan antar waktu (pilihan
pada periode waktu berbeda). Model ini menghilangkan hambatan yang dihadapi
konsumen, preferensi yg mereka miliki, dan bagaimana hambatan serta preferensi
bersama menentukan pilihan antara konsumsi dan tabungan.
Intepretasi rumus ini: jika r=0, batas anggaran menunjukkan konsumsi total 2 periode
= pendapatan total. Jika r > 0 maka konsumsi dan pendapatan masa depan didiskontokan
oleh faktor 1+r. Diskonto berasal dari bunga tabungan (konsepnya sama kayak time value
of money di mankeu)
Penjelasan kurva
titik A : konsumsi sama dengan pendapatan tidak ada tabungan or pinjaman (ntah periode
1 or 2)
titik B : konsumsi 0 di periode 1 dan pendapatan dipake nabung semua sehingga C2= (1 + r)
Y1 + Y 2
titik C : konsumsi 0 di periode 2 dan meminjam sebanyak mungkin terhadap pendapatan
periode 2,
𝒀𝟐
sehingga C1 = Y1 + (𝟏 + 𝒓)
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
B) PREFERENSI KONSUMEN
Preferensi konsumen dalam 2 periode ditampilkan dengan kurva indiferens
(indifference curves). Kurva ini menunjukkan kombinasi konsumsi periode 1 dan 2 yang
bikin konsumen tetep seneng (di mikro dulu udah pernah dijelasin, masih inget lah ya?
lanjutttt)
*perhatiin gambar kurva setelah ini* kan ada 2 kurva, nah di tiap kurva mau dititik
mana aja di kurva tsb tingkat kepuasannya sama aja. (ambil salah satu kurva aja) kalo
misal titik W ke titik X konsumsi periode1 dikurangi maka konsumsi periode 2 harus naik..
biar sama-sama puas gitu loh di masa sekarang dan masa yang akan datang. Nah
kemiringan kurva ini namanya tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution)
nunjukin berapa banyak konsumsi periode2 yang konsumen butuh buat dikompensasiin
bagi 1 unit penurunan dalam konsumsi periode 1.
Terus MRS nya karena kurvanya ga garis lurus maka MRSnya beda-beda di tiap titik.
Contoh kalo di titik Y karena kurvanya curam jadi MRSnya gede (misal buat nambah 1
unit di periode 1 harus mengorbankan 5 unit di periode 2) nah di titik W karena landai
kurvanya jadi MRSnya relatif kecil (misal buat nambah 1 unit periode 1 cukup korbanin 2
unit di periode 2). Nah konsumen lebih suka kurva 1 atau 2 nih menurut kalean? pasti
kurva ke2 karena kurva yang lebih tinggi itu nunjukin konsumsi yang lebih tinggi.
C) OPTIMISASI
Yang udah pada gembira bisa milih kurva indiferen yang paling tinggi tunggu dulu.
Sekarang kurva indiferen digabungin sama batas anggaran. Gabisa seenaknya pilih
konsumsi tertinggi karena liat dulu pendapatan kalian berapa (yang ditunjukkan dengan
garis anggaran).
Kurva indiferens tertinggi yang bisa diraih konsumen tanpa merusak batas anggaran
adalah kurva indiferen yang menyinggung garis anggaran. Titik O menunjukkan titik
optimum yaitu kombinasi terbaik dari 2 periode. Pada titik optimum kemiringan kurva
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
indiferens (MRS) sama dengan kemiringan garis anggaran (1+r) sehingga pada titik O,
MRS= 1+ r.
F) BATAS PEMINJAMAN
Kemampuan meminjam membuat konsumsi sekarang melebihi pendapatan sekarang.
Logikanya dengan meminjam di masa sekarang, konsumen mengkonsumsi pendapatan
di masa depannya pada hari ini. Tapi ga semua orang bisa soalnya kan pinjam-meminjam
ada S&K nya. Nah ketidakmampuan ini mencegah konsumsi sekarang melebihi
pendapatan sekarang, sehingga batasan peminjaman adalah Y1 ≥ C1 (konsumsi periode 1
harus kurang dari or sama dengan pendapatan periode 1) disebut batas pinjaman
(borrowing constraint) or batas likuiditas.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
A) HIPOTESIS
Orang-orang berfikir pendapatan mereka waktu pensiun lebih sedikit tp mereka ga
mau standar hidupnya turun. biar ga turun gimana? nabung. Nah motif nabung ini
berpengaruh pada fungsi konsumsikah? coba dipahami.
Jika konsumen berharap hidup selama T tahun, Kekayaannya W, berharap
menghasilkan pendapatan Y sampai pensiun selama R tahun dari sekarang. (asumsikan
bunga 0, kalo ga 0 nanti harus pertimbangin bunga tabungan)
sumber daya seumur hidup= W+ (RxY)
asumsi: konsumen pengen bagi sumber daya seumur hidup merata selama T sisa
hidupnya untuk konsumsi, jadi C= (W + RY)/T, fungsi konsumsinya C= (1/T)W + (R/T)Y
CONTOH : T=50 R=30, fungsi konsumsinya? C= 0,02W + 0,6Y
artinya pendapatan ekstra 1 dolar/th meningkatkan konsumsi sebanyak
0.6/tahun
dan kekayaan ekstra 1 dolar/tahun meningkatkan konsumsi 0.02/tahun
Konsumsi agregat= kumpulan konsumsi individu, jadi fungsi konsumsi perekonomian
adalah C= αW + βY (α MPC kekayaan, β MPC pendapatan)
B) IMPLIKASI
Model daur hidup dapat memecahkan teka teki konsumsi, karena menurut fungsi ini, APC
adalah C/Y = α(W/Y) + β . Rumus ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek tingginya
pendapatan menyebabkan APC turun, tapi dalam jangka panjang ketika kekayaan dan
pendapatan tumbuh, rasio W/Y konstan dan APC juga konstan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Apa sih perbedaan kurva 16-10 sama 16-11? kalo kurva 16-10 W konstan Y aja yang naik
jadi kurva ini memenuhi fungsi konsumsi keynes jangka pendek. Kalo kurva 16-11 dalam
jangka panjang Y kan sebagian ditabung trus kekayaannya jadi nambah dong karena ada
tabungan. Jadi kurvanya naik. Nah ini yang jawab teka teki konsumsi kenapa APC jadi
konstan.
C/Y= αYP/Y. Hipotesis pendapatan permanen, APC tergantung dari αYP/Y jika Y naik
diatas YP maka APC turun. Vice versa.
Rumah tangga dengan pendapatan permanen yang tinggi konsumsinya lebih tinggi.
Jika variasi pendapatan sekarang Cuma pendapatan permanen aja maka APC tiap rumah
tangga rata2 sama.Untuk rumah tangga dengan pendapatan transitoris yang tinggi,
konsumsinya tidak tinggi. Jadi peneliti menemukan bahwa rumah tangga dengan
pendapatan tinggi rata2 APC rendah.
Fluktuasi pendapatan tahunan didominasi pendapatan transitoris. Tahun dimana
pendapatan tinggi maka APC rendah. Tapi dalam jangka panjang variabel pendapatan
hanya pendapatan permanen jadi APCnya cenderung konstan.
5. ROBERT HALL
A) HIPOTESIS
Robert Hall menambahkan implikasi dari ekspektasi rasional terhadap konsumsi. Kalo
hipotesis pendapatan-permanen benar, konsumen punya ekspektasi rasional dan
perubahan konsumsi unpredictable, jadi variabelnya mengikuti jalan acak (random
walk). Alasannya, suatu saat konsumen memilih konsumsi berdasar ekspektasi sekarang
atas pendapatan selama hidup. Sepanjang waktu mereka mengubah konsumsi karena
terima berita yang merevisi ekspektasinya.
CONTOH : Kalo PNS naik gaji tidak terduga akan menaikkan konsumsi tapi kalo denger
berita bakal kena PP/53 dan pendapatannya turun maka akan mengurangi konsumsi.
Jika konsumen mematuhi hipotesis pendapatan-permanen dan memiliki ekspektasi
rasional, hanya perubahan kebijakan yang tidak terduga saja yang akan
mempengaruhi konsumsi.
CONTOH: Misal DPR setuju tarif pajak naik tahun depan. Pas konsumen denger berita
ini mereka merevisi ekspektasinya dan mengurangi konsumsi. Tapi pas efek kenaikan
pajak udah terasa, konsumsinya tetap karena ga ada berita lagi.
Karena itu, sulit mengetahui bagaimana dan kapan perubahan kebijakan fiskal
mengubah permintaan agregat.
Apakah perubahan pendapatan yang dapat diprediksi menyebabkan perubahan
konsumsi yang dapat diprediksi?
Pendapatan dan konsumsi berfluktuasi bersama-sama selama siklus bisnis. Kalo resesi
mereka turun tapi kalo lagi bagus ya meningkat. Tapi memang kebanyakan fluktuasi
jangka pendek unpredictable. Tapi, asumsikan kita bisa mengidentifikasi beberapa
perubahan dalam pendapatan yang predictable. Harusnya menurut teori jalan acak,
pendapatan tidak menyebabkan konsumen merevisi rencana pengeluarannya. Jadi
perubahan dalam pendapatan yang predictable seharusnya tidak menyebabkan
konsumsi yang predictable. Tapi ternyata hipotesis ini salah. Mungkin alasannya yaitu
sebagian konsumen gagal memiliki ekspektasi rasional dan konsumen memiliki batas
pinjaman.
6. DAVID LAIBSON
Keynes adalah ekonom yang memiliki hukum dasar psikologi, sedangkan 4 ekonom
lain menggunakan model perilaku manusia yang memaksimalkan utilitas yang selalu
mengevaluasi peluang dan rencana. Nah si Laibson ini menjelaskan konsumsi dari segi
psikologi juga. Laibson menyatakan kalo banyak konsumen menilai diri mereka sebagai
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
pembuat keputusan tak sempurna. Singkatnya, mereka lebih sabar dalam jangka panjang
daripada jangka pendek.
Hal ini meningkatkan kemungkinan preferensi konsumen menjadi tidak konsisten
dengan waktu (time inconsistent). Mereka mungkin mengubah keputusannya hanya
karena berlalunya waktu. Dorongan gratifikasi instan membuat mereka berubah pikiran.
(kalo dihubungin antara tabungan dan konsumsi, akhirnya konsumen menabung lebih
dikit dari rencananya)
CONTOH : seseorang yang lagi diet janji hari ini makan malam pake pizza terakhirnya tapi
akhirnya diet starts from tomorrow. Janji tinggal janji, egonya mengambil alih keputusan,
dengan keinginan sendiri untuk gratifikasi instan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 13B
INVESTASI
Setelah mempelajari berbagai macam alasan GDP berfluktuasi di bab-bab sebelumnya.
Sekarang kita akan mengkaji salah satu komponen GDP yang juga tidak kalah penting yaitu
investasi. Terdapat 3 macam investasi : Investasi tetap bisnis, investasi resedensial dan
investasi persediaan. Ada beberapa pertanyaan yang akan kita bahas satu persatu
- Mengapa investasi berhubungan negatif dengan tingkat bunga?
- Apa yang menyebabkan fungsi investasi bergeser?
- Mengapa investasi naik selama booming dan turun selama resesi?
Asumsikan ada 2 jenis perusahaan yaitu perusahaan produksi barang dan jasa
(penyewa modal) dan perusahaan persewaan (yang nyewain).
A) HARGA SEWA MODAL
Konsepnya sama kayak MPL (kalo jumlah pekerja naik otomatis jumlah output
tambahan turun) Nah tapi sekarang pakenya MPK (Marginal Product of Capital).
Perusahaan persewaan menyewakan modal pada tingkat sewa R (yang akan dibayar
perusahaan produksi) dan output yang dihasilkan dari modal tersebut akan dijual sebesar
P. Jadi biaya riil untuk satu unit modal di perusahaan produksi itu R/P. Terus kan MPK
itu berbanding terbalik sama jumlah modal, Kalo modal tambah banyak, MPKnya tambah
kecil (misal: 1 unit modal 10 output, 2 unit modal 15 output, 3 unit modal 18 output
(marginnya dari 10 ke 5 ke 3 → ini MPKnya)). Udah sering dibahas kan ya dari jaman
mikro dulu kalo perusahaan ingin memaksimalkan laba, MPK= Harga sewa riil (R/P)
Kurva MPK= kurva demand
modal, kan MPK itu turun
kalo Unit modalnya naik (liat
kurva) jadi kurvanya
downward sloping. Trus
asumsi nya, modal di
perekonomian tetap untuk
tingkat waktu berapapun
jadi kurva penawaran
vertikal.
Sekarang kita review lagi rumusnya Cobb-Douglas untuk liat variabel apa aja yang
mempengaruhi harga sewa ekuilibrium. Fungsi produksinya adalah Y=AKαL1-α (Y=output,
K=modal, L=tenaga kerja, A=Parameter teknologi, α= parameter 0-1 mengukur modal
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
atas output) dan MPK untuk fungsi ini adalah MPK= αA (L/K) 1-α (kalo mau lebih jelasnya
review ke bab 3 ya gengs). Karena harga sewa riil= MPK maka, R/P= αA (L/K) 1-α.
Apa yang ditunjukkan oleh fungsi ini?
- Semakin kecil persediaan modal, R/P semakin tinggi (misal karena gempa bumi)
- Semakin besar L yang dipekerjakan, R/P semakin tinggi (misal naiknya permintaan
agregat)
- Semakin baik teknologi, R/P semakin tinggi (misal penemuan teknologi)
B) BIAYA MODAL
Tadi di harga sewa modal udah ngomongin perusahaan produksi yang nyewa,
sekarang kita ngomongin perusahaan persewaannya ya. Jadi manfaat memiliki modal
adalah adanya penerimaan (harga sewa riilnya) dari penyewaan modal kepada
perusahaan produksi. Jadi ada 3 biaya yang ditanggung perusahaan persewaan. Apa aja?
- Kalo perusahaan sewa beli modal pake ngutang di bank, pasti ada bunga kan? Nah
harga buat beli 1 unit modal tersebut itu Pk dan i itu tingkat bunga nominal. Jadi iPk
itu biaya bunga. Kalopun ga minjem tp bayar tunai, ada opportunity cost juga lho..kok
bisa? ya kan sebenernya uang buat beli modal itu bisa didepositoin dan dapet bunga
sebesar i. Jadi biaya bunganya sama dikedua case.
- Harga modal yang bisa berubah. Kalo harga modal turun perusahaan rugi karena aset
perusahaan turun. Vice versa. Biaya untung atau rugi ini adalah -∆Pk (minus karena
kita lagi ngukur biaya bukan manfaat).
- Adanya depresiasi yang nilainya δ Pk.
Jadi biaya menyewakan 1 unit modal adalah
biaya modal = iPk -∆Pk+ δ Pk
= Pk (i -∆Pk/Pk + δ)
CONTOH: Perusahaan beli mobil harga 10000 dan disewakan. i= 10% p.a. sehingga iPk
1000 per tahun per mobil. Harga mobil naik 6% per tahun sehingga keuntungan ∆Pk 600
per tahun. Penyusutannya 20% per tahun sehingga δ Pk. 2000 per tahun. Jadi biaya modal
= 1000 – 600 + 2000 = 2400. Biaya yang harus ditanggung untuk merawat sebuah mobil
adalah 2400.
Untuk menyederhanakan biaya modal, karena ∆Pk/Pk = π (inflasi) sedangkan i-π
adalah tingkat bunga riil r maka biaya modal = Pk (r + δ) .
Untuk mengetahui biaya modal relatif terhadap barang lain kita gunakan rumus biaya
modal riil yaitu (Pk /P)(r + δ) .
C) DETERMINAN INVESTASI
Di perusahaan penyewaan berarti penghasilannya sebesar R/P dan menanggung biaya
modal sebesar (Pk /P)(r + δ) sehingga labanya
Tingkat laba= Penerimaan - biaya = R/P - (Pk /P)(r + δ)
= MPK - (Pk /P)(r + δ) (karena R/P = MPK)
Bagaimana perusahaan mengambil keputusan? Kalo mau laba ya berarti biaya
modalnya harus lebih kecil dari MPK. Investasi neto (net investment) adalah perubahan
dalam persediaan modal dan bergantung dari selisih MPK dan biaya modal.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jika MPK > biaya modal, perusahaan akan untung jika menambah modal. Jika MPK <
biaya modal, perusahaan akan membiarkan persediaan modal mengecil (mengalami
penyusutan).
Untuk perusahaan yang memiliki dan menggunakan modal, manfaat dari unit modal
tambahan adalah MPK dan biayanya adalah biaya modal. Ternyata perusahaan produksi
juga akan menambah persediaan modal jika MPK > biaya modal. Jadi bisa dituliskan ∆K=
In (MPK - (Pk /P)(r + δ)) dimana In adalah fungsi yang menunjukkan berapa banyak
investasi neto merespon insentif untuk investasi.
Pengeluaran total atas investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi neto dan
penggantian modal yang disusutkan. Jadi fungsi investasi adalah I = In (MPK - (Pk /P)(r +
δ)) + δK
Model ini menunjukkan mengapa investasi bergantung pada tingkat bunga
(pertanyaan no 1 diawal). Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal jadi
labanya tambah besar dan meningkatkan intensif untuk mengakumulasi lebih banyak
modal. Vice versa.
Di kurva huruf b, kurva dapat bergeser karena mungkin disebabkan inovasi teknologi
yang meningkatkan parameter fungsi produksi akhirnya meningkatkan MPK dan
mendongkrak keuntungan investasi (kalo perusahaan untung otomatis barang modal
yang dibeli perusahaan penyewaan lebih banyak)
Tingkat kondisi mapan adalah saat MPK = (Pk /P)(r + δ) karena adanya penyesuaian
persediaan modal terus menerus sepanjang waktu. Jika MPK > biaya modal, persediaan
kan naik, nah karena kebanyakan modal akhirnya MPKnya turun sampe ke kondisi mapan
(dalam jangka panjang). Vice versa.
definisi variabel biaya modal. Yaitu untuk depresiasi. Kalo depresiasi yang kita bicarain
sebelumnya itu berdasarkan nilai sekarang, kalo definisi UU perpajakan pakai nilai
historis. Ketika nilai sekarang > nilai historis maka perusahaan menetapkan biaya terlalu
rendah dan laba terlalu tinggi. Jadinya? Pajaknya juga tinggi, padahal kalo depresiasinya
berdasarkan nilai sekarang, bisa aja laba ekonomis perusahaan adalah 0 dan perusahaan
rugi karena bayar pajak. Jadi pajak pendapatan menghambat investasi.
Kredit pajak investasi (investment tax credit) digunakan untuk mendorong investasi
atau mengurangi disinsentif dari pajak. Kredit pajak adalah provisi pajak yang mengurangi
pajak perusahaan dalam jumlah tertentu untuk setiap rupiah yang dikeluarkan atas
barang modal. Karena perusahaan dapet cashback dalam bentuk pajak yang lebih
rendah, kredit tersebut menurunkan harga beli efektif dari unit modal Pk . Jadi kredit
pajak investasi menurunkan biaya modal dan meningkatkan investasi.
Hipotesis efisiensi pasar menyatakan harga pasar dari saham adalah penilaian
rasional terhadap nilai suatu perusahaan, dengan liat informasi terkini. Terdapat 2
landasan. Pertama, Setiap perusahaan di bursa saham diamati manager profesional.
Manager ini bertugas untuk membeli saham ketika harga saham dibawah nilai
sesungguhnya dan menjual ketika diatas nilai sesungguhnya. Kedua, Harga saham
ditentukan dari penawaran dan permintaan ekuilibrium. Jadi pada saat harga pasar,
Jumlah orang yang menganggap saham nilainya terlalu tinggi (overvalue) sama dengan
yang menganggap nilainya terlalu kecil (undervalue). Jadi saham harus dinilai fair.
Efisien secara informasi (informationally efficient) yaitu pasar saham
menggambarkan seluruh informasi yang tersedia tentang nilai dari aset.
Random walk adalah salah satu implikasi dari hipotesis pasar. Yang artinya perubahan
pada harga saham mustahil untuk diprediksikan berdasar informasi yang tersedia.
Menurut teori ini satu-satunya hal yang dapat menggerakkan harga saham adalah berita
yang mengubah persepsi pasar terhadap nilai perusahaan. Jika berita dapat diduga maka
itu bukan berita. Untuk alasan yang sama, perubahan harga saham juga harus tidak dapat
diduga.
Kontes kecantikan keynes adalah analogi yang cukup terkenal untuk menjelaskan
spekulasi di pasar saham. Jadi di koran disediakan gambar 100 orang cantik dan pembaca
diminta memilih 5 wanita tercantik. Hadiah diberikan kepada pembaca yang pilihannya
paling sesuai dengan konsensus peserta lainnya. Strategi terbaiknya adalah menebak 5
perempuan yang dipilih juga oleh pembaca lain. Jadi untuk memenangkan kontes
diperlukan kemampuan menebak pendapat orang lain dan bukan penilaian kecantikan
sejati. Keterkaitannya dengan nilai pasar dari saham adalah investor terbaik adalah
mereka yang dapat dengan tepat menebak psikologi masyarakat. Menurut keynes
pergerakan harga saham menggambarkan gelombang optimisme dan pesimisme yang
disebut semangat binatang(animal spirit).
G) BATASAN PENDANAAN
Batasan pendanaan (financing constraints) adalah batasan jumlah dana yang dapat
diperoleh dari pasar uang. Jika tidak mendapat pinjaman maka jumlah yang akan
dibelanjakan barang modal baru terbatas pada penghasilan saat ini. Batasan pendanaan
menyebabkan perusahaan menentukan investasinya berdasarkan arus kas sekarang
bukan profitabilitas yang diharapkan.
Dampak batasan pendanaan dapat dilihat di resesi jangka pendek terhadap
pengeluaran investasi. Jika perusahaan mengharapkan resesi cepat berlalu, mereka akan
terus melakukan investasi dengan harapan akan untung dimasa depan. Resesi pendek
hanya berdampak kecil untuk q Tobin dan membuat investasi lebih sensitif terhadap
kondisi ekonomi.
Kenaikan dalam batasan pendanaan adalah kegentingan kredit (credit crunch). Hal
ini dapat disebabkan karena banyak bank insolvent (bank adalah perantara antara
pemilik dan peminjam uang). Sehingga perusahaan dan investor sulit bertemu.
2. INVESTASI RESIDENSIAL
meliputi pembelian rumah baru yang akan ditinggali pembelinya dan yang akan
disewakan tuan tanah ke orang lain. Tapi asumsi di subbab ini hanya rumah yang akan
ditinggali pembeli saja.
A) EKUILIBRIUM SAHAM DAN PENAWARAN ALIRAN INVESTASI
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Model ini terdiri dari 2 bagian. Pertama, pasar stok rumah yang telah ada
menentukan ekuilibrium. Kedua, harga rumah menentukan aliran investasi residensial.
bagian a menunjukkan bagaimana harga relatif PH/P ditentukan oleh penawaran dan
permintaan stok rumah yang ada. Setiap titik waktu penawaran tetap (kurva vertikal).
Kurva permintaan miring kebawah karena semakin mahal harga rumah, orang-orang
tinggal dirumah yang lebih kecil,numpang atau bahkan tunawisma.
bagian b menunjukkan harga relatif rumah menentukan penawaran rumah baru.
Biaya tergantung dari tingkat harga keseluruhan P (biaya kayu,semen,batu bata, dll) dan
penerimaan tergantung PH . Semakin mahal harga relatif rumah, semakin besar insentif
bangun rumah dan semakin banyak yang dibangun. Karena itu aliran investasi residensial
bergantung pada harga ekuilibrium yang ditetapkan di pasar untuk rumah yang ada.
Model investasi residensial serupa dengan teori q investasi tetap bisnis. Menurut
model pasar, investasi residensial bergantung pada harga relatif rumah, harga relatif
rumah bergantung permintaan yang bergantung pada harga sewa yang diharapkan bila
menyewakan rumahnya.
3. INVESTASI PERSEDIAAN
A) ALASAN MENYIMPAN PERSEDIAAN
Motif perusahaan menyimpan persediaan:
- Meratakan tingkat produksi sepanjang waktu. Ketika penjualan rendah, barang
yang terjual lebih sedikit dan kelebihannya disimpan sebagai persediaan. Vice
versa. Sehingga perusahaan menyesuaikan produksi dengan fluktuasi penjualan ini.
Motif ini disebut pemerataan produksi (production smoothing).
- Persediaan dapat membuat perusahaan beroperasi lebih efisien. Dalam beberapa
cara, dapat disimpulkan bahwa persediaan sebagai faktor produksi : semakin
besar persediaan disimpan, semakin besar output yang dapat di produksi.
(ngestok suku cadang, display barang di toko)
- Menghindari kehabisan barang ketika penjualan melonjak dan disebut
pencegahan kehabisan barang (stock-out avoidance)
- Beberapa barang perlu berbagai tahap dan membutuhkan waktu. Ketika barang
baru selesai sebagian tp sudah disebut persediaan. Disebut? barang dalam proses
(WIP)
PERTEMUAN 14A
KEBIJAKAN STABILISASI
William McChesney memandang perekonomian tidak stabil secara inheren. Perekonomian
sering mengalami guncangan pada penawaran dan permintaan agregat. Kebijakan
makroekonomi seharusnya “condong melawan angin” yang mendorong perekonomian ketika
mogok dan memperlambat perekonomian ketika terlalu panas. (pro pake kebijakan aktif)
Milton Friedman memandang perekonomian stabil secara alamiah. Kebijakan ekonomi yang
buruk dikatakan sebagai penyebab timbulnya fluktuasi besar dan tidak efisien. Ekonom
berpendapat kebijakan ekonomi seharusnya tidak berusaha menyetel perekonomian. (kontra
ada kebijakan aktif)
Kebijakan fiskal memiliki kelambanan dalam yang lebih panjang daripada kebijakan
moneter karena pembuatan kebijakan fiscal perlu persetujuan eksekutif dan legislative
(netepin UU pajak lebih lama daripada adjust suku bunga). Sedangkan kelambanan luar
kebijakan moneter lebih lama dari pada kebijakan fiscal karena pengaruh perubahan
jumlah uang beredar dan tingkat bunga terhadap investasi cenderung lebih lama. Saat
kebijakan jumlah uang beredar dan tingkat bunga berubah perlu waktu kurang lebih 6
bulan untuk membuat rencana investasi perusahaan. Kalau pemerintah melakukan
kebijakan fiscal (naikig G atau nurunin T) dampaknya lebih cepat terhadap Y.
Pendukung kebijakan pasif mengatakan kebijakan stabilisasi ini nyaris tidak mungkin
berhasil karena adanya kelambanan (karena dalam perekonomian yang cepet berubah,
bisa saja saat kebijakan mulai mengambil peran, ternyata perekonomian kembali
berubah menjadi kebalikan dari yang sebelumnya, sehingga kebijakan yang telah diambil
bukannya menstabilkan malah mendestabilkan).
Pendukung kebijakan aktif mengatakan karena ada kelambanan harusnya pembuat
kebijakan berhati-hati. Walaupun ada kelambanan, pemerintah tidak boleh milih
kebijakan pasif sepenuhnya karena bisa aja perekonomian tambah parah.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
D) CATATAN SEJARAH
Catatan sejarah harusnya dapat menunjukkan apakah kebijakan aktif memiliki
dampak yang lebih baik dari pasif atau sebaliknya. Jika perekonomian mendapat banyak
guncangan pada penawaran dan permintaan agregat dan kebijakan berhasil
melindungi perekonomian maka ini adalah bukti bagusnya kebijakan aktif. Jika
perekonomian mendapat sedikit guncangan tetapi fluktuasi berasal dari kebijakan
ekonomi yang tidak efektif, maka kasus ini adalah bukti kebijakan pasif lebih baik.
Contoh: depresi besar. Terdapat 2 pandangan. Pandangan pro kebijakan aktif adalah
bahwa depresi terjadi karena guncangan kontraktif terhadap pengeluaran perseorangan
sehingga pemerintah harus menggunakan kebijakan fiskal maupun moneter untuk
menstabilkan.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Tapi ekonom pro kebijakan pasif mengatakan bahwa kebijakan moneterlah (penurunan
besar dalam money supply (JUB)) yang menyebabkan depresi. Menurut mereka jika bank
sentral menerapkan kebijakan moneter pasif yang meningkatkan JUB pada tingkat
mapan maka depresi tidak akan terjadi.
Jadi dari sejarah depresi ini tidak jelas mana kebijakan yang lebih baik karena tiap
pendukung memiliki pendapat yang berbeda menganai apa yang menyebabkan depresi.
2. APAKAH KEBIJAKAN SEHARUSNYA DIJALANKAN MENURUT ATURAN ATAU
KEBIJAKSANAAN?
Kebijakan dijalankan menurut aturan jika para pembuat keputusan mengumumkan
bagaimana kebijakan akan menanggapi berbagai situasi dan bersungguh-sungguh
menjalankannya. Kebijakan yang dijalankan menurut kebijaksanaan jika para pembuat
kebijakan bebas membuat penilaian atas berbagai peristiwa dan memilih kebijakan yang
cocok.
Terdapat perbedaan perdebatan antara aturan vs kebijaksanaan dan kebijakan aktif
vs pasif. Misal aturan kebijakan pasif bisa menspesifikasi pertumbuhan mapan dalam JUB
sebesar 3% pertahun. Kalo aturan kebijakan aktif bisa menspesifikasi
Pertumbuhan uang = 3% + (tingkat pengangguran – 6%)
aturan ini mengatakan kalo JUB tumbuh 3% jika tingkat pengangguran 6%, untuk setiap
persentase yg lebih dari 6%, pertumbuhan uang naik sebesar angka persentase
tambahan itu (untuk stabilisasi jika resesi).
Sebenarnya bagus jika dapat menerapkan kebijakan berdasarkan kebijaksanaan
karena bersifat fleksibel namun ada beberapa faktor yang tidak mendukung hal ini, yaitu
:
masyarakat sering tidak percaya, caranya gimana biar masyarakat percaya? harus ada
komitmen atas aturan kebijakan baku.
Contoh : polisi membuat kebijakan bahwa tidak ada negosiasi untuk teroris dan semua
teroris akan langsung ditembak ditempat. Namun saat ada aksi teroris yang menyandera
beberapa warga dan meminta tebusan, polisi mungkin akan melanggar kebijakannya
dengan berkompromi dengan teroris. Pembuat kebijakan ini punya insentif untuk
melanggar kebijaksanaan itu yaitu biar sanderanya cepet selamat. Ekstrimnya
sebenarnya jika polisi selalu konsisten dengan kebijakannya yang langsung tembak
ditempat maka teroris akan jera untuk melakukan penyanderaan karena saat polisi
konsisten dengan kebijakannya maka tidak akan ada untungnya bagi teroris untuk
menyandera (kalau nyandera pasti tidsak dapat tebusan dan akan mati).
Contoh lain : Untuk mendorong investasi, pemerintah mengumumkan tidak
mengenakan pajak pendapatan dari modal. Tapi pas pabrik-pabrik dibangun, pemerintah
tergoda untuk menetapkan pajak biar penerimaannya naik.
Senjang GDP (GDP gap) adalah persentase penurunan GDP riil dari estimasi tingkat
alamiahnya.
Aturan taylor membuat tingkat dana riil (tingkat nominal-inflasi) menanggapi inflasi dan
senjang GDP. Jika tingkat dana 2% bila inflasi 2% dan GDP berada di tingkat alamiah. Kalo
inflasi naik >2% tingkat dana naik 0,5% . vice versa. Menurut aturan taylor, kebijakan
moneter merespon inflasi dan kesenjangan output secara langsung.
PERTEMUAN 14B
UTANG PEMERINTAH
Bila pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran daripada mengumpulkan dana
melalui pajak, pemerintah akan meminjam dari sektor swasta untuk mendanai defisit
anggaran (Sukuk, SBR,dll). Akumulasi pinjaman ini dinamakan utang pemerintah.
1. BESARNYA UTANG PEMERINTAH
Menurut sejarah, penyebab utama kenaikan utang pemerintah adalah perang. Rasio
utang-GDP meningkat tajam selama perang dan turun lambat selama masa damai.
Ekonom mengatakan pola sejarah ini adalah cara yang tepat menjalankan kebijakan
fiskal.
A) PANDANGAN YANG BERMASALAH DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Ramalan ekonomi jauh dari tepat jadi gampang untuk bersikap sinis. Jika ramalan
hanya berdasarkan data dari masa lalu kebijakan yang dihasilkan bisa menyesatkan.
Makanya ekonom juga perlu melihat kedepan, tapi terdapat masalah dalam memprediksi
masa depan. apa saja?
Pertama, demografi. Karena adanya kemajuan teknologi yang meningkatkan harapan
hidup dan adanya KB, juga perubahan norma sosial, jumlah anak-anak semakin
berkurang. Akibatnya? lama-kelamaan lebih banyak manula daripada usia produktif
sehingga pengeluaran pemerintah meningkat sepanjang waktu untuk pembiayaan
pensiun.
Kedua, gambaran fiskal yang bermasalah yaitu peningkatan biaya perawatan
kesehatan. Faktor utama dalam peningkatan biaya perawatan kesehatan adalah
kemajuan ilmu kedokteran yang lebih baik tp lebih mahal. (manula juga makin banyak,
yang butuh biaya perawatan kesehatan yang lebih banyak juga)
Dengan adanya 2 masalah tadi yang membuat bengkak anggaran pemerintah, maka
para ekonom memberi saran kebijakan dengan mengurangi jaminan untuk manula.
Selain mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat, kebijakan tersebut bisa
mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung.
2. MASALAH PENGUKURAN
Defisit adalah jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai
operasinya.
Ekonom percaya defisit anggaran tidak mengukur secara akurat dampak kebijakan fiskal
terhadap perekonomian atau beban yang diberikan ke generasi pembayar pajak masa
depan. Berikut adalah 4 masalah terkait pengukuran defisit anggaran biasa.
A) INFLASI
Defisit seharusnya diukur dengan perubahan utang riil pemerintah bukan utang
nominal. Tapi defisit anggaran sekarang biasa diukur tanpa mengoreksi inflasi.
Asumsikan utang riil pemerintah tidak berubah (anggarannya seimbang) tapi utang
nominal harus naik pada tingkat inflasi (∆D/D = π) dimana π adalah tingkat inflasi dan D
adalah stok utang pemerintah. Jadi ∆D = πD. Pemerintah akan melihat perubahan utang
nominal ∆D dan akan melaporkan defisit anggaran sebesar πD. Sebagian besar ekonom
percaya bahwa defisit anggaran yang dilaporkan berlebih sebesar πD. (ini juga bisa
dilihat dari sudut pandang ketika pemerintah membayar bunga, kan inflasi tuh selisih
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
antara bunga nominal dan riil, kalo defisit harusnya diitung dengan utang riil, maka
perhitungan yang sekarang akan berlebih sebesar πD)
Contoh: Defisit 28 milliar, inflasi 8.6%, utang pemerintah awal tahun 495 milliar.
Karena itu (karena dihitung dalam nominal) defisit dinyatakan terlalu tinggi sebesar:
πD = 0,086 x 495 milliar = 43 milliar
Jadi seharusnya pemerintah surplus 15 milliar. Meskipun utang nominal naik, tapi utang
riil turun.
B) ASET MODAL
Menurut ekonom defisit anggaran seharusnya diukur sebagai perubahan utang
dikurangi perubahan aset. Kenapa? Karena kenaikan aset dan kenaikan utang sebenarnya
tidak ada perubahan kekayaan neto. Prosedur anggaran yang memperhitungkan aset dan
kewajiban disebut penganggaran modal (capital budgeting). Contoh : pemerintah
menjual gedung dan menggunakan uangnya untuk membayar utang. Dibawah prosedur
anggaran yang berlaku, defisit dilaporkan lebih rendah. Tapi dibawah penganggaran
modal, penerimaan yang diterima dari penjualan tidak mengurangi defisit, karena
penurunan utang = penurunan aset (inget akuntansi). Begitu juga kalo pemerintah
ngutang untuk beli aset baru, tidak ada defisit. Tapi kata ekonom ini agak susah. kenapa?
soalnya mendefinisikan aset pemerintah susah.
D) SIKLUS BISNIS
Kalo misal perekonomian sedang resesi, pengeluaran pemerintah bisa lebih banyak
dengan penerimaan yang berkurang. Kok bisa? resesi kan GDP turun, pengangguran naik,
otomatis lebih banyak masyarakat membutuhkan bantuan pemerintah tapi penerimaan
pajaknya turun (soalnya pake persentase kan).
Untuk memecahkan masalah ini pemerintah menghitung defisit anggaran yang
disesuaikan secara siklis (cyclically adjusted budget deficit)/ defisit anggaran
kesempatan kerja-penuh. Defisit ini didasarkan pada estimasi berapa pengeluaran dan
penerimaan pemerintah jika perekonomian berada di tingkat output dan kesempatan
kerja alamiah.
(udah ada di bab konsumsi ya). Makanya orang yang tidak mampu pinjam ini cenderung
tidak peduli dengan pendapatan masa depannya dan kenaikan disposable income
sekarang menaikkan konsumsinya.
Generasi masa depan argumen ketiga dari ekonom pandangan tradisional
mengatakan bahwa konsumen mengharapkan implikasi pajak masa depan tidak
menimpa mereka tapi generasi selanjutnya. Jadi karena ga ngaruh ke generasi sekarang
makanya konsumsi naik.
Tetapi ekonom Robert Barro memberi kritik atas alasan ini. Karena generasi masa
depan adalah anak dan cucu generasi sekarang, maka tidak bisa dipandang sebagai aktor
independen. Jadi generasi sekarang cenderung ngasih warisan ke anak dan cucu (kudu
nabung kan harusnya berarti). Tapi kalo ternyata orang tuanya berekspektasi anak dan
cucunya lebih kaya dari mereka, pandangan tradisional mungkin saja benar (karena
ortunya ga ninggalin warisan mereka nanggung kewajiban bayar pajak yang tadi sendiri).
Siapakah yang memenangkan perdebatan ini? tidak ada, 22nya masih bertahan
tergantung situasi yang ada.
kebijakan moneter yang ekspansif. Ketiga dan yang terpenting, inflasi adalah jalan keluar
yang buruk bagi masalah fiskal.
D) DIMENSI INTERNASIONAL
Defisit anggaran menurunkan tabungan nasional dan menyebabkan defisit
perdagangan (akhirnya pinjem dari luar). Hubungan antara kedua defisit ini menyebabkan
2 dampak lanjutan atas utang pemerintah.
Pertama, Tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan risiko bahwa
perekonomian akan mengalami pelarian modal (capital flight)-penurunan permintaan
atas aset nasional di pasar uang dunia. Investor internasional menyadari bahwa
pemerintah sebuah negara bisa dengan mudah menyelesaikan utang mereka dengan
mengaku pailit. Jadi ketika utang pemerintah melonjak, investor membatasi kawatir dan
membatasi pinjamannya. Jika kepercayaan hilang tiba2, hasilnya menjadi gejala pelarian
modal klasik :goncangan mata uang dan kenaikan tingkat bunga.
kedua, tingkat utang pemerintah yang tinggi didanai oleh utang luar negeri bisa
menurunkan pengaruh politis negara tersebut di kancah global.
PERTEMUAN 15
MANFAAT SISTEM KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM KRISIS EKONOMI
Nb: Karena keterbatasan, rangkuman ini menggunakan campuran bahasa inggris dan bahasa
Indonesia.
2. Financial Investment
One piece of financial system is the set of Financial Markets through which
households can directly provide resources for investments. Two important financial
markets are:
a. Market for Bonds
A bond represents a loan from the bondholder to the firm. Raising investment
funds by issuing bonds is called debt finance.
b. Market for Stocks
A share of stock represents an ownership claim by the share holder in the firm.
Raising funds by issuing stock is called equity finance.
Another piece of financial system is the set of Financial Intermediaries through which
households can indirectly provide resources for investment. A financial intermediary
stands between the two sides of the market and helps direct financial resources
toward their best use. Banks are the best-known type of financial intermediary.
3. Sharing Risk
Intinya, setiap investasi yang dilakukan pasti ada risikonya. Semakin tinggi risiko,
semakin tinggi return yang yang diharapkan.
Tapi, risiko dapat diturunkan dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah
Reducing risk by holding many imperfectly correlated assets. (Ingat materi mankeu).
Adapun salah satu cara untuk diversifikasi adalah Mutual Funds.
Mutual Funds are financial intermediaries that sell shares to savers and use their
funds to buy diversified pools of assets.
There are limits to how much diversification reduces risk
a. Systematic risk, a macroeconomic event that affect may business at the same
time. In particular, recessions tend to reduce the demand for most products and
thus the profitability of most businesses. Diversification can’t reduce this kind of
risk.
b. Yet, it can largely eliminate the risk associated with individual businesses, called
Idiosyncratic Risk.
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
B. Krisis Keuangan
1. Pembuka
Setelah kita bahas bahagaima sistem keuangan bekerja, sekarang kita akan membahas
kenapa sistem keuangan mungkin berhenti bekerja and the broad macroeconomic
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
d. Bank akhirnya rugi 500, dia gak bisa balikin deposito lu yang 1000 kemarin
kan. Jadinya bank bisa bangkrut gegara turunnya harga asset dengan
mekanisme cerita ini. Gitu.
c. Falling Confidence
1. Lanjutan dari cerita diatas adalah a declining confidence in financial institution.
Bank yang tidak mampu membayar deposito dibantu oleh bank. Beberapa
deposito bank dibayar oleh pemerintah, beberapa enggak. Individuals with
uninsured deposits in these institutions pull out their money. Facing a rash of
withdrawals, banks cut back on new lending and start selling off assets to increase
their cash reserves.
2. As banks sell of some of their assets, they depress the market prices of these
assets. Because buyers of risky assets are hard to find in the midst of crises, the
asset’s prices can sometimes fall precipitously. Such phenomenon is called a fire
sale.
d. Credit Crunch
1. Lanjutan lagi dari cerita diatas, With many financial institution facing difficulties,
would-be borrower have trouble getting loans, even if they have profitable
investment projects.
2. Akhirnya bank makin heboh pengamanannya dalam memberikan pinjaman
karena adanya kejadian buruk sebelumnya. They required large down payments
and scrutinized borrower’s financial information more closely.
3. Intinya, makin susah pinjam uang, makin susah untuk berproduksi.
e. Recession
Karena susah banget buat pinjam uang untuk projek investasi baru, the overall
demand for goods and services declines. Turunnya permintaan agregat akan
menyebabkan turunnya GDP dan meningkatkan pengangguran. Resesi terjadi.
f. A Vicious Circle
Akhirnya adalah a vicious circle. The economic downturn reduces the profitability of
many companies and value of many assets. The stock market declines. Some firms go
bankrupt and default on their business loans. Many workers become unemployed and
default on their personal loans. Lalu akhirnya balik lagi ke tahap 1 (asset-price busts)
and 2 (financial institution insolvencies)
When a small institution fails, bankruptcy law can take over as it usually does without
resulting in economy-wide problems.
c. Reducing Excessive Risk Taking
Some observers believe that one way to reduce the risk of future crises is to limit
excessive risk taking. Yet because risk taking is at the heart of what many financial
institutions do, there is no easy way to draw the line between excessive and
appropriate risk.
d. Making Regulation Work Better
Dengan belajar dari krisis sebelumnya, pemerintah harus membuat regulasi yang
lebih baik dari sebelumya untuk menghindari krisis yang sama.
1. Seperti kita ketahui, fluktuasi ekonomi dapat terjadi karena berbagai guncangan
serta bagaimana kebijakan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi fluktuasi ini.
Sebagian ekonom percaya bahwa para pembuat kebijakan seharusnya
menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengoffset guncangan agar
output dan kesempatan kerja mendekati tingkat alamiahnya.
2. Tapi, sebagian ekonom percaya bahwa kebijakan yang terbaik adalah kebijakan
pasif. Mereka menuding lamanya kesenjangan waktu dan sifat berubah-ubah
yang melekat dalam pengambilan keputusan ekonomi.
3. Lalu pertanyaannya, apakah manfaat dari stabilisasi ekonomi (dengan asumsi
stabilisasi dapat dicapai) akan besar atau kecil. Tanpa perubahan apapun dalam
tingkat pengangguran, kebijakan stabilisasi hanya mampu menurunkan besaran
fluktuasi di sekitar tingkat alamiah. Jadi, kebijakan stabilisasi yang berhasil akan
menghapuskan booming ekonomi dan juga resesi.
PERTEMUAN 9
Sistem Akuntansi Pemda
1. Dasar Hukum
Paket UU Keuangan Negara
UU 17/2003
UU 1/2004
UU 15/2004
PUSAP
Pedoman PKD PMK 238/PMK.05/2011
1. Permendagri 13/2006
2. Permendagri 59/2007
(Perubahan I) Pedoman Implementasi SAP BASIS AKRUAL
3. Permendagri 21/2011 Permendagri 64/2013
(Perubahan II)
Kebijakan Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah
Sistem Akuntansi
Peraturan Kepala Daerah
1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
LK-LRA-PPKD
LO-PPKD
LP-EKUITAS
NERACA-PPKD
CALK-PPKD
SA-PPKD LKPD
(KONSOLIDASIAN):
LRA; LO;
LP-EKUITAS, NERACA
SAPD LAK; CALK
SA-SKPD
LK-SPKD :
LRA-SKPD
LO-SKPD
SA-SKPD LP-EKUITAS
NERACA-SKPD
CALK-SKPD
2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pengukuran Azas bruto (dengan membukukan penerimaan - Azas bruto (dengan membukukan
bruto, dan tidak mencatata jumlah netonya atau penerimaan bruto, dan tidak mencatata
tidak dikompensasikan dengan pengeluaran) jumlah netonya atau tidak dikompensasikan
dengan pengeluaran)
4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Klasifikasi - Menurut Klasifikasi ekonomi (jenis Menurut klasifikasi ekonomi yang pada
belanja) prinsipnya mengelompokkan beban
berdasarkan jenis beban.
5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
- Pengeluaran Pembiayaan
Adalah semua pengeluaran RKUD antara
lain :
a) Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga
b) Penyertaan modal pemerintah
c) Pembayaran kembali pokok pinjaman
dalam periode tahun anggaran tertentu
d) Pembentukan dana cadangan
Pengukuran Azas bruto -
8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
POIN PENJELASAN
Pengertian SKPD adalah unit pemerintahan di lingkungkan Pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat
berbentuk dinas, badan dan kantor. Sebagai Pengguna Anggaran, SKPD harus
menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengguna anggaran yang dikelolanya
Alur Kas - Seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke RKUD/Kasda dan pengeluaran
dilakukan dari RKUD/Kasda, dimana Kasda dikelola oleh BUD/PPKD
- Walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA), aliran kas masuk
ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan ke Kasda.
Demikian juga untuk pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang
berasal dari Kasda yang dibayarkan dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD atau
dengan mekanisme uang persediaan oleh Bendahara pengeluaran SKPD
10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
JURNAL TRANSAKSI
Bendahara Pengeluaran
menerima uang persediaan (UP) Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
No entry
atau tambahan UP dari BUD RK-PPKD xxx
berdasarkan SP2D UP/TU
No entry
Piutang Pendapatan Retribusi xxx
Pendapatan Retribusi – LO xxx
11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Realisasi belanja modal Aset Tetap (nama akun) xxx Belanja Modal xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx
Pembayaran Gaji & Tunjangan Beban pegawai – Gaji & Tunj xxx Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx
Pelunasan utang beban/belanja Utang Beban/belanja xxx Belanja Barang & Jasa xxx
berdasarkan SP2D-LS RK-PPKD xxx EP SAL xxx
Beban Barang & Jasa xxx Belanja Barang & Jasa xxx
Beban Pegawai – Gaji & Tunj xxx Belanja Pegawai – Gaji & Tunj xxx
Beban Pegawai – Honor xxx Belanja Pegawai – Honor xxx
Pengesahan belanja yang Kas di Bendahara Pengeluaran xxx EP SAL xxx
dibayar dengan UP dan
sekaligus pengisian kembali UP Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
yang terpakai berdasarkan RK-PPKD xxx
SP2D-GU Note :
Note : Jurnal menyesuaikan data realisasi belanja
Jurnal menyesuaikan data realisasi belanja yang tersedia
yang tersedia
12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 13
Akuntansi SKPD (lanjutan)
a) AKUNTANSI KEWAJIBAN
Kewajiban yang mungkin muncul di neraca SKPD adalah kewajiban jangka pendek antara lain
utang belanja, utang pemotongan PPh/PPN yang belum disetor ke kas negara.
1. Jurnal Pengakuan Utang Belanja
Umumnya dibuat melalui jurnal penyesuaian akhir tahun untuk mengakui belanja
barang/jasa yang sudah diterima/dinikmati Pemda/SKPD namun belum dibayar:
23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
b) AKUNTANSI EKUITAS
Akun ekuitas yang dilaporkan di neraca mencerminkan hak residual Pemda/SKPD. Jurnal yang
terkait umumnya saat membuat jurnal penutup pada akhir tahun untuk menutup akun
Pendapatan-LO dan Beban.
Pendapatan-LO XX
Surplus/Defisit-LO XX
Beban XX
Umumnya SKPD melaporkan defisit karena lebih bersifat Cost Center. Akun Surplus/Defisit
non-operasional dan pos luar biasa juga pada akhirnya akan ditutup kea kun Ekuitas.
RK-PPKD XX
Surplus/Defisit-LO XX
Ekuitas XX
24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 14
Akuntansi PPKD
a) AKUNTANSI PENDAPATAN PPKD
Pendapatan yang dicatat dalam akuntansi PPKD umumnya berupa Pendapatan Dana
Perimbangan seperti Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Pendapatan-LRA, diakui pada saat kas telah diterima di rekening kas daerah (Kasda).
Pendapatan-LO, diakui dengan basis akrual, tergantung dari prosedur pemungutan
pendapatannya sendiri, didahului dengan penerbitan surat ketetapan atau tidak.
Pendapatan tanpa melalui surat ketetapan, contohnya jasa giro/bunga. Jurnal
untuk mengakui pendapatan jenis ini dilakukan saat kas diterima di rekening Kasda.
25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
c) AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Transaksi pembiayan akan berpengaruh terhadap LRA dan Neraca, tapi tidak dengan LO.
26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PERTEMUAN 15
Akuntansi PPKD
d) AKUNTANSI KEWAJIBAN PPKD
1. Kewajiban Jangka Pendek
28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pendapatan-LO XX
Beban XX
Surplus/Defisit-LO XX
Akun Surpus/Defisit-LO PPKD belum menunjukkan surplus/defisit di tingkat Pemda, karena
saldo akun tersebut belum merupaka gabungan dengan surplus/defisit darise luruh SKPD,
melainkan baru mencerminkan transaksi pelaksanaan DPA-PPKD.
Akun Surplus/Defisit non-operasional dan pos luar biasa juga pada akhirnya akan ditutup ke
akun Ekuitas.
Surplus/Defisit-LO XX
Ekuitas XX
29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PEMERINTAH PROVINSI …………
Format Lapkeu PPKD PPKD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Has il Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipis ahkan xxx xxx xxx xxx
5 Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xxx xxx
6 Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx xxx xxx xxx
7
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Has il Pajak xxx xxx xxx xxx
11 Dana Bagi Has il Sum ber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
12 Dana Alokas i Um um xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokas i Khus us xxx xxx xxx xxx
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan xxx xxx xxx xxx
15
16 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
17 Dana Otonom i Khus us xxx xxx xxx xxx
18 Dana Penyes uaian xxx xxx xxx xxx
19 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
21
22 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
23 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah xxx xxx xxx xxx
26 JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx xxx xxx
27
28 BELANJA
29 BELANJA OPERASI
30 Belanja Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Belanja Subs idi xxx xxx xxx xxx
32 Belanja Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Belanja Bantuan Sos ial xxx xxx xxx xxx
34 Jumlah Belanja Operasi xxx xxx xxx xxx
35
36 BELANJA TAK TERDUGA
37 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx x xxx
38 Jumlah Belanja Tak Terduga xxx xxx xxx xxx
39 JUMLAH BELANJA xxx xxx xxx xxx
40
41 TRANSFER
42 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
43 Trans fer Bagi Has il Pajak xxx xxx xxx xxx
44 Trans fer Bagi Has il Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
45 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan xxx xxx xxx xxx
46
47 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
48 Trans fer Bantuan Keuangan ke Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
49 Trans fer Bantuan Keuangan ke Des a xxx xxx xxx xxx
50 Trans fer Bantuan Keuangan Lainnya xxx xxx xxx xxx
51 Jumlah Transfer Bantuan Keuangan xxx xxx xxx xxx
52 Jumlah Transfer xxx xxx xxx xxx
53
54 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER xxx xxx xxx xxx
55
56 SURPLUS/DEFISIT xxx xxx xxx xxx
57
58 PEMBIAYAAN
59 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
60 Penggunaan SiLPA xxx xxx xxx xxx
61 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
62 Has il Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipis ahkan xxx xxx xxx xxx
63 Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Pus at xxx xxx xxx xxx
64 Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
65 Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bank xxx xxx xxx xxx
66 Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xxx xxx
67 Pinjam an Dalam Negeri - Obligas i xxx xxx xxx xxx
68 Pinjam an Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xxx xxx
69 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Perus ahaan Negara xxx xxx xxx xxx
70 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Perus ahaan Daerah xxx xxx xxx xxx
71 Penerim aan Kem bali Pinjam an kepada Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
72 Penerim aan Kem bali Piutang xxx xxx xxx xxx
73 Penerim aan Kem bali Inves tas i Dana Bergulir xxx xxx xxx xxx
74 Jumlah Penerimaan Pembiayaan xxx xxx xxx xxx
75
76 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
77 Pem bentukan Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx
78 Penyertaan Modal/ Inves tas i Pem erintah Daerah xxx xxx xxx xxx
79 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Pus at xxx xxx xxx xxx
80 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Pem erintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
81 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bank xxx xxx xxx xxx
82 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lem baga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xxx xxx
83 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Obligas i xxx xxx xxx xxx
84 Pem bayaran Pokok Pinjam an Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xxx xxx
85 Pem berian Pinjam an kepada Perus ahaan Negara xxx xxx xxx xxx
86 Pem berian Pinjam an kepada Perus ahaan Daerah xxx xxx xxx xxx
87
88
Pem berian Pinjam an kepada Pem erintah Daerah Lainnya
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
30
89 JUMLAH PEMBIAYAAN xxx xxx xxx xxx
90
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN/ (SISA KURANG
91 PEMBIAYAAN ANGGARAN) xxx xxx xxx xxx
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah xxx xxx
4 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
5 Penyisihan Piutang xxx xxx
6 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
7 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
8 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
11 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
12 Piutang Lainnya xxx xxx
13 RK SKPD …… xxx xxx
14 Jumlah Aset Lancar xxx xxx
15
16 INVESTASI JANGKA PANJANG
17 Investasi Nonpermanen
18 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
19 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
20 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
21 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
22 Jumlah Investasi Nonpermanen xxx xxx
23 Investasi Permanen
24 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
25 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
26 Jumlah Investasi Permanen xxx xxx
27 Jumlah Investasi Jangka Panjang xxx xxx
28
29 DANA CADANGAN
30 Dana Cadangan xxx xxx
31 Jumlah Dana Cadangan xxx xxx
32
33 ASET LAINNYA
34 Tagihan Jangka Panjang xxx xxx
35 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
36 Aset Tidak Berwujud xxx xxx
37 Aset Lain-laim xxx xxx
38 Jumlah Aset Lainnya xxx xxx
39
40 JUMLAH ASET xxx xxx
41
42 KEWAJIBAN
43
44 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
45 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
46 Utang Bunga xxx xxx
47 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
48 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx
49 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx xxx
51
52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
53 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
54 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
55 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx
56 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
57 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx
58
59 JUMLAH KEWAJIBAN xxx xxx
60
61 EKUITAS
62
63 EKUITAS
64 Ekuitas xxx xxx
65 Jumlah Ekuitas xxx xxx
66
67 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PPKD
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
TM 9
Chapter 7
The Cost of Quality and Accounting for Production Losses
(Job Order Costing)
Cost of Quality
Cost of Quality (CoQ) adalah biaya yang terjadi atau biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Cost of
Quality (CoQ) mencakup biaya atas suatu aktivitas atau kegiatan untuk memperoleh,
menjaga, mendeteksi, atau memulihkan kondisi barang jadi atau barang yang
diproduksi yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Konteks
pembahasan dari cost of quality fokus pada adanya produk yang rusak atau cacat,
yang tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan, bukan membahas tentang DM,
DL, dan FOH, walaupun di dalamnya ada DM, DL, dan FOH. Jadi, Cost of Quality (CoQ)
tidak sama dengan cost of production. Terdapat 3 macam Cost of Quality (CoQ), yaitu:
1. Scrap;
2. Spoilage;
3. Rework;
tiga hal tersebut dapat dikorelasikan dengan job costing dan process costing. Semakin
besar nilai scrap, spoilage, dan rework, proses produksi perusahaan tersebut makin
tidak berkualitas.
1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Biaya yang dikeluarkan atau terjadi dalam rangka untuk mendeteksi adanya
suatu product failure.
Contoh : biaya inspeksi, pemasangan early warning system, dan pemasangan
CCTV.
c. Failure cost
Biaya yang terjadi sehubungan dengan adanya kesalahan produksi atau produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Contoh : rework, spoilage, dan klaim garansi.
Gambar A.1
B. Scrap
Barang sisa produksi yang tidak digunakan lagi dan tidak dijual dalam
proses produksi normal perusahaan tetapi masih memiliki nilai jual (salvage value)
walaupun nilai salvage value-nya kecil. Scrap tidak sama dengan sampah atau
limbah produksi (wasted). Penjualan scrap dapat menghasilkan pendapatan
untuk perusahaan meskipun nilai jual scrap sendiri jauh di bawah nilai produksi.
Contoh : PT. Alisan atau perusahaan penjahitan memiliki sisa kain perca. Jika
jumlah kain perca tersebut dikumpulkan dalam jumlah yang banyak dan laku
dijual, kain perca tersebut merupakan scrap.
2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
C. Spoilage Product
Barang rusak/cacat yang tidak sesuai standar yang dipersyaratkan dan tidak dapat
diperbaiki agar menjadi sesuai standar. Spoilage product fokus pada biaya yang
dikeluarkan. Karakteristik spoilage product antara lain:
1) Tidak cost justified untuk diperbaiki karena biaya yang dikeluarkan lebih
besar daripada manfaat yang dihasilkan;
2) Pencatatan fokus atas biaya produksi yang tertanam dalam spoilage
product tersebut;
3) Spoilage product ada yang dapat dijual dengan harga murah, ada pula
yang tidak dapat dijual sama sekali;
4) Hasil penjualan dari spoilage product tersebut mengurangi biaya produksi
atas spoilage product tersebut.
Accounting treatment untuk spoilage product
Accounting treatment pada job costing
Kerusakan disebabkan oleh eksternal failure (permintaan konsumen)
1) Biaya produksi menjadi beban penuh bagi konsumen yang memesan
barang tersebut;
2) Akan diakui sebagai beban bagi konsumen, sehingga akan menambah
nilai work in process;
4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
3) Jika ada salvage value maka akan mengurangi nilai work in process.
Perusahaan dapat menjual dengan menaksir nilai jual atas barang;
4) Jika perusahaan mengumpulkan unit-unit barang yang rusak tersebut
secara terpisah sebelum dijual, maka akan timbul akun “spoilage goods
inventory”;
5) Jurnal terkait accounting treatment di atas adalah:
Pembebanan biaya produksi
Work in process xxx
Raw material xxx
Salary payable xxx
Cash xxx
Pengakuan barang jadi
Finished goods xxx
Work in process xxx
Pengakuan barang jadi jika ada salvage value
Finished goods xxx
Spoilage goods inventory xxx
Work in process xxx
Penjualan spoilage product
COGS xxx
Finished goods xxx
Cash/account receivable xxx
Sales xxx
Cash/account receivable xxx
Spoilage goods inventory xxx
5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Cash $10.000
Spoiled goods inventory $10.000
Cash $48
7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Cash $120
8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
TM 10
Chapter 7
The Cost of Quality and Accounting for Production Losses
(Proses Costing)
9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
B. Rework Product
Characteristic of rework product
Rework product merupakan barang yang tidak memenuhi standar atau cacat
sehingga perlu dilakukan pemrosesan/pengerjaan ulang agar menjadi
barang yang normal sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Perbedaan antara spoilage product dan rework product terletak pada
bisa/tidaknya barang tersebut untuk dikerjakan/diproses ulang. Apabila tidak
bisa diproses ulang berarti spoilage product, dan sebaliknya apabila bisa
10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Before Inspection
Material $3.300
Labor $3.500 (150 hours x $10 per hour)
FOH Applied $1.800 ($12 per labor hour)
Total Cost $6.600
13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Journal
1) WIP – Job 275 $6.600
Raw Material $3.300
Salaries Payable $1.500
FOH Applied $1.800
2) FOH Control $700
Raw Material $100
Salaries Payable $250
FOH Applied $300
3) Finished Good $6.600
WIP – Job 275 $6.600
Unit Cost Tables = $6.600/ 100 = $66
14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Journal
1) WIP – TAC $65.000
Raw Material $20.000
Salaries Payable $15.000
FOH Applied $30.000
2) WIP – TAC $8.500
Raw Material $1.000
Salaries Payable $2.500
FOH Applied $5.000
3) Finished Good $73.500
WIP – TAC $73.500
(65.000+8.500)
4) COGS $73.500
Finished Good $73.500
5) Account Receivabke $110.250
Sales Revenue $110.250
(150% x $73.500)
Unit Cost Gauge = $73.500/ 1000 = $73,5
15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
2. Equivalent Unit
P.U. DM DL FOH
Units transferred out to Finishing 8.000 8.000 8.000 8.000
Dept.
Units in Ending Invt. (100%DM; 1.500 1.500 900 750
60%DL; 50%FOH) (100% x 1500) (60% x 1500) (50% x 1500)
DM DL FOH
Total Cost as Input 37.500 11.280 23.125
Total Equivalent Unit 10.000 9.400 9.250
Cost per Equivalent Unit 3,75 1,2 2,5
(Total Cost as Input / Total Equivalent Unit)
16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
5. Cost as Output
Journal
1) WIP – Forming Dept. $68.475
Material $36.240
Salaries Payable $10.510
FOH Applied $21.725
2) WIP – Finishing Dept. $59.600
FOH Control $3.725
WIP – Forming Dept. $63.325
17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
2. Equivalent Unit
P.U. DM DL FOH
Units transferred out to Finishing 7.000
Dept.
- From WIP Beginning 2.000 0 600 800
(100%DM;70%DL;60%FOH (0% x 2000) (30% x 2000) (40% x 2000)
)
- From Unit Started 5.000 5.000 5.000 5.000
Units in Ending Invt. (100%DM; 3.000 3.000 1.800 1.200
60%DL; 40%FOH) (100% x 3000) (60% x 3000) (40% x 3000)
18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
DM DL FOH
Cost Added During March 9.750 2.380 9.200
Total Equivalent Unit 13.000 11.900 11.500
Cost per Equivalent Unit 0,75 0,2 0,8
Started In Period
Total Cost of units completed and 5.350 1.410 5.590 12.350
transferred out to Finished Goods
Cost of Units in Ending Inventory 2.250 360 960 3.570
(0,75 x 3000) (0,2 x 1800) (0,8 x 1200)
Cost of Units Spoilage 3.750 900 3.600 8.250
(0,75 x 5000) (0,2 x 4500) (0,8 x 4500)
Total Cost As Output 11.350 2.670 10.150 24.170
Journal
1) WIP – Tooling Dept. $21.330
Raw Material $9.750
Salaries Payable $2.380
FOH Applied $9.200
2) WIP – Finishing Dept. $12.350
FOH Control $8.250
WIP – Tooling Dept. $20.600
19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
May XXXX
Weighted Average Method
1. Physical Units Flow
INPUT: OUTPUT:
- Units in Beginning5.000 - Units Transferred Out to 49.000
Inventory Refining Department
- Units started in Process 55.000 - Units in Ending Inventory 6.000
- Unit Lost In Process 5.000
- Total Input 60.000 Total Output 60.000
Notes : Shrinkage (penyusutan) dicatat sebagai unit lost in process
2. Equivalent Unit
P.U. DM CC
Units transferred out to Refining 49.000 49.000 49.000
Dept.
Units in Ending Invt. (100%DM; 6.000 6.000 4.200
70%CC) (100% x 6000) (70% x 6000)
DM CC
Total Cost as Input 22.000 5.320
Total Equivalent Unit 55.000 53.200
Cost per Equivalent Unit 0,4 0,1
(Total Cost as Input / Total Equivalent Unit)
5. Cost as Output
DM CC Total Cost
Cost of Units Transferred to 19.600 4.900 24.500
Refining Department (0,4 x 49000) (0,1 x 49000)
20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Journal
1) WIP – Cracking Dept. $25.180
Material $20.100
Cash $5.080
2) WIP – Refining Dept. $24.500
WIP – Cracking Dept. $24.500
* Tanpa FOH Control karena shrinkage tidak dicatat (hal wajar)
21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
TM 11
Chapter 9 and 11
Materials and Labor
Dalam sebuah perusahaan tidak mungkin hanya ada departemen yang terkait
dengan produksi, ada juga departemen yang menjalankan fungsi lain seperti
keuangan, pemasaran, kepegawaian, dll. yang selanjutnya disebut service
departement (akan dibahas pada Ch.13-14). Adapun dua Klasifikasi Departemen,
yang terdapat dalam sebuah korporasi dapat kita identifikasikan sebagai berikut:
22
Adapun secara umum alur/rantai control pengadaan dan penggunaan bahan baku adalah sebagai berikut:
FlOW CHART
Production budget
P.O
P.R MR
Vendor DEPT. Of RM DEPT 1 DEPT 1
Purchasing Warehouse
R.R
RR
MR
B.L MRC DEPT. FINANCE
MR
Invoice
DEPT. HR
Keterangan :
MR : Material Requisition
RR : Receiving Report
PR : Purchase Requisition
MRC : Material Rechord Card
BL : Bill of Lading
PO : Purchase Order
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Keterangan:
1. Pada awal periode, Departemen I dan Departemen II telah memiliki “Production
Budget” dan mengetahui berapa kebutuhan material untuk satu tahun kedepan;
2. Segala Material, baik Direct Material maupun Indirect Material dan ATK, disimpan
di “RM Warehouse” seperti: (Kayu, Paku, Amplas, dan bahkan kertas, pena dll)
yang dibutuhkan oleh baik Departemen yang langsung mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi, maupun Departemen yang berperan sebagai supporting unit
seperti Departemen Finance, Departemen Human Resourche, dll;
6. Ketika jumlah atau jenis barang yang diminta belum tersedia di Gudang Raw
Material, maka RM Warehouse akan menyerahkan dokumen Purchase Requisition
kepada Departement of Purchasing;
8. Setelah menerima purchase order, Vendor yang dituju akan menyerahkan barang
yang dipesan langsung kepada RM Warehouse, dengan dilindungi dokumen Bill
of Lading. Sekaligus menyerahkan Invoice kepada Dept. Of Finace.
barang tidak sesuai dengan pesanan, maka RM Warehouse akan mereject atau
mengembalikan barang.
12. Ada barang yang sifatnya rutin, seperti Inventory, ATK, dll yang akan dibeli sesuai
dengan alur tersebut. Sedangkan untuk barang-barang tertentu yang sifatnya
tidak rutin, seperti Mesin dsbnya yang memiliki masa manfaat >1 tahun dan tidak
disimpan di RM Warehouse, maka Departemen tertentu yang membutuhkan
langsung meminta ke Departemen of Purchasing tanpa melalui RM Warehouse .
COST OF MATERIALS
Selain biaya atas pembelian barang itu sendiri, biaya atas suatu barang
(bahan baku) juga terdiri dari biaya lain-lain, seperti:
- Biaya Asuransi (Insurance)
- Biaya Kirim/Transportasi (Freight)
- Biaya Handling
- Biaya Kemanaan (Security Cost)
- Biaya Perawatan (maintenance)
Contoh: sebuah truck dari pelabuhan digunakan untuk mengangkut
beberapa material seperti kayu, lem, plastic, paku dll. Kemudian
pertanyaannya adalah “How to allocate this cost?”
25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
2. Waktu
Jika semakin sering order ke vendor,
Biaya semakin tinggi, biaya asuransi, freight, dan handling terlalu tinggi.
*Ordering Cost = Biaya yang terjadi dalam proses bahan baku dari
vendor sampai ke Gudang
Dalam praktiknya apabila kita perkecil Ordering Cost, maka Carrying Cost
akan membesar, begitu juga sebaliknya. Untuk itu masalah dari perusahaan
adalah “Bagaimana agar ordering cost dan carrying cost ini besarnya
seimbang?”
=> solusinya adalah dengan menggunakan EOQ.
26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
1
AC = (𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 𝐸𝑂𝑄 −1 ) + (2 𝑥 𝐸𝑂𝑄 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)
Selanjutnya, karena yang ingin kita cari EOQ maka persamaan tersebut kita
diferensialkan dengan membagi EOQ.
𝑑𝐴𝐶 1
= (𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 (−𝐸𝑂𝑄 −2 )) + ( 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶)
𝑑𝐸𝑂𝑄 2
Setelah itu kita invers kan ke 0, sehingga:
−𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
ln 0 = +
𝐸𝑂𝑄 2 2
Selanjutnya kita dapat ubah persamaan tersebut menjadi ke ruas sebelah
kiri, menjadi:
𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
2
=
𝐸𝑂𝑄 2
Kita kalikan silang pembilang dengan penyebutnya masing-masing, menjadi:
2 𝑥 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂 = 𝐸𝑂𝑄 2 𝑥 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
Karena EOQ yang kita cari, kita pindahkan ke sisi kiri, sehingga didapati:
2 𝑥 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂
𝐸𝑂𝑄 2 =
𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
Sehingga kita dapati bahwa Rumus EOQ adalah : √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪
TM 12
27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Chapter 10
Just in Time and Backflush Costing
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪
Note : CC yang digunakan dapat berupa satuan persentase atau dalam satuan
cost/mata uang, tergantung pembahasan pada buku referensinya. Di buku Cost
Accounting, 14th Edition by Charter, CC menggunakan satuan persentase (%).
Pembahasan:
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪
𝟐 ×𝟏𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔×$𝟓
=√ = 11 units
$𝟓𝟓 ×𝟏𝟓%
28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pembahasan:
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶
EOQ = √ 𝑪𝑼×𝑪𝑪
𝟐 ×𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔×$𝟐𝟎𝟎
=√ $𝟏𝟎𝟎 ×𝟐𝟓%
= 240 units
Note : apabila cost of carrying per unit (CC) diketahui dalam satuan mata uang, maka
dapat langsung digunakan tanpa dikalikan dengan cost per unit (CU). CC dikalikan dengan
CU apabila CC yang diketahui adalah dalam satuan persentase (%)
Pembahasan:
𝑹𝑼 𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎 𝒄𝒂𝒓𝒕𝒐𝒏𝒔
Number of order : 𝑬𝑶𝑸
= 𝟕𝟎𝟕,𝟏𝟏 𝒄𝒂𝒓𝒕𝒐𝒏𝒔
= 35,36 kali
𝟑𝟔𝟓
Number of days (interval ke order selanjutnya) : 𝟑𝟓,𝟑𝟔
= 𝟏𝟎 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊
Ditanya : EOQ?
Annual inventory expense?
29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pembahasan:
Rent, insurance, tax merupakan cost dalam rangka menyimpan inventory, sehingga
masuk ke dalam CC.
$𝟎,𝟒
CC total : 10% + 𝟐𝟎
= 𝟏𝟐%
𝟐×𝑹𝑼×𝑪𝑶 𝟐 ×𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎 𝒅𝒐𝒛𝒆𝒏×$𝟏𝟎
EOQ = √ =√ = 632,45 dozen
𝑪𝑼×𝑪𝑪 $𝟐𝟎×𝟏𝟐%
AC = OC + CC
𝑹𝑼 𝟏
= ( × 𝑪𝑶) + ( × 𝑬𝑶𝑸 × 𝑪𝑼 × 𝑪𝑪)
𝑬𝑶𝑸 𝟐
𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎 𝟏
= ( 𝟖𝟎𝟎 × $𝟏𝟎) + (𝟐 × 𝟖𝟎𝟎 × $𝟐𝟎 × 𝟏𝟐%)
= $600 + $960
= $1.560
30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Misal :
Normal Lead Time : 6 hari
(waktu kedatangan normal hingga pesanan sampai di gudang)
Maximal Lead Time : 10 hari
(waktu kedatangan maksimal pesanan sampai di gudang)
Safety Stock : 4 hari
Diketahui :
31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Ilustrasi figure 9-3 halaman 9-16 Chapter 9 : Cost Accounting, 14th Edition by Charter.
Pembahasan :
32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
E9-7 Diketahui :
Material usage : 9600 units for 240 days
Normal lead time : 20 days
Maximum/total lead time : 35 days
𝟗𝟔𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔
Daily usage : 𝟐𝟒𝟎 𝒅𝒂𝒚𝒔
= 𝟒𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕/𝒅𝒂𝒚
33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
: 15 days
Quantity SS : 40 units/days x 15 days
: 600 unit
Normal usage during normal lead time : 1400 units – 600 units
: 800 units
Tambahan :
Misalnya, inventory awal 1600 units, berapa hari lagi perusahaan akan melakukan
pemesanan?
𝟏𝟔𝟎𝟎−𝟏𝟒𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔
Jawab : 𝟒𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕𝒔/𝒅𝒂𝒚𝒔
= 𝟓 𝒅𝒂𝒚𝒔.
Jadi, perusahaan akan melakukan order setelah pemakaian material selama 5 hari.
Ilustrasi gambar:
34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
c. Selective Controls
35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Just-In-Time Backflushing
&
36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
FOH Departementalization
Yaitu memilah-milah FOH menjadi beberapa departemen. Hal ini berfungsi agar
biaya produksi dapat diperhitungkan dengan lebih baik juga meningkatkan
pengendalian terhadap FOH. Setiap departemen membebankan FOH sesuai dari tariff
masing-masing departemen. Sehingga perhitungan biaya produk lebih baik dibanding
pembebanan alokasi FOH satu tariff. Karena tidak semua jenis produk melalui tahap
produksi yang sama. Ada yang melalui semua, ada juga yang tidak, hanya beberapa
departemen saja. Departementalisasi memfasilitasi responsibility accounting dan
pengendalian factory overhead cost dengan menetapkan cost menjadi tanggung
jawab tiap-tiap manajer departemen. Departemen diklasifikasikan menjadi
- Departemen produksi adalah departemen yang memproses produk dengan
mengubah atau merakit material. Departemen produksi meliputi antara lain
departemen pemotongan, perakitan, pencampuran, penyelesaian, dan pembotolan.
- Departemen jasa menyediakan layanan yang berkontribusi secara tidak langsung
ke proses produksi. Departemen jasa di antaranya adalah departemen pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pengendalian produksi, keamanan,
pengiriman, kesehatan, sumber daya manusia, dan kantin.
38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
RM Produce Dept FG
3. FOH Segmentation
Menghitung perkiraan total biaya departemen tidak langsung dan alokasikan ke
departemen-departemen yang mendapat manfaat.
a. Single rate
b. Multiple rate
4. How to allocate service to producing department
Mendistribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang mendapat manfaat.
Sebagai ilustrasi, PT Marko, suatu perusahaan manufaktur memiliki dua
departemen produksi yaitu P1 dan P2. Di samping itu, terdapat pula dua
departeman jasa yaitu J1 dan J2. Departemen jasa J1 memberi manfaat untuk J2,
P1, dan P2. Adapun departemen jasa J2 memberi manfaat kepada J1, P1, dan P2.
Data overhead cost tiap-tiap departemen sebelum alokasi biaya departemen jasa
dan persentase alokasi manfaat yang diberikan oleh departemen jasa adalah
sebagai berikut:
39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
jasa lain. Dengan kata lain, me-nol-kan biaya pada departemen jasa untuk
dialokasikan ke tiap departemen produksi sesuai persentasenya.
Persentase alokasi oleh J1 ke departemen produksi totalnya 80%, begitupun
Departemen J2. Atas FOH awal selanjutnya alokasi berdasarkan besaran
persentase ke masing-masing departemen produksi
b. Step method.
Metode bertahap mengalokasikan biaya departemen jasa secara bertahap
berdasarkan urutan tertentu yang sudah ditentukan.(sequential method).
Salah satu penentuan urutan alokasi adalah dimulai dari departemen jasa
yang yang paling banyak memberikan manfaat kepada departemen lain dan
menerima paling sedikit manfaat dari departemen lain.
Pada metode bertahap departemen juga jasa mendapat alokasi biaya dari
departemen jasa lain. Namun tidak bisa memperhitungkan alokasi biaya antar
departemen jasa secara timbal balik . Apabila biaya suatu departemen jasa
sudah dialokasikan ke departemen lain, maka departemen jasa tersebut tidak
akan diperhitungkan lagi pada tahap selanjutnya. Artinya departemen jasa
tersebut sudah dianggap “selesai” dalam proses alokasi.
Dalam metode ini memperhatikan persentase alokasi dari dept. jasa ke dept.
jasa (total alokasinya 100%). Atas FOH awal selanjutnya alokasi berdasarkan
besaran persentase ke masing-masing departemen produksi
c. Reciprocal Method
Metode ini menggunakan perhitungan Aljabar. Metode ini meng-cover
permasalahan yang dihadapi oleh departemen-departemen sebelumnya, yaitu
alokasi berkaitan dengan departemen jasa. Jadi persentase total alokasi juga
100% namun dengan FOH awal yang disesuaikan dengan alokasi antar
departemen jasa.
Kembali kita gunakan data PT Marko. Dengan metode simultan total cost tiap
departemen jasa dinyatakan sebagai berikut:
J1 = 34.400 + 20%J2 .......... (1)
J2 = 20.000 + 20%J1 .......... (2)
40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
41
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
1. Level Unit
Biaya level unit adalah biaya yang bertambah seiring dengan kenaikan jumlah unit
yang diproduksi. Driver level unit adalah ukuran aktivitas yang berbeda,
sesuai/proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi
2. Level Batch
Batch merupakan kumpulan unit-unit produk yang sama yang dihasilkan pada suatu
proses produksi. Biaya level batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch
yang diproduksi dan dijual. Contohnya seperti biaya untuk menyetel mesin (setup
cost) dan penanganan material (material handling). Jika material dipesan untuk
setiap batch, maka biaya pengadaan material termasuk biaya level batch. Jika
produk pertama dari tiap batch diperiksa, maka biaya pemeriksaan itu termasuk
biaya level batch
42
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Biaya level batch juga meliputi biaya nonproduksi. Misalnya bila produksi
berdasarkan pesanan pelanggan, maka biaya pemasaran dan administrasi atas
pesanan tersebut masuk dalam biaya level batch. Drivernya adalah ukuran aktivitas
yang berbeda, sesuai dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya
jumlah setup, order produksi dan permintaan material
3. Level Produk
Biaya level produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung terciptanya produk
yang berbeda yang tidak terpengaruh dengan jumlah unit yang diproduksi/dijual.
Contoh : Biaya desain produkm pengembangan produk, pembuatan prototype.
Apabila diperlukan biaya pelatihan karwayan maupun mesin untuk memproses
produk tersebut, maka termasuk dalam biaya level produk.
Selain biaya produksi, ada juga biaya nonproduksi yang masuk dalam biaya level
produk seperti biaya paten, riset pasar, dan promosi produk. Drivernya adalah
ukuran aktivitas yang berbeda, sesuai dengan jumlah jenis produk yang diproduksi
dan dijual, seperti jumlah perubahan desain, design hours, jumlah bagian produk.
4. Level Pabrik
Biaya level pabrik adalah biaya yang diperlukan agar pabrik bisa berproduksi,
meliputi biaya sewa, depresiasi, pajak bumi dan bangunan, dan asuransi bangunan
pabrik, dll
Driver level pabrik bisa berupa luas lantai, total biaya konversi, jumlah unit atau
total biaya langsung.
Unit based
Total FOH
Rate =
Total Allocation based (non volume)
Reconciliation
Total Cost : - Common (98%)
- Special (98%)
E-14-6
43
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
P14-3
1. Rate FOH
a. Tradisional Costing
Total FOH / Basis 4.500.000
= 1,5
= 3.000.000
b. ABC
300.000
Setup = = 5.000/setup
60
Design 900.000
= 60/design
= 15.000
3.300.000
Other = = 1,1
3.000.000
4. Rekonsiliasi
a. Standars
44
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
FOH Total
FOH Under TC 4.365.000
Penyesuaian :
- Kelebihan biaya di batch (97%- (141.000)
50%)x300.000
- Kelebihan biaya di product (97%- (153.000)
80%)x900.000
Total Penyesuaian (294.000)
FOH under ABC 4.071.000
b. Custom
FOH Total
FOH Under TC 135.000
Penyesuaian :
- Kelebihan biaya di batch (50%- 141.000
3%)x300.000
- Kelebihan biaya di product (20%- 153.000
3%)x900.000
Total Penyesuaian 294.000
FOH under ABC 429.000
45
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Penerapan ABC memerlukan pengukuran activity cost pool, yaitu total cost tiap-tiap
aktivitas yang signifikan. Selanjutnya activity driver terbaik harus dipilih untuk
mengalokasi tiap-tiap activity cost pool. Dengan demikian, ABC menyediakan
pandangan baru terkait efisiensi suatu proses.
Pada umumnya sistem tradisional melaporkan biaya untuk tiap-tiap manajer sesuai
dengan area tanggung jawabnya. Overhead cost yang dilaporkan bisa dirinci ke unsur-
unsurnya seperti indirect material, indirect labor, supplies, dan listrik.
Sistem tradisional juga bisa menyediakan informasi total cost untuk tiap cost center
yang digunakan dalam proses produksi. Namun, sistem tradisional tidak memerlukan
pengamatan yang mendalam bagaimana suatu proses dikerjakan. Sistem tradisional
hanya mencatat berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan suatu proses.
ABM sangat memerlukan informasi bagaimana suatu proses dikerjakan secara detail.
Hal ini membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan perbaikan proses
produksi atau meningkatkan efisiensi.
46
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 9
Subjek PPh Badan
Subjek PPh Badan bukan hanya perusahaan. Yang dimaksud dengan badan adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN,
BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis,
lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan bentuk badan Iainnya. Subjek Pajak Badan dibedakan
menjadi dua yaitu :
1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pengecualian subjek pajak diatur dalam Pasal 3 dan penjelasan pasal 2 ayat 1 UU PPh jo. PMK No
215/PMK.03/2008 jo PMK 15/PMK.03/2010 jo PMK 156/PMK.010/2015
2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
langsung maupun tidak langsung. Hubungan istimewa antara Wajib Pajak dapat juga terjadi
karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, kendati pun tidak
terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih
perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan antara
beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.
3. Hubungan Keluarga
Hubungan istimewa dapat timbul diantara orang pribadi-orang pribadi pemegang saham
perusahaan yang memiliki hubungan keluarga baik sedarah ataupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat (Pasal 18 ayat (4) UU PPh). Yang dimaksud
dengan orang-orang yang memiliki hubungan keluarga baik sedarah dalam garis keturunan
lurus dan atau ke samping satu derajat yaitu :
Hubungan sedarah
ayah, ibu, dan anak (garis keturunan lurus satu derajat), saudara kandung atau saudara tiri
(garis keturunan ke samping satu derajat).
Keluarga semenda
Mertua dan anak tiri (garis keturunan lurus satu derajat), ipar (garis keturunan ke samping
satu derajat).
3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pembahasan :
Jika Sahityan Construction Ltd. Memilih bentuk usaha no. 3 tanpa membuat badan apapun di
Indonesia, maka bentuk usaha ini merupakan bentuk paling ideal karena resiko pajaknya kecil.
Tetapi tidak dapat dilakukan karena menurut UU PPh pasal 2 ayat (5) huruf i menyatakan
bahwa bentuk usaha tetap jasa konstruksi langsung muncul pada hari pertama proyek
dilaksanakan. Apabila proyek konstruksi adalah 1 tahun berarti Sahityan Construction Ltd
langsung menjadi subjek pajak luar negeri dengan BUT pada hari pertama pengerjaan proyek
konstruksi. Jadi, pengenaan pajak sama dengan WP DN.
Bentuk usaha cabang berdasarkan pasal 2 ayat (5) huruf b adalah bentuk usaha tetap sehingga
konsekuensi pajaknya sama seperti pilihan no. 3
Pilihan no.2, yaitu menjadi PMA berarti langsung menjadi subjek pajak dalam negeri, karena
PMA berdomisili / berkedudukan di Indonesia.
Notes : Jika Sahityan Construction Ltd, memilih menjadi BUT, maka pengenaan pajaknya
dikenakan 2 kali, yaitu saat BUT memperoleh penghasilan dari Indonesia, setelah dikurangi
biaya-biaya fiskal dikenakan tarif pph badan yaitu 25%. Perlakukaannya sama dengan Subjek
Pajak Bada dalam Negeri. Saat Laba Usaha yang telah dikurangi pajak ini dikirim ke luar Negeri,
maka Sahityan Construction Ltd juga harus memotong PPh pasal 26 atas, laba usaha yang
dikirim ke luar negeri ini. Kecuali jika Laba usaha tersebut ditanamkan kembali di Indonesia,
maka tidak dikenakan PPh Pasal 26.
4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 10
Objek PPh Badan
Pada prinsipnya Objek PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak. Objek PPh bagi Wajib Pajak Badan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Penghasilan WP Badan Dalam Negeri
Objek Pajak Badan dalam negeri adalah semua penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
Badan tersebut dengan prinsip WWI (World Wide Income), yang diterima baik dari dalam
maupun luar negeri. Hal ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
PenghasiIan.
2. Penghasilan WP Badan Luar Negeri (BUT maupun WP LN bukan BUT).
Penghasilan WP Badan Luar Negeri ada 2 macam yaitu :
a. Penghasilan WP Badan Luar Negeri BUT Dalam pasal 5 UU PPh diatur tentang Objek Pajak
BUT yaitu :
1) penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai;
2) penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian
jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dilakukan atau dijalankan oleh BUT di
Indonesia;
3) penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 UU PPh, yang diterima atau
diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta
atau kegiatan yang memberikan penghasilan tersebut.
b. Penghasilan WP Badan Luar Negeri Bukan BUT Penghasilan WP Badan Luar Negeri Bukan
BUT adalah penghasilan-penghasilan yang diterima atau diperoleh Badan Luar Negeri yang
bukan berasal dari usaha atau kegiatan di Indonesia tetapi berupa penghasilan modal
(passive income). Contohnya adalah penghasilan dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah,
maupun capital gain.
5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Penghasilan lain-lain
a. hadiah dari undian;
b. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
c. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
d. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
e. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
f. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
g. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
h. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
i. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
j. surplus Bank Indonesia.
6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
Contoh : Mr. A beli 50.000 lembar saham biasa di PT Sahityan dengan nilai nominal Rp
1.000,- dan nilai pasar saham saat itu. Rp 1.500,-. Mr. A membeli saham PT Sahityan
dengan menyerahkan uang tunai sejumlah lembar saham yang ia beli dengan harga
pasar saham saat itu. Atas Uang yang diterima oleh PT Sahityan sejumlah 75 juta rupiah
termasuk premiumnya Bukan merupakan Objek Pajak.
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai Wajib Pajak Dalam
Negeri, Koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba ditahan; dan
Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
d. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi kerja Maupun oleh Pegawai.
Contoh : PT Taspen memperoleh iuran Pensiun dari PT Sahityan dan Karyawannya. Atas
Iuran tersebut Bukan Objek Pajak, hal ini karena Pajak atas pembayaran pensiun,
dialihkan pengenaannya yaitu pada saat pegai yang pensiun menerima pensiun.
e. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan
f. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirkan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan Perusahaan Mikro, Kecil, Menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek.
g. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan, dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
14. Dan premi asuransi yang dibayarkan kepada 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
perusahaan asuransi di LN bruto atau sesuai
tarif Tax Treaty
15. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
pajak dari suatu BUT di Indonesia (kecuali bruto atau sesuai
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di tarif Tax Treaty
Indonesia)
16. Penghasilan yang diterima /diperoleh WP LN 20 % x perkiraan Ph Pasal 26 UU PPh
atas penghasilan yang bersumber dari bruto atau sesuai
Indonesia berupa : tarif Tax Treaty
- dividen
- bunga, termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
- royalti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
- hadiah dan penghargaan
- banyaknya
9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 11
1. Kompensasi Kerugian
Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi biaya-biaya yang diperkenankan oleh UU PPh ternyata
didapat kerugian (Net Loss), maka kerugian tersebut dapat mengurangi penghasilan neto (Net Profit)
selama 5 (lima) tahun berturut-turut setelah tahun kerugian tersebut.
Contoh soal 1:
Pada tahun 2018 PT. Petean mengalami kerugian fiskal sebesar Rp. 2.500.000.000. Data Profit/Loss
di tahun tahun berikutnya adalah sebagai berikut:
Jawab:
Untuk mempermudah, mari kita buat tabel penghitungan tersendiri (dalam Jutaan Rupiah)
10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh Soal 2:
Informasi penghasilan Neto Laba atau Rugi PT. Glamor selama 7 tahun berturut-turut adalah sebagai
berikut:
Jawab:
11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh Soal 3:
Informasi penghasilan Neto Laba atau Rugi CV. CEVEAN selama 7 tahun beruturut-turut adalah
sebagai berikut:
2014 Rugi Rp. (500.000.000)
2015 Laba Rp. 300.000.000
2016 Rugi Rp. (400.000.000)
2017 Laba Rp. 500.000.000
2018 Rugi Rp. (300.000.000)
2019 Laba Rp. 200.000.000
2020 Laba Rp. 100.000.000
Bagaimana penghitungan kompensasi kerugian fiskalnya? Berapa saldo kompensasi kerugian setelah
lapor SPT 2020? Dalam Kasus ini CV. CEVEAN telah dilakukan pemerikasaan dan terdapat koreksi
fiskal Laba tahun 2017 menjadi Rp. 800 jt dan Rugi tahun 2018 menjadi Rp. (500jt) sesuai Surat
Ketetapan Pajak.
12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
4,8𝑀
Dapat Fasilitas: × 𝑃ℎ𝐾𝑃 = Y
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜
Contoh Soal:
1. Ph Bruto > 50M. Data Laporan keuangan PT Manis selama tahun pajak 2018 adalah sbb:
13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
3. Ph Bruto >4,8M s.d. 50M. Data Laporan keuangan PT Getir selama tahun pajak 2018 adalah sbb:
3. Kredit Pajak
Seperti yang telah dibahas dalam PPh OP, dalam PPh Badan kredit pajak merupakan komponen
pengurang PPh terutang. Kredit pajak diperoleh dari angsuran PPh Pasal 25 dan pemotongan oleh
pihak lain (Witholding) yang bersifat Non-final. Kredit Pajak dapat berupa PPh Pasal 22, 23, 24, 25.
Mungkin ada yang bertanya kenapa ga ada PPh Pasal 21? PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak
yang dilakukan pemberi kerja atas penghasilan yang diberikan kepada karyawan, sehingga itu
merupakan Kredit Pajak bagi karyawan dan tidak berkaitan langsung dengan penghitungan SPT
Tahunan Badan.
Penghasilan WP Badan yang diperoleh dari LN dan telah dilakukan pemotongan pajak diluar negeri,
atas Potongan pajak diluar negeri tersebut dapat dikreditkan (dikurangkan dari PPh terutang)
melalui mekanisme pengkreditan PPh Pasal 24 yaitu dengan cara memilih antara penghasilan yang
telah dipotong di luar negeri dengan kredit pajak yang dihitung dari penghasilan neto. Yang
diperbolehkan dikreditkan adalah yang lebih kecil antara PPh yang telah dipotong di LN dengan
perhitungan dari Ph Neto LN dibadingkan total Ph Badan (lihat contoh soal).
14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jawab:
Penghitungan PPh terutang
Ph DN (rugi) (400jt)
Ph LN (untung) 500jt
PhKP 100jt
PPh terutang
50% x 25% x 100jt = 12,5jt
Kredit Pajak PPh 24 yang dapat dikreditkan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑁
= × 𝑃𝑃ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑃ℎ𝐾𝑃
500𝑗𝑡
= × 12,5𝑗𝑡
100𝑗𝑡
= 62,5jt
Tetapi Karena penghasilan Luar Negeri lebih besar dari penghasilan dalam negeri, maka maksimal
PPh 24 yang dapat dikreditkan adalah sebesar PPh atas PhKP yaitu 12,5jt.
(coba bandingkan dengan PPh yang sebenarnya dipotong sebesar 150jt, hanya boleh diakui 12,5jt)
17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 12
Deductible Expense
Seperti yang sudah kita pelajari, untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak atau Laba
Fiskal, kita perlu melakukan Rekonsiliasi Fiskal. Rekonsiliasi Fiskal ini dilakukan atas semua
pendapatan dan biaya perusahaan. Rekonsiliasi atas Pendapatan dilakukan terhadap Pendapatan
yang dikenai PPh Final Pasal 4(2) dan Pendapatan yang Bukan Objek Pajak pasal 4 ayat (3).
Apabila terdapat biaya-biaya yang digunakan secara bersama-sama baik untuk mendapatkan
penghasilan yang merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan PPh Final maupun
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak (Joint Cost), maka besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dihitung berdasarkan proporsi jumlah pendapatan yang merupakan objek pajak
dengan jumlah pendapatan yang dikenakan PPh final dan penghasilan yang bukan objek pajak
(penjelasan Pasal 6 UU PPh)
18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
DEDUCTIBLE EXPENSE
Adalah Biaya-biaya sebagai pengurang penghasilan bruto, di atur dalam (Psl 6 ayat (1) UU PPh). Pada
Prinsipnya, Biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
c. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta (Pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh).
Syaratnya :
Harta yang dijual atau dialihkan dimiliki dan digunakan (syarat kumulatif) dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk 3M mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
d. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan (Pasal 6 ayat (1) huruf f UU PPh).
Syaratnya :
Penelitian tersebut dilakukan di Indonesia;
e. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan (Pasal 6 ayat (1) huruf g UU PPh);
Syaratnya :
Berkaitan dengan kepentingan perusahaan; Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan
kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebanlan sebagai biaya adalah yang
diberikan kepada pelajar, mahasiswa dan pihak lain.
f. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh)
Syaratnya : memenuhi syarat kumulatif sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) jo
PMK-57/PMK.03/2010yaitu :
i. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
ii. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
iii. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh
Khusus untuk biaya pembangunan infrastuktur soisla atau CSR (Corporate Social Responsibility) ada
syarat tambahan yaitu:
1. Besarnya biaya yang dapat dikurangkan untuk 1 (satu) tahun tidak melebihi 5% (lima persen) dari
penghasilan neto Fiskal tahun pajak sebelumnya,
2. Diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.
20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
BIAYA PROMOSI
Berdasarkan PMK 02/PMK.03/2010 Biaya Promosi merupakan bagian dari penjualan yang
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian
suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan
penjualan. Bentuk biaya promosi yang diperkenankan maupun tidak diperkenankan adalah sebagai
berikut:
Biaya Promosi Tidak Termasuk Biaya Promosi
a. biaya periklanan di media elektronik, a. Pemberianimbalan berupa uang dan/atau
media cetak, dan/atau media lainnya; fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk
b. biaya pameran produk; apapun, kepada pihak lain yang tidak
c. biaya pengenalan produk baru; dan/atau berkaitan langsung dengan
d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan promosi;
promosi produk. b. Biaya promosi untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara (3M) penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak dan
yang telah dikenai pajak bersifat final
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data penerima
berupa nama, NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti
pemotongan dan besarnya PPh yang dipotong dengan format atas pengeluaran biaya promosi
sebagai berikut :
22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Apabila tidak terdapat daftar Nominatif maka biaya promosi tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. Syarat Daftar nominatif ini juga berlaku bagi biaya entertaiment lainny seperti
biaya jamuan makan.
Ketentuan lainnya biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebagai beikut:
Biaya promosi dilakukan untuk mempertahankan dan meningkakan penjualan
Biaya promosi dikeluarkan secara wajar
Dalam hal biaya promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk,
sepanjang belum dibebankan dalam penghitungan harga pokok penjualan.
23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Perkara natura ini harus dipahami benar yaa teman, soalnya banyak jebakan di soal. Salah satunya
tentang fasilitas pengobatan, berikut tabelnya agar lebih mudah dipahami:
Jadi, kalau perusahaan menyediakan klinik atau mendatangkan dokter ke perusahaan lalu karyawan
dapat berobat disana, biaya klinik dan dokternya ini tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Tapi kalau perusahaan memberikan penggantian pengobatan dalam bentuk uang atau memberikan
tunjangan pengobatan, maka biayanya boleh dikurangkan.
ZAKAT
Berdasarkan PER-6/PJ/2011 Zakat dapat dibebankan sebagai biaya, JIKA diberikan kepada BADAN
/LEMBAGA yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ditetapkan sebagai penerima zakat,
serta Wajib Pajak melampirkan fotokopi bukti pembayaran pada SPT Tahunan PPh.
KENIKMATAN DAN FASILITAS YANG DIBERIKAN UNTUK PEGAWAI, HANYA DAPAT DIBIAYAKAN
50% (KEP DIRJEN PAJAK - 220/PJ/2002)
a. Pembelian HP bagi pegawai untuk keperluan pekerjaan sebesar 50%nya dicatat sebagai
pembelian aktiva tetap kelompok I dan dijadikan biaya melalui penyusutan;
b. Biaya pulsa dan servis HP 50%-nya dapat menjadi biaya perusahaan;
c. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atas bus atau minibus yang dimiliki &
digunakan untuk antar jemput pegawai dicatat seluruhnya sebagai pembelian aktiva tetap
golongan II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan;
d. Biaya servis rutin atas bus atau minibus yang dimiliki & digunakan untuk antar jemput pegawai
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya;
e. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atas sedan atau sejenis yang dimiliki
& digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50 %-nya sebagai pembelian aktiva
tetap golongan II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan;
f. Biaya servis rutin atas sedan atau sejenis yang dimiliki & digunakan pegawai tertentu karena
jabatannya dicatat 50%-nya sebagai biaya;
g. Kenikmatan bagi pegawai berupa HP & antar jemput diatas bukan penghasilan pegawai;
25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
PEMBELIAN SOFTWARE
Pembelian Software Umum Langsung Menjadi Biaya Sedangkan pembelian Software Khusus Harus
Melalui Amortisasi.
a. Perlakuan PPh atas software umum
Software umum adalah software yang digunakan oleh users umum;
Biaya perolehan dan upgrade software umum merupakan revenue expenditure dan diakui
pada saat pengeluaran;
Bila software umum dibeli bersama dengan hardware maka biaya perolehannya
dikapitalisasi bersama nilai hardware dan masuk aktiva berwujud kelompok 1;
b. Perlakuan PPh atas software khusus
Software khusus adalah program yang dirancang untuk keperluan otomatisasi kegiatan
tertentu;
Biaya perolehan software khusus dikapitalisasi sebagai intangible asset kelompok 1 dan
diamortisasi selama 4 tahun
PEMBAYARAN PBB DAN BPHTB
a. Biaya PBB harus langsung dibiayakan pada tahun berjalan;
b. Biaya BPHTB untuk pembelian tanah dicatat sebagai aktiva tidak berwujud dan diamortisasi
sesuai pasal 11 A sesuai masa hak atas tanah;
c. Biaya BPHTB untuk pembelian bangunan dikapitalisasi ke nilai bangunan dan didepresiasi
sesuai pasal 11;
PENYUSUTAN
Metode Penyusutan yang diperkenankan (Pasal 11 UU PPh):
1) bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut
(metode garis lurus atau straight line method)
2) bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method,
dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, kecuali untuk bangunan
hanya menggunakan garis lurus.
Menurut ketentuan pajak, nilai sisa suatu aktiva setelah berakhirna umur ekonomis adalah nihil.
Jadi, pajak tidak mengenal nilai sisa/nilai residu sehingga semua nilai perolehan harta harus habis
disusutkan.
26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jenis-jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan
Penyusutan, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009
Contoh 1:
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung permanen adalah sebesar Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2009 dan selesai untuk digunakan
pada bulan Juli 2010. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan
Maret tahun pajak 2010. Beban Penyusutan tahun 2010 adalah 6/12 x Rp1.000.000.000,00 x 5%=
Rp25.000.000,00
Contoh 2:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2009 dengan harga perolehan sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun.
Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka penghitungan
penyusutannya pada tahun 2009 adalah 6/12 x Rp 100.000.000,00 x 50% = Rp25.000.000,00
AMORTISASI
27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan
menggunakan metode satuan produksi
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain migas, hak pengusahaan
hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-
tingginya 20% (dua puluh persen) setahun
28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 13
NonDeductible Expense
Biaya-biaya yang TIDAK BOLEH dibebankan sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan, adalah:
1. biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
2. biaya yang dikeluarkan untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan yang
bukan Objek Pajak yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
3. biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
bersifat final yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh dan aturan pelaksanaannya.
4. biaya yang biasa diterapkan di luar praktik akuntansi yang sehat (kondisi tidak wajar)
5. biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya (antara lain tidak menggunakan bukti, daftar
nominatif, dan tanpa dokumen)
6. Pajak Masukan yang memenuhi kriteria :
a) Faktur Pajak atas perolehan BKP/JKP termasuk Faktur Pajak cacat, kecuali dapat dibuktikan
bahwa atas Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar oleh PKP.
b) Faktur Pajak yang dibuat atas perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan pasal 9 ayat (1) UU
PPh.
7. Biaya untuk 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan yang dikenakan pajak
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus
sebagaimana yang tercantum dalam pasal 15 UU PPh dan aturan pelaksanaannya.
Berikut biaya-biaya yang TIDAK BOLEH sebagai pengurang penghasilan bruto menurut Pasal 9 ayat (1)
UU PPh:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
karena pembagian laba tersebut nantinya akan menjadi penghasilan badan yang akan dikenai
pajak.
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
Contoh : Biaya perbaikan rumah pribadi direktur, biaya perjalanan istri komisaris, biaya
pemeliharaan mobil pribadi pemegang saham dsb
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pertemuan 14
Rekonsiliasi Fiskal
Memasuki bagian paling penting nih dari semua pembelajaran Perpajakan II setelah UTS ini yaitu
Rekonsiliasi Fiskal. Tujuan akhir dari Pembelajaran kali ini adalah temen temen bisa menyusun SPT
Tahunan Badan dan menyesuaikan Laporan Keuangan Komersial Perusahaan dengan ketentuan-
ketentuan fiskal Pajak sehingga nantinya diperoleh Laba/Rugi Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak
yang menjadi dasar pengenaan PPh Badan. Gambaran tentang Rekonsiliasi Fiskal dapat dilihat di
bagan berikut
Dalam menghitung PPh terutang, WP Badan yang mengadakan pembukuan mendasarkan diri pada
laporan keuangan yang telah dibuatnya secara komersial. Dari laporan keuangan komersial tersebut
selanjutnya dilakukan Rekonsiliasi Fiskal yaitu suatu mekanisme penyesuaian pelaporan penghasilan
WP secara komersial menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
menghasilkan laba/rugi fiskal.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan baik untuk pos-pos pendapatan maupun pos-pos biaya. Secara umum
rekonsiliasi fiskal dilakukan dalam hal:
31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh : PT Senior memperoleh dividen dari PT Junior yang merupakan anak perusahaan sebesar
Rp 100 juta. Penyertaan PT Senior pada PT Junior sebesar 45 %. Penerimaan dividen tersebut
tidak perlu diperhitungkan sebagai penghasilan dalam menghitung PPh terutang perusahaan
tersebut pada akhir tahun karena bukan merupakan obyek pajak.
c. WP mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan / Non
Deductible Expense (Pasal 9)
Apabila WP mengeluarkan biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan maka biaya
tersebut tidak bisa diperhitungkan dalam menghitung PPh terhutang pada akhir tahun secara
fiskal(direkonsiliasi), koreksi atas hal semacam ini disebut “beda tetap”. Hal ini akan menimbulkan
koreksi positif sehingga mengurangi jumlah biaya, menaikkan net income (secara fiskal), dan
otomatis menaikkan PhKP.
Contoh: Sanksi administrasi perpajakan menurut PSAK boleh menjadi biaya sedangkan menurut
pajak tidak boleh, jadi harus dikeluarkan dari daftar biaya-biaya supaya menghasilkan laba fiskal.
d. WP mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang tetapi metode pengakuan biaya
tersebut diatur tersendiri oleh ketentuan fiskal.
Apabila WP mengeluarkan biaya yang metode pengakuannya diatur tersendiri oleh ketentuan
pajak maka besarnya biaya yang boleh menjadi pengurang juga harus disesuaikan dengan
ketentuan pajak.
Contoh: Truk seharga 100 juta secara akuntansi dapat saja disusutkan selama 5 tahun. Tetapi
menurut pajak truk tersebut harus disusutkan selama 8 tahun. Akibatnya akan terjadi selisih biaya
penyusutan setiap tahunnya. Selisih ini biasa disebut “beda waktu” karena pada dasarnya nilai
yang disusutkan sama (jika secara akuntansi tidak ada nilai sisa) sampai menjadi 0, hanya porsi
pertahunnya saja yang berbeda.
e. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak serta
pendapatan yang yang dikenakan PPh Non Final ( Joint Cost )
Apabila WP mengeluarkan biaya yang semata-mata digunakan untuk mendapatkan penghasilan
yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak, maka biaya tersebut
harus direkonsiliasi seluruhnya. Adalah hal yang logis bila suatu penghasilan direkonsiliasi maka
biaya yang benar-benar terkait untuk mendapatkan penghasilan tersebut juga ikut direkonsiliasi.
Tetapi jika biaya tersebut digunakan untuk mendapatkan semua jenis penghasilan, misalnya biaya
penyusutan gedung, maka biaya yang boleh menjadi pengurang penghasilan harus dihitung secara
proporsional.
Contoh:
Dana Pensiun XYZ memiliki penghasilan sebagai berikut :
- penghasilan yang bukan obyek pajak Rp. 100jt
- penghasilan bruto lainnya (Objek Pajak) Rp. 300jt
- Jumlah penghasilan bruto Rp. 400jt
Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000,00, maka biaya yang boleh dikurangkan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan adalah sebesar ¾ x Rp 200jt=150jt
(nilai ¾ didapat dari perbandingan penghasilan Objek Pajak dengan yang Jumlah Ph Bruto).
2. Penghitungan PPh Badan (Pertemuan 11 no.4 halaman 14)
3. Penghitungan PPh Pasal 25 tahun berikutnya
Untuk menghitung angsuran PPh Pasal 25 WP Badan sama saja dengan WP OP, yaitu dengan
mengeluarkan penghasilan dan biaya yang bersifat tidak rutin, juga mengeluarkan kredit pajak atas
penghasilan yang tidak rutin tadi, sehingga didapat PhKP yang bersifat rutin, hitung Pajak terutangnya
lalu dibagi 12, didapatlah PPh Pasal 25 yang harus diangsur setiap bulannya di tahun depan.
32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
p. Koreksi Fiskal +
Biaya Pulsa Direktur Boleh dibiayakan 50% 27.500.000
Biaya Perbaikan Telepon, boleh dibiayakan 50% 7.500.000
Kupon Pulsa Listrik Natura, NDE Ps 9(1) 325.000.000
Koreksi Fiskal + 360.000.000
q. Koreksi Fiskal +
Asumsi Belum ada Adjustment, KF = 14/24 x 873.350.000 = 509.454.167
r. Koreksi Fiskal + = 370.833.333
Aset Komersial Fiskal Koreksi
Gedung 15.000.000.000/30 Secara Fiskal sudah tidak punya 500.000.000
= 500.000.000 masa manfaat
Kendaraan Niaga 6.000.000.000/10 6.000.000.000 * 12,5% (150.000.000)
= 600.000.000 = 750.000.000
Kendaraan Dinas Dirut 7/12 x 2.400.000.000/6 7/12 x 50% x 2.400.000.000 x 12,5% 145.8433.333
= 233.333.333 = 87.500.000
Bus Antar Jemput 5.000.000.000/10 5.000.000.000 x 12,5% (125.000.000)
Karyawan = 500.000.000 = 625.000.000
s. Koreksi Fiskal –
t. Tidak ada koreksi Fiskal
u. Koreksi Fiskal +, 50jt penghapusan piutang yang belum dipublikasi
v. Koreksi Fiskal + , yang boleh dibiayakan hanya 6 bulan saja
w. Koreksi Fiskal + , karna untuk kepentingan dirut, hanya 50% yang dapat dibiayakan
x. Koreksi Fiskal +, yang untuk direktur hanya dapat dibiayakan 50%nya
y. Koreksifiskal +, Pajak Rumah Dirut dan Sanksi Pajak tidak boleh dibiayakan
z. Koreksi Fiskal +, Penelitian dan Pengembangan yang dilakukan di LN tidak boleh dibiayakan
samasekali.
aa. Koreksi Fiskal -, Dividen atas kepemilikan saham paling rendah 25% Bukan Objek Pajak
bb. Koreksi Fiskal +, Harusnya dihitung dari nilai Bruto, jadi angka 278.500.000 dibagi 75%
cc. Koreksi Fiskal -, bunga deposito merupakan penghasilan final, jadi harus dikeluarkan dari
hitungan
dd. Koreksi Fiskal +, rata2 bunga adalah 65jt setahun dikurangi bunga deposito 56jt, jd yg bisa d
biayakan 9jt
ee. Tidak ada Koreksi Fiskal
ff. Koreksi Fiskal +, biaya lain – lain karna tidak memenuhi ketentuan deductible expense jadi
dikeluarkan semua.
gg. Semua dapat jadi kredit pajak
40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Free Cash Flow Jumlah uang yang tersedia (sisa uang) untuk didistribusikan kepada kreditur
dan investor. Digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan. Untuk menilai investasi
baru dan bahan pertimbangan kreditur untuk memberikan pinjaman
Depreciation Expense Diperhitungkan pada saat menghitung Net Operating Income tetapi
karena bukan pengeluaran kas, maka Depreciation Expense ditambahkan kembali
1
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Capital Expenditure (CAPEX) Pada awal proyek perusahaan mengeluarkan kas untuk membeli
aset tetap. Di akhir proyek, nilai sisa dari aset tetap (Salvage Value) ditambahkan kembali
Net Operating Working Capital
Pada saat penjualan meningkat, saldo piutang dagang perusahaan akan bergerak naik.
Oleh karena itu, proyek baru bisa berdampak pada meningkatnya investasi perusahaan
dalam bentuk persediaan barang. Keduanya berdampak pada arus kas keluar.
Jika perusahaan mampu mendanai sebagian atau seluruh persediaan barang dengan
menggunakan kredit, maka hal ini akan menggantikan pengeluaran uang tunai sehingga
peningkatan bersihnya adalah sbb:
Di akhir proyek akan ada pemulihan Net Operating Working Capital (NOWC ditambahkan
kembali pada perhitungan tahun terakhir proyek)
2
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
{10,206,000/(1.15)4} + {8,040,000/(1.15)5}
A. Nominal cash flows = arus kas yang memperhitungkan inflasi masa depan (didiskontokan dengan
tingkat nominal)
B. Real cash flows = arus kas yang terjadi tanpa adanya inflasi (didiskontokan dengan tingkat bunga riil)
Contoh Soal : Memperkirakan Nominal Cash Flow (Study Problem Bab 12, No. 28, Edisi 12)
Diketahui : Cost/unit = $0.8 (will rise at a 10% rate over the next 3 years)
Price/unit = $ 1 (will rise at a 2% rate over the next 3 years)
3
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jawab :
A. Expansion Project Memperluas ruang llingkup operasi perusahaan, tanpa adanya penggantian
aset/kegiatan operasi
Replacement Project Penggantian aset lama, sumber arus kas berasal dari cost saving dan/atau
peningkatan pendapatan (jika penggantian menambah kapasitas untuk
menghasilkan pendapatan)
C. Contoh Soal :
4
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jawab :
NPV Jika positif, maka cost saving dari mesin baru mampu menutupi biaya dari penggantian aset
5
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
C. Value Drivers
Penentu dasar dari :
1) Pendapatan proyek, seperti: market share, market size, dan price; dan
2) Biaya, seperti: variable costs dan cash fixed costs yaitu biaya tetap selain depresiasi.
Melalui identifikasi value drivers, manajer keuangan dapat fokus pada penajaman prakiraan atas
variabel-variabel utama dan memonitor pemicu nilai utama melalui umur/ masa proyek,
sehingga tindakan koreksi berkala dapat dilakukan.
D. Analisis Sensitivitas
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menghitung sejauh mana perubahan 1 Value Driver akan
mempengaruhi NPV.
Contoh :
Data Awal
Diketahui : Units Sales : 200,000; Price : $25/unit; Variable Cost : $20/unit; Tax Rate : 30%, dan
Discount Rate : 12%)
Year-0 Years 1-4 Year-5
Revenues 5,000,000 5,000,000
Less: Variable cost $ (3,600,000.00)$ (3,600,000.00)
Less: Depreciation expense $ (300,000.00) $ (300,000.00)
Less: Cash fixed cost $ (400,000.00) $ (400,000.00)
Net operating income $ 700,000.00 $ 700,000.00
Less: Taxes $ (210,000.00) $ (210,000.00)
Net operating profit after tax $ 490,000.00 $ 490,000.00
plus: Depreciation expense $ 300,000.00 $ 300,000.00
less: CAPEX $ (1,800,000.00) $ 300,000.00
less:change in working capital $ (500,000.00) $ 500,000.00
Free cash flow $ (2,300,000.00) $ 790,000.00 $ 1,590,000.00
6
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Dengan menggunakan data value driver yang baru, NPV dihitung kembali untuk masing-masing
perubahan value driver. NPV dari masing-masing value driver lalu dibandingkan dengan NPV awal
dan menghasilkan data seperti berikut :
Analisis :
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Price/unit merupakan variabel yang sangat
berpengaruh pada NPV karena penurunan sebesar 10% akan menurunkan NPV sebesar 126%.
Sehingga manajer perlu memantau dan berhati-hati dalam menentukan price/unit.
*Jika % perubahan Value Driver tidak sama (misalnya : Price/unit -20% ; Unit Sales -10%) %
perubahan dibagi terlebih dahulu dengan % perubahan Value Driver
E. Analisis Skenario
Analisis sensitivitas sangat berguna untuk menentukan Value Driver yang paling berpengaruh
pada NPV, tapi analisis tersebut mengabaikan fakta bahwa beberapa Value Driver dapat
berubah berbarengan dan saling berkorelasi.
Untuk perhitungannya sama dengan analisis sensitivitas hanya saja pada analisis ini ada 2 Value
Driver yang berubah pada satu kondisi
Contoh :
Data Awal : Masih sama dengan contoh pada analisis sensitivitas kecuali pada Depreciation
Expense = $250,000 dan Salvage Value CAPEX =$250,000 NPV Awal : 209,934
Data Perubahan
Jawab :
7
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Analisis :
Investasi ini berisiko karena range Expected Value nya cukup besar dari $ (326,276) s.d.
$1,471,606 dengan Expected Value (Base) hanya sebesar $ 209,934. Karena Berisiko, manajer
perlu melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel mana yang harus lebih dikontrol.
F. Analisis Simulasi
Menghasilkan ribuan estimasi nilai NPV yang akan membentuk ribuan nilai pada masing-masing
pemicu nilai investasi. Perbedaan nilai ini muncul dari masing-masing pemicu nilai pada
distribusi probabilitas individu.
Proses simulasi meliputi lima langkah berikut ini:
1. Mengestimasi distribusi probabilitas masing-masing pemicu nilai utama.
2. Secara acak memilih satu nilai dari masing-masing pemicu nilai distribusi probabilitas
tersebut.
3. Menggabungkan nilai terpilih masing-masing pemicu nilai untuk mengestimasi arus kas
proyek tiap tahun selama umur proyek dan menghitung nilai NPV proyek.
4. Simpan nilai NPV yang telah dihitung dan ulangi langkah 2 dan 3. Software komputer akan
membantu mempercepat langkah 2 dan 3 untuk kegiatan yang berkali-kali.
5. Gunakan nilai NPV proyek yang telah disimpan tersebut untuk membentuk suatu
histogram atau distribusi probabilitas NPV.
8
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 13-1 Probability Distribution of NPVs for the Marketing of Longhorn’s Brake Lights
Hasil akhir dari analisis simulasi adalah distribusi probabilitas dari NPV proyek.
Tidak hanya mengetahui berapa nilai Expected NPV, tetapi juga membuat probabilitas untuk
mencapai NPV yang positif ataupun negatif, misalnya pada Figur 13-1, Probabilitas untuk
mendapatkan NPV yang negatif adalah 15%
G. Break-Even Analysis
Untuk mengetahui level minimum output/sales yang harus dicapai agar tidak rugi (Net Operating
Income = 0)
Titik Break-even menetapkan batas bawah dari level penjualan, dari perspektif akuntansi.
Tapi level penjualan yang break-even belum tentu menghasilkan NPV yang positif
9
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Semakin tinggi DOL, semakin tinggi volatilitas Net Operating Income atas perubahan penjualan
Degree of operating leverage (DOL) adalah suatu indikasi penggunaan operating leverage
perusahaan. DOL menurun seiring dengan peningkatan level penjualan di luar titik break-even.
10
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jika menurut Anda terdapat 40% peluang yang dapat menjadikan proyek ini menguntungkan dan
60% peluang bahwa proyek tidak akan menguntungkan, berapakah NPV proyek ini jika Anda ingin
membuka 10 restoran baru?
Info tambahan :
Perpetual annual cash flow: if favorably received = $320,000 if not favorably received =
$80,000
Discount rate = 10%
Jawab :
Expected Value = 10 (0.4 x 800,000) + (0.6 x -1,600,000) = $ 2,240,000 (Positif Opsi Ekspansi
yang diambil)
11
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
K = Cost of Capital
W = Proporsi pendanaan
Contoh :
Berapakah nilai YTM suatu utang yang memiliki nilai nominal sebesar $1,000, tingkat bunga
kupon 5%, jatuh tempo 10 tahun, dan saat ini diperdagangkan sebesar $900?
Berapakah cost of debt-nya jika tarif pajak 30%?
Jawab : 900 = {1000 ÷ (1+i)10} + {5% x 1000 x (1- (1/(1+i)10 ) ÷ i}
Interest Rate = 6.38%
After-tax cost of Debt = Yield (1-tax rate) = 6.38 (1-.3) = 4.47%
Estimasikan Cost of Debt dengan YTM suatu portofolio yang memiliki credit rating dan jatuh
tempo yang sama dengan utang perusahaan (misalnya credit rating BBB+ Jangka Waktu 30 thn)
12
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh :
Saham preferen Relay Company diperdagangkan sebesar $25 per lembar. Berapakah biaya
saham preferen tersebut bila saham ini memiliki nilai nominal $35 dan memberikan
pembayaran dividen tahunan sebesar 4%?
Jawab : Kps = (4% x 35) ÷ 25 = 0.056 = 5.6%
Contoh :
Diketahui : Price of common stock (Pcs ) = $19.39
Growth rate of dividends (g) = 4.69%
Dividend (D0) = $0.49 per share
Jawab : Kcs = {(D0 + g)/Pcs} + g = {(0.49 + 0.0469)/19.39} + 0.0469 = 7.45 %
Rata-Rata Geometri
= {(1+3.1%) x (1+1.8%) x (1+4.2%) x (1+2.9%)}1/4 - 1
= 2.99%
13
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Kelebihan : mudah digunakan, tidak bergantung pada asumsi dividen pertumbuhan nol.
Kelemahan : pilihan akan risk-free tidak secara jelas ditentukan, estimasi beta dan market
risk premium sangat bervariasi bergantung pada data yang digunakan.
E. Apakah WACC perusahaan harus digunakan untuk mengevaluasi seluruh investasi baru?
Secara teori, tidak karena seluruh proyek memiliki risiko yang unik. Namun demikian, dalam praktik,
banyak perusahaan menggunakan WACC tunggal untuk seluruh proyeknya.
F. Biaya Mengambang dan NPV Proyek (Floatation Costs and Project NPV)
Biaya Mengambang (Floatation costs) adalah fee yang dibayarkan kepada bank investasi dan
biaya yang terjadi pada saat sekuritas dijual dengan diskon dari harga pasar saat ini.
Karena adanya biaya mengambang, maka perusahaan harus menaikkan nilai dana dari jumlah
yang diperlukan.
Contoh :
Jika sebuah perusahaan membutuhkan dana $100 juta untuk mendanai proyek baru dan biaya
mengambangnya diperkirakan sebesar 5.5%, maka berapakah nilai yang harus ditetapkan
dalam penjualan sekuritas?
Jawab :
Flotation Cost Adjusted Initial Outlay = $100 juta ÷ (1 - 55%) = $105.82 juta
Maka perusahaan harus menaikkan senilai $105.82 juta, termasuk di dalamnya biaya
mengambang sebesar $5.82 juta.
14
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Jawab :
1) Weighted Average Flotation Cost
= (Wd x Flotation Cost of Debt) + (Wcs x Flotation Cost of Equity)
= = 0.40 × 0.03 + 0.60 × 0.15
= 0.102 or 10.2%
3) NPV = Present Value of the Future Cash Flow – Flotation Cost Adjusted Initial Outla
= $115 Juta - $111.36 Juta
= $3.64 juta
15
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
A. Capital Structure
Terdiri atas : Equity dan Interest-bearing Debt (termasuk pinjaman jangka pendek)
Capital Structure + non interest-bearing liabilities (misalnya : A/P) = Financial Structure
Rasio :
o Debt Ratio = Total Liabilities ÷ Total Assets
Mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan utang untuk mendanai asetnya
Untuk menggambarkan Financial Structure
o Times Interest Earned Ratio = Net Operating Income atau EBIT ÷ Interest Expense
Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dari operating
earnings.
B. Financial Leverage
Melalui pinjaman atas sebagian modal perusahaan pada tingkat bunga tetap, perusahaan dapat
“mengungkit” (“leverage”) tingkat imbalan yang didapat dari total modalnya ke dalam suatu
ekuitas yang memberikan tingkat imbalan yang lebih tinggi.
Contoh:
Jika perusahaan mendapatkan 17% dari investasinya dan harus membayar hanya 8% dari uang
yang dipinjam, maka 9% selisihnya menjadi milik perusahaan. Hal ini yang dikenal dengan istilah
favorable financial leverage.
Jika hasilnya kurang dari 8%, maka hal ini disebut dengan unfavorable financial leverage.
16
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 15.2 Assumption 1: Cash Distributions to Bondholders and Stockholders Are Not
Affected by Financial Leverage
D. Capital Structure, the Cost of Equity, and the Weighted Average Cost of Capital
Bila tidak ada pajak, maka WACC perusahaan juga tidak akan dipengaruhi oleh struktur
modalnya.
Asumsikan kita sedang menilai sebuah perusahaan yang arus kasnya berupa perpetuitas. Nilai
perusahaan disajikan dalam persamaan
Sepanjang nilai perusahaan dan arus kas perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal,
maka WACC perusahaan juga tidak akan terpengaruh.
Contoh :
JNK dapat meminjam uang dengan bunga 9% dan jika tidak menggunakan financial leverage,
maka cost of capital-nya sebesar 11%.
17
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Perusahaan memiliki debt-to-equity ratio sebesar 1.0, cost of debt sebesar 8%, dan WACC
sebesar 10%.
Berapakah cost of equity JNK?
Jawab :
Cost of Equity = K unlevered + {(K unlevered – Kd) x Debt to Equity Ratio}
= 11% + (11% - 8%) × (1)
= .14 or 14%
Pelanggaran asumsi 1 :
Terdapat 3 alasan mengapa struktur modal mempengaruhi total arus kas yang tersedia bagi
utang perusahaan dan pemegang saham:
1) Bunga adalah tax-deductible expense sementara dividen tidak.
Maka, setelah pajak, perusahaan memiliki lebih banyak uang untuk disalurkan ke utang
mereka dan pemegang saham jika mereka menggunakan debt financing.
2) Debt financing membentuk kewajiban legal yang bersifat tetap.
Jika perusahaan gagal membayar kewajibannya, maka akan timbul biaya tambahan bagi
perusahaan dan bahkan bisa berujung pada proses kepailitan.
3) Ancaman kebangkrutan atau kepailitan dapat mempengaruhi perilaku eksekutif
perusahaan demikian pula dengan pegawai dan pelanggan
Pelanggaran asumsi 2 :
Biaya transaksi menjadi penting karena adanya biaya inilah maka tingkat bunga di mana para
investor dapat meminjamkan uangnya berbeda dengan tingkat bunga di mana perusahaan
mampu meminjam uang. Bila ini adalah masalahnya, maka nilai perusahaan bisa bergantung
pada bagaimana mereka didanai.
18
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh
Cost of capital JNK jika ia menggunakan no financial leverage adalah 11%. Perusahaan memiliki
debt equity ratio sebesar 1.0, cost of debt sebesar 8% sebelum pajak, dan tarif pajak 40%.
Berapakah nilai cost of equity dan WACC-nya jika debt to equity ratio sebesar 1 (yaitu 50% utang
dan 50% ekuitas).
Jawab :
Cost of Equity = K unlevered + {(K unlevered – Kd) x Debt to Equity Ratio x (1-Tax Rate)}
= 11% + {(11% - 8%) (1) (1-40%)}
= 12.8%
Kwacc = {8% (1-40%) x 50%} + {12.8% x 50%) = 8.8%
Jika kita meningkatkan debt to equity ratio WACC akan menurun sedangkan cost of equity
akan meningkat.
Oleh karena itu, tax benefit dari pembayaran bunga lebih menyukai menggunakan utang
daripada ekuitas
19
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
20
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
K. Making Financing Choices When Managers are Better Informed than Shareholders
1) Saat perusahaan menerbitkan saham baru, ia merasa bahwa saham perusahaan overpriced dan
selanjutnya harga saham secara umum anjok. Hal ini menyediakan suatu insentif tambahan bagi
perusahaan untuk lebih memilih utang.
2) Stewart Myers mengatakan bahwa dikarenakan banyaknya isu yang berkembang di saat
perusahaan menerbitkan saham, maka akibatnya perusahaan cenderung untuk mengikuti
langkah/ urutan berikut dalam menambah modalnya:
Sumber pendanaan internal.
Marketable securities
Utang (debt)
Sekuritas campuran (Hybrid securities)
Saham (Equity)
L. Implikasi manajerial
1) Level utang yang lebih tinggi dapat menguntungkan perusahaan dalam hal tax savings dan
berpotensi mengurangi biaya keagenan.
2) Level utang yang lebih tinggi meningkatkan probabilitas biaya kesulitan keuangan (financial
distress cost) dan meng-offset pajak serta manfaat biaya keagenan dari utang tersebut.
21
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh :
Berdasarkan alternatif pendanaan utang, akan seperti apakah rasio keuangan Sister Sarah dalam dua
tahun setelah perusahaan membayar kembali $4 juta pinjamannya (asumsi tidak ada hal lain yang
berubah)?
• Total interest expense pada income statement berkurang sebesar $4 juta setelah utang
dibayarkan.
22
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Tabel 15.3 dapat digunakan untuk menyelesaikan empat rasio financial leverage utama.
Seluruh rasio menurun dan menjadi semakin baik. Bila dibandingkan dengan ratio pembanding,
alternatif utang masih lebih agresif dibandingkan dengan norma perusahaan.
Manajemen perusahaan akan menentukan apakah perusahaan dapat mendukung nilai yang lebih
tinggi dari rata-rata leverage berbasis prospek pendapatan masa depan.
23
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Table 15.4 Alternatif Struktur Keuangan yang dapat dipertimbangkan oleh House of Toast, Inc.
24
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Saat EBIT tinggi, perusahaan dengan leverage lebih tinggi akan menghasilkan EPS yang tinggi.
Namun demikian, jika EBIT jatuh, maka perusahaan yang menggunakan lebih banyak financial
leverage akan menanggung penurunan yang besar dalam EPS dibandingkan dengan perusahaan
yang mengandalkan financial leverage yang lebih sedikit.
P. Menggunakan Bagan EBIT-EPS untuk Menganalisis Dampak Struktur Modal terhadap EPS
Bagan EBIT-EPS menganalisis:
Apakah perencanaan utang menghasilkan level EPS yang lebih tinggi pada kisaran nilai EBIT.
Kemungkinan ayunan pada EPS yang dapat terjadi pada alternatif-alternatif struktur modal.
Contoh :
House of Toast sangat menyukai investasi baru. Namun demikian, dalam satu minggu sejak
pertama kali proyek dianalisis, perusahaan mengetahui bahwa pengetatan kredit di pasar
keuangan telah menyebabkan cost of debt financing dari rencana pinjaman meningkat 10%.
Berapakah level EBIT yang menghasilkan EPS nol untuk tarif pinjaman baru?
Alternatif struktur modal saat ini dan prospektif dapat digambarkan dengan menggunakan neraca
proforma
Struktur modal perusahaan akan mempengaruhi baik EPS pada level operating earning
tertentu (EBIT) maupun volatilitas perubahan EPS terkait dengan perubahan EBIT.
25
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Kita dapat menggunakan Laporan Laba Rugi Proforma untuk kisaran level EBIT yang diyakini
oleh perusahaan relevan dengan performa masa depan.
26
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pada EBIT bernilai lebih besar dari level indeferen EBIT, maka rencana pendanaan yang more
leverage akan menghasilkan EPS yang lebih tinggi.
Pada EBIT bernilai lebih rendah dari level indeferen EBIT, maka rencana pendanaan yang
melibatkan less leverage akan menghasilkan EPS yang lebih tinggi.
27
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Pendahuluan
Saat perusahaan menghasilkan kas dari kegiatan usahanya, apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan
terhadap kas tersebut?
1. Menggunakan kas untuk mendanai investasi baru,
2. Menggunakan kas untuk membayar beberapa tagihan/ utang perusahaan, dan/atau
3. Mendistribusikan kembali kas kepada para pemegang saham, baik berupa dividen kas
maupun pembelian kembali saham.
1. Bagaimana Perusahaan Mendistribusikan Kas Kepada Para Pemegang Saham?
Distribusi kas dapat dilakukan dalam dua bentuk:
1. Cash dividend - kas dibayarkan secara langsung kepada para pemegang saham.
2. Share repurchase – perusahaan menggunakan kasnya untuk membeli kembali sahamnya sendiri
yang dijual di pasar modal, sehingga dapat menurunkan jumlah saham yang beredar.
Pengaruh terhadap neraca sbb:
– Sisi Aset- kas akan berkurang karena pembayaran dividen dan pembelian kembali saham.
– Sisi Ekuitas – terdapat penurunan secara catatan.
Figure 16.1 Historical Distributions to Shareholders through Dividends and Share Repurchases
28
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Dividen Kas
Kebijakan dividen perusahaan menentukan berapa banyak kas yang akan didistribusikan ke para
pemegang saham dan kapan pendistribusi ini dilakukan.
Kebijakan dividen memiliki dua atribut utama:
– dividend payout ratio, dan
– Pola pembayaran dividen dalam kurun waktu tertentu.
Prosedur Pembayaran Dividen (Tanggal yg diberikan hanya contoh)
Ex dividend date merupakan hari pertama dimana pemegang saham tidak berhak lagi mendapatkan
dividen dari suatu perusahaan, biasanya dua hari kerja sebelum record date.
29
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Stock split secara esensial adalah dividen saham yang sangat besar.
• Contoh: 2-for-1 split dimaksudkan pemegang saham akan menerima dua lembar saham baru
atas setiap satu lembar saham lama yang dimiliki, tetapi harga saham akan berkurang
setengahnya.
Ilustrasi
Dividend Policiy Alternative #1: Clinton Enterprise punya $35 million cash di tangan untuk bayar
dividen langsung (D0) dan $135 million (D1) dibayarkan di ujung tahun saat perusahaan berhenti
beroperasi. kequity = 15%
Dividend Policy Alternative #2: Clinton Enterpise punya $35 million cash di tangan sekarang dan
$135 million saat perusahaan berhenti. Clinton menerbitkan saham seharga $17,5 million (uang
masuk), sehingga Clinton bisa membayarkan dividen sekarang (D0) senilai $52.5 million ($35+$17,5).
Required rate of return 15%, setahun kemudian dividen yang dibayarkan untuk saham baru yang
diterbitkan adalah $20.125 million (Future Value dari $17,5 million x [1+0,15] = 20.125). Sehingga
cash flow dividen untuk pemegang saham lama di tahun ke1 (D1) adalah sebesar $114.875 million
($135 million - $20.125 million).
30
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Problem
Perusahaan mempertimbangkan dua alternatif:
– Membayar $4 juta hari ini dan $30 pada tahun pertama sebagai dividen likuidasi; atau
– Membayar $8 juta hari ini dan membayar $25.52 di tahun pertama ($30 juta - $4 juta*1.12
dibayarkan kepada pemegang saham baru)
Asumsikan Alternatif Nomor 3, dimana Northwest Wire and Cable memutuskan untuk meningkatkan
dividen periode berjalan ke angka hanya sebesar $8 juta. Tunjukkan bahwa ekuitas perusahaan pada
skenario ini menjadi $30.79 juta.
31
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Solve
Nilai ekuitas perusahaan Northwest Wire and Cable adalah sama dengan nilai present dari expected cash
dividends perusahaan. Kita dapat mengestimasinya menggunakan persamaan berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑒𝑎𝑟 1
Value of Firm′ Equity = DividendYear0 +
(1 + 𝑘𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Value – Alternative 1
Value = $4 million + $25.52 million /(1.12)1
Value = $30.79 million
Value – Alternative 2
Value = $8 million + $30 million /(1.12)1
Value = $30.79 million
Analyze
• Contoh ini mengilustrasikan bahwa saat pembayaran dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
• Hal ini benar karena kita tetap menahan arus kas investasi perusahaan. Kita juga mengasumsikan
bahwa saham baru dapat diterbitkan berdasarkan syarat yang sama dengan saham lama.
Tabel 16-1 mengilustrasikan dua kemungkinan penggunaan $1,000,000 dalam arus kas:
1. $1,000,000 cash dividend.
2. $1,000,000 stock repurchase.
3. Diketahui bahwa nilainya sama sehingga seorang investor akan berbeda di antara dua pilihan tersebut.
Table 16.1 Wealth Effects of Cash Distributions: Dividends and Share Repurchases
32
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Apa sajakah aturan pajak yang terkait dengan dividen dan pembelian kembali saham?
1) 100% dividen kas adalah kena pajak di tahun dividen tersebut diterima.
2) Saat individu menjual saham-sahamnya, maka pajak hanya dihitung atas capital gain.
3) Jika investor tidak menjual saham-sahamnya ke perusahaan dalam rangka pembelian kembali saham,
maka tidak ada keuntungan yang dikenakan pajak.
Tabel 16.2 menunjukkan konsekuensi arus kas dari metode alternatif pendistribusian kas kepada para
pemegang saham yang disebutkan dalam Tabel 16-1. Diasumsikan bahwa baik dividen maupun capital
gains dikenakan pajak 15%.
33
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Informasi yang dibawa oleh pengumuman dividen dan pembelian kembali saham
– Informasi dapat mempengaruhi penilaian masa datang.
– Perusahaan cenderung untuk meningkatkan dividennya pada saat dividen dapat ajeg di masa datang.
Pada kasus seperti ini, peningkatan dividen adalah kabar yang sangat baik.
Pembelian kembali saham juga dipandang sangat disukai sepanjang nampak bahwa:
– Perusahaan telah menghasilkan banyak uang dibandingkan yang dibutuhkan saat ini, dan/ atau
– Ekuitas saat ini di bawah harga (underpriced).
Informasi yang diberikan oleh Dividen Saham dan Pemecahan Saham
– Pengumuman tentang dividen saham dan pemecahan saham cenderung berdampak positif terhadap
harga saham. Beberapa manajer memberikan saran kepada perusahaan agar memiliki rentang
perdagangan yang lebih diinginkan (preferred trading range) dan pemecahan saham membantu
membawa harga saham ke dalam rentang tersebut
Figure 16.3 Survei terhadap Pendapat CFO tentang Isu Kebijakan Dividen
34
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 16-4 mengungkapkan bahwa keputusan membeli kembali saham dipicu oleh feeling pihak eksekutif
bahwa saham merupakan investasi yang baik, relatif terhadap nilai sesungguhnya (true value) dari saham
itu sendiri dan bahwa terdapat kesenjangan dalam peluang berinvestasi yang baik untuk
menginvestasikannya.
Figure 16.4 Faktor-Faktor Penting terhadap Keputusan Membeli Kembali Saham Perusahaan Anda.
35
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Table 16.3 Ikhtisar Pandangan Eksekutif Keuangan tentang Kebijakan Pembayaran Dividen
Melalui residual dividend policy, perusahaan mendanai investasinya terlebih dahulu dengan
menggunakan earning-nya sendiri. Dividen dibayarkan dari residual earnings yang tidak membutuhkan
pendanaan terhadap peluang investasi baru.
Faktor-Faktor Lainnya yang Memainkan Peran dalam Penentuan Berapa Besar Kas harus Distribusikan
• Posisi Likuiditas Perusahaan.
• Kesenjangan Sumber-Sumber Pendanaan Lainnya.
• Kemampuan Terprediksinya Earnings
36
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
37
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
38
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Perusahaan harus mendapatkan $500,000 dengan beberapa kombinasi pinjaman (jangka pendek atau
jangka panjang) atau penerbitan saham.
• Selama dibutuhkan keputusan manajemen, maka mereka mengacu pada discretionary financing
needs (DFN) perusahaan.
39
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
DFN for Various Net Profit Margins and Dividend Payout Ratio (DPR)
Net Profit Margin DPR =30% DPR=50% DPR=70%
• Table 17-2 mempertimbangkan dampak tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 0%, 20%, dan
40% terhadap DFN.
• Nampak bahwa rentang DFN dari ($250,000) pada tingkat pertumbuhan 0% hingga $1,250,000
pada tingkat pertumbuhan 40%. DFN negatif mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
kelebihan nilai dollar dalam pendanaannya.
Table 17.2 Discretionary Financing Needs (DFN) and the Growth Rate in Sales
40
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 17.1 Sales Growth and the Discretionary Financing Needs of the Firm
41
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 3: Solve
Langkah 4: Analyze
• DFN = $5,000,000 – $1,250,000
– $625,000 – $500,000
– $1,000,000 – $1,312,500
= $312,500
• Jika perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 25%, maka Pendleton dapat
mengharapkan untuk meningkatkan dana sebesar $312,500 pada tahun depan.
42
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Table 17.3 Melco Furniture, Inc. Cash Budget for the Six Months Ended June 30, 2014
43
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 2: Menentukan mana jenis risiko yang harus diterima dan mana yang harus dialihkan
Ini, mungkin, adalah langkah yang paling kritis (penting). Contoh, perusahaan eksplorasi dan pengolahan
minyak dan gas, secara historis, memilih untuk menanggung risiko fluktuasi harga minyak dan gas. Oleh
karena itu, beberapa perusahaan telah memilih untuk secara aktif mengelola risiko.
44
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Strategi khusus yang dipilih akan bergantung pada perilaku perusahaan terhadap risiko dan
analisis cost/benefit analysis dari strategi pengelolaan risiko.
3. Mengelola Risiko Dengan Melakukan Lindung Nilai (Hedging) Melalui Kontrak Serah (Forward
Contracts)
Lindung Nilai atau Hedging mengacu pada suatu strategi yang didesain untuk mengimbangi terjadinya
risiko harga. Contoh, jika Anda sedang merencanakan untuk membeli 1 juta Euro dalam waktu 6 bulan,
maka hal ini akan membebani Anda bila nilai Euro semakin menguat. Risiko seperti ini dapat dimitigasi
dengan kontrak serah atau forward contracts.
Kontrak Serah atau Forward contract adalah suatu kontrak di mana suatu harga disepakati hari ini
untuk aset yang akan dijual atau dibeli di masa akan datang.
45
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Karena harga telah “dikunci” hari ini, maka risiko yang terjadi di masa datang berupa fluktuasi harga,
dapat dieliminasi.
• Jika Anda sedang merencanakan untuk membeli 1 juta Euro dalam waktu 6 bulan, maka Anda
dapat bernegosiasi dengan menggunakan kurs Euro hari ini (katakanlah 1 Euro = $1.35) melalui
kontrak serah.
• Dalam 6 bulan, berapapun kurs Euro terhadap Dollar, kewajiban Anda untuk mendapatkan 1 juta
Euro adalah $1.35 per Euro atau $1.35 juta.
• Tabel berikut menunjukkan potensi skenario masa datang dan arus kasnya. Terlihat bahwa
kontrak serah membantu mengurangi risiko jika Euro terapresiasi. Sebaliknya, jika Euro
terdepresiasi, maka kontrak serah mewajibkan perusahaan untuk membayar jumlah yang lebih
tinggi.
Figure 20.2 Delivery Date Profits or Losses (Payoffs) from a Forward Contract
The Problem
Misalkan profit yang dapat diperoleh Progressive jika ia memilih untuk melakukan lindung nilai hanya
80% dari pengantisipasian 1 juta barrel minyak mentah sebagaimana kondisi yang telah dijelaskan.
46
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Gambar memperlihatkan bahwa harga masa depan dari minyak mentah dapat berdampak
dramatis terhadap total biaya 1 juta barel minyak mentah.
• Jika harga tidak dikelola, maka hal ini dapat secara signifikan mempengaruhi profit masa depan
perusahaan.
Langkah 3: Solve
Tabel di bawah berisikan perhitungan profit perusahaan untuk kasus dimana harga minyak mentah tidak
dilakukan lindung nilai (kolom E), hasil dari kontrak serah (kolom F), dan profit perusahaan dimana harga
minyak mentah 80% dilakukan lindung nilai (kolom G).
47
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 4: Analyze
• Total biaya minyak mentah meningkat seiring meningkatnya harga minyak mentah. Profit
tahunan yang tidak dilakukan lindung nilai berkisar dari: rugi $5 juta hingga untung $25 juta.
• Dengan 80% dilakukan lindung nilai, kerugian terhindarkan dan perusahaan mendapat profit akhir
berkisar dari $3 juta hingga $5 juta. Kontrak serah secara nyata menguntungkan perusahaan pada
saat harga minyak lebih besar dari $130.
• Risiko mata uang dapat dilakukan lindung nilai dengan menggunakan kontrak serah.
• Contoh, jika Disney mengharapkan dapat menerima ¥500 juta dari pengoperasian usahanya
selama 3 bulan di Tokyo, maka Disney dapat “mengunci” nilai tukar valuta untuk menghindari
kerugian bila Yen melemah dalam waktu 3 bulan mendatang.
Disney akan mengikuti 2 langkah prosedur untuk melakukan lindung nilai atas risiko valuta:
1) (Hari ini): Melakukan kontrak serah yang menyepakati Disney menjual ¥500 juta pada harga
penyerahan, katakanlah, $0.0095/ ¥.
2) (Dalam 3 bulan): Disney akan mengonversi uang ¥500 juta pada harga penyerahan, yang
menghasilkan uang sebesar $4,750,000 (¥500 juta × $0.0095=$4,750,000).
Mengelola Risiko Gagal (Default Risk) dalam Pasar Berjangka (Future Market)
Pencegahan kegagalan (default) pada kontrak berjangka dilakukan melalui dua cara, yaitu:
48
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
1. Margin – bursa berjangka mewajibkan para partisipan bursa untuk menyerahkan jaminan
(collateral) yang disebut margin.
2. Marking to Market – keuntungan dan kerugian harian dari kontrak serah suatu perusahaan
dipindahkan ke atau dari akun margin perusahaan yang bersangkutan.
49
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 20.5 Expiration Date Profit or Loss Figure 20.6 Expiration Date Profit or Loss
from Purchasing a Call Option from Selling (Writing) a Call Option
Figure 20.7 Expiration Date Profit or Loss Figure 20.8 Expiration Date Profit or Loss
on Holding a Put Option from Selling (Writing) a Put Option
50
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Figure 20.9 Option Price Quotes for Apple Computers (AAPL) on December 27, 2012
51
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
$10
$5
Profit
$0
$0 $10 $20 $30 $40 $50
($5)
($10)
Future Stock Price
Langkah 3: Solve
• Break-even Point = Exercise price + Premium
= $25 + $5
= $30
• Profit (at stock price of $35)
= (Stock Price – Exercise Price) – Premium
= ($35 - $25) - $5
= $5
Langkah 4: Analyze
• Grafik di langkah 1 menunjukkan bahwa pembeli opsi akan mulai melaksanakan hak opsinya saat
harga berada di $25.
• Pembeli opsi akan mendapatkan $1 (sebelum mempertimbangkan premi opsi) untuk tiap $1
dimana harga saham meningkat di atas $25. selama premi opsi adalah $5, pada harga saham
sebesar $30, posisi opsi menghasilkan $5 yang menutupi nilai premi dan mengarah pada situasi
tidak untung dan tidak rugi.
52
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Black-Scholes option pricing model untuk call options dinyatakan sebagai berikut:
53
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
THE PROBLEM
$10
$5
$0
$0 $10 $20 $30 $40 $50
($5)
($10)
Stock Price
54
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Persamaan 20-1 dapat digunakan untuk menentukan nilai call option dengan menggunakan Black-Scholes
option pricing model.
Langkah 3: Solve
55
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 4: Analyze
• Harga saham saat ini sebesar $32 merepresentasikan profit sebesar $7 di atas harga pelaksanaan
$25. Tambahan sebesar $0.95 dapat dipandang sebagai time value dari call option yaitu premi
yang tersedia di pasar untuk suatu kemungkinan di mana harga saham akan meningkat lebih tinggi
selama 90 hari ke depan.
• Swap contract berupa kegiatan tukar-menukar (swapping) atau perdagangan (trading) satu set
pembayaran kepada pihak lain.
• Tingkat bunga swap (Interest rate swap) berupa pembayaran bunga tetap perdagangan atas
pembayaran tingkat bunga mengambang.
• Mata uang swap (currency swap) berupa pertukaran kewajiban utang dalam mata uang berbeda.
Jika seorang investor khawatir bahwa obligasi yang dimilikinya akan gagal bayar (default), maka ia dapat
membeli credit default swap yang akan membayar bila pembayaran obligasi mengalami kegagalan.
Namun demikian, instrumen ini telah disalahgunakan dan memainkan peran sentral pada terjadi krisis
pasar keuangan global yang mengarah pada kondisi resesi di Amerika dan negara-negara lain.
56
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
57
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Direct quote – menggambarkan jumlah unit dalam dollar Amerika untuk membeli 1 unit mata
uang asing. Anda membutuhkan $0.99 untuk membeli 1 dollar Kanada (see table 19.1).
• Indirect Quote – menggambarkan jumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli
satu dollar Amerika. Anda membutuhkan C$1.0074 untuk membeli 1 dollar Amerika (see table
19.1).
• Direct quote untuk Chilean Peso adalah 479.35. Dengan demikian, indirect quote-nya menjadi:
Indirect quote = 1÷ 479.35 =0.0021
Problem
Misalkan seorang penguasa asal Amerika harus membayar sebesar $2,000 kepada seorang warga negara
Inggris pada tanggal 26 Desember 2012. Berapa banyaknya uang pounds yang diterima oleh warga
negara Inggris tersebut?
58
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Grafik berikut menunjukkan bahwa jumlah yang diterima dalam Pound berbeda-beda bergantung pada
kurs tukarnya. Oleh karena itu, jika kurs tukar adalah 1$=£.8, maka warga negara Inggris tersebut akan
menerima hanya £1,600.
1500
1000
500
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Pounds per Dollar
Untuk menentukan jumlah pound yang akan diterima oleh warga negara Inggris atas jumlah dollar
sebesar $2,000, kita memerlukan informasi tentang jumlah pound yang diperlukan untuk membeli satu
dollar Amerika, yaitu indirect exchange rate quote.
Langkah 3: Solve
= (£/$ × $) × $2,000
= £ 0.6198/$ × $2,000
= £1,239.60
Langkah 4: Analyze
• Arbitrase adalah proses membeli dan menjual di lebih dari satu pasar untuk mengurangi risiko
kerugian karena selisih kurs.
• Arbitrasi sederhana mengeliminasi perbedaan kurs tukar mata uang lintaspasar untuk satu mata
uang.
59
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Asked rate (selling rate) – nilai kurs saat bank menjual mata uang asing.
• Bid rate (buying rate) – nilai kurs saat bank membeli mata uang asing.
• Perbedaan antara kurs jual dan kurs beli dikenal dengan istilah bid-asked spread.
Kurs silang adalah penghitungan kurs tukar untuk suatu mata uang dari kurs tukar dua mata uang lainnya.
Cth: Diketahui dollar/pound ($/£) exchange rate = 1.6133
Kurs euro/dollar (€/$) exchange rate= 0.7585
Berapa exchange rate euro/pound (€/£) ?
Jawab:
• Spot exchange rate adalah kurs atas pengiriman segera (immediate delivery).
• Forward exchange rate adalah kurs yang disepakati hari ini namun untuk pelaksanaan pengiriman
atau pembayaran di masa yang akan datang.
• Spot and forward rate quotes diberikan pada Table 19-1.
• Forward rate biasanya mengacu pada premium atau diskon pada spot rate yang berlaku. Contoh,
Franc Switzerland untuk 30 hari bernilai 0.0001 premium (0.9773 - 0.9772) .
60
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Premium atau diskon dapat juga digambarkan dalam bentuk persentase tahunan, yang dihitung dengan
cara sbb:
Dari informasi yang diberikan (berdasarkan table 19.1) , berapakah premiun atau diskon dari spot rate
yang berlaku saat ini untuk mata uang Yen satu bulan?
61
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 4: Analyze
Kita peroleh besarnya premium 1.018% dimana forward rate lebih besar daripada spot rate.
Tingkat premium atau diskon ditentukan oleh kekuatan pasar.
2. Paritas Tingkat Bunga Dan Daya Beli (Interest Rate and Purchasing Power Parity)
Paritas Tingkat Bunga
Paritas tingkat bunga adalah suatu teori yang dapat digunakan untuk menghubungkan perbedaan dalam
tingkat bunga pada dua negara dengan rasio spot dan forward exchange rate dari mata uang kedua
negara tersebut
Paritas tingkat bunga berarti bahwa Anda mendapatkan total imbalan yang sama dari dua opsi berikut
ini:
– Menginvestasikan dollar dalam suatu tingkat bunga bebas risiko; atau
– Mengkonversi dollar ke mata uang Yen Jepang dan menginvestasikannya dalam tingkat bunga
bebas risiko di Jepang setelah itu mengkonversinya kembali ke dalam dollar.
Contoh:
Anda memiliki $1,000,000 untuk diinvestasikan dan Anda memperhatikan kurs pasar sbb:
1$ = ¥ 106
180-day forward rate = 103.50
U.S. 180-day risk-free interest rate = 4.4%
Japan 180-day risk-free interest rate = 2%
Tentukan berapakah paritas tingkat bunganya?
Opsi I : Menginvestasikan langsung di USA dan menghasilkan 4.4%
1,000,000 * 1.044 = $1,044,000
Opsi II: (a) Mengonversi menjadi Yen pada spot rate = ¥ 106,000,000
(b) Menginvestasikan pada tingkat bunga 2%
= ¥106,000(1.02) = ¥ 108,120,000
(c) Menginversikan ke dalam $ pada forward rate
= 108,120,000 ÷103.5 = $1,044,638
==> Perbedaan sebesar $638 ==> Paritas Tingkat Bunga tidak berlaku
62
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Perbedaan pada harga Big Mac dapat dijelaskan melalui perbedaan dalam pajak, biaya buruh,
biaya bahan baku, dan biaya sewa di antara berbagai negara.
• Secara umum, kita berharap PPP (Purchasing Power Parity) berlaku pada barang-barang yang
dapat dikirimkan dengan ongkos yang murah di antara berbagai negara. PPP sepertinya tidak
berlaku untuk barang-barang nonperdagangan seperti makanan restoran dan usaha potong
rambut.
63
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Contoh Berapakah nilai nominal tingkat bunga di UK dan USA, bila tingkat inflasi yang diperkirakan di UK
6% dan di USA 3%.
Asumsikan bahwa real rate of interest sama dengan 2% di kedua negara tersebut.
• USA = .03 + .02 + [.03×.02] = 5.06%
• UK = .06 + .02 + [.06×.02] = 8.12%
IFE memberikan peringatan bahwa kita jangan berinvestasi pada suatu negara hanya karena
negara tersebut menawarkan tingkat bunga yang paling tinggi. Tingkat bunga yang tinggi
memberikan indikasi bahwa inflasinya juga tinggi. Oleh karena ini, setiap keuntungan yang
diperoleh dari tingkat bunga akan ter-offset oleh kerugian akibat depresiasi valuta asing.
3. Penganggaran Modal Untuk Investasi Asing Langsung (Capital Budgeting For Direct Foreign
Investment)
Direct foreign investment terjadi pada saat suatu perusahaan dari suatu negara melakukan investasi
fisik dalam bentuk pembangunan gedung pabrik di negara lain. Suatu multinational corporation (MNC)
merupakan pihak yang dapat mengendalikan investasi seperti ini.
• Alasan utama dari dilakukannya direct foreign investment oleh perusahaan-perusahaan Amerika
adalah prospek imbalan yang lebih besar dari investasi seperti ini.
• Metode yang digunakan untuk mengevaluasi investasi asing sama dengan metode yang
digunakan untuk mengevaluasi keputusan penganggaran modal di dalam negeri.
64
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
• Untuk menghitung NPV proyek, kita perlu untuk mengonversi terlebih dahulu South African Rand
ke dalam U.S. dollars. Namun demikian, kita hanya memiliki 1-year forward rates.
• Kita dapat menggunakan persamaan 19-5 dan forward rate and spot rate yang ada untuk
menentukan interest rate differential dari kedua negara tersebut.
• 1 year forward rate = (interest rate differential) × (spot exchange rate)
• Kita dapat menggunakan forward rate untuk mengonversi arus kas yang diukur dalam SARs menjadi
U.S. dollars. Setelah kita memiliki arus kasnya, maka kita dapat menghitung NPV dengan
menggunakan tingkat diskonto 14%.
Langkah 3: Solve
65
TIM AKADEMIK D III AKUNTANSI AP SAHITYA
Langkah 4: Analyze
Catatan, arus kas yang relevan adalah arus kas yang diharapkan akan diserahkan kembali ke negara asal
termasuk initial cash outflow-nya. Juga, tingkat diskonto harus dalam mata uang yang sama dengan arus
kas yang dilakukan penghitungan. Di sini, tingkat diskoto dalam U.S. dollars, sehingga kita pun harus
mengonversi arus kas dalam SAR menjadi ke dalam U.S. dollars.
Risiko-risiko dalam penganggaran modal dalam negeri muncul dari dua sumber, yaitu:
Risiko bisnis (Business risk) berhubungan dengan produk atau jasa tertentu dan ada ketidakpastian
dengan pasar.
Risiko Keuangan (Financial risk) adalah risiko yang muncul dari investasi sebagai akibat dari bagaimana
proyek tersebut didanai.
Investasi asing langsung juga meliputi Political risk – yaitu ketidakstabilan politik suatu negara yang
muncul karena perubahan kebijakan, seperti:
Eksplorasi tanah dan peralatan.
Pendapatan anak perusahaan asing yang tidak dapat dikonversi.
Perubahan substansial dalam tarif pajak.
Ketentuan tentang kepemilikan pihak lokal dalam usaha.
Exchange rate risk – yaitu risiko bahwa nilai investasi dan operasional perusahaan akan berdampak
terbalik dengan perubahan nilai kurs. Contoh, jika Yen Jepang terdepresiasi, maka dapat diterjemahkan
bahwa sedikit dollar yang akan bisa dikirimkan kembali ke Amerika.
66