Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Oleh:
Rizki Annisa Yuni
G4A017090

Pembimbing:
dr. Prima Sugesty Nurlaila, Sp.M

SMF IlMU KESEHATAN MATA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
Pendahuluan

Mata merupakan organ eksternal  mudah


terpapar

Dapat terjadi dalam berbagai keadaan mulai di


sekolah, rumah, tempat bekerja seperti lab kimia
industrial, pabrik, pertanian, buruh, pekerja
bangunan

Dapat sebabkan kebutaan; Basa > asam (4:1)


Di dunia, 80% kasus saat bekerja
Laki-laki (93%) : Perempuan (17%)

Ilyas, 2015; Singh, et al., 2013


Anatomi Mata
BULBUS OCULUS MEDIA REFRAKSI
• Tunica fibrosa (sklera • Kornea
dan kornea)
• Tunica vasculosa
• Humor aquous
(uvea) • Lensa
• Tunica nervosa (retina) • Corpus
vitreous

PALPEBRAE CONJUNCTIVA

VASKULARISASI
a. Ophtalmica
v. Ophtalmici
superior et inferior
Definisi Trauma kimia mata adalah salah satu kasus
kedaruratan mata, umumnya terjadi karena
masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan
adneksa sekitarnya. Keadaan ini memerlukan
penangan cepat dan segera oleh karena dapat
mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan
mata dan menyebabkan kebutaan, Zat kimia
penyebab dapat bersifat asam atau basa (PPK,
2014).
Etiologi (Kosoko, 2009; Colby, 2010)
Patomekanisme Trauma Asam

Paparan HF  asam lemah dengan penetrasi cepat

H+ anion

Denaturasi,
Mekanisme presipitasi,
buffer koagulasi
protein

Trauma COA:
terlokalisir Konjungtiva: Kornea: edem, Lensa: keruh Corpus ciliaris:
hiperemis, ground glass pemendekan produksi HA
(katarak)
kemotik, (keruh), kolagen  TIO terganggu 
perdarahan terkelupas >> TIO >>
Patomekanisme Trauma Basa

papran Penetrasi cepat: dapat


sebabkan kebutaan
Opasifikasi dan
pengerutan
OH- Kation jaringan:Cooked fish eye

Respon Interaksi Interaksi


dengan Kornea
Saponifikasi inflamasi dengan Lensa Konjungtiva palpebrae
glikosami- (kronik)
akut Kolagen
noglikan

Disintegrasi Enzim Perlunakan Simblefaron,


Prostag- Jaringan iskemi
membran proteolitik kornea dan katarak entro/
landin Hidrasi parut, iskemi sistem
fosfolipid (meluas) sklera ektropion
perilimbus, limbus
kontraktur (opaq,
forniks, dry neovas)
Sudut eye
Sel lisis TIO >> iridokorneal Kornea
menyempit keruh
(TIO >>)
KLASIFIKASI ROPPEL HALL (Kosoko, 2009)
New Classification (Dua et al., 2001)
Keterlibatan
Derajat Prognosis Temuan Klinis pada Limbus Skala (%)
Konjungtiva (%)
I Sangat baik Tidak ada 0 0
II Baik <¼ lingkaran limbus <30 1-29.9
III Baik >¼-1/2 lingkaran 30-50 31-50
limbus
IV Baik >½-3/4 lingkaran >50-75 51-75
menuju limbus
awas
V Awas >¾- hampir seluruh >75-<100 75.1-
menuju lingkaran limbus 99.9
buruk
VI Buruk Seluruh lingkaran 100 100
limbus
Diagnosis
KU: nyeri, fotofobia, penurunan penglihatan, rasa
Anamnesis mengganjal, mata merah, rasa terbakar
Kronologis: toksisitas bahan asam atau basa, onset
dan durasi kontak zat dengan mata, tingkat
Easy to change colors, penetrasi zat, luas area yang terkena riwayat
photos and Text. pengobatan

Tidak bisa komprehensif


Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan pH dilanjut irigasi
Saat irigasi atau setelah pH normal, tentukan luas
kerusakan pada kornea, limbus, konjungtiva, TIO.
Easy to change colors,
photos and Text.

Diagnosis Banding
• trauma penetrasi/tajam, trauma tumpul, trauma thermal, trauma listrik, dan radiasi (Eva dan Augsberger, 2018)
• Konjungtivitis, Ulkus kornea, Corpal kornea, Katarak traumatika (Kosoko, 2009)
Tanda
TIO PALPEBRAE
Gangguan pada produksi atau 8 1 Bengkak, lagoftalmus, siklatrik,
outflow atau tekanan resistensi simblefaron
perifer

INFLAMASI VISUS
Dari flare sampai fibrinoid 7 2 turun-kebutaan

LIMBUS KONJUNGTIVA
Iskemi perilimbus Hiperemis, injeksi, kemotik,
6 3 perdarahan

SKLERA KORNEA
mengkerut Keratits pungtata superfisial, defek
5 4 epitel luas, perforasi, opasifikasi
dan neovaskularisasi

Gejala
Sensasi terbakar, Pandangan
Nyeri Mata kering Mata berair Silau dan halo
berpasir kabur/hilang
Prinsip Tatalaksana Berdasarkan Fase
FASE KEJADIAN (<24 JAM)

01 Temuan:
derajat keparahan
Prinsip:
irigasi sampai pH normal

FASE AKUT (≤7 HARI) Prinsip:


02 Temuan:
epitelisasi
Membantu regenerasi epitel, mengontrol tingkat
peradangan, mencegah infeksi sekunder
menggunakan terapi medikamentosa.

FASE PENYEMBUHAN AWAL (7-20 HARI)


Temuan: Prinsip:
03 Transisi penyembuhan, regenereasi epitel,
respon inflamasi akut-kronik,
penyembuhan stroma dan jaringan parut
Mencegah hambatan reepitel, ggn f(x)
palpebrae, ulkus, hilangnya sel goblet, lanjut
medikamentosa

FASE PENYEMBUHAN AKHIR (> 20 HARI)


04 Temuan:
Sembuh atau berkomplikasi
Prinsip:
Terapi operatif jika diperlukan
Prinsip Irigasi Mata

Dahului dg IC dan anestesi, irigasi dengan RL atau salin min


1 30 menit jarak 30 cm, jari menyanggah di tulang
3
2
Bersihkan dengan kapas aplikator/forceps 2 4
Lakukan pembilasan pada konjungtiva palpebral dengan
mengeversi kelopak mata

3 Jika ada benda asing dan jaringan bola mata yang nekrosis 1 5
harus dibuang

Cek pH 5-10 menit setelah irigasi pertama selesai


4 Ulangi irigasi sampai pH normal (zat alkali >30 menit irigasi)

Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva forniks diswab


5 dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator
atau glass rod.
Medikamentosa setelah Irigasi Mata
Medikamentosa Trauma Ringan-Sedang Trauma Berat

Siklopegik (antikolinerjik) Scopolamin 0,25% 1x Scopolamin 0,25% 3-4x1


Atropin 1% 1x atropin 1% 3-4x1
Antibiotik topikal tobramisin, gentamisin, Trimetoprim 4x1
ciprofloxacin, norfloxacin, eritromisin 2-4x1
basitrasin, eritromisin 0,3% 1x1
Analgetik Paracetamol 250,500 mg 1x1 Prednisolon acetate 1% 4-9x1
Dexamethasone 0,1% 4-9x1
Max 10 hari
Air mata buatan Cendo lyters 0,1% 4x1 Sama

Antiglaukoma Acetazolamide 4x250 mg atau Sama


2x500 mg, Timolol 0,5%
Rencana Swab fornix Debridemen, Rujuk
Operatif
01 Tahap Awal
• Pengembangan kapsul tenon dan penjahitan limbus Transplantasi
stem sel limbus (autograft, allograft)
• Graft membran amnion

02 Tahap Lanjut

• Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival


bands dan simblefaron.
• Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
• Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
• Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Semakin lama semakin
baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
• Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat
berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbi, yang disertai dengan gerak mata terganggu,
diplopia, maupun lagoftalmus,

Kornea keruh, edema, dan terjadi neovaskularisasi akibat


adanya denaturasi protein dan kerusakan kornea, sindroma
mata kering
Katarak traumatik, terutama trauma basa pada permukaan
Komplikasi mata. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan
peningkatan pH humor aquous dan menurunkan kadar glukosa
dan askorbat. Hal ini dapat terjadi cepat maupun perlahan-
lahan.
Glaukoma sudut tertutup yang terjadi akibat tebentuk
sumbatan pada drainase cairan humor aquous.

Entropion dan phthisis bulbi, akibat komplikasi jangka


panjang pada trauma kimia.

Prognosis
Quo ad sanam Dubia ad malam
Quo ad vitam Bonam sampai dubia ad bonam
Quo ad visam Dubia ad bonam sampai malam
Quo ad cosmeticam Dubia ad bonam sampai malam
Kesimpulan
1. Trauma kimia pada mata merupakan salah satu kegawatdaruratan oftalmologi
2. Trauma kimia pada mata adalah trauma yang disebabkan substansi dengan pH
yang > 7 (basa) atau <7 (asam).
3. Mekanisme trauma asam melibatkan sistem buffer dan presipitasi protein,
sehingga penetrasi zat asam terhambat dan terlokalisir pada daerah kontak.
4. Mekanisme trauma basa melibatkan perubahan pH menjadi basa, saponifikasi,
lisisnya sel sehingga penetrasi zat basa dapat mencapai kedalaman seluruh bola
mata dan terjadi liquefaksi bola mata.
5. Tatalaksana trauma kimia pada mata tergantung pada derajat keparahan dan
fase perjalanan trauma.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai